MAKNA FOTO JURNALISTIK TENTANG PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (Analisis Semiotika Pada Foto-Foto Kenaikan dan Penurunan Harga BBM di Media Online)

MAKNA FOTO JURNALISTIK TENTANG PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR
MINYAK
(Analisis Semiotika Pada Foto-Foto Kenaikan dan Penurunan Harga BBM di Media
Online)

Diajukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh:
Gusti Renny Nanda Wijaya
2011 100 40 311 012

Dosen Pembimbing:
1. Novin Farid Styo W, M.Si
2. Sugeng Winarno, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015


DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku:
Barthes, Roland. 2006. Mitologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Bignell, Jonathan. 1997. Media Semiotics: An Introduction. Manchester and New York:
Manchester University Press.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Christomy, Tommy dan Untung Yuwono. 2010. Semiotika Budaya. Jakarta: UI Press.
Chandler, David. 2007. The Basic Semiotic. London and New York: Routledge.
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Jakarta: Erlangga
Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film: Pengantar Menulis Kritik Film,
Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Jufoc. 2005. Hand out Foto Jurnalistik: Materi Orientasi Dasar (Ordas) Fotografi. Malang:
Jufoc.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedy. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pareno, Abede Sam. 2005. Media Massa antara Realitas dan Mimpi. Surabaya: Papirus.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Prihatna R., Hermanus. 2003. Foto Berita Hukum dan Etika Penyiaran. Jakarta: Lembaga
Pendidikan Jurnalistik Antara.
Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santana K., Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Santoso, Budhi. 2010. Bekerja Sebagai Fotografer. Jakarta: Erlangga.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.Sugiarto, Atok. 2005.
Paparazzi: Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta: Gramedia.

Sumber dari Jurnal/Laporan Penelitian:
Fitriadi, Firman Eka. 2010. Foto Jurnalistik Bencana Alam Gempa Bumi (Studi Analisis
Semiotik Foto-foto Jurnalistik Tentang Bencana Alam Gempa Bumi Sumatera Barat
di Harian Kompas Edisi 2 Oktober sampai 9 Oktober 2009). Skripsi. Fisipol
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sumber dari Website di Internet:
5 Juni 2009. Peran Foto dalam Media Massa Sangat Besar, http://news.unpad, diakses tanggal 12

Agustus 2014.

Anbarini, Ratih.

BBC, 18 Nopember 2014. Pro Kontra Kenaikan Harga BBM di Media Sosial,
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141118_netizen_bbm,
diakses tanggal 12 Agustus 2014.
Kompas, 17 Nopember 2014. Jokowi Naikkan Harga BBM karena Anggaran Infrastruktur
dan
Kesehatan
Minim,
http://nasional.kompas.com/read/
2014/11/17/21453771/Jokowi.Naikkan.Harga.BBM.karena.Anggaran.Infrastruktur.da
n.Kesehatan.Minim, diakses tanggal 12 Agustus 2014.
Republika, 20 Januari 2015. Penurunan Harga BBM Belum Turunkan Harga Kebutuhan
Pokok
dan
Transportasi,
http://www.republika.co.id/
berita/dpd-ri/beritadpd/15/01/20/nigqm1-penurunan-harga-bbm-belum-turunkan-harga-kebutuhanpokok-dan-transportasi, diakses tanggal 21 Januari 2015.

Riyandi, Saugy. 19 Januari 2015. 4 Fakta Jelang Turunnya Harga BBM,
http://www.merdeka.com/uang/4-fakta-jelang-turunnya-harga-bbm.html,
diakses
tanggal 21 Januari 2015.
Tea,

Romel. 14 April 2014. Media Online: Pengertian dan Karakteristik,
http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html, diakses
tanggal 12 Januari 2015.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Presiden Joko Widodo menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi masing-masing premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan solar
dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500. Jokowi menyebut alasan ketiadaan anggaran
untuk membangun infrastruktur dan pelayanan kesehatan membuat harga BBM
perlu dinaikkan. Negara membutuhkan anggaran untuk infrastruktur, pendidikan,
dan kesehatan. Anggaran ini tidak tersedia karena dihamburkan untuk subsidi

