BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA PEMBUKTI

BAHAN KULIAH HUKUM
ACARA PID
Oleh: Airi Safrijal
Pembuktian
IAIN

• Hukum Acara Pidana
Yang dimaksud dengan “membuktikan” adalah
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil
atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
persengketaan-persengketaan.

Menurut pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa
“hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Alat bukti yang dimaksud di sini adalah sesuai
dengan pasal 184 KUHAP ayat 1, yaitu :

a. Keterangan Saksi;
b. Keterangan Ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa atau Pengakuan
Terdakwa.

Keterangan Saksi:
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang
suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat
bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya
satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil
pemikiran saja, bukan merupakan keterangan ahli.

Tentangan
• mengenai penggunaan saksi mahkota ini juga
ditemui dalamYurisprudensi Mahkamah
Agung No.1174 K/Pid/1994 tanggal 3 Mei
1995 jo No.1592 K/Pid/1994 tanggal 3 Mei
1995 yang menyatakan bahwa pemeriksaan
terhadap saksi mahkota sebaiknya tidak
dilakukan karena hal itu bertentangan dengan
hukum acara pidana yang menjunjung tinggi
prinsip-prinsip hak asasi manusia.

keterangan ahli (psl 186-187)
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan;
pnlaina thdp keterangan saksi ini harus diperhatikan :
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti;

c. Alasan yang dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu.
d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang
pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya
keterangan itu dipercaya.

Surat (ps.187)
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang
dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang
dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan
tegas tentang keterangannya itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat
mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau

sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Keterangan terdakwa (ps.189)
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti
di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu
alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang
didakwakan kepadanya.
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan
harus disertai dengan alat bukti yang lain.


Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara
satu dengan yanglain, maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan telah terjadinya
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya (psl 188
KUHAP). Petunjuk dapat diperoleh dari :
a. Keterangan saksi.
b. Surat;
c. Keterangan terdakwa.

Syarat ktrngan saksi sbg alat bkti: Syarat formil saksi:
• Berumur 15 tahun keatas;
• Sehat akalnya;
• Tidak ada hubungan keluarga sedarah dan keluarga
semenda dari salah satu phak menurut keturunan yang
lurus, kecuali Undang-Undang menentukan lain;
• Tidak ada hubungan perkawinan dengan salah satu pihak
meskipun bercerai (pasal 145 (1) HIR);
• Tidak ada hubungan kerja dengan salah satu pihak dengan
menerima upah (pasal 144(2) HIR), kecuali undangundang menentukan lain;

• Menghadap di persidangan;
• Mengangkat sumpah menurut agamanya (pasal 147 HIR)
(Herziene Indonesische Reglement (“HIR”)

• Berjumlah sekurang-kurangnya 2 orang untuk kesaksian
suatu peristiwa atau dikuatkan dengan alat bukti lain (pasal
169 HIR), kecuali dalam perzinaan;
• Dipanggil diruang sidang satu demi satu (pasal 144 (1) HIR);
• memberi keterangan secara lisan.
Syarat materiil saksi:
• Menerangkan apa yang dilihat, ia dengar, dan ia alami
sendiri (pasal 171 HIR);
• Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwa (pasal 171
(1) HIR);
• Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan saksi sendiri
(pasal 171 (2) HIR);
• Saling bersesuaian satu sama lain (pasal 170 HIR);
• Tidak bertentangan dengan akal sehat.

PRAPERADILAN

UU No. 8/1981 ttg HAP:
Pasal 1 Angka 10
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk
memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini, tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya
atau pihak lain atas kuasa tersangka;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya
hukum dan keadilan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

Ruang lingkup praperadilan berdasarkan Pasal
77 KUHAP
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,
penghentian penyelidikan atau penghentian
penuntutan;

b. Ganti kerugian atau rehabilitasi yang
berhubungan dengan penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan.







Yahya Harahap mengemukakan secara rinci
wewenang praperadilan yang disesuaikan
dengan ketentuan KUHAP (Pasal 1 butir 10, Pasal
77, Pasal 95, Pasal 97) sebagai berikut:
Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya upaya
paksa berupa penangkapan dan penahanan.
Memeriksa sah atau tidaknya penghentian
penyidikan dan penuntutan.
Berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi.
Memeriksa permintaan rehabilitasi.

Praperadilan terhadap tindakan penyitaan.

TUJUAN PRAPERADILAN
Tujuan dari praperadilan dapat diketahui dari
penjelasan Pasal 80 KUHAP yang menegaskan
“bahwa tujuan dari pada praperadilan adalah
untuk menegakkan hukum, keadilan, kebenaran
melalui sarana pengawasan horizontal.” Esensi
dari praperadilan, untuk mengawasi tindakan
upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik atau
penuntut umum terhadap tersangka, supaya
tindakan itu benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Undang-undang&bukan
merupakan tindakan yang bertentangan dengan
hukum.

Yang dapat mengajukan Pra peradilan adalah:
a. Tersangka, yaitu apakah tindakan penahanan
terhadap dirinya bertentangan dengan
ketentuan Pasal 21 KUHAP, ataukah penahanan

yang dikenakan sudah melawati batas waktu
yang ditentukan Pasal 24 KUHAP;
b. Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya
penghentian penuntutan;
c. Penuntut Umum atau pihak ketiga yang
berkepentingan untuk memeriksa sah tidaknya
penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan.

