PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA BAGELEN KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN SETELAH PEMEKARAN WILAYAH TAHUN 2012
(2)
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA BAGELEN KECAMATAN GEDONGTATAAN
KABUPATEN PESAWARAN SETELAH PEMEKARAN WILAYAH TAHUN 2012
Oleh
SURYA DWI SAPUTRA
Pemekaran wilayah merupakan perpisahan atau pemecahan suatu wilayah untuk membentuk satu unit wilayah baru. Melalui pemekaran wilayah diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus wilayahnya sendiri, terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkenaan dengan persepsi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayah tahun 2012.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2012 yang berjumlah 1856 orang, yang kemudian diambil 10% sebagai sampel pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, dokumentasi, dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekaran wilayah dapat memberikan kemudahan dalam pelayanan masyarakat, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, dapat meningkatkan pembangunan perekonomian daerah, dan dapat mempercepat pengolahan potensi daerah, serta dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Kegunaan Penelitian ... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10
1. Persepsi ... 10
2. Teori Pemekaran ... 11
3. Pengertian kesejahteraan ... 14
a. Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat ... 15
b. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat ... 18
c. Peningkatan pembangunan ekonomi daerah ... 18
d. Percepatan pengolahan potensi daerah... 19
e. Peningkatan keamanan dan ketertiban ... 20
4. Kriteria atau Ukuran Pelayanan ... 21
B. Kerangka Pikir ... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24
B. Populasi Dan Sampel ... 24
1. Populasi ... 24
2. Sampel ... 25
C. Variabel Penelitian dan Definisi Opersional Variabel ... 26
1. Variabel Penelitian ... 26
2. Definisi Operasional Variabel ... 26
a. Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat ... 27
b. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat ... 30
c. Peningkatan pembangunan ekonomi daerah ... 30
d. Percepatan pengolahan potensi daerah... 31
(7)
3. Teknik Kuesioner ... 34
E. Analisa Data Penelitian ... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Desa Bagelen ... 36
1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah ... 36
2. Keadaan Topografi ... 39
3. Keadaan Hidrografi ... 39
B. Keadaan Penduduk Desa Bagelen ... 40
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 40
2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 41
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 44
4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 45
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46
1. Peningkatan Pelayanan Terhadap Masyarakat ... 46
2. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat ... 57
3. Peningkatan Pembangunan Perekonomian Daerah ... 59
4. Percepatan Pengeloleen Potensi Daerah ... 61
5. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban ... 63
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA
(8)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini di daerah setelah berlakunya Undang-undang Pemerintahan Daerah untuk mendirikan provinsi dan kabupaten/kota baru adalah salah satu fenomena menarik untuk dikaji dan dipahami dalam hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah. Berbagai alasan dikemukakan untuk menuntut adanya provinsi dan kabupaten/kota baru itu diantaranya, daerah memiliki potensi yang memadai secara ekonomi untuk menunjang pembagunan daerahnya, ingin mengelola sendiri pembiayaan pembangunan daerahnya atau luasnya (wilayah geografis) daerah dan ingin memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat serta sejumlah alasan lainnya.
Pemekaran daerah di Indonesiamerupakan pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya.Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru dibentuk untuk menggantikannya.Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarno Putri mengesahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diharapkan dengan adanya kewenangan di pemerintah daerah maka akan membuat proses pembangunan,
(9)
pemberdayaan dan pelayanan yang signifikan. Prakarsa dan kreativitasnya terpacu karena telah diberikan kewenangan untuk mengurusi daerahnya. Sementara di sisi lain, pemerintah pusat tidak lagi terlalu sibuk dengan urusan-urusan domestik. Ini agar pusat bisa lebih berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro strategis serta lebih punya waktu untuk mempelajari, memahami, merespon, berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat darinya.
Faktor geografi adalah variabel yang terkait dengan pemekaran wilayah sebagai akibat munculnya ikatan-ikatan yang bermotif politik pada masyarakat yang tinggal di suatu daerah. Latar belakang kesatuan geografis itu dihubungkan oleh suatu ikatan secara politis. Kuat lemahnya ikatan tersebut sangat bergantung kepada seberapa besar daya tarik politik terhadap hadirnya kesatuan masyarakat sebagai suatu kesatuan politis.
Hal yang paling penting dalam aspek geografi ini adalah adanya perasaan menyatu dari sekelompok masyarakat sebagai akibat dari adanya hubungan kesatuan wilayah secara geografis. Pada awal kemunculannya, mungkin saja perasaan sebagai suatu kesatuan tersebut tidak begitu kuat. Tetapi karena perkembangan faktor-faktor eksternal yang memicu perasaan bersatu tersebut, maka dorongan untuk menggali ikatan-ikatan tersebut kembali muncul. Berbagai kasus pemekaran yang terjadi saat ini, sebetulnya banyak terkait dengan aspek politik (Smith, 1985:13).
Pandangan ini menjadi pembenaran terwujudnya pemekaran wilayah. Pemekaran wilayahtidak akan terbentuk jika tidak terdapat jalinan ikatan politis antara masyarakat dengan wilayah tinggalnya. Sebagai bentuk dan aktualisasi politik,
(10)
pemekaran wilayah harus memiliki landasan dasar yang kuat secara politis, sehingga mampu memberi identitas baru yang merepresentasikan perasaan-perasaan masyarakat dalam bentuk yang sangat khas (Smith, 1985:27).
Aspek geografis, mengasumsikan bahwa kondisi geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pembentukan identitas suatu kelompok masyarakat yang akhirnya akan berkembang menjadi satu kesatuan politik. Misalnya masyarakat daerah pantai, gunung atau pulau. Masyarakat yang terpisah secara geografis, cenderung membentuk komunitas tersendiri dan akan menjadi dasar pembentukan kelompok masyarakat.