BBM. Kepala Negara juga menerangkan, keputusannya untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi sudah melalui pembahasan yang mendalam hingga tingkatan
teknis. Ia menekankan perlunya pengalihan subsidi dari konsumtif menjadi
produktif. Jokowi mengakui, kebijakan itu merupakan hal yang berat
diputuskannya selaku Kepala Negara. Meski begitu, Jokowi memastikan ada
kompensasi bagi masyarakat kurang mampu agar tetap mempertahankan daya beli
masyarakat.1
Kenaikan BBM menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat di
berbagai media massa. Di media sosial, hasil pemantauan PoliticaWave,
menyebutkan pada Senin malam 17 Nopember 2014, ketika kenaikan BBM
diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka yang disiarkan secara
langsung di sejumlah televisi, terdapat 21 ribu percakapan selama satu jam.
1

Kompas, Jokowi Naikkan Harga BBM karena Anggaran Infrastruktur dan Kesehatan Minim,
17 Nopember 2014, http://nasional.kompas.com/read/2014/11/17/21453771/Jokowi.Naikkan.
Harga.BBM.karena.Anggaran.Infrastruktur.dan.Kesehatan.Minim

Yoserizal dari PoliticaWave mengatakan percakapan di media sosial mengenai
pro dan kontra kenaikan harga BBM.2

Setelah menaikkan harga BBM, Pemerintah kemudian menurunkannya
kembali. Presiden mengumumkan penurunan kembali harga BBM di Kompleks
Istana Kepresidenan tepat pukul 00.00 WIB tanggal 19 Januari 2015, premium
Rp. 6.600 per liter dan solar Rp. 6.400 per liter. Selain BBM, Pemerintah juga
menurunkan harga elpiji 12 kg dan semen. Presiden Joko Widodo meminta kepala
daerah segera merespons penyesuaian harga BBM jenis premium dan solar dan
dia berharap penurunannya berimbas pada turunnya harga kebutuhan pokok.3
Ini kali kedua bagi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla menurunkan harga BBM. Pemerintah hanya melakukan dua kali rapat untuk
memutuskan turunnya harga BBM. Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan,
pengambilan keputusan untuk menaikkan harga BBM jauh lebih rumit dibanding
menurunkan. Ini terkait dengan besarnya risiko yang harus ditanggung pemerintah
apabila mengambil keputusan menaikkan harga BBM subsidi.4
Fenomena naik-turunnya harga BBM tersebut dalam waktu kurang lebih
satu bulan menjadi konsumsi yang menarik bagi para jurnalistik melalui
pemberitakaannya di media massa, termasuk di media online. Terdapat banyak
media online yang fokus pada suatu pemberitaan (news), di antaranya
metrotvnews.com milik Surya Paloh yang merupakan politisi pendukung
2


BBC, Pro Kontra Kenaikan Harga BBM di Media Sosial, 18 Nopember 2014, http://www.bbc.
co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141118_netizen_bbm
3
Republika, Penurunan Harga BBM Belum Turunkan Harga Kebutuhan Pokok dan Transportasi,
20 Januari 2015, http://www.republika.co.id/berita/dpd-ri/berita-dpd/15/01/20/nigqm1-penurunanharga-bbm-belum-turunkan-harga-kebutuhan-pokok-dan-transportasi
4
Saugy Riyandi, 4 Fakta Jelang Turunnya Harga BBM, 19 Januari 2015,
http://www.merdeka.com/uang/4-fakta-jelang-turunnya-harga-bbm.html