PROSES PEMERIKSAAN PRA PERADILAN
1. Pra peradilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh
Ketua Pengadilan Negeri dan dibantu oleh seorang Panitera (Pasal
78 ayat (2) KUHAP).
2. Pada penetapan hari sidang, sekaligus memuat pemanggilan pihak
pemohon dan termohon pra peradilan.
3. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung permohonan pra peradilan
diperiksa, permohonan tersebut harus diputus.
4. Pemohon dapat mencabut permohonan¬nya sebelum Pengadilan
Negeri menjatuhkan putusan apabila disetujui oleh termohon.
Kalau termohon menyetujui usul pencabutan permohonan

tersebut, Pengadilan Negeri membuat penetapan tentang
pencabutan tersebut.
5. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan
sedangkan pemeriksaan pra peradilan belum selesai maka
permohonan tersebut gugur. Hal tersebut dituangkan dalam
bentuk penetapan.

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN
1. Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding (Pasal 83
ayat (1), kecuali terhadap putusan yang menyatakan "tidak
sahnya" penghentian penyidikan dan penuntutan (Pasal 83 ayat
(2) KUHAP).
2. Dalam hal ada permohonan banding terhadap putusan pra
peradilan sebagai¬mana dimaksud Pasal 83 ayat (1) KUHAP,
maka permohonan tersebut harus dinyatakan tidak diterima.
3. Pengadilan Tinggi memutus permintaan banding tentang tidak
sahnya penghen¬tian penyidikan dan penuntutan dalam tingkat
akhir.
4. Terhadap Putusan pra peradilan tidak dapat diajukan upaya
hukum kasasi.
• Sumber: Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan
Pidana Umum dan Pidana Khusus, Buku II, Edisi 2007,
Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 54-56.

KONEKSITAS
Pengertian
• Pasal 89 (1)
“Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh
mereka yang termasuk Iingkungan peradilan umum
dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili
oleh pengadilan dalam Iingkungan peradilan umum
kecuali jika menurut keputusan Menteri Pertahanan
dan Keamanan dengan persetujuan Menteri
Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer”.

Prinsip Koneksitas
• Dalam ketentuan pasal 89 (1) KUHAP, terdapat
sebuah ketentuan prinsip pemeriksaan dan
peradilan perkara koneksitas, yakni lingkungan
peradilan yang akan memeriksan dan
mengadili perkara koneksitas adalah
lingkungan Peradilan Umum. Pengecualian yg
mngkibatkan Peradilan Militer bs utk
mmriksa&mengadili perkara koneksitas yakni
bila dalam kondisi:

• Jika ada keputusan Menteri Pertahanan yang
mengharuskan perkara koneksitas ini diperiksa
dan diadili oleh lingkungan Peradilan Militer.
• Keputusan Menteri Pertahanan tersebut telah
mendapat persetujuan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM) bahwa perkara
koneksitas itu diperiksa dan diadili oleh oleh
lingkungan Peradilan Militer.

PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS
Pasal 89 (2) KUHAP telah menentukan cara
dan aparat yang berwenang dalam melakukan
penyidikan terhadap perkara koneksitas.
Aparat penyidik perkara koneksitas terdiri dari
suatu “tim tetap”, yang terdiri dari unsur :
a. Unsur Penyidik Polri;
b. Polisi Militer;
c. Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi

Oditur Militer dan Oditur Militer Tinggi yang
selanjutnya disebut Oditur adalah pejabat
yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai
penuntut umum, sebagai pelaksana putusan
atau penetapan Pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer atau Pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum dalam perkara
pidana, dan sebagai penyidik sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini. (Pasal 1 Angka 7
UU Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan
Militer).

SUSUNAN MAJELIS PERADILAN KONEKSITAS
Ssnan Majelis Hkm peradilan perkara koneksitas
disesuaikan dg ling peradilan yg mengadili perkara tsb
yakni:
a. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan diadili oleh
lingkungan peradilan umum, maka susunan Majelis
Hakimnya adalah :
- Sekurang-kurangnya Majelis Hakim terdiri dari tiga orang.
- Hakim Ketua diambil dari Hakim Peradilan Umum
(Pengadilan Negeri).
- Hakim Anggota ditentukan secara berimbang antara
lingkungan peradilan umum dengan lingkungan peradilan
militer.

b. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan diadili
oleh lingkungan Peradilan Militer, maka susunan
Majelis Hakimnya adalah :
- Hakim Ketua dari lingkungan Peradilan Militer.
- Hakim Anggota diambil secara berimbang dari
hakim Peradilan Umum dan Peradilan Militer.
- Hakim Anggota yang berasal dari lingkungan
Peradilan Umum diberi pangkat militer “tituler”.

