Sebaliknya   jika   keluaran   suatu   kegiatan   bertujuan   untuk   dikonsumsi   dalam   rangka berjalannya birokrasi pemerintahan maka, biaya kegiatan tersebut dikelompokkan belanja
operasional menurut sistem penganggaran yang lama. Sistem   penganggaran   baru   dengan   pendekatan   PBK   lebih   mengedepankan   informasi
kinerja yang akan dicapai oleh programkegiatan dengan alokasi anggaran yang tersedia. Tidak   ada   lagi   relevansinya   antara   pencapaian   kinerja   programkegiatan   dengan   jenis
belanjanya. Perolehan data kuantitatif bertujuan untuk :
o memperoleh informasi dan pemahaman berbagai program yang menghasilkan output
dan outcome yang diharapkan. o menjelaskan bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis. Berdasarkan
data kuantitatif tersebut dilakukan pemilihan dan prioritas program yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan.
2.3     Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran   berbasis   kinerja   memberikan   informasi   kinerja   atas   pelaksanaan   suatu programkegiatan pada suatu KL serta dampakhasilnya bagi masyarakat luas. Informasi
kinerja yang dicantumkan tidak hanya keluaran dan hasil pada tingkatan programkegiatan tetapi   juga  menjelaskan  hubungan  erat  antar  tingkatan  tersebut.  Keterkaitan  tersebut
terlihat sejak dari perumusan Visi dan Misi KL yang selanjutnya diterjemahkan dalam program beserta alokasi anggarannya. Tingkatan di bawah program merupakan penjelasan
lebih rinci dari program yang memuat antara lain: nama kegiatan, bagian atau tahapan kegiatan   yang   dilaksanakan,   alokasi   anggaran   untuk   masing-masing   tahapan,   bahkan
rincian item biayanya. Dalam rangka penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja yang lebih menekankan pada
informasi kinerja sebagaimana gambaran di atas maka, siklus yang harus dijalani dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :
Gambar 6. Siklus Penerapan PBK
Pada diagram di atas, terdiri dari 8 delapan tahapan: 1 penetapan sasaran strategis KL; 2 penetapan  outcome, program,  output, dan kegiatan; 3 penetapan indikator kinerja
utama   program   dan   indikator   kinerja   kegiatan;   4   penetapan   standar   biaya;   5 penghitungan   kebutuhan   anggaran;   6   pelaksanaan   kegiatan   dan   pembelanjaan;   7
pertanggungjawaban; 8 dan pengukuran dan evaluasi kinerja. Yang perlu dicermati dari kedelapan langkah tersebut adalah tahapan terakhir pengukuran dan evaluasi kinerja.
Pengukuran   dan   evaluasi   merupakan   sesuatu   yang   sudah   dinyatakan   dalam   sistem penganggaran, tetapi penerapannya belum maksimal.
Secara   rinci   tahapan   siklus   ke   satu   sampai   dengan   tahapan   ketiga   telahsedang dilaksanakan melalui langkah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 1. Tahapan Kegiatan dalam Penerapan PBK
Uraian pada sub-bab selanjutnya merupakan uraian yang menjelaskan tahapan siklus PBK pada tahapan keempat, kelima, dan kedelapan.
Adapun langkah persiapan merupakan tahapan penting dalam penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja sebagai berikut :
1. Pemahaman Tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja
Perencana memahami tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja secara benar. Dengan pemahaman   tersebut,   perencana   mampu   merumuskan   kinerja   yang   akan   dicapai
melalui perumusan output pada tingkat kegiatan dan cara menghubungkan dengan tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja .
6
6. Pemahaman Kerangka Logis Kerangka logis Penganggaran Berbasis Kinerja harus dipahami terlebih dahulu sehingga
ada konsistensi berpikir dalam rangka pencapaian tujuan PBK melalui kerangka logis kinerja yang akan dibangun.
