B. Analisis Struktural Roman
Pada umumnya untuk memahami sebuah karya sastra yang berbentuk roman diperlukan adanya suatu pendekatan yang mendalam. Hal ini bertujuan agar
tidak terjadi kesalahan interpretasi dalam memahami isi cerita, pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karya tersebut. Oleh karena itu,
kajian struktural dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik dan keterkaitannya dalam membangun karya itu sendiri. Adapun unsur-unsur
instrinsik pembangun karya sastra antara lain sebagai berikut. 1.
Alur
Sebuah karya sastra yang berbentuk cerita memiliki alur, plot, atau jalan cerita. Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita yang
hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan, dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus
mengakhiri ketegangan-ketegangan Stanton, 2012: 28.
Pada karya sastra untuk menentukan alur bukanlah hal yang mudah, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak selalu membentuk sebuah alur. Sehingga
diperlukan adanya pengetahuan mengenai sekuen atau satuan cerita guna mempermudah dalam menentukan alur cerita. Schmitt dan Viala 1982: 63
menyatakan mengenai sekuen, yaitu “ Une séquence est, d’une façon générale, un
segment de texte qui forme un tout cohérent autour d’un même centre d’intérêt.” “Sekuen secara umum merupakan bagian dari teks yang membentuk sebuah
hubungan keterkaitan dalam satu titik perhatian.”
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya sekuen dalam sebuah cerita berperan penting untuk membantu menentukan alur cerita. Alur
tersebut dapat ditentukan apabila sekuen atau satuan isi cerita telah didapatkan. Dengan demikian keberadaan alur menjadi sangat penting karena alur dapat
mempermudah pembaca untuk memahami isi cerita. Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur dibagi menjadi tiga. Urutan waktu
yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam teks fiksi yang bersangkutan Nurgiyantoro, 2013 : 213.
a. Alur lurus atau progresif
Sebuah karya sastra memiliki alur progresif apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis atau runtut. Artinya peristiwa yang pertama
diikuti oleh peristiwa selanjutnya. Selain itu, cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah konflik meningkat,
klimaks, dan akhir penyelesaian. Biasanya, alur progresif ini merupakan alur yang paling umum atau sering digunakan oleh pengarang dalam penulisan karya
sastra fiksi. b.
Alur sorot balik atau flashback Alur regresif berbeda dengan alur progresif. Urutan kejadian yang
dikisahkan dalam cerita fiksi yang beralur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal awal cerita secara logika, melainkan mungkin dari
tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita. Karya sastra yang memiliki alur jenis ini, pada umumnya akan menyajikan cerita dengan
langsung memunculkan adegan-adegan konflik.