SECARA TEORETIS TERDAPAT EMPAT TEORI
MENGENAI SISTEM PEMBUKTIAN YAITU:
• Sistem pembuktian menurut Undang-undang
secara positif (positief wettelijke bewijs theorie)
Menurut teori ini, sistem pembuktian positif
bergantung pada alat-alat bukti sebagaimana
disebut secara limitatif dalam undang-undang.
Singkatnya, undang-undang telah menentukan
tentang adanya alat-alat bukti mana yang dapat
dipakai hakim, cara bagaimana hakim
menggunakannya, kekuatan alat bukti tersebut
dan bagaimana hakim harus memutus terbukti
atau tidaknya perkara yang sedang diadili.

lnjtan....,
Jadi jika alat-alat bukti tersebut digunakan sesuai
dengan undang-undang maka hakim mesti
menentukan terdakwa bersalah walaupun hakim
berkeyakinan bahwa terdakwa tidak bersalah
• Kebaikan sistem pembuktian ini, yakni hakim akan
berusaha membuktikan kesalahan terdakwa tanpa
dipengaruhi oleh nuraninya sehingga benar-benar
obyektif karena menurut cara-cara dan alat bukti
yang di tentukan oleh uu.

Sistem pembuktian menurut keyakinan hakim melulu
(conviction intime)
• Pada sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim,
hakim dapat menjatuhkan putusan berdasarkan
keyakinan belaka dengan tidak terikat oleh suatu
peraturan.
Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas
alasan yang logis (Laconviction Raisonnee)
• Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan seseorang
bersalah berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang
didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai
dengan suatu kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan
kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu.

Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama
berdasar atas keyakinan hakim, artinya terdakwa tidak
mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan hakim
bahwa ia bersalah.
Sistem pembuktian menurut undang-undang secara
negatif (negatief wettelijke bewijs theorie)
• Pada prinsipnya, sistem pembuktian menurut undangundang secara negatif menentukan bahwa hakim hanya
boleh menjatuhkan pidana tehadap terdakwa apabila
alat bukti tersebut secara limitatif ditentukan oleh
undang-undang dan didukung pula oleh adanya
keyakinan hakim terhadap eksistensinya alat-alat bukti
tersebut.

lnjtan....,
Artinya hakim hanya boleh menyatakan terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
apabila ia yakin dan keyakinannya tersebut didasarkan
kepada alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.
Ada dua hal yg mrpkan syarat utk mmbktikan kslhan
terdakwa, yakni:
1. pertama, Wettelijk yaitu adanya alat-alat bukti yg sah
dan dittpkan olh uu.
2. kedua, yaitu adanya keyakinan (nurani) dri hakim,
shngga brdsarkan bukti2 tsb hakim meyakini kslhan
terdakwa. Antara alat-alat bukti dg keyakinan
diharuskan adanya hubungan causal (sebab akibat).

menurut Lilik Mulyadi KUHAP di Indonesia
menganut sitem pembuktian menurut
undang-undang secara negatif. Di dalam sitem
pembuktian menurut undang-undang secara
negatif (negatief wettelijke bewujs theorie)
terdapat unsur dominan berupa sekurangkurangnya dua alat bukti sedangkan unsur
keyakinan hakim hanya merupakan unsur
pelengkap

GANTI KRGIAN
Ganti Kerugian untuk Terpidana
Psl 1 angka 22 UU No 8 Thn 1981 ttg KUHAP
“Ganti krgian adl hak seorg utk mdpt pmnuhan ats tnttannya yg
brpa imblan sjmlh uang krn ditngkp, dithan, ditntut ataupun
diadili tnp alsan yg brdsrkan uu atau krn kkliruan mngnai orgnya
atau hkm yg ditrpkan mnrut cra yg diatur dlm uu ini.”
UU no. 8 Th. 81 Psl 95 (1) brbnyi: "Trsngka, trdkwa/trpid brhk
mnntut ganti krgian krn ditngkp, dithan, ditntut&diadili/diknkan
tndkan lain, tnp alsan yg brdsrkan UU/krn kkliruan mngnai
orgnya/hkm yg ditrpkan.“ (lht psl 95&psl 96 KUHAP).

ACRA PLKSNAAN GNTI KRGIAN
 SIAPA YG BRHAK MNGJKAN GANTI KRGIAN
1. Trsngka
2. Trdkwa
3. Terpidana, dan
4. Ahli warisnya
 Pmrksaan&ptsan mngnai tttan gnti krgian mngkti
acra praperadilan
 Ptsan ttg pmbrian gnti krgian brbntuk pntapan yg
mmuat dg lngkp smua hal yg diprtmbangkan sbg
alsan bg ptsan tsb (Psl 96 KUHAP).
(1) Ptsan pmbrian gnti krgian brbntuk pntapan.
(2) Pntapan sbgmn dimksd dlm ayat (1) mmuat dg
Ingkp smua hal yg diprtmbngkan sbg alsan bg ptsan
tsb.

Rehabilitasi
Psl 1 angka 23 UU No 8 Thn 1981 ttg KUHAP
“Rehabilitasi adl hak seorg utk mdpt pmlihan
haknya dlm kmmpuan, kddkan dan hrkat srt
martbtnya yg dibrkan pd tngkt pnydikan, pnnttan
atau peradilan krn ditngkp, dithan, ditntut ataupun
diadili tnp alsan yg brdsrkan uu atau krn kklruan
mngnai orgnya atau hkm yg ditrpkan mnrut cra yg
diatur dlm uu ini.” (lht psl 97 KUHAP).

