BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA

(1)

PENGERTIAN DAN RUANG

LINGKUP

Hukum Acara Pidana: ”Mengatur tata cara

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, peradilan, pelaksanaan, pengawasan, dan putusan hakim.”

 Hukum Pidana Formal (HAP): Mengatur

bagaimana negara melalui alat-alat kekuasaannya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana. (D. Simons).


(2)

TUJUAN

 ”Untuk menemukan kebenaran terutama kebenaran materil

setidak-tidaknya mendekati kebenaran, adalah kebenaran selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapa pelakunya yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”.

 Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan HAP : Mencari


(3)

FUNGSI DAN TUJUAN HAP

 H.Pidana materil berfungsi untuk menentukan perb.2

apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat dipidana dan jenis pidana apa yang dapat dilakukan. Sedangkan fungsi HAP: melaksanakan HP material artinya: menetapkan cara bagaimana negara dengan mempergunakan alat-alat perlengkapannya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan seseorang.


(4)

Ruang Lingkup HAP:

 Penyidikan perkara pidana  Penuntutan

 Pemeriksaan di Pengadilan  Upaya Hukum

 Pelaksanaan keputusan hakim

 Pengawasan dan pengamatan terhadap

Keputusan Hakim


(5)

Orang-orang yang terlibat dalam

HAP

 Tersangka/terdakwa  Penyidik (polisi)

 Penuntut Umum  Penasehat Hukum  Hakim


(6)

SUMBER2 HAP

UUD 1945

KUHAP No. 8 Tahun 1981 ttg HAP

UU No. 2 Thn 1986 ttg Peradilan Umum jo. UU No. 8 Thn 2004 ttg

Prbhan Atas UU No. 2 /1986 ttg Prdilan Umum jo. UU No. 49 Thn 2009 ttg Prbhan Kedua Atas UU No. 2/1986 ttg Prdilan Umum.

UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. UU No. 5 Thn 2004 ttg Prbhan Atas UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. Prbhan kedua dg UU No. 3 Thn 2009.

UU No. 48 Thn 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman, pd saat UU ini berlaku, UU No. 4 Thn 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


(7)

SUMBER HAP

UU No. 18 Thn 2003 ttg Advokat yg mlai berlaku sejak diundangkan tanggal 5 April 2003.

UU No. 2 Thn 2002 Ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia.UU No. 16 Thn 2004 ttg Kejaksaan Republik Indonesia.

UU No. 7 Thn 1992 ttg Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37 jo. UU No. 10 Thn 1998.

UU No. 31 Thn 1999 ttg Pmbrntasan Tindak Pidana Korupsi. UU ini mngtur acara pidana khusus utk delik korupsi. Kaitannya dg KUHAP ialah dlm Psl 284 KUHAP. UU tsb dirubah dg

UU No. 20 Thn 2001 ttg Prbhan Atas UU No. 31 Thn 1999 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

UU No. 13 Thn 1970 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian thdp anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. UU ini msh brlku dan kata MPRS seharusnya dibaca MPR, sdngkan DPR seharusnya tanpa Gotong Royong.


(8)

SUMBER HAP

 UU No. 5 (PNPS) Thn 1959 ttg Wwnang

Jaksa Agung/Jaksa Tentara Agung dan

memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu.

 UU No. 7 (drt) Thn 1955 ttg Pengusutan,

Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.

Peraturan Pemerintah No. 27 Thn 1983 ttg

Pelaksanaan KUHAP.

 Beberapa Keputusan Presiden yang


(9)

SUMBER HAP

Kep. Presiden Republik Indonesia No. 73 Thn 1967 ttg Pmbrian Wwnang Kpd Jaksa Agung Mlkkan Pengusutan, Pemeriksaan Pendahuluan Thdp Mrk Yg Mlkkan Tindakan Penyeludupan;  Kep. Presiden Republik Indonesia No. 228 Thn 1967 ttg

Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi;

Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Thn 1974 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian Thdp Pimpinan/Anggota DPRD Tingkat II dan II;

Kep. Presiden Republik Indonesia No. 7 Thn 1974 ttg Organisasi Polri;

Kep. Presiden Republik Indonesia No. 55 Thn 1991 ttg Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;

Kep. Presiden Republik Indonesia No. 43 Thn 1983 ttg Tunjangan Hakim

Kep. Presiden Republik Indonesia No. 44 Thn 1983 ttg Tunjangan Jaksa


(10)

Sejarah singkat HIR, RBg dan BRv

1. HIR

HIR singkatan dari Herziene Inlandsch Reglement, merupakan salah satu sumber hukum acara perdata bagi daerah Pulau Jawa dan Madura peninggalan kolonial Hindia Belanda yang masih berlaku dinegara kita hingga kini. HIR sebenarnya

berasal dari Inlansch Reglement (IR) atau Reglement Bumiputera.

