Potensi bahaya dan Faktor-Faktor Bahaya

79 Perusahaan memberikan bantuan berupa pinjaman uang untuk membeli memperbaiki membangun rumah bagi pekerja sesuai aturan yang telah ditentukan oleh perusahaan dan pemerintah dalam hal ini Bank Tabungan Negara dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Membayar uang muka KPR maksimum delapan bulan bulan Gaji Pokok. 2 Memperbaiki membangun rumah maksimum delapan bulan Gaji Pokok. i. Program penghargaan. Penghargaan yang diberikan perusahaan kepada pekerja meliputi 1 Pekerja yang berjasa dalam menemukan hal baru yang dinilai sangat berguna atau melakukan tindakan luar biasa menyelamatkan perusahaan. 2 Pekerja yang telah memasuki masa kerja 10, 20, 25 dan 30 tahun. 3 Pekerja yang telah memasuki masa pensiun akan diberikan penghargaan masa kerja yang besarnya diatur sesuai dengan peraturan Perundang- undangan yang berlaku.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Potensi bahaya dan Faktor-Faktor Bahaya

1. Kebisingan 80 Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51 MEN 1999, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses atau alat-alat kerja yang pada tingkat-tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan Nilai Ambang Batas NAB kebisingan adalah 85 dBA dalam waktu delapan jam sehari atau 40 jam seminggu. Kebisingan melampaui NAB ditentukan waktu pemajanan yang disesuaikan dengan intensitas kebisingan dalam Zulmiar, Sri Harjani, dan Muchamat Yusuf, 1999. Proses produksi di area kerja PT. X sebagian besar menghasilkan kebisingan dengan intensitas yang tinggi. Kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran. Untuk pengendalian intensitas kebisingan tersebut telah disediakan alat pelindung telinga berupa ear plug dan ear muff secara cuma-cuma dan wajib dipakai. Ear muff tidak disediakan di semua bagian, sedangkan ear plug diberikan kepada semua karyawan produksi yang di area kerjanya terdapat bahaya kebisingan. Pemakaian ear plug dapat mengurangi intensitas kebisingan sampai dengan 20 dBA, sedangkan ear muff dapat mengurangi intensitas kebisingan sampai 30 dBA Tarwaka, 2008. Namun masih terdapat beberapa tenaga kerja yang enggan menggunakan mengunakan ear plug dengan alasan ketidaknyamanan. Perusahaan melakukan pemeriksaan audiometri kepada karyawan yang dilakukan secara sampling saja artinya tidak semua karyawan melakukan pemeriksaan audiometri namun hanya diambil beberapa karyawan dari setiap seksi. 81 Selain penggunan APD, pengendalian kebisingan juga dilakukan dengan cara penggunaan ruang tertutup seperti di unit final inspection, penggunanan cover mesin pada mesin comp. WAHO dan penggunaan ruang isolasi pada genset. Upaya pengendalian administratif dilakukan dengan memberikan waktu istirahat yang cukup pada karyawan dan memberlakukan sistem rotasi kerja. Sistem rekayasa engineering juga telah dilakukan tapi belum sepenuhnya berjalan karena keterbatasan dalam pelaksanaan. 2. Penerangan b. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu. Didalam Peraturan Menteri Perburuhan PMP No. 7 Tahun 1946 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di tempat kerja, pasal 14 yang diterangkan bahwa : 1 Penerangan darurat paling sedikit 5 lux 2 Halaman dan jalan di perusahaan paling sedikit 20 lux 3 Pekerjaan yang hanya membedakan barang-barang kasar paling sedikit 50 lux 4 Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil selintas lalu paling sedikit 100 lux 82 5 Pekerjaan membedakan barang kecil dan agak teliti paling sedikit 200 lux 6 Pekerjaan membedakan barang kecil dan teliti paling sedikit 300 lux 7 Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu lama paling sedikit 500-1000 lux 8 Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sangat kurang dalam waktu lama paling sedikit 1000 lux. Dari hasil pengukuran diperoleh intensitas penerangan di area produksi PT. X plant II, masih terdapat penerangan yang tidak sesuai dengan nilai ambang batas, hal ini dikarenakan terdapat beberapa lampu yang mati dan buram. Untuk mengatasi masalah ini akan dilakukan penggantian lampu yang mati dan pembersihan lampu secar periodik. 3. Iklim Keria Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51 MEN 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas, radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Berdasarkan pengaturan waktu kerja 8 jamhari, pada area produksi PT X diperoleh ISBB antara 26,5 ° C-29,8 ° C. Berdasarkan Kepmenaker No.Kep 51 MEN 1999 standar ISBB untuk pekerjaan ringan adalah 25,0 ° C, untuk pekerjaan sedang 26,7 ° C dan untuk pekerjaan berat 30,0 ° C. 83 PT. X telah dipasang exhauster, blower dan fan, untuk mengatasi iklim kerja yang melebihi NAB namun belum dapat menurunkan iklim kerja tersebut sampai dibawah NAB. Jadi masih diperlukan penanggulangan yang ebih efektif. Dari hasil pengukuran yang didapat menunjukan bahwa beberapa seksi atau unit kerja di PT. X plant II ini iklim kerjanya ada yang tidak sesuai dengan standart yaitu melebihi NAB. Sumber panas tersebut berasal dari alat kerja dan panas dari lingkungan kerja. Hal ini ditanggulangi dengan disediakannya air minum di setiap seksi. 4. Emisi Pengukuran emisi sumber bergerak kendaraan milik perusahaan dilakukan terhadap Forklift, truck PC Plant. Sedangkan pengukuran emisi untuk kendaraan bukan milik perusahaan dilakukan terhadap Truck vendor, Truk ekspedisi dan truck sampah. Menurut SK. GUB. DKI No. 10412000, baku mutu sumber bergerak adalah sebagai berikut. Tabel 2: Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak SK. GUB. DKI No. 1041 2000 Tahun Pembuatan CO - HC - ppm Asap - Bensin Karburator 1985 4.0 1000 - 1986 - 1995 3.5 800 - 1996 3 700 - Sistem I njection 1986 - 1995 3 600 - 1996 2.5 500 - Bahan Bakar Solar 84 1985 - - 50 1986 - 1995 - - 45 1996 - - 40 Dari hasil Pemantauan yang dilakukan, ada beberapa Truk yang emisinya masih berada di atas Nilai Ambang Batas NAB . Adapun Tindakan Perbaikannya dilakukan repair maintenance oleh bagian terkait. Sedangkan untuk pengukuran ulangnya akan dilakukan pada periode pengukuran berikutnya. Untuk Truk yang sedang mengalami Overhaul Service akan dilakukan pengukuran pada periode berikutnya. PT. X telah berupaya secara maksimal dalam pengendalian emisi sumber bergerak. 5. Ambien Udara dan Cerobong Asap PT. X telah melakukan pengukuran ambien udara dan cerobong asap bekerja sama dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Departemen Ketenagakerjaan. Standar baku mutu ambien udara adalah SE Menaker No. SE-01MEN1997 tentang nilai ambang batas ambien udara lingkungan kerja, SK Gubernur DKI Jakarta No. 5512001 tentang NAB parameter udara luar pagar , parameter NH 3 dan H 2 S dalam KEP-50MENLH111996, Parameter pemantauan dokumen pengolahan lingkungan dalam UKL UPL. Sedangkan penilaian cerobong asap disesuaikan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 670 tahun 2000 tentang emisi sumber tidak bergerak, KEPMENLH No. Kep-13MENLH31995 tentang 85 NAB partikel dan SO 2 , SK Gubernur Jawa Barat No. 66031SK694-3KPMP82 yaitu tentang NAB NO 2 , CO dan Pb. Tindakan pengendalian ambien udara dan cerobong asap yang melebihi NAB adalah dengan pemasangan ekstrasi ducting di cerobong asap seksi welding, serta pemasangan exhauster di seksi painting agar asap yang mengandung chemical tidak menyebar. Sesuai kebijakan LK3 yang dikeluarkan, PT X telah memenuhi peraturan pemerintah dan persyaratan lain dalam pengendalian ambien udara dan cerobong asap. 6. Potensi bahaya K3 PT X telah melakukan identifikasi potensi bahaya di seluruh seksi produksi, yang selalu di up date setiap ada perubahan proses kerja. Dalam penilaiannya, potensi bahaya dibedakan menjadi dua yaitu Safety potensi bahaya terkait keselamatan kerja dan Health potensi bahaya terkait kesehatan kerja yang diketegorikan potensi normal N, abnormal A dan Emergency E. Potensi bahaya normal adalah potensi bahaya yang normal dihasilkan dari aktifitas kerja. potensi bahaya yang tidak normal adalah potensi bahaya yang tidak seharusnya dihasilkan dari aktivitas. Sedangkan potensi bahaya Emergency adalah potensi bahaya yang dapat menyebabkan kebakaran, ledakan dan keracunan. Dari setiap aktivitas di seksi kerja dilakukan penilaian resiko dan tingkat resiko. Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Sedangkan tingkat resiko 86 merupakan perkalian dari tingkat peluang probability dan keparahan consecuquence. Kekerapan dinilai dari frekuensi dan durasi paparan hazard. Keparahan dinilai dari jumlah orang yang terpapar hazard pada periode tertentu Tarwaka, 2008. Cara penilaian resiko adalah sebagai berikut : Tabel 3: Matrix Penilaian Resiko Keparahan Peluang H M L H H H M M H M L L M L L Keterangan: 1. P Peluang - H : High, Likely Mungkin terjadi, suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi atau dapat terjadi setiap hari - M : Moderate Sedang, suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu atau dapat terjadi setiap minggu - L : Low, Unlikely Kecil kemungkinannya, suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun kecil kemungkinannya terjadi atau dapat terjadi setiap bulantahun 2. K Keparahan 87 - L : Low, Minor, memerlukan perawatan medis ringan P3K, kerugian materi sedang,Kejadian di satu titik - M : Medium Sedang, Memerlukan perawatan medis intensif dan mengakibatkan hilang hari kerjahilangnya fungsi anggota tubuh untuk sementara waktu, kerugian materi cukup besar, kejadian dapat meluas sampai 1 seksi. - M : High tinggi, cidera yang mengakibatkan cacathilangnya fungsi tubuh secara total, tidak berjalannya proses produksi, kerugian materi sangat besar 3. TR Tingkat Resiko - H : Signifikan, memerlukan perhatian dari manajemen senior melakukan tindakan perbaikan secepat mungkin - M : Moderat, tidak melibatkan manajemen puncak namun sebaiknya segera diambil tindakan perbaikan - L : Rendah, resiko cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku Setelah mengetahui tingkat resiko, PT X melakukan pengendalian yang disesuaikan dengan peraturan K3 yang terkait dan melakukan penlaian resiko ulang setelah pengendalian sehingga resiko yang ada sesuai dengan peraturan K3 dan kebijakan perusahaan. Upaya pengendalian bahaya yang dilakukan telah sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya, yaitu meliputi pengendalian engineering, 88 administratif dan alat pelindung diri. Sedangkan upaya eliminasi dan subtitusi dimasukkan dalam program K3 karena perlu pengupayaan secara khusus.

B. Manajemen K3 dan Manajemen Lingkungan