GNTI KRGIAN PD PHAK KETIGA
Ktntuan gnti krgian pd phk ketiga/krbn dlik tdpt variasi
dibbrp neg, spti perancis mngnal hal ini. Nmun phk
ketiga itu luas artinya slain ggtan dr krban dlik, jg biasa
mncul ggtan dr asuransi kshtan, phk pmrntah dlm hal
pklnggran izin ush, prpjkan dll.
Psl 98 mngtkan: “mnimblkan krgian bg org lain, pnjlsn
psl ini mksdnya krgian bg org lain (tmsuk krgian krban).
Psl 101 KUHAP
Ktntuan dr atran hkm acr prdta brlku bg ggtan gnti
krgian spnjang dlm uu ini tdk diatur lain.

Psl 1365 KUHPer, yg isinya:
“tiap prbtan mlnggar hkm, yg mmbwa krgian kpd
org lain, mwjbkan org yg krn slhnya mnrbitkan krgian
itu, mnggnti krgian tsb”
KPAN GNTI KRGIAN ITU DIAJUKAN
a. Gnti krgian di ajukan sblm PU mngjkan pnntan (psl
98 ayat (2) KUHAP)
b. Jk PU tdk hdir, mk pmtaan diajukan slmbt2nya
sblm hkim mnjtuhkan ptsan (psl98 ayat (2) KUHAP)

PNGGBUNGAN GGTAN GNTI KRGIAN
Dsr hkm Psl 98 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP) :
(1) Jk suatu pbtan yg mjd dsr dakwaan di dlm suatu
pmriksaan prkra pid olh PN mnmbulkan krgian bg
org lain, mk hakim ketua sidng ats prmntaan org
itu dpt mntapkan utk mnggbngkan prkra ggtan
gnti krgian kpd prkra pid itu.
(2) Prmntaan sbgmn dimksd dlm ayat (1) hny dpt
diajukan slmbat2nya sblm PU mngjukan tttan pid.
Dlm hal PU tdk hdir, prmntaan diajukan
slmbat2nya sblm hakim mnjthkan ptsan.

TERSANGKA DAN TERDAKWA
Spkah trdkwa&trsngka....?
• Trsngka adl seorg yg krn prbuatanya atau
kdaannya, brdsarkan bukti permulaan patut
diduga sbg plku tndk pid (psl 1 butir (14)
KUHAP)
• Trdkwa adl seorg yg ditntut, dipriksa&diadili di
sdng pengadilan (psl 1 butir (15) KUHAP)

HAK2 TRSNGKA&TRDKWA
• Mmnta diprlihatkan srt tgs&mdptkan srt prntah
pnngkpan&alsan kjhtan yg diprsngkakan (psl 18 ayat
(1) KUHAP)
• Mnrima tmbsan Srt Prntah Pnngkpan bg klrga
trsngka (psl 18 ayat (3) KUHAP)
• Mmnta pjlsan mngnai tndk pid yg disngkkan&didkwkan
kpdnya gn kpntngan pmblaan (psl 51 KUHAP)
• Mbrikan ktrngan scr bbs, tnp tknan&tdk dipksa ktka
diprksa disemua tngkt pmrksaan dlm proses
peradilan (psl 52 dan 117 ayat (1) KUHAP)

Lnjtan....,
• Mdpt Bntuan Hkm&dg bbs mnnjuk Pnsht Hkm yg
akn mdmpnginya (psl 54, psl 55&psl 114 KUHAP )
• Bgi yg diancam dg pid mti/ancman pid 15 thn/lbh
bgi yg tdk mmpu, mk pjbat yg brsngktan WAJIB
mnydiakan Pnshat Hkm scr cma2 (psl 56 ayat
(1)KUHAP)
• Mnghbngi&brbcra dg Pnshat Hkmnya (psl 57
KUHAP)
• Mngshakan&mngjkan saksi&/atau sseorg yg
mmlki keahlian khusus gn mbrkan ktrngan yg
mngntngkan bg dirinya (psl 65 KUHAP)

Lnjtan....,
• Mngjkan prmhnan Pra peradilan, dlm hal pnngkpan&
pnhnan thdp trsngka tdk sah&brtntngan dg UU (psl
124 KUHAP)
• Mmta gnti krgian&rehabilitasi dlm hal pnngkpan,
pnhnan yg tdk sah (psl 68 KUHAP)
• Mmta trunan Brita Acra Pmrksaan utk kpntngan
Pmblaannya (psl 72 KUHAP)
• Mmproleh Srt Dkwaan (psl 143 ayat (4) KUHAP)
• Mngjkan pmblaan di prsdngan/Pleidoi (psl 182
KUHAP)
• Mmta ptikan srt ptsan pengadilan sgr stlh ptsan
diucapkan (psl 226 ayat (2) KUHAP

BANTUAN HUKUM
UU No. 16 Thn 2011 ttg BH, Psl 1 (1) dinytkan:
• BH adl jasa hkm yg dibrikan olh Pmbri BH scr
cma2 kpd Pnrima BH.
• Pnrima BH adl org atau klpok org miskin yg tdk dpt
mmnhi hak dsr scr layak&mndiri yg mnghdapi
mslh hkm (Lht Pl 1 ayat 2 UU ini).
Sdngkan dlm SEMA No. 10 Thn 2010 ttg Pdman
Pmbrian BH, Psl 27 dinytkan bhw yg brhk mdptkan
jasa dr Pos BH adl org yg tdk mpu mbyar jasa
advokat trtma prmpuan&anak2 srt pnyndang
disabilitas, ssuai prtran prndang2an yg brlku.

