Rakernas Wakaf Minta Tanah Wakaf Bebas Pungutan

Rakernas Wakaf Minta Tanah Wakaf Bebas
Pungutan
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah
memutuskan untuk meminta pemerintah membebaskan tanah wakaf dan tanah yang
berfungsi sosial lainnya untuk dibebaskan dari segala pungutan, baik itu retribusi
maupun pajak. Inilah, menurut Wakil Ketua Panitia Pusat Drs H Anwar Ali Akbar,
salah satu keputusan penting dari Rakernas Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
Muhammadiyah yang berlangsung pertengahan Oktober 2002 di Pontianak
Kalimantan Barat.
Menurut sejumlah peserta, kata Drs H Anwar Ali Akbar yang juga Wakil Bendahara
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rakernas ini
betul-betul berhasil jika permintaan pembebasan dari pungutan ini disetujui oleh
pemerintah. Ini mengingat beban pungutan ini sangat memberatkan bagi
persyarikatan, baik itu biaya retribusi tatkala pengurusan menjadi tanah wakaf
maupun biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) tatkala tanah itu sudah menjadi milik
Persyarikatan. Karena dana yang terbatas, banyak tanah wakaf yang hingga saat ini
ada yang belum terurus sertifikatnya karena masalah biaya yang harus ditanggung ini.
Bahkan beberapa kasus yang terjadi, pembenahan sertifikat wakaf juga cukup menyita
dana Persyarikatan meski tanah wakaf tersebut sebenarnya milik Persyarikatan
Muhammadiyah. Ini karena tanah wakaf yang milik Muhammadiyah tersebut
dahulunya atas nama nadzir perseorangan yang umumnya Ketua Persyarikatan

setempat. Untuk pembetulan dari Nadzir Perorangan ke Nadzir Persyarikatan ini
ternyata juga masih harus membayar retribusi kepada pemerintah lewat Badan
Pertanahan Nasional (BPN). Lalau siapa yang menanggung?, lagi-lagi
Muhammadiyah harus mengeluarkan biayanya padahal pada waktu mendapatkan
wakaf Muhammadiyah juga sudah mengeluarkan biaya.
Beban berat ini tidak saja menimpa Persyarikatan Muhammadiyah, tetapi juga Ormas
atau lembaga yang lain yang sebetulnya tanah yang dimilikinya bersifat sosial.
Karenanya Rakernas yang tidak memikirkan diri Persyarikatan sendiri juga meminta
Pemerintah selain membebaskan segala pungutan bagi tanah wakaf juga untuk tanah
yang berfungsi social lainnya. Oleh sebab itu, Peserta Rakernas juga dengan tegas
meminta pemerintah untuk membuat SKB Menteri Agama, Menteri Keuangan dan
Badan Pertanahan Nasional guna merealisasikan permintaan ini.
Dengan pembebasan pungutan tersebut, maka tugas Persyarikatan Muhammadiyah
yang dibebankan kepada Majelis Wakaf dan Kehartabendaan akan terasa ringan.
Sebab menurut Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr HA Syafii Maarif, amanat
Muktamar dan Keputusan PP Muhammadiyah yang berkaitan dengan ini adalah: (1)
menyelesaikan sertifikat atas tanah milik Muhammadiyah, (2) selanjutnya
memanfaatkan asset tersebut menjadi berguna untuk social ekonomi, dan (3)
penerapan secara nasional keseragaman yang perlu untuk menciptakan transparansi
bentuk kehartabendaan, mengingat kepercayaan masyarakat terhadap Muhammadiyah

yang pada umumnya asset tanah yang berasal dari sumbangan masyarakat juga dalam
bentuk wakaf atau hibah.
Dalam hubungan inilah, menurut Ketua PP Muhammadiyah, diharapkan Majelis
Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah dengan segenap jajarannya berperan
secara maksimal dalam penyempurnaan amanah masyarakat kepada Muhammadiyah
di samping menjaga, memanfaatkan dengan jalan yang benar dan
mengadministrasikannya secara transparan. Semua kegiatan untuk menjawab

penuaian amanah tersebut adalah bagian dari amal salih kita yang memberikan
kontribusi kepada organisasi dalam rangka membangun bangsa ini menjadi
masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT.
Ini merupakan tugas berat bagi Majelis Wakaf, karena untuk seluruh wilayah
Indonesia saat ini yang baru terdaftar dalam bentuk sertifikat dan belum bersertifikat
ada 9.199 bidang tanah dengan luas 22.822.087 meter persegi atau 2.300 hektar lebih.
Jumlah tersebut barulah 34 persen dari jumlah seluruh tanah yang telah menjadi milik
Muhammadiyah, baik yang berasal dari wakaf maupun non wakaf seperti hibah, jual
beli, tukar menukar dan sebagainya. Dari data di atas, maka dapat disimpulkan masih
banyk asset Muhammadiyah yang belum dapat disertifikatkan, yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. (eff)
Ralat

Di dalam Suplemen No.21 halaman 4 tertulis “Program Studi Magister Akuntansi,
Ketua Lalu Hending SE MM” yang benar “Program Studi Magister Akuntansi, Ketua
Lalu Hendri Yudana SE Ak, MM” dan Telepon Magister Sutudi Islam UMJ tertulis
“021-7441431” yang benar “021-749432”. Dengan demikian kesalahan yang berasal
dari data telah diperbaiki. Harap maklum. (Red).
Sumber: SM-23-2002