7. Penyediaan Dokumen sebagai Dokumen sumber Yang   dimaksud   dengan   dokumen   tersebut   antara   lain:   dokumen   perencanaan
Rencana   Strategis   KL,   Rencana   Strategis   Unit   Eselon   I,   Rencana   Kerja   KL,   dan Rencana Kinerja Tahunan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP
tahun sebelumnya; dan Peraturan MenteriPimpinan Lembaga mengenai tugas-fungsi unit kerja.
Pemahaman   mengenai   tujuan   dan   kerangka   logis   Penganggaran   Berbasis   Kinerja merupakan pemahaman konseptual berkenaan dengan Penganggaran Berbasis Kinerja.
Kedua   pemahaman   tersebut   merupakan   hal   mendasar   sebelum   perencana   menyusun anggaran   yang   berbasis   kinerja.   Dengan   adanya   pemahaman   ini,   perencana   dapat
menjelaskan arah tujuan yang akan dicapai dan bagaimana pelaksanaannya, katakanlah kinerja unit Eselon I dapat dicapai diharapkan tercapai melalui pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang direncanakan. Sedangkan   penyediaan   dokumen   sumber   merupakan   langkah   yang   diperlukan   dalam
penyusunan informasi kinerja beserta rincian alokasi anggaran kegiatan yang mengarah pada pencapaian kinerja yang diharapkan. Salah satu contoh informasi tersebut adalah
indikator kinerja kegiatan. Adanya indikator kinerja kegiatan akan membantu perencana dalam mempertimbangkan caratahapan kegiatan yang terbaik: efektif mencapai sasaran
dan efisiensi biayanya. Rincian dokumen sumber tersebut meliputi:
1. Dokumen   perencanaan   sebagai   acuan   pengalokasian   anggaran   pada   tingkatan
programkegiatansubkegiatan; 2. Dokumen   LAKIP   yang   berisikan   capaian   kinerja   kegiatansubkegiatan   tahun
sebelumnya   sebagai   pertimbangan   dalam   merencanakan   kegiatansubkegiatan: apakah kegiatansubkegiatan tersebut telah selesai atau akan dilanjutkan pada tahun
yang direncanakan, dan berapa jumlah biaya yang diserap oleh kegiatansubkegiatan; 3. Dokumen   Peraturan   MenteriPimpinan   Lembaga   mengenai   tugas-fungsi   unit   kerja
sebagai acuan: apakah kegiatansubkegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas-fungsi masing-masing unit kerja.
Informasi   kinerja   yang   telah  disusun   di   atas   akan   menjadi  panduan   perencana  untuk merinci   kegiatan   dalam   bagiantahapan   kegiatan   biasa   disebut   subkegiatan   beserta
kebutuhan biayanya. Langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut: 1. Identifikasi prioritas
Secara   sederhana   prioritas   merupakan   pilihan   urutan   “penting”   aatau   “kurang penting” dari suatu programkegiatan. Suatu programkegiatan sesuai urutan prioritas
dapat   diberikan   nomer   urut,   mulai   dari   1   dan   seterusnya.   Nomer   urut   1   berarti mempunyai   prioritas   yang   lebih   tinggi   dibanding   prioritas   nomer   urut   2   dan
seterusnya. Hal ini berarti jika ada keterbatasan anggaran atau kebijakan pemotongan anggaran maka, programkegiatan dengan prioritas   yang lebih rendah merupakan
programkegiatan yang pelaksanaannya ditunda terlebih dahulu. Alokasi anggaran sangat berkaitan dengan prioritas kebijakan programkegiatan yang
akan dilaksanakan. Pengalokasian anggaran yang dihubungkan dengan prioritas dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkatan dalam struktur organisasi masing-masing KL,
sebagai berikut: a. Tingkat KL
Fokus pada pengalokasian anggaran dengan acuan prioritas nasional dan outcome KL yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab-nya.