• Pmbri BH adl lmbga BH atau Orgnssi kmsyarktan
yg mmbri lynan BH brdsrkan UU ini.
Psl 2 UU ini, BH dilksnkan bdsarkan asas:
a. keadilan;
b. persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. keterbukaan;
d. efisiensi;
e. efektivitas; dan
f. akuntabilitas.






Psl 3 UU ini, BH tsb mlpti mnjlnkan kuasa, mndmpngi,
mwkili, mmbla, dan/atau mlkkan tndkan hkm lain utk
kptngan hkm Pnrima BH, yg brtjuan utk :
Mnjmin&mmnhi hak bg Pnrima BH utk mdptkan akses
keadilan.
Mwjudkan hak konstitusional smua wrg Neg ssuai dg
prinsip prsmaan kddkan didlm hkm.
Mnjmin kpstian pnylnggraan BH dilksnkan scr mrta di
slruh wil Neg Indo.
Mwjdkan peradilan yg efektif, efisien&dpt
diprtnggngjwbkan.

Hak&Kwjban Pnrima BH (Psl 12&13 UU
No.16/2011 ttg BH)
• Pnrima BH brhak :
– Mdptkan BH hngg mslh hkmnya slesai dan/atau
prkranya tlh mmpnyai kkuatan hkm ttp, slma Pnrima
BH yg brsngktan tdk mncbut surat kuasa.
– Mdptkan BH ssuai dg Standar BH dan/atau Kode Etik
Advokat.
– Mdptkan infrmsi&dkmen yg brkaitan dg plksnaan
pmbrian BH ssuai dg kttuan prtran prndang2an.

• Pnrima BH wjib :
– Mnympaikan bkti, infrmsi, dan/atau ktrngan prkra scr
bnr kpd Pmbri BH.
– Mmbntu klncaran pmbrian BH.

PEMBERI BANTUAN HUKUM Psl 8
(1) Plksnaan BH dilkkan olh Pmbri BH yg tlh
mmnhi syarat brdsarkan UU ini.
(2) Syarat2 Pmbri BH sbgmna dimksd pd ayat (1)
mlpti:
a. brbdan hkm;
b. terakreditasi brdsarkan UU ini;
c. mmlki kntor atau sekretariat yg ttap;
d. mmlki pngrus; dan
e. mmlki program BH.

PNGRTIAN PTSAN PENGADILAN
Pngrtian ptsan pengadilan mnrut Psl 1 butir 11
KUHAP yaitu prnytaan hakim yg diucpkn dlm sdng
pengadilan tbka yg dpt brpa pmdnaan atau bebas
atau lepas dr sgl tttan hkm, dlm hal srt mnrut cra yg
diatur dlm uu ini. Ptsan pngdilan hnya
sah&mmpnyai kktan hkm ttap:
 Ptsan pngdilan brlku sah&mmpnyai kktan hkm ttap
apbl diucpkan disdang pngdlan tbka utk umum.
 Smua kptsan tnp kcli hrs diucpkan dlm sdang yg
tbka utk umum.

Yg dimksd dg “ptsan pngdilan yg tlh mmprleh kktan
hkm tetap” adl :
• ptsan pngdilan tngkt prtma yg tdk diajukan
bnding/kasasi dlm wkt yg ditntkan olh KUHAP;
• ptsan pngdilan tngkt bnding yg tdk diajukan kasasi
dlm wkt yg ditntkan olKUHAP; atau
• ptsan kasasi.
Lalu bgmna dg kasasi.....?
mnyimak pdpt M. Yahya Harahap dlm
buku Pmbhsan Prmslahan dan Pnrpan KUHAP:
Pemeriksaan Sidang pengadilan, Banding, Kasasi
dan Peninjauan Kembali (hal. 615) sbb:

lnjtan....,
“Selama putusan belum mempunyai kekuatan
hukum tetap, upaya peninjauan kembali tidak
dapat dipergunakan. Terhadap putusan yang
demikian hanya dapat ditempuh upaya hukum
biasa berupa banding atau kasasi. Upaya hukum
peninjauan kembali baru terbuka setelah upaya
hukum biasa (berupa banding dan kasasi) telah
tertutup. Upaya hukum peninjauan kembali
tidak boleh melangkahi upaya hukum banding
dan kasasi.”

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PUTUSAN
• Produk hakim dr hsil pmriksaan prkra di prsdngan
ada 3 mcam yaitu ptsan, pntapan, dan akta
prdmaian. Putusan adl prnytaan hakim yg
dituangkan dlm bntk trtlis&diucapkan olh hakim
dlm sdng trbka utk umum sbg hsil dr pmrksaan
prkra ggtan (kontentius). Penetapan adl prnytaan
hakim yg dituangkan dlm bntk trtlis&diucapkan olh
hakim dlm sdng trbka utk umum sbg hsil dr
pmrksaan prkra prmhonan (voluntair). Sedangkan
akta perdamaian adl akta yg dibuat olh hakim yg
brsi hsil msywrah antra para phk dlm sngkta utk
mngkhiri sngkta&brlku sbg ptsan.

Beberapa jenis putusan Hakim:
 Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal), dlm hal
ini brrti Trdkwa dinytkan bbs dr tttan hkm.
Brdsrkan Psl 191 ayat (1) KUHAP ptsan bbas
tjdi bl Pengadilan bpndpat bhw dr hsil
pmriksaan di sdng Pengadilan kslhan trdkwa
ats prbuatan yg didkwakan tdk trbkti scra sah
dan mykinkan krn tdk trbkti adanya unsur
prbuatan mlwan hkm yg dilkkan olh Trdakwa.
(Psl 191 (1) KUHAP).

 Putusan Lepas (Onslag van alle
Rechtsvervolging), dlm hal ini brdsarkan Psl 191
ayat (2) KUHAP Pengadilan brpndpat bhw
prbuatan yg didkwakan kpd Trdakwa trbkti,
nmun prbuatan tsb, dlm pndngan hakim, bkn
mrpkan suatu tndk pid.
 Putusan Pemidanaan (Veroordeling), dlm hal ini
brarti Trdakwa scr sah&mykinkan tlh trbukti
mlkkan tndk pid yg didkwakan kpdnya, olh krn
itu Trdakwa dijthi hkman pid ssuai dg ancman
psl pid yg didkwakan kpd Trdakwa, (Psl 193 (1)
KUHAP).

ISI PUTUSAN HAKIM
• Kepala Putusan, Nomor register perkara,
nama pengadilan yang memutus perkara
• Identitas Para Pihak
• Tentang duduk perkara
• Pertimbangan hukum atau Considerans
• Amar atau Dictum
• Penandatanganan

UPAYA HUKUM
• Upaya hkm adl hak trdakwa/PU utk mlwan ptsan
pengadilan (vonis) utk tdk mnrma ptsan pengadilan.
• Mksud dr upaya hkm adl utk mmprbaiki kslhan yg
diprbuat olh instansi hkm sblmnya.
2 macam upaya hkm dlm KUHAP :
– Upaya hukum biasa :
• Verzet (perlawanan)
• Banding
• Kasasi

– Upaya hukum luar biasa :
• Kasasi demi kepentingan hukum
• PK ptsan pengadilan yg tlh mmprleh kktan hkm yg ttp (herzeining)

TUJUAN UPAYA HUKUM
• MEMPERBAIKI KEKELIRUAN PUTUSAN
• MENCEGAH KESEWENANGAN DAN
PENYALAHGUNAAN JABATAN
• PENGAWASAN TERHADAP KESERAGAMAN
PENERAPAN HUKUM

Pngrtian: somasi, prodeo, memori banding, kontra
banding, memori kasasi&kontra kasasi.
1. SOMASI adl pringtan kpd phk yg llai mlkkan kwjbannya.
Bs dilkkan mllui PN dimn org yg llai berdomisi, bs mllui
srt lngsung/lngsung bcra pd phk yg llai.
2. Memori banding: pkok2 prkra yg ditlis olh pngggat
bnding ttg pkok prkra yg dibndingkan kpd PT.
3. Kontra memori banding: pkok2 prkra yg ditlis olh trggat
banding ttg pkok prkra yg dibndingkan kpd PT sbg
jwban ats memori banding yg dibuat olh Pngggat
Banding.

4. MEMORI KASASI adl srt ingatan/srt yg brisi kbratan2 ats
judex facti (ptsan hkm trdhlu). Memori kasasi hrs dibuat
stlh mnytkan kasasi di panitera pengdilan. Tdk mmbuat
memori kasasi, prkra ditolak kasasinya. Memori kasasi
ditjkan kpd MA mllui panitera pengadilan dimn prkra itu
diputus tindasannya pd lawan prkra&arsip utk pengadilan
terdahulu.
5. KONTRA MEMORI KASASI adl srt blsan ats MEMORI
KASASI yg ditrima dr phk lawan. Kontra memori kasasi bs
dibuat bs tdk perlu. Memori Kasasi ditjkan ke MA mllui
panitera pengadilan yg mnyrahkan Memori Kasasi,
tindasannya pd lawan prkra.

Upaya Hukum Biasa
BANDING BAB XVII KUHAP
Banding adl suatu upaya yg dilkkan olh terdakwa/PU
thdp ptsan pengadilan tngkt prtma kcli thdp ptsan
bebas, lepas dr sgl tttan hkm atau banding artinya
proses menentang keputusan hukum secara resmi. Di
Indonesia banding diajukan di Pengadilan Tinggi yang
terletak di ibukota provinsi.
Trdkwa/PU brhk utk mmnta bnding trhdp ptsan
Pengadilan tngkt prtma, kcli trhdp ptsan, lpas dr sgl
tnttan hkm yg mnyngkut mslh krg tptnya pnrpan hkm
dan ptsan pngadilan dlm acra cpt, (Lht Psl 67 KUHAP).

 Prmntaan bnding sbgmna dimksud dlm Psl 67 dpt
diajukan ke pngdilan tinggi olh trdkwa/yg khsus
dikuasakan utk itu atau PU, (Lht Psl 233 KUHAP).
Pasal 67 KUHAP, permohonan atas banding tidak
dapat diajukan atas :
– Putusan pembebasan (vrijspraak)
– Putusan pelepasan dari semua tuntutan hukum
menyangkut kurang tepatnya penerapan
hukumnya
 Hanya prmtaan bnding sbgmna dimksud dlm ayat (1)
blh ditrma olh panitera pngdlan negeri dlm wktu 7 hri
ssdah ptsan sdh dijtuhkan/stlh ptsan dibrthakan kpd
trdkwa yg tdk hdr sbgmna dimksd dlm Psl 196 (2).

