Hukum adat uas

Demi Allah

Nama:

Siti Anna Mazalena

Npm:

143020912190

Mat Kul:

Hukum Adat

1.

Ya, Saya mengerti

2.

Masuk 10, izin 5.


3.

Adat adalah kebiasaan demikian hukum adat adalah hukum kebiasaan, Adat adalah
hukum dan aturan yang berlaku dimasyarakat dibuat atas dasar
kesepakatan Timbulnya adat berawal dari usaha orang-orang dalam
suatu masyarakat di daerah yang menginginkan terciptanya ketertiban di
masyarakat. dan tingkah laku tersebut dilakukan berulang – ulang
sehingga dianggap sebagai aturan hidup/kebiasaan. Sedangkan hukum adat
adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang tercermin dalam kebiasaan
dan memiliki asas- asas yang berasal dari budaya dan keyakinan masyarakat sebagai norma
tidak tertulis yang dibuat dan atau dipertahankan oleh fungsionaris hukum (penguasa yang
berwibawa) bersifat mengikat serta mengandung sanksi.

4.

a) Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turun-temurun bermukim
di wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan
pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam,
memiliki pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi 19 lingkungan hukum adat (rechtsringen).
Satu daerah yang garis-garis besar, corak dan sifat hukum adatnya seragam disebutnya
sebagai rechtskring. Setiap lingkungan hukum adat tersebut dibagi lagi dalam beberapa
bagian yang disebut Kukuban Hukum (Rechtsgouw). Lingkungan hukum adat tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Aceh (Aceh Besar, Pantai Barat, Singkel, Semeuleu)
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak
1. Tanah Gayo (Gayo lueus)
2. Tanah Alas

3. Tanah Batak (Tapanuli)
1. Tapanuli Utara; Batak Pakpak (Barus), Batak karo, Batak Simelungun,
Batak Toba (Samosir, Balige, Laguboti, Lumbun Julu)
2. Tapanuli Selatan; Padang Lawas (Tano Sepanjang), Angkola,
Mandailing (Sayurmatinggi)
3. Nias (Nias Selatan)
3. Tanah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, tanah Kampar,
Kerinci)
4. Mentawai (Orang Pagai)

5. Sumatera Selatan
1. Bengkulu (Renjang)
2. Lampung (Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan, Tulang Bawang)
3. Palembang (Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo)
4. Jambi (Batin dan Penghulu)
5. Enggano
6. Tanah Melayu (Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar)
7. Bangka dan Belitung
8. kalimantan (Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak, Kenya, Dayak
Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak Lawangan, Lepo Alim, Lepo Timei,
Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum,
Dayak Penyambung Punan)
9. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Suwawa, Boilohuto, Paguyaman)
10. Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili,
Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)
11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar,
Selayar, Muna)
12. Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Kao, Tobelo, Kep. Sula)
13. Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru, Seram, Kep. Kei,
Kep. Aru, Kisar)

14. Irian

15. Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba, Sumba Tengah,
Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima)
16. Bali dan Lombok (Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, Karrang Asem, Buleleng,
Jembrana, Lombok, Sumbawa)
17. Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu, Purworejo, Tulungagung,
Jawa Timur, Surabaya, Madura)
18. Daerah Kerajaan (Surakarta, Yogyakarta)
19. Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten)[8]

c) Sifat komunal masyarakat hukum adat:
1) sifat komunal dari masyarakat hukum adat artinya adalah kehidupan manusia selalu
dilihat dalam wujud kelompok sebagai satu kesatuan yang utuh. Individu satu dengan yang
lain tidak dapat hidup sendiri, manusia adalah mahluk sosial. Manusia selalu hidup
bermasyarakat kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada kepentingan
perseorangan, sehingga komunal dapat diartikan, sebagai berikut:
1. Manusia terikat pada kemasyarakatan tidak bebas dari segala perbuatannya.
2. Setiap warga memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.
3. Hak subjektif bersifat sosial.

4. Kepentingan bersama diutamakan.
5. Bersifat gotong royong.
6. Sopan santun dan sabar.
7. Berbaik sangka.
8. Saling hormat menghormati.
2) faktor genealogis dan faktor teritorial:
Persekutuan genealogis disebabkan oleh faktor
a.

Pertalian darah menurut garis bapak (patrilineal). Contoh: Hal ini terdapat dalam
masyarakat hukum adar orang Batak, orang Bali, orang Ambon.
b. Pertalian darah menurut garis ibu (matrilineal). Contoh: Hal ini terdapat dalam
masyarakat hukum adar orang Minangkabau, Kerinci, Semendo.
c. Pertalian darah menurut garis ibu dan bapak (parental). Contoh: Hal ini terdapat
dalam masyarakat hukum adat orang Bugis, Dayak, Kalimantan, Jawa.
Persekutuan teritorial, apabila keanggotaan seseorang tergantung dari pada
bertempat tinggal di dalam lingkungan daerah persekutuan itu atau tidak.
Ada 3 jenis persekutuan hukum teritorial, yaitu :
a. Persekutuan desa, apabila ada segolongan orang terikat pada satu tempat kediaman.
Contoh: desa di Jawa dan desa di Bali

b. Persekutuan daerah, apabila di dalam suatu daerah tertentu terletak beberapa desa
yang masing-masing mempunyai tata-susunan dan pengurus sendiri yang jelas.

