Sensor Gas TGS 2610 Sensor Suhu Thermokopel

Volume tabung yang di buat Volume = ¼ �d 2 t = ¼ x 3,14 x 0,55m 2 x 1,2 = 0,28944 m 3 Jadi dengan menggunakan cara kedua, apabila kebutuhan kompor rata – rata per jam sebesar 250 liter 0,25m 3 , maka dengan volume tabung fermentasi 0,289 m 3 sudah dapat di gunakan untuk memasak selama kurang lebih satu jam.

2.2 Sensor Gas TGS 2610

Merupakan sensor gas yang digunakan untuk mendeteksi gas etanol , hidrogen , metana, dan iso-butanapropana. Gambar 2.4. Sensor gas TGS 2610 [6] Sensor TGS 2610 membutuhkan 2 tegangan input yaitu tegangan pemanas dan tegangan rangkaian. Tegangan pemanas diterapkan dengan pemanas terintegrasi untuk mempertahankan sensor pada spesifik suhu yang optimal untuk pengindraan. Tegangan rangkaian digunakan untuk memungkinkan pengukuran V RL tegangan beban diseluruh resistor beban R L yang terhubung dalam seri dengan sensor. [6] Gambar 2.5. Skema sensor gas [6]

2.3 Sensor Suhu Thermokopel

Termokopel adalah sensor termperatur yang paling banyak digunakan dalam industri disebabkan kesederhanaan dan kehandalanya. Termokopel terdiri dari dua konduktor atau termoelemen yang berbeda, dihubungkan menjadi satu rangkaian seperti terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.6. Diagram skematik termokopel Dua termoelemen A dan B dihubungkan junction dan jika temperatur antara junction pertama cold junction dan kedua hot junction berbeda maka akan timbul arus akibat gaya gerak listrik EMF. Gambar 2.7. Pengukuran EMF Jika cold junction open circuit dan dihubungkan dengan voltmeter dengan impedansi yang tak terhingga besar sekali, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7, maka akan terbaca tegangan pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan Seebeck . Laju perubahan nilai tegangan akibat perubahan temperatur disebut dengan koefisien Seebeck . Jika termokopel digunakan untuk mengukur temperatur hot junction Gambar 2.7 maka tegangan Seebeck pada cold junction, hot junction serta temperatur cold junction harus diketahui terlebih dahulu. Karena cold junction juga menghasilkan tegangan Seebeck maka untuk mempermudah pembacaan temperatur pada tabel termokopel, cold junction ditempatkan pada ice point of water titik cair es EMF, sebenarnya timbul karena gradien temperatur sepanjang kawat yang menghubungkan hot junction dan cold junction . Dengan mengasumsikan kawat termokopel homogen maka EMF didapat akibat perbedaan temperatur hot junction dan cold junction . Hubungan tegangan antara termoelemen A dan B dengan perbedaan temperatur adalah � = Δ .................................................................. 2.1 Di mana : E AB T = tegangan Seebeck S T = koefisien Seebeck , ΔT = perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold junction . Perilaku termokopel ideal dapat dijelaskan dengan hukum termoelektrik berikut: 1. Law of Homogenous Metals EMF tidak akan ada jika termoelemen A dan B merupakan konduktor dari bahan yang sama. 2. Law of Intermediate metals Jika ada penambahan material C pada rangkaian termokopel, maka tegangan Seebeck nya akan sama dengan nol jika material tersebut pada temperatur yang seragam. Gambar 2.8. Ilustrasi Hukum termoelektrik ke 2. 3. Law of Successive or Intermediate temperaturs EMF yang timbul dari termokopel di mana kedua junction nya pada T 1 dan T 3 adalah sama dengan EMF junction pada T 1 dan T 2 ditambah EMF junction pada T 2 dan T 3 Gambar 2.9. Gambar 2.9. Ilustrasi hukum termoelektrik ke 3 Konsekuensi dari hukum termoelektrik adalah penyolderan dan pengelasan junction tidak akan mempengaruhi tegangan output, serta penambahan 2 kawat tembaga homogen yang menghubungkan termokopel dengan voltmeter akan mempengaruhi tegangan output sehingga tegangan output adalah akumulasi tegangan yang timbul akibat sambungan kawat tembaga dengan dan hot junction . Gambar 2.10 Bak es sebagai reference junction Termokopel adalah tranduser yang mengubah besaran fisis ke besaran elektrik. Output yang dihasilkan adalah tegangan dc. Output dapat diukur menggunakan voltmeter dan potensiometer, tetapi mengharuskan penggunaan eksternal kompensator untuk cold junction di mana hal ini tidak efisien karena harus menyediakan media isotermal untuk reference junction dan memerlukan penggunaan tabel untuk mengkonversi tegangan menjadi besaran temperatur. Saat ini output termokopel dihubungkan ke thermometer readout selain tidak memerlukan media isotermal, kelebihan lain adalah keluaran termokopel langsung terbaca dalam besaran temperatur. Thermometer readout telah menyediakan kompensator cold junction CJC yang tertanam didalamnya. Thermowell Termokopel yang digunakan untuk mengukur temperatur, biasanya diberi pelindung atau yang biasa disebut thermowell . Thermowell pada umumnya terdiri dari pelindung logam dan isolator adalah keramik. Thermowell digunakan untuk melindungi kawat termokopel dari gangguan mekanik, elektrik serta kontaminan. Penggunaan thermowell dapat mengubah waktu tanggap dari termokopel, di mana salah satu kelebihan termokopel adalah waktu tanggap yang cepat. Hot junction termokopel pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Exposed junction Kawat termokopel tidak terproteksi tetapi memiliki waktu tanggap yang cepat. 2. Ungrounded junction Kawat terproteksi dengan baik tetapi memiliki waktu tanggap yang lebih lambat. 3. Grounded junction Kawat terproteksi dan waktu tanggap cepat. Gambar 2.11. Jenis junction termokopel Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan thermowell , yaitu: 1. Pada temperatur tinggi termokopel dapat terkontaminasi akibat migrasi atom Chromium ke termoelemen sehingga material tidak homogen lagi. 2. Kemampuan insulator keramik magnesium oxide sebagai pelindung dari gangguan elektrik akan menurunkan akibat umur dan penyerapan uap air. 3. Perbedaan koefisien ekspansi termal antara antara kawat termokopel dan pelindung logam tidak boleh terlalu besar karena akan menyebabkan ekstra regangan pada kawat termokopel ketika dilakukan proses annealing pada termokopel. 4. Penggunaan thermowell menyebabkan penambahan kawat penyambung sebagai cold junction -nya Jenis-Jenis Termokopel 1. Tipe K Chromel Ni-Cr alloyAlumel Ni-Al alloy: Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200°C hingga +1200°C. 2. Tipe E ChromelConstantan Cu-Ni alloy: Tipe E memiliki output yang besar 68μV°C membuatnya cocok digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik. 3. Tipe J IronConstantan: Rentangny a terbatas −40 hingga +750°C membuatnya kurang populer dibanding tipe K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52μV°C. 4. Tipe N Nicrosil Ni-Cr-Si alloyNisil Ni-Si alloy: Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200°C. Sensitifitasnya sekitar 39μV°C pada 900°C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K. 5. Type B Platinum-RhodiumPt-Rh: Cocok mengukur suhu di atas 1800°C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0°C hingga 42°C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50°C. 6. Type R PlatinumPlatinum, 7 Rhodium: Cocok mengukur suhu di atas 1600°C. Sensitivitas rendah 10μV°C dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. 7. Type S PlatinumPlatinum, 10 Rhodium: Cocok mengukur suhu di atas 1600°C. Sensitivitas rendah 10μV°C dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas 1064,43°C. 8. Type T Copper Constantan: Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 μV°C. [7] Pada perancangan ini menggunakan termokopel type K baut Chromel Ni-Cr alloy Alumel Ni-Al alloy dengan rentang suhu 0 ℃ hingga +400 ℃ karena mudah ditemukan dipasaran dan harganya relatif murah.

2.4 Sensor Tekanan MPX 5500D