Geografi menjadi batas yuridiksi wilayah yang ditempati oleh sekelompok masyarakat yang menjadi syarat terbentuknya pemekaran wilayah. Perbedaan geografi dapat menjadi dasar terbentuknya suatu identitas bersama suatu kelompok, juga pembentuk perbedaan karakteristik wilayah, masalah, dan kewenangan masing-masing wilayah. Selain itu didukung juga dengan adanya konsep dasar geografi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam pemekaran suatu wilayah.
Diferensiasi area merupakan salah satu dari konsep dasar geografi yeng dapat menggambarkan adanya perbedaan suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya, karena setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam hal ini yang akan menjadi objek kajiannya adalah Pesawaran. Pesawaran merupakan suatu daerah yang ada di Provinsi Lampung. Banyaknya potensi yang terdapat di Pesawaran menjadikan Pesawaran berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di
(11)
Provinsi Lampung. Adanya perbedaan tersebut dapat membentuk karakteristik, kondisi, kepentingan dan masalah, serta potensi tersendiri di Pesawaran.
Pesawaran memiliki banyak potensi di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, tambang dan mineral, serta jasa dan penunjang. Potensi tersebut juga didukung oleh faktor lain seperti kemampuan ekonomi, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, serta luas daerah yang memungkinkan untuk terselenggaranya pemekaran wilayah.
Dalam Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2007, tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah, disebutkan bahwa pemekaran wilayah berarti pemecahan wilayah daerah yang telah ada, dengan mempertimbangkan berbagai faktor di daerah. Pertimbangan faktor-faktor itu diantaranya; (1) kemampuan ekonomi, (2) potensi daerah (3) sosial budaya, (4) sosial politik, (5) jumlah penduduk, (6) luas daerah, dan (7) pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya pemekaran wilayah. Tentunya tuntutan masyarakat untuk membentuk daerah-daerah baru harus mengacu kepada pertimbangan atau kriteria di atas, sebab bila tidak tepat pertimbangan yang diberikan untuk pemekaran wilayah hanya akan memberikan makna yang tidak penting dan tidak berarti bagi masyarakat.
Pemekaran wilayah Pesawaran dengan segala potensi yang terkandung di dalamnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di Pesawaran. Banyaknya tuntutan untuk menjadikan Pesawaran sebagai daerah otonomi baru, maka pada tanggal 16 April 2001 dibentuklah Panitia Persiapan Pemekaran Kabupaten Pesawaran (P3KP).
(12)
Berdasarkan usulan yang dilakukan oleh P3KP maka pemerintah Kabupaten Lampung Selatan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Lampung melakukan penelitian dan pengkajian tentang kelayakan Kabupaten Lampung Selatan untuk dimekarkan menjadi dua kabupaten. Berdasarkan luas Kabupaten Lampung Selatan yaitu 3.283,51 km2 dan jumlah penduduk yang mencapai 1.311.338 jiwa, maka Kabupaten Lampung Selatan layak dimekarkan menjadi dua kabupaten dengan kabupaten pemekarannya adalah Kabupaten Pesawaran.
Berkat perjuangan P3KP maka pada tanggal 17 Juli 2007 DPR RI menyetujui pembentukan Kabupaten Pesawaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung dengan luas 1.173,77 km2, dan dengan jumlah penduduk 398.848 jiwa, serta 7 wilayah kecamatan dan 133 kelurahan.
Adapun tujuan dibentuknya Kabupaten Pesawaran yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, peningkatan pertumbuhan kehidupan masyarakat, peningkatan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan ketertiban dan keamanan.
Pemekaran wilayah tersebut, cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap masing-masing kecamatan, bahkan berpengaruh juga terhadap desa. Salah satu desa yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan. Dengan jumlah penduduk 7358 jiwa dan 1856 kepala keluarga, diharapkan Desa Bagelen dapat mewakili sabagai bukti terwujudnya tujuan dari pemekaran wilayah.
(13)
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat setelah pemekaran wilayah dengan judul Persepsi Masyarakat Tentang Kesejahteraan Mayarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Setelah Pemekaran Wilayah Tahun02012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah yang kemungkinan berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayahadalah sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. 2. Peningkatan pertumbuhan ekonomimasyarakat. 3. Peningkatan pembangunan perekonomian daerah. 4. Percepatan pengelolaan potensi daerah
5. Peningkatan keamanan dan ketertiban.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pemekaran Kabupaten Pesawaran memberikan kemudahan dalam pelayanan masyarakat?
(14)
2. Apakah pemekaran Kabupaten Pesawaran dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat?
3. Apakah pemekaran Kabupaten Pesawaran dapat meningkatkan pembangunan perekonomian daerah?
4. Apakah pemekaran Kabupaten Pesawaran dapat mempercepat pengelolaan potensi daerah?
5. Apakah pemekaran Kabupaten Pesawaran dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan:
1. Untuk mendapatkan informasi tentang kemudahan dalam pelayanan masyarakat setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
2. Untuk mendapatkan informasi tentang peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
3. Untuk mendapatkan informasi tentang peningkatan pembangunan perekonomian daerah setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
4. Untuk mendapatkan informasi tentang percepatan pengelolaan potensi daerah setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
5. Untuk mendapatkan informasi tentang peningkatan keamanan dan ketertiban setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
(15)
E. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh di perguruan tinggi khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi, yaitu geografi desa dan geografi ekonomi.
3. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran kepada pihak terkait tentang kondisi Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran dalam hal kesejahteraannya.
4. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran geografi SMA Kelas X (sepuluh) tentang Konsep Dasar Geografi.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah:
1. Ruang Lingkup Subjek, yaitu masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.
2. Ruang Lingkup Objek, yaitu persepsi masyarakat Desa Bagelen tentang kesejahteraannya setelah pemekaran Kabupaten Pesawaran.
3. Ruang Lingkup Tempat, yaitu di Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.
4. Ruang Lingkup Waktu, yaitu tahun 2012.
5. Ruang Lingkup Ilmu, yaitu Geografi Perencanaan dan Pembangunan Wilayah.
(16)
Setiap wilayah memiliki karakteristik sendiri yang tidak dimiliki wilayah lain, baik secara fisik dan non fisik. Geografi Perencanaan dan Pembangunan Wilayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara perencanaan dan pembangunan wilayah. Dalam hal ini, perencanaan dan pembangunan wilayah dapat berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial terutama terkait dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep dan teori-teori sosial yang ada.
(17)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Untuk terarahnya penelitian ini, maka diperlukan teori para ahli yang berkaitan dengan peneitian ini. Beberapa teori yang mendukung penelitian ini yaitu:
1. Persepsi
Menurut Mar‟at (1989:21), persepsi merupakan proses pangamatan seseorang yang berasal dari pengamatan kognisi. Apek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Komponen kognisi akan berpengaruh untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu objek yang merupakan jawaban atas pertanyaan. Sedangkan menurut Jalaludin Rahmad (2000:51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Di dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (1991:759), proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu kesan atau anggapan yang timbul sebagai akibat dari adanya proses mengetahui suatu hal atau objek melalui panca indera yang kemudian diproyeksikan ke bagian-bagian tertentu dalam otak, sehingga dapat mengamati
(18)
dan menafsirkan sesuatu hal atau objek tertentu. Persepsi merupakan suatu proses yang berlangsung dalam diri setiap orang, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kenyataan sosial lainnya.
Menurut Jalaludin Rahmad (1994:50), persepsi terjadi ketika objek tertangkap oleh alat indera sehingga menimbulkan stimuli, oleh alat indera stimuli ini akan dirubah menjadi energi syaraf untuk disampaikan ke otak dan diproses, sehingga individu dapat memahami dan menafsirkan pesan atau objek yang telah diterimanya maka pada tahap ini terjadi persepsi.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:236), persepsi dapat diukur dengan menggunakan kriteria baik, cukup baik, dan kurang baik. Barkaitan dengan penelitian ini persepsi diartikan sebagai kesan atau tanggapan baik, cukup baik, atau kurang baik terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayah.
2. Teori Pemekaran
Menurut Makaganza (2008:9), istilah pemekaran daerah sebenaranya dipakai sebagai upaya memperhalus bahasa (eupieisme) yang menyatakan proses “perpisahan” atau „pemecahan” satu wilayah untuk membentuk satu unit administrasi lokal baru. Dilihat dari filosofi harmoni, istilah perpisahan atau perpecahan memiliki makna yang negatif sehingga istilah pemekaran daerah dirasa lebih cocok digunakan untuk menggambarkan proses terjadinya daerah-daerah otonom baru pasca reformasi di Indonesia.
(19)
Thomas Bustomi (2009:11), mengemukakan pada dasarnya, pembentukan daerah otonom mempunyai dua tujuan utama, yaitu meningkatkan pelayanan publik dan sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Dari pendapat ini, pemekaran daerah diharapkan dapat tercapainya peningkatan pelayanan dan sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat daerah. Artinya jika kedua hal tersebut tidak tercapai berarti tujuan pemekaran daerah tidak tercapai.
J Kaloh (2007:12), lebih lanjut mengatakan bahwa dalam konteks pemekaran daerah/wilayah tersebut yang lebih dikenal dengan pembentukan daerah otonom baru, bahwa daerah otonom tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri, terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber–sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik.
Secara hukum syarat-syarat pemekaran suatu wilayah untuk menjadi kabupaten/kota atau provinsi tidak terlalu sulit. Di era otonomi daerah hukum cukup memberikan kelonggaran kepada daerah untuk melakukan pemekaran. Hal ini yang menjadi sebab mengapa sekarang banyak daerah yang berkeinginan melakukan pemekaran mulai dari tingkat kecamatan sampai ke tingkat provinsi.
Pemekaran wilayah diatur dalam UU No. 32 tahun 2004. Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang ini adalah: Pasal 4 (3) yang menjelaskan tentang pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.
(20)
Pemekaran wilayah harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan (Pasal 5(1)). Syarat administratif untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Syarat administratif untuk kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Sedangkan syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Syarat fisik meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Oleh karena itu, bukan berarti apabila suatu daerah telah memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan maka dengan sendirinya pemekaran wilayah dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya persyaratan jangka waktu jalannya pemerintahan induk. Ada batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk dapat melakukan pemekaran wilayah. Untuk pembentukan provinsi disyaratkan sepuluh tahun, kabupaten/kota disyaratkan tujuh tahun, dan untuk kecamatan batas minimal penyelenggaraan pemerintahan adalah lima tahun.
(21)
Secara teori, tujuan pemekaran wilayah antara lain adalah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan keamanan dan ketertiban, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pengelolaan potensi daerah, dan agar terjadinya percepatan pembangunan ekonomi daerah.
