8 c.
Gagasan anti poligami. Poligami dipandang sebagai bentuk ketidaksetaraan gender dimana perempuan sangatlah dirugikan dan
kedudukan perempuan hanya sebatas objek bagi suami.
2. Peran Ganda Perempuan
Peran pertama mereka ialah peran sebagai ibu dan istri domestik. Peran domestik adalah peran perempuan sebagai ibu rumah tangga yang
melayani suami dan anak-anaknya. Perempuan sebagai sumber yang dapat membahagiakan individu lain termasuk suami dan anak-anaknya. Sebagai
istri yang bertugas menjadi pengasuh, pendidik anak, pengatur, dan pengurus rumah tangga. Sedangkan peran kedua mereka ialah sebagai
perempuan yang mampu membebaskan diri dari sifat naturalnya sehingga perempuan mampu mengisi sektor publik dan memberikan sumbangan
lebih dari sifat natural tersebut S.C. Utami Munandar, 1985: 22 Menurut Iwan Abdullah dalam buku Sangkan Paran Gender menyebut
peran perempuan sebagai ibu dan istri merupakan sifat alam
nature
. Dalam menjalani peran ganda sekaligus dan untuk keluar dari hukum
hegemoni patriarki sifat
nature
perempuan itu harus ditundukkan agar lebih membudaya
culture
Iwan Abdullah, 2006: 3.
3. Pemberdayaan
Empowerment
Perempuan
Enpowerment
adalah istilah dalam bahasa Inggris
power
yang berarti kekuasaan atau kekuatan, sedangkan
enpowerment
dalam bahasa Indonesia berarti pemberdayaan. Menurut Pranarka dan Moeljarto konsep
power
lahir dari perkembangan alam fikiran masyarakat dan kebudayaan
9 Barat, terutama di Eropa. Gagasan dari konsep
power
ini mulai berkembang pada sekitar dekade 70-an, kemudian terus berkembang
sepanjang dekade 80-an hingga sekarang ini. Gagasan dari konsep
power
antara lain menunjukkan bahwa perlunya memberikan
power
dan perlunya menekankan keberpihakan kepada
“the powerless”
.
Dengan demikian mereka dapat memiliki kekuatan yang nantinya menjadi pola atau modal
dasar dari proses aktualisasi eksistensinya Pranarka dan Moeljarto, 1996: 44-45.
Bila dikaji secara mendalam, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kontrol dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah
yang diinginkan oleh setiap individu. Setiap individu mempunyai pilihan dan kontrol di semua aspek kehidupan sehari-hari, misalnya pekerjaan,
akses terhadap sumber daya, partisipasi dalam pembuatan keputusan sosial, dan lain sebagainya Pranarka dan Moelyarto, 1996: 62.
Dalam kaitannya dengan pekerja perempuan, pemberdayaan harus memberikan
power
kepada perempuan serta usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi perempuan seperti meningkatkan intelektual,
meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan motivasi. Hal ini sebagai wujud aktualisasi dan kesetaraan gender serta menentang ideologi patriarki
yang terlalu mendominasi.
10
4. Ideologi Familialisme
Ideologi Familialisme merupakan ideologi yang memandang bahwa peran perempuan haruslah menjadi ibu yang baik dan istri yang patuh
terhadap suami. Ideologi familialisme menyebabkan perempuan hanya ingin menjadi istri dan ibu yang baik. Sebagai istri yang baik, perempuan
diharapkan mendampingi dan mendorong keberhasilan suami. Untuk itu, seorang perempuan diharapkan pandai bersikap dan bertingkah laku atau
menjaga diri agar selalu dikasihi suami Irwan Abudllah, 2006: 6. 5.
Jenis Peran Perempuan
Perempuan memiliki peran yang bermacam-macam, menurut Ashar Sunyoto Munandar dalam S.C. Utami Munandar 1985:22-23, peran
perempuan tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu:
a. Perempuan yang melayani
Kegiatan perempuan berpusat pada kegiatan melayani dalam arti kata yang luas termasuk mendidik, merawat, mengatur, dan mengurus
keperluan individu lain. Perempuan menjadi sumber untuk dapat membahagiakan orang lain. Sebagai istri ia menjadi pengasuh,
pendidik anak, pengatur, pengurus rumah tangga, dan pemberi pelayanan yang menyenangkan kepada suaminya dan sebagian besar
waktunya berada di rumah.
11 b.
Perempuan yang bekerja Pada jenis perempuan kedua ini kegiatan melayani keluarga masih
menjadi tanggung jawab besar bagi perempuan dan belum adanya pembagian kerja dengan suami. Selain melayani keluarga, perempuan
dalam jenis tipe kedua ini juga melakukan kegiatan dengan memberikan penghasilan untuk keperluan bekerja. Kerena kesibukan
lebih banyak dan besarnya tanggung jawab keluarga yang diemban sendiri tanpa pembagian kerja rumah tangga dengan suami maka
berdampak pada kurang terpenuhinya fungsi perempuan sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga.
c. Perempuan yang mandiri
Tipe perempuan ini menekankan pada otoritas seorang perempuan yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan uang dan uang tersebut
dapat dikelola penggunaannya secara mandiri sesuai prioritas kebutuhan keluarga. Perann perempuan sebagai istri dalam hal
pendidikan, perawatan anak, dan pekerjaan rumah tangga diatur bersama dengan suami melalui kesepakatan. Pada tipe ini suami istri
merupakan partner yang duduk sama rendah berdiri sama tinggi.
6. Konsep Gender