2

pemerintahan Joko Widodo, dan viva.co.id milik Aburizal Bakrie yang
merupakan politisi oposisi pemerintah.
Sebagai suatu media massa yang dikonsumsi oleh publik, berita di media
online pun menggunakan foto dalam penyampaian pesannya. Foto merupakan
unsur yang vital dalam suatu pemberitaan. Peran foto atau karya visual lainnya
dalam sebuah media massa cetak sangat besar. Ia menempati peringkat puncak
sebagai bagian yang sering mendapat perhatian pembaca. Penelitian yang
dilakukan Amerika Serikat beberapa tahun lalu membuktikan bahwa karya seni
(artwork) visual dalam surat kabar dan majalah mendapat perhatian pembaca

sebanyak 80 persen dan foto mendapat 75 persen perhatian.5
Foto tidak sekedar melihat, menjepret, dan mendokumentasikan. Foto
yang dijepret seorang jurnalis foto haruslah bisa mewakili peristiwa yang
diliputnya. Apa yang dibidik dan direkam merupakan sesuatu yang paling menarik
untuk dilihat pembacanya. Karena itu, kemampuan membaca lingkungan saat
membuat foto potret di lokasi menjadi kapabilitas ekstra seorang jurnalis foto
dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.6
Fotojurnalistik dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi melalui
fotografi sehingga fotojurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang
dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat
internasional. Foto jurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer
jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang
dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan
5 Ratih Anbarini, Peran Foto dalam Media Massa Sangat Besar, 5 Juni 2009, http://news.unpad.
ac.id/?p=9661
6
Ibid.

3


komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar arti dari
sudut pandang sang fotografer. Sebuah foto jurnalistik yang baik tidak hanya
sebatas pembahasan visual atau foto belaka, teks foto yang kuat berdasarkan fakta
dan data akan memberikan nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan
diberikan kepada pembaca. Elemen penting ini terlihat pada foto-foto jurnalistik
di media cetak, yang merupakan dasar dari pemaknaan foto jurnalistik secara
umum. Sebuah foto yang baik bisa menjelaskan elemen minimal berita, yaitu:
what, who, where, when, why, dan how (5W+1H), sedang untuk foto kadang ada
tambahan unsur: komposisi, isi, konteks, kreativitas, dan jelas.
Menurut Hermanus Prihatna,7 foto berita atau foto jurnalistik adalah
sebuah berita visual yang disampaikan pada masyarakat luas dan tentunya
mempunyai nilai berita tinggi bahkan sampai kejadian secepat mungkin. Syarat
utama yang paling mendasar dari sebuah berita haruslah ingin diketahui orang
banyak dan dari sudut pandang itulah kita bisa menilai kekuatan foto yang dapat
disebut sebagai foto berita.
Secara karakteristik media surat kabar merupakan salah satu media yang
memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi yang memudahkan
pembaca memperoleh berita. Cerita dan foto yang ditampilkan dalam media surat
kabar dapat dibaca dan dinikmati berulang-ulang tanpa adanya batasan waktu.
Foto jurnalistik pada media massa surat kabar ditampilkan dengan tujuan

memperkuat dan memvisualkan isi berita, karena itu foto jurnalistik pada media

7

Hermanus Prihatna R., Foto Berita Hukum dan Etika Penyiaran, (Jakarta, Lembaga Pendidikan
Jurnalistik Antara, 2003), p. 1

4

surat kabar memiliki peranan dalam melibatkan perasaan dan menggugah emosi
pembaca.
Dalam tampilannya, foto tersebut tidak hanya berdiri sendiri tetapi
mencakup isi berita dan caption. Secara singkat yang dimaksud isi berita adalah
tulisan pada media surat kabar yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Pada awal berita pasti terdapat judul dan kadang kala diperkuat dengan subjudul.
Sedangkan yang dimaksud dengan caption adalah kalimat pendek yang memberi
penjelasan sekilas tentang kejadian pada foto tersebut. Selembar foto tidak akan
dapat