3. Pengertian Kesejahteraan
Menurut Segel dan Bruzy (1998:8), kesejahteraan adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas kehidupan rakyat di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Midgley (1995:14) menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan sejahtera yang tersusun dari tiga unsur sebagai berikut. Pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan ketiga, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga unsur ini berlaku bagi individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas-komunitas, dan bahkan seluruh anggota dalam masyarakat. Wilensky dan Lebeaux (1965:138) merumuskan kesejahteraan sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
(22)
Menurut Romanyshyn (1971:3) kesejahteraan dapat mencakup semua bentuk intervensi sosial yang mempunyai suatu perhatian utama dan langsung pada usaha peningkatan kesejahteraan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan. Kesejahteraan masyarakat mencakup penyediaan pertolongan dan proses-proses yang secara langsung berkenaan dengan penyembuhan dan pencegahan masalah-masalah di dalam masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, dan perbaikan kualitas hidup itu meliputi pelayanan-pelayanan bagi individu-individu dan keluarga-keluarga juga usaha-usaha untuk memperkuat atau memperbaiki lembaga-lembaga yang ada di masyarakat. Untuk memberikan pengertian atau parameter, akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat
Jenis-jenis pelayanan terhadap masyarakat menurut Lembaga Administrasi Negara yang dimuat dalam SANKRI Buku III (2004:185) adalah:
1. Pelayanan pemerintahan adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan, seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, perijinan, dan keimigrasian.
2. Pelayanan pembangunan adalah suatu jenis pelayanan masyarakat yang terkaitdengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai warga negara. Pelayanan ini meliputi penyediaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, pelabuhan-pelabuhan, dan lainnya.
3. Pelayanan utilitas adalah jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi masyarakat seperti penyediaan listrik air, telepon, dan transportasi lokal.
(23)
4. Pelayanan sandang, pangan dan papan adalah jenis pelayanan yang menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah. 5. Pelayanan kemasyarakatan adalah jenis pelayanan yang dilihat dari sifat dan
kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenaga kerjaan, penjara, rumah yatim piatu, dan lainnya.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah melalui aparat pemerintah, walaupun tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, namun tetap harus mengutamakan kualitas layanan yang sesuai dengan tuntutan, harapan dan kebutuhan masyarakat. Aparat pemerintah harus menyadari fungsi dan peran mereka sebagai pelayan masyarakat.
Pelayanan masyarakat yang diselenggarakan pemerintah, walau tidak bertujuan untuk mencari keuntungan namun tidaklah harus mengabaikan kualitas pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang diberikan kepada oleh pemerintah melalui aparat pemerintah tetap harus mengutamakan kualitas layanan yang sesuai dengan tuntutan, harapan, dan kebutuhan masyarakat.
Aparat pemerintah sebagai unsur pemerintahterkait langsung dengan pelayanan kepada masyarakat sebagai unsur yang dilayani. Sikap dan perilaku aparat pemerintah akan menjadi suatu ukuran keberhasilan pemerintah untuk mencapai tujuan organisasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan harapan, dan masyarakat akan merasa puas serta tidak mengeluh.
(24)
Menurut Gaspersz (dalam Lukman, 1998:8) yang mendefinisikan dimensi kualitas pelayanan meliputi:
1. Ketepatan waktu pelayanan, 2. Akurasi pelayanan,
3. Kesopanan, keramahan dalam memberikan pelayanan, 4. Tanggung jawab,
5. Kelengkapan,
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan, 7. Variasi model pelayanan,
8. Pelayanan pribadi,
9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, dan 10. Atribut pendukung pelayanan lainnya.
Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001:233) bahwa: Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kepada masyarakat adalah budaya kerja melalui dimensi sikap, perilaku yang akan memberikan harapan dan kepuasan kepada masyarakat dari hasil proses pelayanan yang mereka terima dari aparat pemerintah. Dengan memahami pendekatan teori di atas, diharapkan melalui kepemimpinan camat diharapkan mampu menciptakan
(25)
kerja pegawai yang efektif sehingga dalam memenuhi fungsi kepelayanannya pemerintah kecamatan yang merupakan perangkat dari pemerintah kabupaten/kota dapat membaca dan memberikan keinginan, kebutuhan, dan harapan yang dinginkan rakyat sesuai dengan prinsip-prisip yang tertuang dalam pelayanan. b. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat
Robert Solow (1957:6) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow (1957:8) pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. Harrord Domar teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Pendapatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendapatan yang sesuai denga upah minimum provinsi (UMP) yaitu: Rp950.000/bulan.
c. Peningkatan pembangunan perekonomian daerah
Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Productatau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota (Kuncoro, 2004:8).
(26)
Oleh karena itu, muncul kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi menekankan pada peningkatan income per capita(pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu daerah atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi mulai digantikan dengan kontribusi industri. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-indikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004:9).
Berdasarkan pengertian di atas, maka pembangunan perekonomian daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
d. Percepatan pengelolaan potensi daerah
Potensi daerah merupakan segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki daerah sebagai modal dasar yang perlu dikelola dan dikembangkan bagi kelangsungan dan perkembangan daerah.
Dalam iklim kebebasan baru di daerah sebagai akibat pemberlakuan otonomi, kemampuan membaca dan mengoptimalkan potensi sangatlah penting. Sebab, meskipun terdapat konsep perimbangan sumber daya antara pusat dan daerah, namun semangat otonomi lebih menghendaki agar daerah dapat
(27)
menyelenggarakan urusan rumah tangganya dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
Bantuan pusat ke daerah baik yang berbentuk dana, personalia maupun prasarana, merupakan komponen pelengkap untuk mendukung kapasitas daerah. Namun kapasitas asli daerah (terutama di bidang keuangan) sangatlah penting guna mempercepat pengelolaan potensi darah.