Contoh: Kuria di Angkola dan Mandailing yang mempunyai hutan-hutan didalam
daerahnya.
c. Perserikatan (beberapa kampung), apabila beberapa persekutuan kampung yang
terletak berdekatan mengadakan permufakatan untuk memelihara kepentingan
bersama. Contoh: Mengadakan pengairan.

5. Membuat 2 soal dan jawaban yang diawali “mengapa” dan “bagaimana” dari bab 6,7,8,9.
1. Bagaimana pembagian harta milik bersama ini apabila terjadi perceraian?
Jawab: Barang-barang milik bersama ini dibagi antara kedua belah pihak, suami dan istri.
Masing-masing pada umumnya menerima separuh. Tetapi ada beberapa daerah yang
mempunyai kebiasaan membagi sedemikian rupa, sehingga suami mendapatkan dua-pertiga
dan istri mendapatkan sepertiga, seperti halnya beberapa daerah di Jawa Tengah. Asas
pembagian dua-pertiga untuk suami dan sepertiga untuk istri ini di Jawa Tengah disebut
“sagen dong sapikul”.
2. Mengapa dalam sebuah acara pernikahan di Indonesia selalu mengunakan upacara-upacara
perkawinan adat?
Jawab: Karena upacara-upacara adat pada sebuah acara pernikahan ini berakar pada adatistiadat serta kepercayaan yang ada sejak dahulu kala, sebelum agama Islam masuk ke

Indonesia, telah diturut dan senantiasa dilakukan. Upacara-upacara adat ini sudah dimulai
dilakukan pada hari-hari sebelum pernikahan serta berlangsung samapai hari-hari sesudah
upacara nikah. Upacara diberbagai daerah di Indonesia adalah tidak sama sebab
dilangsungkan menurut adat kebiasaan ditempat masing-masing.

6. a. Hak ulayat adalah pengakuan bersama oleh seluruh anggota masyarakat dan didalamnya juga
terkandung hak kepunyaan perorangan yang berarti orang perorangan boleh mempunyai
tanah di lingkungan hak ulayat tersebut. atau


hak dari suatu masyarakat hukum adat atas lingkungan tanah wilayahnya, yang
memberi wewenang-wewenang tertentu kepada penguasa adat untuk mengatur dan
memimpin penggunaan tanah wilayah masyarakat hukum tersebut.

b. Persekutuan berusaha meletakkan batas-batas disekeliling wilayah kekuasaannya dengan
menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus mengawasi wilayah kekuasaan persekutuan.
selain petugas khusus, untuk menegaskan wilayah kekuasaan juga memakai piagam yang
dikeluarkan oleh raja-raja dan pemerintah kolonial Belanda, hal ini jelas bahwa hak ulayat
juga dipengaruhi oleh kekuasaan kolonial Belanda.



Pengaruh yang menguntungkan: Adanya perlindungan atau penegakkan dari pada hak
ulayat suatu persekutuan atas wilayahnya.



Pengaruh negarif:



Perkosaan: adanya perampasan wilayah tanah untuk keperluan kolonial Belanda.



Perlunakan: sistem pemberian tanah oleh raja kepada pejabat-pejabat tertentu yang
memungkinkan orang yang bukan persekutuan mengambil bagian.



Pembatasan: tindakan-tindakan raja dan kolonial Belanda mewajibkan persekutuan

menggunakan tanah wilayahnya seintensif-intensifnya dengan mengerahkan warga
sebanyak-banyaknya, dan menanami tanah sesuai dengan keperluan raja dan kolonial
Belanda.

7. Yang dimaksud dengan:
- Gala-gala sitellu, telluk mardagul-dagul, molo sala pemahenanku luhat huapulapul: Jikalau saya
berbuat salah, saya akan memperbaiki kesalahan saya. (Batak)/ sebagai bentuk penyesalan.
- Eleutherogami: Sistem perkawinan yang terdapat dalam sistem ini adalah larangan-larangan yang
bertalian dengan ikatan kekeluargaan yakni larangan karena: Nasab(keturunan yang dekat) dan
musyaharah(per-iparan)
- Barang kelakeran: Sistem kewarisan kolektif, dimana ahli waris hanya mempunyai hak pakai saja
(Minahasa)
- cakkara: Kekayaan milik bersama suami istri (Bugis)
- Sistem mayorat: Semua harta peninggalan jatuh pada anak laki-laki tertua dengan ketentuan
bahwa ia sebagai pengganti bapaknya dan wajib memelihara saudara-saudaranya hingga meraka
mentas (Bali)
- Mapalus: Persekutuan (desa, nagari, famili, marga dll) ,perkumpulan- perkumpulan yang
memiliki organisasi yang tegas dan rapih, Mapalus (Minahasa)
- Adolsende: Penyerahan tanah dengan pembayaran kontan disertai ketentuan, bahwa yang
menyerahkan tanah mempunyai hak mengambil kembali tanah itu dengan membayar uang yang

sama jumlahnya (Jawa)