dikatakan


sebuah

foto

berita

bila

tidak

dilengkapi

dengan

caption/keterangan gambar, meskipun sebuah foto mengandung foto jurnalistik.
Keterangan foto memegang peran penting dalam foto berita dan telah menjadi
kesatuan dalam foto berita, sebab dari keterangan foto inilah pembaca akan
mendapat informasi yang lengkap.
Setiap foto pada surat kabar diambil saat peristiwa sedang berlangsung
atau sudah terjadi. Saat peliputan yang diburu waktu, wartawan foto berkoordinasi
dengan wartawan berita agar tugas peliputan efisien, hasil liputan optimal
sehingga memuaskan pembacanya. Fotografer harus mempunyai stock foto,
sehingga tim redaksi memiliki beberapa sudut pandang serta dimungkinkan
mendapatkan objek dan perisitiwa terbaik yang menarik perhatian sehingga dapat
melibatkan perasaan dan menggugah emosi pembaca tentang peristiwa yang
sedang berlangsung atau sudah terjadi.
Setiap objek dan peristiwa yang ditampilkan di surat kabar oleh wartawan
foto sudah melalui proses pemilihan. Yang ditampilkan di surat kabar merupakan

5

foto-foto terbaik diantara sekian banyak objek dan peristiwa yang diambil oleh
wartawan foto. Dikatakan terbaik karena foto yang dipilih tidak hanya
menyangkut objek dan peristiwanya, tetapi berhubungan dengan judul foto, isi
foto, komposisi objek, komposisi frame, pengambilan sudut gambar (angle), serta
warna foto.
Setiap foto jurnalistik tentu mengandung makna, dan ilmu yang
mempelajari makna melalui tanda adalah semiotika. Sebagaimana menurut
Cristomy dan Yuwono,8 bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang
tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Semiotik mengkaji tanda, penggunaan tanda
dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Dengan kata lain, perangkat
pengertian semiotik (tanda, pemaknaan, denotatum, dan interpretan) dapat
diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan ada prasyaratnya dipenuhi, yaitu
ada arti yang diberikan, ada pemaknaan dan ada interpretasi.
Analisis semiotik (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk
menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang
terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud
dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik
terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur
media cetak, film, sandiwara radio, dan berbagai bentuk iklan) maupun yang
terdapat di luar media massa (seperti karya lukis, patung, candi, monumen,
fashion show, dan menu masakan pada suatu food festival). Urusan analisis

8

Tommy Christomy dan Untung Yuwono, Semiotika Budaya, (Jakarta, UI Press, 2010), p.79

6

semiotik melacak makna-makna yang diangkut dengan teks-lah yang menjadi
pusat perhatian analisis semiotik.9
Ahli semiotika Perancis, Roland Barthes menggambarkan kekuatan
penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi
dalam tontonan, pertunjukan sehari-hari, dan konsep-konsep umum.10 Barthes
menyempurnakan teori semiotik Saussure yang hanya berhenti pada pemaknaan
penanda dan petanda saja (denotasi). Roland Barthes mengulas apa yang sering
disebut dengan sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun atas sistem lain
yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini disebut Roland Barthes sebagai
konotasi, yang menyelidiki makna-makna konotatif atau sekunder dalam bentuk
mitos. Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi: penanda, petanda, dan tanda.
Mitos adalah cara penandaan sebuah bentuk (signification). Mitos ini adalah
sistem semiologis tingkat kedua yang terbentuk dari serangkaian rantai semiologis
sebelumnya. Tanda (yakni gabungan total antara konsep dan citra) pada sistem
pertama, menjadi penanda pada sistem kedua, dimana materi-materi (bahasa,
fotografi, lukisan, poster, ritual, objek-objek, dan yang lainnya) yang meskipun
pada awalnya berbeda, direduksi menjadi fungsi penandaan murni begitu mereka
ditangkap oleh mitos.11
Secara esensial, penandaan adalah proses yang terjadi di pikiran pada saat
penggunaan atau penafsiran tanda. Maka dari itu berkembang satu atau dua cara
yang dikenal sebagai denotasi dan konotasi. Evokasi untuk citraan mendasar
dikenal sebagai denotasi. Misalnya, kata house (rumah) membangun citraan yang
9

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta, LKIS Pelangi Aksara, 2007), p.155
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Jakarta, Erlangga, 2010), p.14
11
Roland Barthes, Mitologi, (Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2006), p.161
10