Dengan adanya pemekaran wilayah maka daerah akan lebih cepat dan mampu mengelola potensi yang ada di daerahnya. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraannya.
e. Peningkatan keamanan dan ketertiban
Terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman masyarakat, kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas daerah.Dalam artianbahwa setiap warga secara sadar menggunakan hak dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang tertibsemuanya secara pasti yang berpedoman pada sistem ketentuan hukum/Undang-Undang yang esensial untuk terciptanya disiplin nasional.
Keamanan dan ketertiban yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi aman dan tertib di dalam kehidupan bermasyarakat yang dihasilkan karena adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan aparat keamanan dan masyarakat. Kondisi aman dan tertib dapat dilihat apabila di dalam masyarakat terbebas atau
(28)
bersih dari konflik SARA, perkelahian, pencurian, penjarahan, perjudian, prostitusi, pembunuhan, penculikan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, teror, dan intimidasi.
4. Kriteria atau Ukuran Pelayanan
Untuk mengetahui sejauh mana layanan publik yang diberikan oleh aparatur
pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk. Zethmel dalam Widodo, (2001:275-276) mengemukakan tolak ukur kualitas pelayanan publik dapat dilihat dari sepuluh dimensi, antara lain meliputi:
1. Terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi.
2. Terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan layanan yang dijanjikan dengan tepat.
3. Kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap mutu layanan yang diberikan.
4. Tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan, dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.
5. Sikap atau perilaku ramah tamah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen, serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
6. Sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat.
7. Jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan resiko.
(29)
9. Kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.
10.Melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhanpelanggan.
B. Kerangka Pikir
Kabupaten Pesawaran memiliki potensi yang dapat dikembangkan seperti potensi di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, tambang dan mineral, serta jasa dan penunjang. Hal itu yang menjadi faktor pendorong untuk terbentuknya pesawaran sebagai kabupaten baru di Provinsi Lampung.
Setelah pemekaran wilayah dapat terealisasikan maka potensi yang ada di Kabupaten pesawaran dapat dikembangkan dan dikelola secara bersama-sama antara pemerintah dengan masyarakat. Potensi yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan bagi daerah dan masyarakatnya, sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi daerah dan masyarakat Kabupaten Pesawaran.
Dengan adanya pemekaran wilayah juga diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, serta pelayanan pengurusan identitas penduduk.
Pemekaran wilayah juga seharusnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan baru, sehingga masyarakat memiliki kesempatan kerja dan secara langsung pendapatan masyarakat juga akan bertambah.Pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah
(30)
terobosan untuk meningkatkan pertumbuhan atau pembangunan daerah dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban. Keamanan dan ketertiban tersebut dihasilkan karena adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, lembaga keamanan, serta masyarakat.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen berdasarkan persepsi dari masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.
(31)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena (Suharsimi Arikunto, 1993:194).
Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini tidak akan menarik suatu hipotesa, tetapi akan mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayah.
Jadi dengan metode deskriptif bertujuan untuk menyusun dan menjelaskan data mengenai persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayah.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2007:118). Menurut Pabundu Tika (2005:24) dinyatakan bahwa populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas, keseluruhan objek penelitian. Berdasarkan
(32)
pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2012 dengan mata pencaharian berbeda yang berjumlah 1856 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Margono,2007:121) selanjutnya untuk menentukan besarnya sampel yang diambil penulis berpedoman pada pendapat sebagai berikut: untuk sekedar ancer-ancer, apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subyeknya lebih besar dari seratus dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih (Suharsimi Arkunto, 2006:134).
Untuk mengambil besar sampel yang dapat mewakili populasi maka digunakan teknik stratified random sampling yaitu pengambilan sampel yang populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa bagian/sub populasi/stratum. Pengambilan sampel berdasarkan persentase besarnya populasi. Mengingat berbagai pertimbangan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan dan populasi yang ada di Desa Bagelen sebanyak 1856 kepala keluarga, penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yaitu sebanyak 189orang atau responden. Banyaknya sampel yang seharusnya hanya 186 kemudian menjadi 189 disebabkan karena ada responden yang jumlahnya terlalu sedikit sehingga harus dimasukkan semua untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut:
(33)
Tabel 1. Jumlah Sampel Kepala Keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012.
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Kepala
Keluarga Sampel/Responden
Petani pemilik 211 21
Petani penggarap 309 31
Petani buruh 300 30
Pedagang 181 18
Pegawai negeri 116 12
Mantri kesehatan 2 2
Tukang batu 380 38
Tukang kayu 80 8
Tukang becak 40 4
Tukang ojek 20 2
Sopir 49 5
Pensiunan PNS 47 5
Purnawirawan 47 5
Warakawuri 49 5
Petani ikan tawar 25 3
Jumlah 1856 189
Sumber: Monografi Desa Bagelen Tahun 2012.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian (Suharsimi Arikunto, 1996:96). Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap pemekaran wilayah yang menitikberatkan pada kesejahteraan di Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2012.
2. Devinisi Operasional Variabel
Menurut Masri Singarimbun (2006:46) bahwa:
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi
(34)
operasional adalah suatu informasi linier yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran yang meliputi peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, peningkatan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolahan potensi daerah, serta peningkatan keamanan dan ketertiban setelah pemekaran wilayah tahun 2012.
1) Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat
Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat adalah adanya perubahan ke arah yang lebih baik tentang segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Untuk mengetahui sejauh mana layanan publik yang diberikan oleh aparatur
pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.
Sebagai parameter pelayanan terhadap masyarakat dalam penelitian ini meliputi pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan pengurusan identitas penduduk. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
(35)
a) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Untuk satu desa atau 2500 penduduk; satu pos keluarga berencana (KB).
2. Untuk satu desa atau 2500 penduduk; satu klinik bersalin dengan jarak
maksimal 0,375 km, dan luas 0,2 Ha.
3. Untuk 25000 s.d. 35000 penduduk; satu rumah sakit yang terpusatkan
dengan luas 8 Ha, serta satu dokter umum untuk 50 tempat tidur di rumah sakit.
4. Selain sarana dan prasarana, untuk menentukan kriteria ini dapat diketahui
melalui 14 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 14. Hasil ini dihitung dengan rumus:
�=�� − ��
� =
28−14
2 =
14
2 = 7 Jadi intervalnya adalah 7, maka:
a. Dikatakan baik apabila memiliki skor > 14
b. Dikatakan tidak baik apabila memiliki skor ≤ 14
b) Pelayanan pendidikan
Pelayanan pendidikan dikatakan baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Satu SD untuk 5262 penduduk dengan jarak 0,375 km s.d. 0,75 km dan
luas 4 Ha.
2. Satu ruangan untuk 40 murid SD
3. Satu ruang untuk 20 s.d. 25 murid TK
(36)
5. Untuk 5 s.d. 7 SD diperlukan satu sekolah menengah pertama dan satu sekolah menengah atas dengan jarak 0,75 s.d. 4,5 km dan luas masing-masing 8 Ha.
6. Selain sarana dan prasarana, untuk menentukan kriteria ini dapat diketahui
melalui 7 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 7. Hasil ini dihitung dengan rumus:
�= �� − ��
� =
14−7
2 =
7
2= 3,5 = 4 (dibulatkan) Jadi intervalnya adalah 7, maka:
a. Dikatakan baik apabila memiliki skor > 7
b. Dikatakan tidak baik apabila memiliki skor ≤ 7
c. Pelayanan pengurusan identitas penduduk
Untuk menentukan kriteria ini dapat diketahui melalui 9 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 9. Hasil ini dihitung dengan rumus:
�= �� − ��
� =
18−9
2 =
9
2= 4,5 = 5 (dibulatkan) Jadi intervalnya adalah 7, maka:
a. Dikatakan baik apabila memiliki skor > 9
(37)
2) Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat
Pertumbuhan ekonomi masyarakatyang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tentang peningkatan pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja setelah pemekaran wilayah. Adapun kriteria pertumbuhan ekonomi masyarakatdapat diketahui juga melalui 9 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 9. Hasil dihitung dengan rumus:
�= �� − ��
� =
18−9
2 =
9
2= 4,5 = 5 (dibulatkan) a) Dikatakan ada peningkatan apabila pendapatan masyarakat setelah pemekaran
wilayah sama dengan atau lebih besar dari upah minimun propinsi (UMP) yaitu: Rp 950.000,- dan adanya bantuan modal usaha dari pemerintah, serta jumlah pengangguran setelah pemekaran wilayah lebih kecil dibandingkan sebelum pemekaran wilayah, serta kelas intervalnya adalah 14–18.
b) Dikatakan tidak ada peningkatan apabila pendapatan masyarakat setelah pemekaran wilayah sama dengan atau lebih kecil dari UMP yaitu: Rp 950.000,- dan tidak ada bantuan modal usaha dari pemerintah, serta jumlah pengangguran setelah pemekaran wilayah lebih banyak dibandingkan sebelum pemekaran wilayah, serta kelas intervalnya adalah 9–13.
3) Peningkatan pembangunan perekonomian daerah
Pembangunan perekonomian daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
(38)
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi Kabupaten Pesawaran tersebut. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat ditangkap secara berkelanjutan. Adapun kriteria peningkatan pertumbuhan perekonomian daerahdapat diketahui juga melalui 7 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 7. Hasil dihitung dengan rumus:
�= �� − ��
� =
14−7
2 =
7
2= 3,5 = 4 (dibulatkan) a) Dikatakan ada peningkatan apabila semakin banyak pembangunan dengan
menggunakan sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) yang tersedia, serta memiliki kelas interval 11–14.
b) Dikatakan tidak ada peningkatan apabila tidak ada pembangunan dengan menggunakan sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) yang tersedia, serta memiliki kelas interval 7–10.
4) Percepatan pengelolaan potensi daerah
Dengan adanya pemekaran wilayah maka daerah akan lebih cepat dan mampu mengelola potensi yang ada di daerahnya. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraannya. Adapun kriteria percepatan pengolahan potensi daerahdapat diketahui juga melalui 10 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 10. Hasil dihitung dengan rumus:
�=�� − ��
� =
20−10
2 =
10
(39)
a) Dikatakan baik apabila tercipta lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat melalui pengelolaan potensi yang ada setelah pemekaran wilayah, serta kelas intervalnya 16–20.
b) Dikatakan tidak baik apabila tidak tercipta lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setelah pemekaran wilayah, serta kelas intervalnya 11–15.
5) Peningkatan keamanan dan ketertiban
Keamanan dan ketertiban yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi aman dan tertib di dalam kehidupam bermasyarakat yang dihasilkan karena adanya kerjasama antara pemerintah dengan aparat keamanan dan masyarakat Kabupatem Pesawaran khususnya Desa Bagelen. Adapun kriteria peningkatan keamanan dan ketertibandapat diketahui juga melalui 7 pertanyaan pada kuesioner, dengan ketentuan skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 7. Hasil dihitung dengan rumus:
�= �� − ��
� =
14−7
2 =
7
2= 3,5 = 4 (dibulatkan)
a) Dalam penelitian ini dikatakan aman dan tertib apabila di dalam masyarakat terbebas atau bersih dari konflik SARA, perkelahian, pencurian, penjarahan, perjudian, prostitusi, pembunuhan, penculikan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, teror, dan intimidasi, serta tidak perlu lagi diadakan siskamling. Memiliki kelas interval 11–14.
b) Dikatakan tidak aman dan tertib apabila di dalam masyarakat masih terjadi konflik SARA, perkelahian, pencurian, penjarahan, perjudian, prostitusi, pembunuhan, penculikan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah
(40)
tangga, teror, dan intimidasi, serta masih perlu diadakan siskamling. Memiliki kelas interval 7–10.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Ngalim Purwanto dalam Budi Koestoro dan Basrowi (2006:144), menyatakan bahwa observasi adalah cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku denga melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi atau keadaan di lapangan secara langsung seperti: jumlah penduduk di Desa Bagelen, jumlah dan jarak prasarana dari tempat tinggal penduduk, serta data statistik Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2012.
2. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life story), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Teknik
(41)
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode dokumentasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2008:329).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dalam rangka menganalisa masalah yang sedang diteliti dalam hal ini berupa informasi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data sekunder berupa data monografi dari kelurahan, dan peta daerah penelitian.
3. Teknik Kuesioner
Teknik kuesioner adalah suatu cara untuk memperoleh data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Menurut Kartini Kartono (1980:85), kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan berupa formulir, yang diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon seperlunya). Teknik kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan indikator penelitian.
E. Analisis Data Penelitian
Analisisdata ialah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singarimbun, 1995:263). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dibuat distribusi frekuensinya yang dideskripsikan dalam bentuk tabel yang kemudian dipersentasekan. Analisis data yang digunakan untuk
(42)
mengetahui persepsi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran setelah pemekaran wilayah tahun 2012 adalah dengan rumus berikut:
% = �
�× 100
Keterangan:
% : persentase yang diperoleh
� : jawaban responden yang menjawab salah satu alternatif jawaban N : jumlah sampel
100 : konstanta
(Mohammad Ali, 1985:74).
Setelah data dianalisis dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasil tersebut diinterpretasikan untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian.
(43)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai Persepsi Masyarakat terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Bagelen Setelah Pemekaran Wilayah tahun 2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran dapat memberikan kemudahan dalam pelayanan terhadap masyarakat. Kemudahan tersebut meliputi kemudahan dalam pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan pengurusan identitas penduduk.
2. Pemekaran wilayah juga dapat meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat. Setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Pesawaran, kondisi perekonomian masyarakat di Desa Bagelen telah mengalami peningkatan yaitu ≥ UMP yang berjumlah Rp 950.000,00/bulan.
3. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran telah dapat meningkatan pembangunan perekonomian daerahnya. Peningkatan pembangunan perekonomian daerah dapat terwujud apabila ada pembangunan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Di Desa Bagelen telah ada pembangunan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, yaitu sumber
(44)
daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Pesawaran khususnya di Desa Bagelen.
4. Pemekaran Kabupaten Pesawaran telah dapat mempercepat pengelolaan potensi daerah yang ada di kabupaten tersebut. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Pesawaran.
5. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran telah dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban. Kondisi aman dan tertib lebih dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Bagelen setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Pesawaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan dari kesimpulan didapat suatu gambaran bahwa pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan lagi intensitas kerja, dalam pengertian cepatnya penyelesaian oleh petugas.
2. Sesuai hakekat adanya pemekaran daerah salah satunya meningkatkan pelayanan publik, maka dinas-dinas yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat diprioritaskan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
(45)
3. Kabupaten baru sejak awal hendaknya segera menyusun dan membuat rencana strategis pembangunan untuk menjadi pegangan dan pedoman bersama oleh semua pihak, guna percepatan pembangunan di daerah. 4. Pemerintah harus tetap mempertahankan upaya baik yang telah dilakukan
di dalam tugas dan tanggung jawabnya untuk melayani masyarakat. Namun pemerintah juga hendaknya memperhatikan bahwa masih ada prasarana kesehatan yang belum sesuai dengan parameter sebuah desa. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penambahan prasarana kesehatan agar dapat memberikan pelayanan dengan lebih baik lagi.
5. Diharapkan untuk lebih baik lagi kerjasama antara pemerintah, lembaga-lembaga keamanan, dan masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban. Sehingga kondisi yang aman dan tertib dapat dirasakan oleh semua masyarakat.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahnman. 1987. Beberapa Pemikiran tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Media Sarana.
Anatomi, Faqih. 2007. Pemekaran Daerah (Studi Kasus Tentang Persepsi Masyarakat Brebes Selatan Terhadap Rencana Pemekaran Kabupaten Brebes).(Skripsi).Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Anonim. 2001. Undang-Undang Dasar dan Amandemennya. Jakarta: Pustaka Madani Press.
Budiyono. 2003. Pemetaan dan Topografi. Jakarta: Dunia Pustaka. Daldjoeni, N. 1986. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni.
Ermaya Suradinata. 2010. Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintah. Jakarta: Suara Bebas.
Haris Syamsudin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press. Haw. Widjaja. 2000. Pemerintahan Desa dan Marga. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ida Bagoes Matra. 2003. Demografi Umum. Jakarta: Pustaka Pelajar. . 2003. Otonomi Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jalaludin Rahmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Jayadinata, T. Johara dan Pramandika. 2006. Pembangunan desa dalam
Perencanaan. Bandung: ITB.
Josef Riwu Kaho. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(47)
Kartini Kartono. 1980. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Koestaro dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuncoro. 2004. Otonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Lukman. 1998. Ekonomi Managemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mar’at. 1989. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Maskun, Soemitro. 1994. Pembangunan Masyarakat Desa:Asas, Kebijakan dan Manajemen. Yogyakarta: PT. Media Widya Mandala.
Masri Singarimbun. 2006. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Masrukin. 2009. Konflik Dalam Pemekaran Kabupaten Cilacap. Purwokerto:
UNSOED.
Milles Mattew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mohammad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Nursid Sumaatmadja.1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pemerintah Indonesia. 1999. UU tentang Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka
Madani Press.
Purwadarminto, WJS. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Romanyshyn. 1957. Santunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
(48)
Grafindo Persada.
Sugianto Katijan. 1997. Ekonomi Pembangunan. Surakarta: PT. Pabelan
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1996. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukirno Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafido
Persada.
Supranto. 2001. Pengukur Tingkat Kepuasan. Bandung: Alfabeta.
Supriady Bratakusumah, Dedy dan Dadang Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tajri. 2007. Tinjauan Geografis Terhadap Pemekaran Wilayah Administratif Desa Cempaka Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007.(Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Tim Penyusun. 2012. Monografi Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.
(1)
66
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai Persepsi Masyarakat terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Bagelen Setelah Pemekaran Wilayah tahun 2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran dapat memberikan kemudahan dalam pelayanan terhadap masyarakat. Kemudahan tersebut meliputi kemudahan dalam pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan pengurusan identitas penduduk.
2. Pemekaran wilayah juga dapat meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat. Setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Pesawaran, kondisi perekonomian masyarakat di Desa Bagelen telah mengalami peningkatan yaitu ≥ UMP yang berjumlah Rp 950.000,00/bulan.
3. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran telah dapat meningkatan pembangunan perekonomian daerahnya. Peningkatan pembangunan perekonomian daerah dapat terwujud apabila ada pembangunan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Di Desa Bagelen telah ada pembangunan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, yaitu sumber
(2)
67
daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Pesawaran khususnya di Desa Bagelen.
4. Pemekaran Kabupaten Pesawaran telah dapat mempercepat pengelolaan potensi daerah yang ada di kabupaten tersebut. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Pesawaran.
5. Melalui pemekaran wilayah, Kabupaten Pesawaran telah dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban. Kondisi aman dan tertib lebih dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Bagelen setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Pesawaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan dari kesimpulan didapat suatu gambaran bahwa pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan lagi intensitas kerja, dalam pengertian cepatnya penyelesaian oleh petugas.
2. Sesuai hakekat adanya pemekaran daerah salah satunya meningkatkan pelayanan publik, maka dinas-dinas yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat diprioritaskan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
(3)
68
3. Kabupaten baru sejak awal hendaknya segera menyusun dan membuat rencana strategis pembangunan untuk menjadi pegangan dan pedoman bersama oleh semua pihak, guna percepatan pembangunan di daerah.
4. Pemerintah harus tetap mempertahankan upaya baik yang telah dilakukan di dalam tugas dan tanggung jawabnya untuk melayani masyarakat. Namun pemerintah juga hendaknya memperhatikan bahwa masih ada prasarana kesehatan yang belum sesuai dengan parameter sebuah desa. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penambahan prasarana kesehatan agar dapat memberikan pelayanan dengan lebih baik lagi.
5. Diharapkan untuk lebih baik lagi kerjasama antara pemerintah, lembaga-lembaga keamanan, dan masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban. Sehingga kondisi yang aman dan tertib dapat dirasakan oleh semua masyarakat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahnman. 1987. Beberapa Pemikiran tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Media Sarana.
Anatomi, Faqih. 2007. Pemekaran Daerah (Studi Kasus Tentang Persepsi Masyarakat Brebes Selatan Terhadap Rencana Pemekaran Kabupaten Brebes).(Skripsi).Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Anonim. 2001. Undang-Undang Dasar dan Amandemennya. Jakarta: Pustaka Madani Press.
Budiyono. 2003. Pemetaan dan Topografi. Jakarta: Dunia Pustaka. Daldjoeni, N. 1986. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni.
Ermaya Suradinata. 2010. Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintah. Jakarta: Suara Bebas.
Haris Syamsudin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press. Haw. Widjaja. 2000. Pemerintahan Desa dan Marga. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ida Bagoes Matra. 2003. Demografi Umum. Jakarta: Pustaka Pelajar. . 2003. Otonomi Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jalaludin Rahmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Jayadinata, T. Johara dan Pramandika. 2006. Pembangunan desa dalam
Perencanaan. Bandung: ITB.
Josef Riwu Kaho. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(5)
Kansil CST. Dan Christine S.T. Kansil. 2008. Pemerintahan Daerah Indonesia, Hukum Administrasi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.
Kartini Kartono. 1980. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Koestaro dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuncoro. 2004. Otonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Lukman. 1998. Ekonomi Managemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mar’at. 1989. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Maskun, Soemitro. 1994. Pembangunan Masyarakat Desa:Asas, Kebijakan dan Manajemen. Yogyakarta: PT. Media Widya Mandala.
Masri Singarimbun. 2006. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Masrukin. 2009. Konflik Dalam Pemekaran Kabupaten Cilacap. Purwokerto:
UNSOED.
Milles Mattew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mohammad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Nursid Sumaatmadja.1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pemerintah Indonesia. 1999. UU tentang Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka
Madani Press.
Purwadarminto, WJS. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Romanyshyn. 1957. Santunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
(6)
Sankri III. 2004. Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta: Gramedia Utama.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1983. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugianto Katijan. 1997. Ekonomi Pembangunan. Surakarta: PT. Pabelan
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1996. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukirno Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafido
Persada.
Supranto. 2001. Pengukur Tingkat Kepuasan. Bandung: Alfabeta.
Supriady Bratakusumah, Dedy dan Dadang Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tajri. 2007. Tinjauan Geografis Terhadap Pemekaran Wilayah Administratif Desa Cempaka Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007.(Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Tim Penyusun. 2012. Monografi Desa Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.