b. Unit Eselon I Fokus   pada   pengalokasian   anggaran   baik   yang   mendukung   sasaran   prioritas
nasional maupun pengalokasian anggaran untuk operasional melalui program yang akan   dilaksanakan   termasuk   pembayaran   gaji   dan   tujangan,   operasional   dan
pemeliharaan, pelayanan publik, serta prioritas KL
c. Unit Eselon IISatker Fokus pada pengalokasian anggaran beserta cara pelakasanaan atas kegiatan yang
akan dilaksanakan sesuai tugas-fungsi yang diemban. Unit Eselon IISatker yang melaksanakan kegiatan perlu juga mengidentifikasi tahapanbagian kegiatan sub
kegiatan berdasarkan suatu skala prioritas. Dalam hal ini perlu diketahui pembagian jenis subkegiatan berdasarkan krieteria
tujuan peruntukannya. Jenis subkegiatan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu: i. Subkegiatan Operasional
Subkegiatan   ini   terdiri   dari   subkegiatan   Pengelolaan   Gaji   dan   Tunjangan berasal dari eks: Kegiatan 0001 dan subkegiatan Kegiatan Operasional dan
Pemeliharaan Perkantoran bersal dari eks: Kegiatan 0002. ii.
Subkegiatan Tugas-Fungsi Subkegiatan ini berasal dari eks Kegiatan Dalam Rangka Pelayanan Birokrasi
0003, dan Kegiatan Prioritas KL atau Penunjang. Disamping pengalokasian anggaran kegiatan sesuai tugas-fungsinya, unit Eselon
IISatker   yang   melaksanakan   kegiatan   bersifat   penugasan.   Subkegiatan   pada kegiatan yang sifatnya penugasan tersebut menunjukkan tahapanbagian kegiatan
yang   secara   langsung   menunjang   pencapaian  output  kegiatan.   Tidak   ada pengalokasian untuk alokasi gaji dan operasional kantor. Kegiatan ini berasal dari
eks Kegiatan Prioritas Nasional kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara langsung sasaran program prioritas nasional.
8. Target yang hendak dicapai pada tahun yang dianggarkan Setelah   prioritas   ditetapkan,   langkah   selanjutnya   adalah   menetapkan   target   pada
masing-masing skala prioritas pada berbagai tingkatan. Langkah kedua ini berkaitan erat dengan perumusan indikator kinerja pada tingkat programkegiatan.
9. Ketersediaan anggaran yang ada
7
Setelah   tahap   1   dan   2   ditetapkan   maka,   langkah   berikutnya   adalah   melihat ketersediaan anggaran. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan luas lingkup kegiatan,
skala prioritas, sekaligus proses penyaringan kegiatan-kegiatan yang akan mendapat alokasi   anggaran   pada   tahun   yang   direncanakan.   Dengan   kata   lain   tahapan   ini
merupakan   penyesuaian   antara   target   yang   hendak   dicapai   dengan   ketersediaan anggarannya.
10. Menuangkan dalam rincian pendanaan Langkah   terkahir   adalah   menuangkan   apa   yang   telah   ditetapkan   kegiatan,
subkegiatan, prioritas dan jumlah alokasi anggarannya dalam suatu rincian mengenai tahapan-tahapan   kegiatan,   beserta   detil   biaya.   Penuangan   dalam   detil   anggaran
tersebut harus mengacu pada standar biaya yang ada, baik Standar Biaya Umum SBU atau Standar Biaya Khusus SBK.
Khusus pengalokasian anggaran untuk subkegiatan tugas-fungsi dan prioritas nasional perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Detil biaya yang merupakan  input  sepanjang telah ditetapkan dalam SBU harus digunakan dalam pengalokasian anggaran;
 Jika kumpulan detil biaya tersebut mengahasilkan output tertentu maka, SBK harus
digunakan sebagai acuan pengalokasian anggaran; 
Dalam   hal   SBK   belum   ditetapkan   maka,   kumpulan   detil   biaya   tersebut   dapat diusulkan menjadi SBK.
2.4 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja