WAKAF

Wakaf Benda Tidak Bergerak

DI SUSUN OLEH

NAMA

: RANDI SEPTIAN

NIM

: 20130610465

SEMESTER

: IV

PRODI

: ILMU HUKUM

FAKULTAS


: HUKUM
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan Kasihan Bantul DIY 55183
Telp +62 274 387656
Fax +62274387646

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah selaku Tuhan kita yang telah memberikan sisa hela nafas dan
kesehatan kepada kita sehingga kita selaku makhluknya yang selalu berusaha bergerak
semampu mungkin untuk mencari sebuah ilmu baik itu merupakan materi, pengalaman, dan
lain hal sebagainya. Kita memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan kepadaNya, selanjutnya kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan
perbuatan kita, barang siapa yang ditunjuki Allah niscaya tiada yang bisa menyesatkannya.
Aku bersaksi bahwasannya tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus Utusan-Nya.
Makalah Ini disusun dengan harapan agar seluruh mahasiswa, hususnya yang
berkonsentrasi di Peradilan Islam dapat memahami betapa pentingnya mempelajari Hukum
Wakaf terutama atas lembaga yang terkait dengan hal itu yakni Badan wakaf Indonesia demi
perubahan kearah yang lebih baik dalam sebuah pengalaman dan sebuah kajian baik di

kampus, masyarakat, atau institusi pendidikan lainnya. Makalah ini disusun oleh penyusun
dengan berbagai kendala. Baik itu Intern yakni yang datang dari diri penyusun dan sahabatsahabat tim penyusun lainnya maupun ekstern yakni yang datang dari luar.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini dan juga kepada semua pihak yang telah membantu, baik itu
merupakan dukungan yang berupa moril ataupun materil.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Walaupun dalam
penulisan makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan karna kami merupakan manusia
biasa, manusia yang tak pernah sempurna. Supaya pengetahuan kita bisa terus berkembang
yang mana akan berpengaruh terhadap wacana kita, maka Penyusun berharap supaya ada
saran dan kritikan untuk makalah ini yang sifatnya membangun dan mengevaluasi.
Yogyakarta, 16 Juni 2015

(Penyusun)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang
perkembangan masyarakat Islam. Sebagian besar rumah ibadah, lembaga pendidikan dan
lembaga-lembaga keagamaan Islam lainya di bangun di atas tanah wakaf. Apabila jumlah

tanah wakaf di indonesia ini dihubungkan dengan negara yang saat ini menghadapi berbagai
krisis termasuk krisis ekonomi,, sebenarnya jumlah tanah wakaf merupakan suatu potensi
sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis
ekonomi.
Dilihat dari segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat berperan
dalam menanggulangi permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi. Hal ini
dapat dipahami karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam pengelolaannya.
Kondisi ini disebabkan oleh keadaan tanah wakaf yang sempit dan hanya cukup
dipergunakan untuk tujuan wakaf yang hanya diikrarkan wakif seperti untuk musholla dan
masjid tanpa diiringi tanah atau benda yang dapat dikelola secara produktif. Memang ada
tanah wakaf yang cukup luas, tetapi karena Nazhirnya kurang kreatif, tanah yang
kemungkinan dikelola secara produktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan secara produktif
bahkan pada akhirnya tidak dimanfaatkan sama sekali, bahkan perawatannya pun harus
dicarikan sumbangan dari masyarakat.

BAB II
Wakaf Benda Tidak Bergerak
Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk
usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir
miskin. Apabila wakaf dapat dikelola dengan produktif, niscaya akan mempercepat

pengetasan kemiskinan di negeri kita. Untuk itu masih banyak yang harus dibenahi agar dapat
menuju era wakaf produktif. Manajemen fundraising memang sangat di butuhkan agar suatu
organisasi itu mampu bertahan.
Maka dari itu tugas BWI sebagai Badan Wakaf yang dibentuk pemerintah harus
mampu mengembangkan wakaf di indonesia melalui program-program pemberdayaannya
maupun dari segi penghimpunan dana atau tanah wakaf. Memang untuk sekarang Badan
Wakaf Indonesia belum bisa memgembangkan wakaf karena beberapa hambatan-hambatan
terutama masalah sosialisasi terhadap masyarakat yang belum paham mengenai definisi
maupun tata cara berwakaf sehingga kadang para wakif yang ingin berwakaf menjadi enggan
berwakaf karena tidak tahu tata cara berwakaf.
Aparat penegak hukum wakaf adalah Wakif, Nazhir dan Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf (PPAIW). Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf
terdapat institusi baru sebagai Pembina penyelenggaraan wakaf di Indonesia, yaitu Badan
Wakaf Indonesia.
Badan Wakaf Indonesia: Lembaga Independen Perwakafan
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang
digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI,
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan
perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama, Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden
Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang

ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk
mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.

Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masingmasing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan
oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan
Pertimbangan adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan
Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga
puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk
pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden
oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada
Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU
No.41/2004).
Tugas dan Wewenang

Sementara itu, sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan, BWI
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf.
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan
internasional.
c. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta
d.
e.
f.

benda wakaf.
Memberhentikan dan mengganti nazhir.
Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.

Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugasnya BWI
dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi
masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak lain yang dianggap perlu. Dalam

melaksanakan tugas-tugas itu BWI memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan
Majelis Ulama Indonesia, seperti tercermin dalam pasal 50. Terkait dengan tugas dalam

membina nazhir, BWI melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam
PP No.4/2006 pasal 53, meliputi:
a. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik
perseorangan, organisasi dan badan hukum.
b. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian,
pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf.
c. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf.
d. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak bergerak
dan/atau benda bergerak.
e. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan
pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya.
f. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam
pengembangan dan pemberdayaan wakaf.

Tugas-tugas itu, tentu tak mudah diwujudkan. Jadi, dibutuhkan profesionalisme,
perencanaan yang matang, keseriusan, kerjasama, dan tentu saja amanah dalam mengemban
tanggung jawab. Untuk itu, BWI merancang visi dan misi, serta strategi implementasi. Visi

BWI adalah “Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai
kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”.
Sedangkan misinya yaitu “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional
yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.

B. Cakupan wakaf benda tidak bergerak dan bergerak selain uang
Wakaf Benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan dan
benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan sebagainya, seperti :
a.

Hak atas tanah : hak milik, strata title, HGB/HGU/HP

b.

Bangunan atau bagian bangunan atau satuan rumah susun

c.

Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah


d.

Benda tidak bergerak lain

C.

Tata cara pendaftaran benda wakaf tidak bergerak dan beregrak selain uang

1. Pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak berupa tanah dilaksanakan berdasarkan
MW atau APAIW.
2. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan persyaratan
sebagai berikut:
a. sertifikat hak atas tanah atau sertifikat hak milik atas satuan rumah susun yang
bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya;
b. surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak dalam sengketa,
perkara, sitaan dan tidak dijaminkan yang diketahui oleh kepala desa atau lurah
atau sebutan lain yang setingkat, yang diperkuat oleh camat setempat
c. izin dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan Peraturan Perundangundangan dalam hal tanahnya diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah
daerah, BUMN/BUMD dan pemerintahan desa atau sebutan lain yang setingkat

dengan itu;
izin dari pejabat bidang pertanahan apabila dalam sertifikat dan keputusan
pemberian haknya diperlukan izin pelepasan/peralihan.
e. izin dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik dalam hal hak guna
bangunan atau hak pakai yang diwakafkan di atas hak pengelolaan atau hak milik.
Pasal 39.
Pendaftaran sertifikat tanah wakaf dilakukan berdasarkan AIW atau APAIW dengan tata cara
sebagai berikut:
a. terhadap tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama
Nazhir;
b. terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas keseluruhan harus
dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih dahulu, kemudian didaftarkan menjadi
tanah wakaf atas nama Nazhir;
c. terhadap tanah yang belum berstatus hak milik yang berasal dari tanah milik adat langsung
didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;
d. terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b yang telah mendapatkan persetujuan
pelepasan hak dari pejabat yang benvenang di bidang pertanahan didaftarkan menjadi tanah
wakaf atas nama Nazhir;
e. terhadap tanah negara yang diatasnya berdiri bangunan masjid, musala, makam,

didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;

f. Pejabat yang benvenang di bidang pertanahan kabupaten/kota setempat mencatat
perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran wakaf tanah mengenai tata cara
pendaftaran wakaf tanah diatur dengan peraturan mentri setelah mendapat saran dan
pertimbangan dari pejabat yang berwenang dibidang pertanahan.
Tata cara pendaftaran harta benda wakaf benda bergerak selain uang
PPAIW mendaftarkan AIW dari:
a) benda bergerak selain uang yang terdaftar pada instansi yang berwenang;
b) benda bergerak selain uang yang tidak terdaftar dan yang memiliki atau tidak
memiliki tanda bukti pembelian atau bukti pembayaran didaftar pada BWI, dan
selama di daerah tertentu belum dibentuk BWI, maka pcndaftaran tersebut dilakukan
di Kantor Departemen Agama setempat.
Pasal 41
(1) Untuk benda bergerak yang sudah terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti kepemilikan
benda bergerak kepada PPAIW dengan disertai surat keterangan pendaftaran dari instansi
yang berwenang yang tugas pokoknya terkait dengan pendaftaran benda bergerak tersebut.
(2) Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti pembelian
atau tanda bukti pembayaran berupa faktur, kwitansi atau bukti lainnya.
(3) Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar dan tidak memiliki tanda bukti pembelian atau
tanda bukti pembayaran, Wakif membuat surat pernyataan kepemilikan atas benda bergerak
tersebut yang diketahui oleh 2 (dua) orang saksi dan dikuatkan oleh instansi pemerintah
setempat.

BAB III

Kesimpulan
Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga yang berkedudukan sebagai media untuk
memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional. Badan Wakaf Indonesia merupakan
lembaga wakaf yang bersifat nasional selain bertugas mengkoordinasikan para nazhir, Badan
Wakaf Indonesia pun memprakarsai kerja sama antar nazhir, dengan demikian mereka dapat
saling tolong menolong dalam pengelolaan wakaf. Badan Wakaf Indonesia terdiri atas dua
unsur yakni Badan pelaksana dan dewan pertimbangan.
Sesuai dengan aturan Undang-Undang tentang batasan minimum dan batasan
maksimum keanggotaan Badan Wakaf Indonesia menyatakan bahwasannya jumlah minimum
anggota untuk Badan Wakaf Indonesia yakni 20 (dua puluh) orang, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat.
Tugas-tugas Badan wakaf Indonesia adalah, Melakukan pembinaan terhdap Nazhir
dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf berskala nasional dan internasional, Memberikan persetujuan dan atau ijin
atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf, Meberhentikan dan mengganti
Nazhir, Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, Memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan dibibang perwakafan.
syarat-syarat mnjadi anggota Badan Wakaf Indonesia adalah Warga Negara Indonesia,
Beragama Islam, Dewasa, Amanah, Mampu secara jasmani dan rohani, Tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum, Memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di
bidang perwakafan dan/atau ekonomi, khususnya di bidang ekonomi syariah, Mempunyai
komitmen yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan nasional
Wakaf Benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan dan
benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan sebagainya, seperti :
a.

Hak atas tanah : hak milik, strata title, HGB/HGU/HP

b.

Bangunan atau bagian bangunan atau satuan rumah susun

c.

Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah

d.

Benda tidak bergerak lain

Daftar Pustaka

1. Jaih Mubarok. 2008. Wakaf Produktif. Cetakan pertama. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
2. Depag. 2008. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategi, Jakarta:Bimas
Islam.
3. UU NO 41 TAHUN 2004
4. UU NO 42 TAHUN 2006
5. https://www.academia.edu/4862073/WAKAF_MAKALAH