Psl 68
Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti
kerugian&rehabilitasi sbgmna diatur dlm Psl 95.
Syarat2 dr upaya banding sbb
• Diajukan dlm ms tenggang wkt banding.
• Ptsan tsb mnrut hkm blh dimntkan banding.
• Mmbyar pnjar biaya banding.
• Mnghdap di Kepaniteraan PN yg ptsannya
dimohonkan banding.

Tujuan banding ada dua macam yaitu:
1.Menguji putusan pengadilan tentang ketepatannya ;
2.Untuk memeriksa baru untuk keseluruhan perkara itu
Upaya Hkm Biasa
KASASI Bab XVII KUHAP
Kasasi adalah pembatalan atas keputusan Pengadilanpengadilan yang lain yang dilakukan pada tingkat peradilan
terakhir dan dimana menetapkan perbuatan Pengadilanpengadilan lain dan para hakim yang bertentangan dengan
hukum, kecuali keputusan Pengadilan dalam perkara pidana
yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala
tuduhan,
Trhdp ptsan prkra pid yg dibrkan pd tngkt akhir olh pngdilan
lain, slain drpda MA, trdkwa/PU dpt mngjkan prmntaan
pmrksaan kasasi kpd MA kcli ptsan bebas, (Lht Psl 244
KUHAP).

Tenggang waktu kasasi: Psl 245 ayat (1)
KUHAP, mnybtkan prmhnan kasasi
disampaikan dlm wkt 14 hari ssdah ptsan
pngdilan.
Tata cara kasasi: Prmtaan tsb olh panitera
ditulis dlm sbuah srt ketrangan yg ditndtngani
olh panitera&pmhon&dicatat dlm dftr yg
dilmpirkan pd brkas acara, (Lht Psl 245 (2)
KUHAP).








Syarat2 yg hrs dipenuhi dlm mngjkan kasasi
sbb:
Diajukan olh phk yg brhak mngjukan kasasi.
Diajukan msh dlm tnggang wkt kasasi.
Putusan atau penetapan PN dan PTU/PTN,
mnrut hkm dpt dimintakan kasasi.
Mmbuat memori kasasi (pasal 47 ayat (1) UU
No. 14/1985).
Mmbyar pnjar biaya kasasi (pasal 47).
Mnghdap di Kepaniteraan PN yg brsngktan.

ALASAN KASASI (Psl 253 (1) KUHAP)
“Pmrksaan dlm tngkat kasasi dilkkan olh MA
ats prmntaan para pihak sbgmn dimksud dlm
Psl 244 dan Psl 248 KUHAP gn mnntkan”
a. Apkh bnr suatu prtran hkm tdk ditrpkan tdk
sbgmn mstinya;
b. Apkh bnr cr mngdli tdk dilksnkan mnrut
ktntuan uu; dan
c. Apkh bnr pngdlan tlh mlmpaui btas
kwnangannya.

PENCABUTAN KASASI Psl 247 KUHAP
1. Dpt dilkkan swktu2 sblm prkra diptus olh MA.
2. Skli dicbut tdk dpt diajukan lgi. Yakni: sblm
brkas prkra dikirim, sblm prkra dipriksa olh
MA&stlh prkra mlai diperiksa.

Upaya Hukum Luar Biasa
Kasasi Utk Kpntngan Hkm
 Dmi kpntngan hkm trhdp smua ptsan yg tlh mmprleh
kptsan hkm ttap dr pngdlan lain slain drpda MA, dpt
diajukan satu kali prmhnan kasasi olh Jaksa Agung, (Lht Psl
259 ayat (1) KUHAP).
 Ptsan kasasi dmi kpntngan hkm tdk bleh mrgkan pihak yg
brkpntngan, ( Psl 259 ayat (2) KUHAP).
Prmhnan kasasi dmi kpntngan hkm disampaikan olh jaksa
agung kpd MA mllui panitera pngdlan yg tlh mmtskan
prkra dlm tngkat prtma, dsrtai risalah yg mmuat alasan2
prmntaan itu, (Lht Psl 260 ayat (1) KUHAP).

Upaya Hkm Luar Biasa
Pnnjauan kmbli ptsan pngdlan yg tlh
mmpnya hkm ttap Bab XVIII KUHAP
“Psl 263 ayat (1) KUHAP): “trhdp ptsan
pngdlan yg tlh mmprleh kktan hkm ttap, kcli
ptsan bbas atau lpas drsgl tnttan hkm,
trpdna/ahli wrisnya dpt mngjkan prmntaan
pnnjauan kmbli kpd MA”.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Prmntaan pnnjauan kmbli (Psl 263 (2) KUHAP,
dilkkan atas dsar:
Adanya suatu kebohongan.
Adanya surat bukti yang bersifat menentukan.
Adanya kenyataan, bahwa hakim mengabulkan
perkara yang tidak dituntut.
Ada gugatan yang belum diberikan putusan oleh
hakim.
Adanya putusan yang saling bertentangan.
Adanya kenyataan bahwa putusan hakim
mengandung kekeliruan atau kekhilagan.

