69 Penelitian
mengenai nilai
perusahaan telah dilakukan oleh Luga 2008.
Penelitian ini
dilakukan menggunakan arus kas operasi dan struktur
modal sebagai variabel independennya. Hasilnya menunjukkan arus kas operasi
lebih mempengaruhi nilai perusahaan secara simultan. Penelitian lain dilakukan
oleh Yuniasih 2008 dengan menggunakan salah satu indikator kinerja keuangan yaitu
ROA terhadap perusahaan manufaktur dan hasilnya menunjukkan hubungan yang
positif terhadap nilai perusahaan. Dari penelitian terdahulu diatas, belum ada yang
menggunakan rasio keuangan yang lengkap sebagai variabel independennya. Penelitian
ini juga menggunakan sampel perusahaan Real estate dan Property pada tahun 2006
sampai 2008. Hal itu juga mengingat bahwa pada 2008 telah terjadi krisis global,
sehingga peneliti ingin melihat bagaimana kinerja perusahaan selama periode tersebut
dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar
belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,
peneliti merumuskan masalah apakah Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio
DER, Total Assets Turnover TOTA, dan ROE berpengaruh secara parsial dan
simultan terhadap MVE pada perusahaan Real
estate dan
Property di
BEI. Berdasarkan perumusan masalah yang ada,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Current Ratio CR,
Debt to Equity Ratio DER, Total Assets Turnover TOTA, dan ROE berpengaruh
secara parsial dan simultan terhadap MVE pada perusahaan Real estate dan Property di
BEI.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan
merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk
berkomunikasi antara berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan dengan
perusahaan. Wild et al 2005:16 mengatakan
bahwa analisis
keuangan financial
analysis merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan
kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering
digunakan. Rasio
keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang
terdapat dalam laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu
perusahaan dapat diinterpretasikan.
Menurut Harahap 2006:297 ”rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos
lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berart
i”. Dari defenisi ini, rasio keuangan harus menunjukkan hubungan
yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara
perkiraan- perkiraan
laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio
keuangan dapat
diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan
yang dibandingkan
harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting.
3. Jenis-jenis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam
menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini dapar dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar atau aktiva
likuid. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi utang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya. Aktiva lancar umumnya meliputi kas,
sekuritas, piutang
usaha, dan
persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka
pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban
akrual lainnya terutama gaji.
70
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini
digunakan untuk
mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Menurut Darsono dan Ashari
2005 : 54 “rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar
kewajibannya jika
perusahaan ter sebut dilikuidasi”. Debt to
Equity Ratio DER merupakan rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan
total ekuitas. DER merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai
variabel keuangan karena secara teoritis menunjukkan resiko suatu perusahaan
sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham.
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas activity ratio menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:
212 adalah ”rasio yang mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola aktivanya”. Rasio-rasio ini dirancang untuk mengetahui
apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca
terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat
penjualan saat ini dan proyeksinya. Total Asset Turnover TATO menggambarkan
efektivitas
penggunaan seluruh
harta perusahaan dalam rangka menghasilkan
penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan dari setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik. Penelitian ini menggunakan rasio
ini dalam
mengukur aktivitas
perusahaan. d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas profitability ratio menurut Van Horne dan Wachowicz
2005 : 222 adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan
invest asi”. Dari rasio profitabilitas dapat
diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan.
Setiap perusahaan
menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi.
Untuk dapat
melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam
keadaan yang menguntungkan profitable. Apabila perusahaan berada dalam kondisi
yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi
perusahaan untuk
memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi
dari pihak luar. Return on equity ROE menurut Van
Horne dan Wachowicz 2005 : 226
“menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
pemegang saham,
dan sering
kali digunakan dalam membandingkan dua atau
lebih perusahaan sebuah industri yang sama”.
4. Nilai Perusahaan
Perseroan corporate
dikenal dengan pemisahan antara pemilik dengan
pengelolanya, dalam hal ini pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan.
Aktivitas manajemen
perusahaan berhubungan dengan analisa keuangan dan
perencanaan, keputusan investasi, dan keputusan pembiayaan investasi yang
diambil untuk mencapai tujuan pemegang saham. Pemegang saham mengharapkan
pengembalian
atas uang
yang diinvestasikannya. Karena itu manajemen
bekerja sebagai wakil dari pemegang saham, artinya mereka berusaha untuk
meningkatkan nilai dari para pemegang saham. Sehingga tujuan utama manajemen
adalah
memaksimalkan kekayaan
pemegang saham. Hal itu tentu saja dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai
perusahaan, dalam hal ini, harga saham perusahaan.
Jadi, nilai
perusahaan dapat
diartikan sebagai tingkat ekspektasi nilai investasi pemegang saham harga pasar
ekuitas ataupun ekspektasi nilai total perusahaan
harga pasar
ekuitas dijumlahkan dengan nilai pasar utang,
ataupun ekspektasi nilai pasar aktiva. Nilai perusahaan dapat diukur melalui dua
pendekatan, yaitu pendekatan ekuitas dan pendekatan aktiva. Pendekatan aktiva
dinyatakan dengan jumlah nilai buku dari aktiva-aktiva perusahaan yang disebut
market to book value of asset MBR. Pendekatan ekuitas mengukur jumlah
ekuitas yang beredar dikalikan dengan
71 harga pasarnya pada setiap akhir tahun
buku yang dinyatakan sebagai Market value of equity MVE. Market Value of Equity
merupakan kapitalisasi saham-saham yang beredar dengan asumsi pasar modal yang
efisien.
Nilai perusahaan
merupakan cerminan dari harga pasar saham dan
jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan tergantung
dari kinerja manajemen perusahaan yang dapat dilihat dari analisis rasio keuangan
perusahaan. Analisis yang digunakan antara lain analisis rasio likuiditas, solvabilitas,
aktivitas, dan profitabiliatas perusahaan.
Rasio likuiditas yang dihitung melalui tingkat current ratio mencerminkan
kecukupan arus kas dalam menyelesaikan utang jangka pendek. Semakin likuid
perusahaan, maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat dan ini akan
memberikan kesempatan perusahaan untuk berkembang sehingga dapat meningkatkan
harga dan jumlah saham perusahaan.
DER digunakan sebagai rasio solvabilitas yang menjadi salah satu ukuran
yang mencerminkan faktor resiko yang dihadapi investor. Semakin tinggi tingkat
DER akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan
semakin tinggi.
Investor cenderung memilih saham dengan DER
yang rendah. Rasio aktivitas dalam hal ini TATO
menilai keefektifan penggunaan aktiva oleh perusahaan yang dapat meningkatkan laba
dan arus kas perusahaan, sehingga menarik para investor untuk menanamkan dananya
dalam bentuk saham.
Profitabilitas perusahaan
ditunjukkan melalui ROE. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan
laba atas investasi. Profitabilitas perusahaan akan meningkatkan daya saing perusahaan
dan mendorong
perusahaan untuk
melakukan ekspansi
usaha sehingga
mendorong tumbuhnya investasi baru pada perusahaan. Hal ini tentu saja akan
membuat perusahaan mengeluarkan saham yang lebih banyak lagi. Investor cenderung
memilih saham dengan ROE yang tinggi.
5. Hipotesis