Adat dan Hukum

ADAT DAN HUKUM SUKU ACEH
Suku bangsa Aceh merupakan salah satu suku yang tergolong kedalam etnik Melayu.
Di samping itu etnik Aceh juga di identikkan dengan Arab, Cina, Eropa dan
Hindustan(India). Aceh sejak dulu telah mempunyai kontak dagang dengan bangsa asing
terutama dari India, Timur Tengah dan Cina. Realitas tersebut menurut hemat penulis karena
letaknya yang strategis dengan jalur pelayaran Internasional serta berdekatan dengan lautan
Indian dan selat malaka.
Hampir semua sejarawan kawasan Asia Tenggara memberi pendapat bahwa sulit
mendapatkan sumber yang akurat mengenai asal nama Aceh. Di dalam sejarah kedah,
Marong Mahawangsa, (+ th. 1220 M = 517 H) Aceh sudah tersebut sebagai suatu negeri di
pesisir pulau perca (Sumatera).
Kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan jaya di bumi Aceh, khususnya Kerajaan Aceh
Darussalam, yang pada saat ini disebut sebagai serambi Makkah, Bumi Iskandar Muda,
Tanah Rencong, Daerah Modal, bumi gajah Putih, dan Naggroe Aceh Darussalam, mulai dari
kerajaan Islam di peureulak, kerajaan Isalam samudera Pasai dan lain-lainnya mengambil
Islam sebagai dasar negara. Sedangkan sumber hukumnya dengan jelas dan tegas berkiblat
kepada al-Qur’an , Hadis, Ijma’, dan Qiyas.
Dalam melaksanakan hukum, Kanun al-Asyi menjelaskan bahwa”Ulama dengan rais
tidak boleh jauh dan bercerai. Sebab, jikalau bercerai dengan rais niscaya binasalah negeri.
Barang siapa mengerjakan hukum Allah dan meninggalkan adat maka bersalah dengan
dunianya. Dan barang siapa mengerjakan adat dan meninggalkan hukum Allah, maka

berdosalah dengan Allah.
Hal ini sesuai dengan sebuah hadih maja atau pepatah Aceh yang berbunyi Adat Bak
Po Teumereuhôm

1
sufyan.ilyas@ymail.com

Hukôm Bak Syiah Kuala
Kanun Bak Putroe Phang
Reusam Bak Lakseumana

Dilihat dari struktur dan susunan sistem kepengurusan dan kepemerintahan di Aceh,
sistem kepengurusan kerajaan Aceh terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
a. Tingkat Pusat
Kepengurusan kerajaan Aceh pada tingkat pusat diketuai oleh seorang sultan. Sultan
memiliki kekuasaan tertinggi yang dibantu oleh memteri-menteri dan ketua-ketua jabatan
yang bertanggung jawab langsung kepada sultan.
b. Tingkat Nanggroe
Tingkat negeri ini terdiri dari beberapa buah mukim yang disatukan dan dinamakan
nanggroe. Sistem kepengurusan di tingkat ini adalah:

1) Uleebalang
2) Imeum
3) Keuchik

c. Tingkat Mukim
Mukim adalah gabungan dari beberapa buah gampoeng yang ditandai oleh sebuah
mesjid. Oaring-orang dari beberapa gampoeng yang tergabung dalam lingkungan mesjid ini
berada dibawah kekuasaan seorang penguasa agama yang disebut imam. Karena pengaruhnya
sangat kuat di kalangan masyarakat, maka peranan imam berubah menjadi pemimpin atau
ketua mukim.
d. Tingkat Gampoeng

2
sufyan.ilyas@ymail.com

Sistem pemerintahan tingkat ini adalah sistem pemerintahan yang terletak di tingkat
paling kecil dan bawah sekali. Kadang-kadang ia terbentuk dari seuneubok.
Sistem pemerintahan gampong adalah:
1) Keuchik, yaitu orang yang mengetuai pemerintahan gampong.
2) Waki keuchik, wakil kepala kampong yang dinamakan waki.

3) Teungku menasah, mengurusi urusan agama seperti: nikah, talak, fasakh, rujuk,
kematian dengan pengetahuan keuchik.
4) Ureueng tuha, yang bertugas bersama-sama imeum menasah membantu keuchik

e. Tingkat Daerah-Daerah Tanah Bebas
Daerah ini diurus oleh sultan. Daerah tanah bebas dianggap istimewa karena terletak
dekat dengan benteng atau istana. Daerah ini dipanggil juga sebagai bibeueh. Gamponggampong yang berstatus daerah bibeueh adalah:
1) gampong kandang, tempat tinggal hamba raja.
2) gampong meureuduwati, tempat tinggal pegawai raja
3) gampong jawa dan gampong keudah, tempat tinggal saudagar-saudagar asing
4) gampong pante pirak dan gampong neusu, tempat tinggal tentara sultan atau
militer.

3
sufyan.ilyas@ymail.com