2. 2. BRv

BRv atau Rv singkatan dari Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering, merupakan Hukum Acara Perdata untuk golongan Eropa

3. RBg

RBg adalah singkatan dari Rechtsreglement voor de Buitengewesten (Reglement untuk daerah seberang),

merupakan Hukum Acara Perdata bagi daerah-daerah luar pulau Jawa dan Madura.


(11)

HAP yang pernah dilaksanakan

kerajaan Belanda di Indonesia :

Reglement op Rechterlijk Organisatie (Reg. Organisasi Kehakiman) S.1848-57. memuat ttg ketentuan org.

Kehakiman.

Reglement op de Burgerlijke Rechts Vordering (Reglement HAPerdata) S. 1849-63.

Reglement op de Strafvoordering (Reglement HAP) S.1849-63 yang memuat HAP bagi gol. Pddk eropah dan disamakan dengan mereka.

Land Gerechts Reglement (Hakim Kepolisian) S.1914-317 Memuat Hukum Acara di muka kehakiman yang memeriksa dan memutus perkara-perkara kecil untuk segala gol.

Penduduk.

Inlandsch Reglement (IR)/(HIR) yang disebut: Reglement

Bumi Putra S. 1949-19. HAPerdata dan Hukum Acara Pidana di muka pengadilan landrat bagi gol pddk Indonesia dan

Timur Asing hanya berlaku di jawa dan Madura.

Reglement vor de Buitengewesten (RBg) S.1927-227 yang memuat Hukum Acara Perdata bagi pddk Indonesia dan Timur Asing yang di luar Pulau Jawa dan Madura


(12)

IR menjadi HIR

Dalam perkembangan IR mengalami perubahan oleh

karena tugas-tugas residen dalam pemerintahan semakin meningkat sehingga tugas peradilan

menjadi terabaikan. Untuk mengatasi hal ini maka timbbul gagasan untuk melakukan perubahan

terhadap ketentuan2 IR, karena sepanjang

menyangkut tugas penuntutan dan pemeriksaan. Gagasan tersebut kemudian menjadi kenyataan melalui S. 1941-44 IR diperbaharui menjadi HIR (Herziene Inlandsch Reglement).


(13)

MASA JEPANG

 Semasa pendudukan bala tentra jepang tidak

dilakukan perubahan yang mendasar di bidang hukum, kecuali nama pengadilan yang disesuaikan dengan nama jepang yaitu:

 GUNSERE (OSAMU SEREI) = UU Nomor 1

Tahun 1942 dimana Landrat menjadi: TIE HOOIN dan diberlakukannya sebagai Hukum Acaranya adalah: HIR. Kemudian Landgerecht diubah namanya menjadi: KEIZAIHOOIN. Dengan Hukum Acaranya Landgerecht Reglement.


(14)

Perbedaan HIR dengan KUHAP

 Tidak dikenal dalam HIR:

 Hak tersangka (Psl 50-51 KUHAP)  Bantuan hukum (Psl 69-70 KUHAP)  Dasar hukum dalam surat perintah

penangkapan (Psl 16-17 KUHAP)

 Ganti rugi (Rehabilitasi Psl 95-96-97)  Pra Peradilan ( Psl 1 ayat 10 KUHAP)

 Penggabunan (perdata+pidana Psl 98-101)  Koneksitas (Psl 89-90 KUHAP)


(15)

MASA INDONESIA MERDEKA

Berdasarkan Pasal II AP UUD’45 di bidang Hukum Acara Pidana masih tetap

diberlakukan HIR dan Landgerecht Reglement. Baru pada tanggal 14 Januari 1951 melalui UU No.1 Drt 1951 dilakukan keseragaman HAP sebagai tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan dalam keseragaman kekuasaan dan acara pengadilan sipil di Indonesia. Atas dasar peraturan tsb maka sejak saat itu diseluruh wil. Indonesia dikenal pengadilan sehari-hari untuk segala gol. Pdd sipil di bidang peradilan umum yang terdiri-dari pengadilan negeri sebagai pengadilan tk I, PT sebagai Pengadilan Tk akhir dan MA.

Di dalam memenuhi perintah Ps. 24 UUD\45 maka dikeluarkanlah UU No. 19

tahun 1964 yang kemudian diganti dengan UU No. 14 Th 1970 ttg Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Menurut pasal 12 UU Nomor 14 th 1970, HAP harus dibuat berdasarkan UU tersendiri untuk memenuhi harapan UU tsb pada tahun 1979 pemerintah mengajukan RUU Acara Pidana ke DPR yang kemudian setelah melalui proses legislatif pada taggal 23 Sept. 1981 disetujui DPR dan pada tanggal 31 Desember 1981 disahkan menjadi UU Nomor 8 tahun 1981 LN 1981-76.

Dengan lahirnya UU ini maka segala ketentuan Acara Pidana yang termuat

dalam HIR dan UU No.1 Drt 1951 dan dalam berbagai perUUngan lainnya sepanjang menyangkut HAP dinyatakan tidak berlaku lagi.


(16)

ASAS….

KESEIMBANGAN

Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c yang menegaskan bahwa dalam penegakan hukum harus bcrlandaskan prinsip

keseimbangan yang serasi antara:

1.perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan,

2. perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.

- perlindungan terhdp harkat & martbt man, kepentingan dan termasy.


(17)

Asas………

PRADUGA TAK BERSALAH (Presumption of innocent): Penjelasan butir 3 huruf c

asas praduga tak bersalah, telah dirumuskan dalam Pasal 8 Undang undang Pokok

Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970, yang berbunyi: "Setiap orang yang sudah

disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan


(18)

PRINSIP PEMBATASAN PENAHANAN

Masalah penahanan, merupakan persoalan yang paling esensial dalamsejarah kehidupan

manusia. Setiap yang namanya penahanan, dengan sendirinya menyangkut nilai dan makna, antara lain:

perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang yang ditahan,

menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan harkat martabat kemanusiaan,

menyangkut nama baik dan pencemaran atas kehormatan diri pribadi.

Setiap penahan dengan sendirinya menyangkut pembatsan dan pencbutan smeentara sebagian hak-hak aasi manusia


(19)

ASAS GANTI RUGI DAN

REHABILITASI (Psl 95, 96, dan Psl 97)

PENGGABUNGAN PIDANA

DENGAN TUNTUTAN GANTI RUGI (Psl 98 s/d Psl 101)

ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN.

PERADILAN TERBUKA UNTUK UMUM (Pasal 153 ayat 3)


(20)

DASAR HUKUM :

a.Undang-undang RI No.8 Tahun 1981, Tentang Hukum Acara

Pidana, LN.RI No.76. TLN. No.3309

b. Undang-undang RI No.4 Tahun 2004, Tentang Kekuasaan Kehakiman, LN.RI No.8/ 2004

3. Undang-undang RI No.5 Tahun 1991, Tentang Kejaksaan RI, LN.RI.No.59/ 1991

4. Undang-undang RI No.2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, LN.RI No 2002

5. Undang-undang RI No.18 Tahun 2003, Tentang Advokat, LN.RI No.49/ 2003, TLN No.4282

6. Undang-undang RI No.5 Tahun 2004, Tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, LN.RI No.9/ 2004

7. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya, seperti SEMA dan PERMA. Dll.


(21)

ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM

ACARA PIDANA

1. LOGIKA

• Logika diperlukan dalam menghubungkan keterangan yang satu dengan yang lain seperti masalah pembuktian dan metode penyelidikan. 2. PSIKOLOGIKA

• Mengerti tingkah laku dan dapat memberi penilaian atas hal itu. Hakim seharusnya mempunyai rasa seni, yang dapat mengerti dan menilai fakta-fakta yang sangat halus dan penyimpangan2 yang lahir dari unsur kejiwaan terdakwa. Jadi berguna dalam hal menghadapi manusia (Tersangka/terdakwa).


(22)

3. KRIMINALISTIK

Berguna dalam hal menilai faktanya. Fakta-fakta yang ditemukan oleh hakim harus dapat dikonstruksikan sebelum ia menjatuhkan putusannya.

4. PSIKIATRI

Psikiatri yang dipakai dalam hal-hal yang tidak normal, yaitu psikiatri utk peradilan atau forensik.

5. KRIMINOLOGI

Diperlukan dalam rangka mengetahui sebab2 atau ltr blkg tjd kejahatan serta akibatnya terhdp masy.


(23)

PENYELIDIKAN:

Serangkaian tindakan penyelidik utk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai TP guna menentukan dapat tdknya

dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur UU ini.

Tindakan Penyelidikan bertujuan:

“Utk menentukan adanya bukti awal sehingga penyidikan dapat dilakukan”

Fungsi :

- Mencari dan menemukan peristiwa tindak pidana

- Menentukan dapat atau tidaknya tindakan penyidikan dilakukan.


(24)

PENYELIDIK

Orang yg melakukan penyeldknPejabat Polisi Negara RI (ps 4) dr yg berpangkat rendah s.d


(25)

WWNANG PENYELIDIK

BERDASARKAN HUKUM (Pasal 5):

Menerima laporan atau pengaduanMencari ket & brg bukti

Menyuruh berhenti org yg dicurigaiTdkan lain mnrt hk yg bertgg jwb: - tdk berttngan dg aturan hk

- selaras dg kewajiban hk

- patut & msk akal dan dlm lk jab - atas pertbgan yg layak


(26)

KEW.BERDSRKAN PERINTAH PENYIDIK PSL 1 hruf b

Pengkpn, lrgn mngglkan tempat, penggeledahan, dan penyitaan • Pemeriksaan dan penyitaan suratMgmbil sidik jari dan memotret

Membw & menhdpkan seseorg kpd penyidik


(27)

PENYIDIKAN: Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam HAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang TP yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya

Fungsi:

- Mencari serta mengumpulkan bukti - membuat terang TP


(28)

PENYIDIK

Orang yg melkan penyidikanPejabat Polisi negara RI atau

penyidik pegawai negeri sipil (pasal 6 KUHAP)

Berpangkat sekurang2nya PeldaPydk Pembantu Serda-Serma


(29)

Wewenang penyidik (Ps 7)

Menerima lpran atau pengaduan adanya TP

Menyrh berhti seorg tsk & mmrks tanda pengenal

diri

Melakukan penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan

Melak pemeriksaan & penyitaan suratMengambil sidik jari dan identitas org

Memanggil org utk didengar & diperiksa sbg tsk

atau saksi

Mendatangkan org ahli yg diperlukanMengadakan penghentian penyidikan

Mengadakan tindakan lain menurut hk yang


(30)

PENANGKAPAN (Psl 16):

Pengekangan sementara

waktu kebebasan tsk/tdw

Guna kepentingan


(31)

SYARAT PENANGKAPAN

Seorang tsk diduga keras

melakukan TP

Dugaan tsb didasarkan kepada

bukti yang cukup

TP yang dilakukan tmsk

kejahatan dan bukan

pelanggaran


(32)

TATA CARA PENANGKAPAN

Dilakukan oleh POLRI

Membawa surat tugas

penangkapan

Memperlihatkan surat perintah


(33)

ISI SURAT PERINTAH

PENANGKAPAN

IDENTITAS TERSANGKAALASAN PENANGKAPAN

URAIAN SECARA SINGKAT PERKARA KEJAHATAN YANG DISANGKAKAN

TEMPAT DIMANA IA AKAN DIPERIKSA


(34)

TERTANGKAP TANGAN

Pada wt sedang melakukan TP atau

Dengan segera sesudah beberapa saat

TP dilakukan atau

Sesaat kemudian diserukan oleh

khalayak ramai sebagai orang yang melk TP

Apabila saat kemudian ditemukan

benda yang diduga keras telah

dipergunakan untuk melakukan TP yang menunjukkan bhw ia pelakunya atau

turut melakukan atau membantu melakukan TP


(35)

PENGGELEDAHAN

Penggeledahan Rumah: Tindakan penyidik utk

memasuki rumah tempat tggl dan tempat tertutup lainnya utk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dlm hal serta menurut cara yg diatur dalam UU.

Penggeledahan Badan: Tindakan penyidik utk

mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka utk mencari benda yg diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita.

Penggeledahan: Tindakan penyidik yg

dibenarkan UU utk memasuki dan melakukan pemeriksaan dirumah tempat kediaman seseorang atau utk melakukan pemeriksaan terhdp badan dan pakaian seseorang.


(36)

Tujuan

Melakukan tindakan pemeriksaan dan atau

Penyitaan dan atauPenangkapan


(37)

TATA CARA

PENGGELEDAHAN

PENGGELEDAHAN BIASA

- Harus ada “Surat Izin” Ka.PN - Petugas membw dan

memperlihatkan surat tugas

- didampingi 2 saksi, jika penghuni tdk setuju (RT,RW)

- membuat BA penggeledahan


(38)

P. DALAM KEADAAN

MENDESAK

Dapat langsung dilakukan tanpa lebih dahulu mendpt Izin Ka. PN - halaman rmh tsk

- tempat lain tsk bertpt tggl

- ditempat tindak pidana dilak. - penginapan dan tpt umum lain


(39)

KEADAAN SANGAT PERLU DAN

MENDESAK

Diduga keras terdapat terdw akan melarikan diri

Mengulangi tindak pidanaBenda yang dapat disita

dikhawatirkan akan dimusnahkan (dipindahkan).


(40)

KEC.TERTANGKAP TANGAN DILARANG

BERTINDAK MEMASUKI DAN MELAKUKAN PENGGELEDAHAN PADA SAAT:

Ruang dimana sedang berlsg sidang MPR,DPR atau DPRD

Sedang berlangsung ibadah atau upacara keagamaan dan

Ruang sedang berlangsung sidang pengadilan


(41)

PENAHANAN

Penempatan tsk atau terdakwa

ditempat ttt oleh penyidik atau PU atau hakim dlm hal serta mnrt

cara yg diatur KUHAP

Penydkan: Penydk atau PP atas Perintah Pydk

Penuntutan: PU


(42)

SYARAT PENAHANAN

Syarat Objektif:

- Tindak pidana yg dilakukan itu diancam dg pidana penjara 5 th atau lebih

- Tindak pidana yg kurang dr 5 th ttp tindak pidana itu disebutkan dlm KUHAP

Syarat Subjektif:

- Tsk atau tdw diduga keras sbg plk - Berdasarkan bukti yg cukup

- Adapun kekhawatiran tsk atau tdw akan:

melarikan diri,menghilangkan brg bukti dan mengulangi Tindak Pidana


(43)

JANGKA WT PENAHANAN DAN PENAHANAN LANJUTAN

TK PMRSN PJBT JK WT PERPJGN PNHN JLH PJBT JK WT

PENYIDIKAN PYDK 20 PU 40 60

PENUNTUTAN PU 20 Ka.PN 30 50

PMRSN DI PN HAKIM PN 30 Ka.PN 60 90

PMRSN

BANDING HAKIM PT 30 Ka.PT 60 90

PMRSN KASASI HAKIM MA 50 Ka. MA 60 110


(44)

PENGECUALIAN PERPANJANGAN PENAHANAN

TK PMRSN PJBT WTJK

PERPJGN PNHN

JLH PJBT JK WT

PENYIDIKAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60

PENUNTUTAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60

PMRSN DI PN Ka.PT 30 Ka.PT 30 60

PMRSN

BANDING HAKIM MA 30 HAKIM MA 30 60

PMRSN KASASI Ka. MA 30 Ka. MA 30 60


(45)

PENGURANGAN MASA

TAHANAN

Tahanan Rutan= lamanya masa tahanan

Tahanan Rumah= 1/3 masa tahanan


(46)

PENYITAAN

Serangkaian tindakan penyidik utk mengambil alih dan atau

menyimpan di bawah

penguasaannya benda bergerak atau tdk bergerak, berwujud atau tdk berwujud guna kepentingan pembuktian dlm penyidikan,


(47)

TATA CARA PENYITAAN

DALAM KEADAAN BIASA

Harus ada surat izin dari Ka PNMenunjukkan tanda pengenal

Memperlihatkan benda yg akan disita

Disaksikan oleh Kepala Desa atau ketua lingkungan dengan dua

orang saksi

Membuat BA penyitaan dan menyampaikan turunannya • Membungkus benda sitaan


(48)

PENYITAAN DLM KEADAAN PERLU DAN MENDESAK

Tanpa Surat Izin Ka. PN

Hanya terbatas atas Benda Bergerak saja

Wajib segera melaporkan guna mendapatkan persetujuan


(49)

BENDA2 YG DAPAT DISITA

Benda atau tagihan terdw yg

seluruhnya atau sebgn diprlh dr TP atau hasil dari TP

Benda yg tlh digunakan scr lsg utk melk TP atau mempspkn TP

Benda yg digunkn utk meng-halang2ngi penyidikan TP

Benda lain yg mempunyai


(50)

PEMANGGILAN

PEMANGGILAN DILAKUKAN DG: • Surat panggilan yg sah ditanda

tangani oleh penydk yg berwng

menyebutkan alasan pemanggilan scr tegas

Memperhatikan tenggang waktu

yg wajar atr diterimanya panggilan dan hari pemeriksaan


(51)

PEMERIKSAAN

TERSANGKA

PENYIDIK WAJIB MEMBERITAHU-KAN KEPADA TERSANGKA:

Haknya utk mendptkan BH

Kewajiban didampingi penasehat hukum yang ditunjuk oleh


(52)

DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN TSK PENYDK HARUS

MEMPERHATIKAN:

Tsk didgr ketnya tanpa tekanan dari siapapun

Apbl mengajukan saksi penydk wajib memanggil dan memeriksa • Semua ket tsk wajib dicatat dl BA

sesuai dg kata2 yg diucpkan

BA ditanda tangani Pydk dan tskJk tsk tidak mau tanda tangan


(53)

PEMERIKSAAN SAKSI

Saksi tdk disumpah kcl ada alasan yg cukup utk diduga bhw ia tdk dpt hadir disidang pgdlan

Saksi diperiksa scr tersendiri

namun bila diperlukan mrk dpt dipertemukan satu sama lain

Pemeriksaan tanpa tekanan dr

siapapun dan dlm bentuk apapun namun wajib memberikan ket


(54)

PRA PENUNTUTAN

 KUHAP mnybt ttg prapenuntutan, nmun tdk mngtur

ttg apa definisi dr prapenuntutan. Psl yg ada kaitannya dg prapenuntutan yaitu Psl 14 butir b KUHAP dg kaitannya dg Psl 110 ayat (3)&(4).

 Pnyrhan brkas prkra mnrut Psl 110 ayah (1) KUHAP

“pnyrhan brkas prtma ini dlm KUHAP diknal dg sbtan (“Prapenuntutan”)”. Bl mmprhtkan bunyi Psl 110 ayat (1) KUHAP di ats sbb: “dlm hal PU brpndpat bhw hsl pnyidikan tsb trnyta msh krg lngkp PU sgr mngmblkan brks prkra itu kpd pnyidik disertai ptnjuk utk dilngkpi”.


(55)

PRAPENUNTUTAN Lnjtan….,

 Atau Prapenuntutan adl tindkan PU utk mmbri ptnjuk

dlm rngka pnympurnaan pnydikan olh pnydik.

 Prosedurnya: Apbl PU menerima berkas perkara

pydkan dr pydk maka ia segera meneliti & mempljrinya & dlm wt 7 hr wajib memberitahukan kpd pydk apkh Berkas Perkara itu sdh lengkap atau blm. Kalau blm lengkap berkas itu dikembalikan kpd pydk disertai dg petunjuk. Berkas itu wajib dikembalikan oleh PU dlm jgk wt 14 hr sejak ia menerima berkas dr peydk. Berkas yg dikembalikan ke pydk maka harus disempurnakan dlm jgk wt 14 hr & dikembalikan kpd PU.


(56)

TATA CARA PRAPENUNTUTAN

 Penyerahan BP Peydkan oleh Pydk ke PU

- Tahap I : Penyerahan Berkas saja kpd PU * Menyatakan BP penyidikan tlh lengkap * Menyatakan BP penyidikan blm lengkap maka PU mengadakan “Prapenuntutan”

-TahapII : Jika penyidikan telah selesai penyerahan tanggung jawab atas barang bukti dan tersangka kepada PU oleh penyidik


(57)

JANGKA WAKTU

PRAPENUNTUTAN

 Berkas pd PU: 7 hr meneliti berkas + 7 hari

membuat berita acara pendapat (14 hari)

 Pada penyidik untuk dilengkapi: 14 hari  Satu kali prapenuntutan: 28 hari

 Prapenuntutan hanya boleh 1 kali (pedoman

pelaksanaan KUHAP, rasionya:

* mengingat asas peradilan cepat,sederhana,br * Hak tersangka


(58)

PENUNTUTAN

 Tindakan PU utk melimpahkan perkara pidana

ke PN yg berwenang dlm hal dan menurut cara yg diatur dlm KUHAP dg permintaan spy

diperiksa dan diputus oleh hakim di sdg pengadilan.

 Tiap-tiap perb.penuntutan mencegah daluarsa

(lewat waktu) asal saja perb.itu diketahui oleh yg dituntut atau diberitahukan kpdnya.


(59)

KEWENANGAN PENUNTUTAN

 PU berwenang melakukan penuntutan

terhadap siapapun yg didakwa melkukan TP dlm daerah hukumnya dg melimpahkan

perkara kpd pengadilan yg berwenang mengadili.

 Apbl berkas perkara penuntutan sdh lengkap,

maka PU segera menentukan apk berkas

perkara itu memenuhi syarat utk dituntut atau tdk.

 Kalau tdk memenuhi syarat maka PU

menghentikan penuntutan

 Klu cukup alasan utk dituntut mk PU


(60)

TINDAK PIDANA TDK

DITUNTUT

 DIHENTIKAN PENUNTUTAN:

* Tidak cukup bukti

* Bukan Tindak Pidana * Ditutup demi hukum

 Dideponir: dikesampingkan demi kepentingan


(61)

CARA PU MENGAJUKAN

PERKARA PIDANA KE PN

 Secara Biasa: diperiksa dengan acara

pemeriksaan biasa (152-202)

 Secara singkat: diperiksa dg acara

pemeriksaan singkat (203-204)

 Secara Cepat:

1. Perkara Tindak Pidana Ringan: diperiksa dg acara pemeriksaan TP ringan (205-210)

2. Perkara TP Pelanggaran Lalu

Lintas Jalan ttt: diperiksa dg acara

pemeriksaan TP pelggaran lalu lintas jalan ttt (211-216)


(62)

PEMERIKSAAN DAN PERKARA

YANG DIPERIKSA

 BIASA : Perkara kejahatan yang pene-

rapan hkmnya sulit karena duduk perkaranya sukar.

 SINGKAT: Perkara kejahatan atau pelang-garan yg

duduk perkaranya sederhana, yg hukuman pjr atau kurungan paling sedikit 3 bl atau denda minimal RP.

7500,- CEPAT:

a. Ringan: perkara yang dg pidana penjr atau kurungan

paling lama 3 bl dan atau denda

nya Rp.7500,- dan penghinaan ringan b. LLJ : perkara pelanggaran ttt terhdp


(63)

PERBEDAAN ANTARA ACARA PEMERIKSAAN

BIASA SINGKAT TP RINGAN TPLL JALAN

1. Ada surat Pelimpahan

2. Ada S. Dakwaan

3. Ada Berita Acara Sdg 4. Ada Putusan tersendiri

5. Tdw dpt menggunakan semua upaya hukum

1. Tdk ada surat Pelimpahan Perkara

2. Tdk ada S. Dakwaan (dakwaan dikerjakan pd permulaan sdg dan dicatat dlm BAS

3. Ada Berita Acara Sdg 4.Tdk dibuat Putusan tersendiri put.dicatat dlm BA pd tdw diberikan penetapan amar put 5. Tdw dpt menggunakan semua upaya hukum

1. Tdk ada surat Pelimpahan Perkara 2. Tdk ada S. Dakwaan 3. Perkara diajukan penyidik atas kuasa PU 4. Perkara diajukan pada hr yg tlh ditetapkan dan diperiksa pada hr itu juga 5. Tdk ada BAS, ada catatan sidang

6. Saksi tdk disumpah kec. Hakim menganggap perlu.

7. .Tdk dibuat Putusan tersendiri put.dicatat dlm catatan sidang

1. Tdk ada surat BA penyidikan

2. Tdk ada S. Dakwaan 3. Perkara diajukan penyidik atas kuasa PU 4. Perkara diajukan pada hr yg tlh ditetapkan dan diperiksa pada hr itu juga 5. Tdk ada BAS

6. Tdk ada catatan sdg ttp ada register perkara

7. Tdw dpt dwkli disdg 8. Tdw tdk hadir put.by verstek

9. Verstek dpt di verzet 10. Tdk dibuat put.sendiri dictat dlm register

perkara

11. Put.PN dlm TK I dan terakhir kcl dipidana pjr/kurungan dpt Bandin


(64)

PROSEDUR PEMERIKSAAN

BIASA

 PN berwenang mk PN menunjuk

hakim yg menyidangkan perkara tsb.

 Hakim yg ditunjuk menetapkan hr

sdg dan memerintahkan PU memnggil tdw & saksi

 Pemanggilan secara sah menurut ktt:

a. bagi tdw Pasal 145,146 ayat (1) & 227

b. bagi saksi pada Pasal 146 ayat (2) & 227 KUHAP


(65)

PENGERTIAN SURAT

DAKWAAN

 Surat yg dibuat jaksa PU atas dasar

BAP yg diterimanya dr penyidik yg memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap ttg rumusan tindak pidana yg telah dilakukan seseorang atau beberapa orang.


(66)

JENIS SAKSI

 Yang diwajibkan menjadi saksi

(penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP, 224 KUHP)

 Yang tdk dpt didengar sebagai saksi

dan dapat mengundurkan diri (Pasal 168) Kcl Pasal 169 KUHAP.

 Yg dpt minta dibebaskan dr

kewajiban mjd saksi (Pasal 170 KUHAP)

 Yg dpt didengar ket.nya tanpa


(67)

SYARAT SURAT DAKWAAN

 SYARAT FORMIL:

a. Identitas Terdakwa

b. Diberi tgl & ditandatangani JPU Jika tdk memenuhi SF: SD dapat

dibatalkan

 SYARAT MATERIL; Menguraikan

secara cermat, jelas dan lengkap mengenai:

a. Tindak Pidana yg didakwakan

b. Menyebutkan waktu dan tempat tindak

pidana dilakukan.

Jika tdk memenuhi SM: SD batal demi hukum


(68)

PENGERTIAN LENGKAP

 Menyebut semua unsur TP yg

didakwakan

 Menguraikan setiap unsur dg fakta2

jlnya peristiwa yg didakwakan

 Menyebutkan waktu dan tempat

diwjdkan TP

 Menyebutkan Pasal peraturan yg


(69)

ARTINYA CERMAT DAN JELAS

 TP yg didakwakan  Kualifikasinya

 Unsur subjektif dan objektif

 Hub.setiap unsur dg jlnya peristiwa


(70)

BENTUK SURAT DAKWAAN

 TUNGGAL  ALTERNATIF

 PRIMER-SUBSIDER  KUMULATIF


(71)

 DAKWAAN TUNGGAL

Surat Dakwaan yg dibuat olh PU apbla  tindak  pid  yg  dilnggar 

olh ssorg hny stu&tdk ada krguan ats  psal yg didkwkan.


(72)

ACARA PRA PERADILAN

(PASAL 79,80 & 81 KUHAP

 Dlm wt 3 hr setlh diterima permintaan, hakim yg ditunjuk

menetapkan hr sdg

 Dlm memeriksa & memutus, hakim praperadilan hrs

mendengar ket dari tsk atau pemohon

 Pemeriksaan dilakukan scr cepat dan selambat-lambatnya 7

hr hakim tlh menjatuhkan putusannya

 Dlm hal suatu perkara tlh mulai diperiksa PN sdgkan

pemeriksaan perkara pra peradilan blm selesai maka permintaan pra peradilan gugur

 Put pd tk penyidikan tdk menutup kemungkinan diajukan

lagi pd tk penuntutan

 Keput.hakim hrs memuat dg jelas dasar dan alasannya  Put. Menetapkan bhw suatu penangkapan/penahanan tdk

sah mk penyidik atau PU hrs membebaskan tdw

 Put.penghentian penyidikan/penuntutan tdk sah penydkn


(73)

PENGERTIAN KASASI

 Kasasi berasal dari bahasa Perancis :

Cassation, dengan kata kerja casser, yang berarti membatalkan atau

memecahkan putusan pengadilan, karena dianggap mengandung

kesalahan dalam penerapan hukum, yang tunduk pada kasasi hanyalah kesalahan-kesalahan di dalam

penerapan hukum saja.

Sebagaimana disebutkan dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, bahwa

salah satu tugas dan wewenang

Mahkamah Agung adalah memeriksa dan memutus permohonan kasasi.

Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung menyebutkan bahwa Mahkamah Agung dalam

tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

c) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang- undangan yang

mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang


(74)

YANG MEMERIKSA DAN

DIPERIKSA

 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Mahkamah

Agung, bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahkamah Agung adalah memeriksa dan memutus permohonan kasasi.

 Pasal 30 ayat (1): MA dalam tingkat kasasi membatalkan

putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; c) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.


(1)

ARTINYA CERMAT DAN JELAS

 TP yg didakwakan

 Kualifikasinya

 Unsur subjektif dan objektif

 Hub.setiap unsur dg jlnya peristiwa


(2)

BENTUK SURAT DAKWAAN

 TUNGGAL

 ALTERNATIF

 PRIMER-SUBSIDER

 KUMULATIF


(3)

 DAKWAAN TUNGGAL

Surat Dakwaan yg dibuat olh PU apbla  tindak  pid  yg  dilnggar 

olh ssorg hny stu&tdk ada krguan ats  psal yg didkwkan.


(4)

ACARA PRA PERADILAN

(PASAL 79,80 & 81 KUHAP

 Dlm wt 3 hr setlh diterima permintaan, hakim yg ditunjuk

menetapkan hr sdg

 Dlm memeriksa & memutus, hakim praperadilan hrs

mendengar ket dari tsk atau pemohon

 Pemeriksaan dilakukan scr cepat dan selambat-lambatnya 7

hr hakim tlh menjatuhkan putusannya

 Dlm hal suatu perkara tlh mulai diperiksa PN sdgkan

pemeriksaan perkara pra peradilan blm selesai maka permintaan pra peradilan gugur

 Put pd tk penyidikan tdk menutup kemungkinan diajukan

lagi pd tk penuntutan

 Keput.hakim hrs memuat dg jelas dasar dan alasannya  Put. Menetapkan bhw suatu penangkapan/penahanan tdk

sah mk penyidik atau PU hrs membebaskan tdw

 Put.penghentian penyidikan/penuntutan tdk sah penydkn


(5)

PENGERTIAN KASASI

 Kasasi berasal dari bahasa Perancis :

Cassation, dengan kata kerja casser, yang berarti membatalkan atau

memecahkan putusan pengadilan, karena dianggap mengandung

kesalahan dalam penerapan hukum, yang tunduk pada kasasi hanyalah kesalahan-kesalahan di dalam

penerapan hukum saja.

Sebagaimana disebutkan dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, bahwa

salah satu tugas dan wewenang

Mahkamah Agung adalah memeriksa dan memutus permohonan kasasi.

Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung menyebutkan bahwa Mahkamah Agung dalam

tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

c) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang- undangan yang

mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang


(6)

YANG MEMERIKSA DAN

DIPERIKSA

 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Mahkamah

Agung, bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahkamah Agung adalah memeriksa dan memutus permohonan kasasi.

 Pasal 30 ayat (1): MA dalam tingkat kasasi membatalkan

putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

b) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; c) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.