7

dapat digolongkan sebagai struktur “tempat tinggal manusia”. Denotasi inilah
yang memungkinkan kita apakah objek yang kita teliti itu nyata atau imajiner
tertentu, apa pun dimensinya, atau bentuk tertentu yang dimilikinya, dan
seterusnya. Sedangkan konotasi memungkinkan terjadinya pengembangan
penerapan tanda secara kreatif. Konotasi, malahan, merupakan mode operatif
penandaan dalam konstruksi dan interpretasi semua teks kreatif seperti puisi,
novel, komposisi musik, benda seni, dan semacamnya. Dan, setiap tafsiran konsep
khas budaya, seperti keibuan, maskulinitas, persahabatan, dan keadilan, senantiasa
melibatkan konotasi.12
Oleh karena itu, menjadi menarik untuk menelusuri tanda-tanda apa yang
ada dalam foto tentang perubahan harga BBM di media massa, khususnya media
online. Terutama tanda-tanda yang terdapat dalam foto-foto kenaikan harga BBM
pada tanggal 18 Nopember 2014 dan penurunannya pada tanggal 19 Januari 2015.
Foto-foto jurnalistik tentang naik-turunnya harga BBM tersebut tentu dibangun
dari beberapa tanda. Tanda-tanda itu dikolaborasikan untuk mencapai efek yang
diinginkan. Tanda-tanda tersebut adalah sebuah gambaran tentang sesuatu. Untuk
mengetahui hal itu semua, dapat diteliti melalui pendekatan semiotik, .karena
tanda tidak pernah benar-benar mengatakan suatu kebenaran secara keseluruhan.
Tanda hanya merupakan representasi, dan bagaimana suatu hal direpresentasikan,
dan medium yang dipilih untuk melakukan itu bisa sangat berpengaruh pada
bagaimana orang menafsirkannya.

12

Marcel Danesi, Op.cit., p.18

8

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “Makna Foto Jurnalistik Tentang Perubahan Harga Bahan
Bakar Minyak (Analisis Semiotik pada Foto-foto Kenaikan dan Penurunan Harga
BBM di Media Online)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini
yaitu: apa makna foto jurnalistik pada foto-foto kenaikan dan penurunan harga
BBM di media online?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah: untuk mengetahui apa makna foto jurnalistik pada foto-foto
kenaikan dan penurunan harga BBM di media online?
C.2. Kegunaan Penelitian
a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi para jurnalis di media massa dalam memahami makna
yang terkandung dalam foto jurnalistik pada suatu pemberitaan di media
massa online.
b. Secara akademis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
referensi yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang

9

berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh
lagi hasil temuannya pada masalah yang sama.

10

Dokumen yang terkait

Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas

0 52 84

Dampak Kenaikan Harga BBM (Solar) Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin (Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan)

0 53 56

BAHASA FOTO JURNALISTIK SURAT KABAR MALANG (Analisis Isi Foto Jurnalistik Karya Jurnalis Foto Pada Harian KOMPAS, SURYA dan RADAR MALANG)

0 14 57

Makna Bencana Dalam Foto Jurnalistik (Analisis Semiotika Foto Terhadap Karya Kemal Jufri Pada Pameran Aftermath: Indonesia In Midst Of Catastrophes Tahun 2012)

0 6 104

BAB I PENDAHULUAN SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 2 20

PENUTUP SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 7 16

“FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” “FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” (Analisis Semiotik Foto-Foto Jurnalistik Tentang Bencana Alam Banjir Dalam Buku Mata Hati Kompas 1965-2007).

0 3 14

PENDAHULUAN “FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” (Analisis Semiotik Foto-Foto Jurnalistik Tentang Bencana Alam Banjir Dalam Buku Mata Hati Kompas 1965-2007).

1 8 34

PENUTUP “FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” (Analisis Semiotik Foto-Foto Jurnalistik Tentang Bencana Alam Banjir Dalam Buku Mata Hati Kompas 1965-2007).

0 3 16

Pengaruh Foto Jurnalistik di Majalah UPS terhadap Minat Mahasiswa Menggeluti Foto Jurnalistik

0 1 51