Dlm PK ptsan MA dpt mmtuskan brpa:
• mnlak prmhonan PK bl alsan tdk dibnrkan olh
MA
• Bl MA mmbnrkan alsan pemohon, mk Ptsan
MA dpt brpa:
a. ptsan bebas
b. ptsan lpas dr sgl tnttan hkm
c. ptsan tdk mnrima tnttan PU
d. ptsan yg mnrapkan pid yg lbh ringan







Syarat2 yg hrs dipnhi utk PK sbb:
Diajukan olh phk yg berperkara.
Putusan tsb mnrut hkm blh dimntkan banding.
Mmbuat srt pmhonan PK yg mmuat
alsan2nya.
Mmbyar pnjar biaya banding, kcli dlm hal
prodeo. Mmbyar panjar biaya PK.
Mnghdap di Kepaniteraan PN yg mmtus
perkara pd tngkt pertama.

PROSEDUR PENGAJUAN PERMOHONAN KEMBALI
1) Prmhonan kmbli diajukan olh phk yg brhk kpd
MA mllui Ketua PN yg mmtus prkra dlm tngkt
pertama.
2) Membayar biaya perkara.
3) Prmhonan Pngjuan Kmbli dpt diajukan scr lisan
maupun tertulis.
4) Bila prmhonan diajukan scr trtluis mk hrs
disbtkan dg jls alsan yg mjd dsr
prmhonannnya&dimsukkan ke kepaniteraan PN
yg mmtus prkra dlm tngkt prtma (Pasal 71 ayat
(1) UU No. 14/1985).

5. Bila diajukan scr lisan mk ia dpt mngraikan
prmhonannya scr lisan dihdpan Ketua PN yg
brsngktan/dihdpan hakim yg ditnjuk Ketua PN tsb, yg
akn mmbuat cttan ttg prmhonan tsb (Pasal 71 ayat (2)
UU No. 14/1985).
6) Hndaknya srt prmhonan PK dissun scr lngkp&jls, krn
prmhonan ini hny dpt diajukan sekali.
7) Stlh Ketua PN mnrima prmhonan PK mk panitera
brkwjiban utk mmbrikan atau mngrimkan salinan
prmhonan tsb kpd phk lawan pemohon plng lmbat 14
hr dg tjuan agr dpt dikthui&dijwb olh lawan (pasal 72
ayat (1) UU No. 14/1985).

8) Phk lawan hny pny wkt 30 hr stlh tnggl ditrima salinan
prmhonan utk mmbuat jwban bl lwt mk jwban tdk akn
diprtimbngkan (pasal 72 ayat (2) UU No. 14/1985).
9) Surat jwban disrhkan kpd PN yg olh panitera dibubuhi
cap, hr srt tgl ditrimanya utk slnjtnya salinan jwban
dismpaikan kpd pemohon utk dikthui (pasal 72 ayat (3)
UU No. 14/1985).
10) Prmhonan PK lngkp dg brkas prkra bsrta biayanya
dikirimkan kpd MA plg lmbt 30 hr (pasal 72 ayat (4) UU
No. 14/1985).
11) Pncbutan prmhonan PK dpt dilkkan sblm ptsan
dibrkan, ttp prmhonan PK hny dpt diajukan st kali (pasal
66 UU No. 14/1985).

GRASI, AMNESTI, ABOLISI&REHABILITASI
Brdsrkan Psl 14 UUD NRI Thn 1945, Presiden Republik
Indo brhak utk mmbrikan grasi&rehabilitasi dg
mmprhtikan prtmbngan MA (Psl 1), srt mbrikan
amnesti&abolisi dg mprhtikan ptmbangan DPR (Psl 2).
1. PENGERTIAN GRASI
Dlm arti smpit brrti mrpkan tndkan meniadakan
hkman yg tlh diptskan olh hakim. DG kt lain, Presiden
brhk utk meniadakan hkman yg tlh dijthkan olh hakim
kpd sseorg.(ampunan dr presiden pd org yg tlh dijthi
hkman).

2. PENGERTIAN AMNESTI
Mrpkan suatu pnytaan thdp org bnyk yg trlbat dlm
suatu tndk pid utk meniadakan suatu akibat hkm
pid yg tmbl dr tndk pid tsb. Amnesti ini dibrkan
kpd org2 yg sdh ataupun yg blm dijthi hkman, yg
sdh ataupun yg blm diadakan pengusutan atau
pmrksaan thdp tndk pid tsb.
3. PENGERTIAN ABOLISI
Mrpkan suatu kptsan utk mnghntikan pengusutan
&pmrksaan suatu prkra, dimn pengadilan blm
mjtuhkan kptsan thdp prkra tsb.

lnjtan....,
Seorang presiden mbrikan abolisi dg prtmbngan dmi alsan
umum mngngat prkra yg mnyngkut para trsngka tsb trkait
dg kpntngan ngra yg tdk bs dikrbankan olh kptsan
pengadilan. (pnghpusan hkm atau membatalkan hkm.)
4. PENGERTIAN REHABILITASI
Rehabilitasi mrpkan suatu tndkan Presiden dlm rngka
mmlihkan nama baik sseorg yg tlh hlng krn suatu kptsan
hakim yg trnyta dlm wkt brkutnya trbkti bhw kslhan yg tlh
dilkkan se-org trsngka tdk sbrpa dibndingkan dg prkraan
smla/bhkan ia trnyta tdk brslah sm skli.

SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH