Pendahuluan Kajian Pustaka T1 672007114 Full text

1

1. Pendahuluan

Sekarang ini fotografi lebih terlihat menjadi trend bahkan life style dalam kehidupan. Salah satu bukti adalah peluncuran produk-produk kamera terbaru dengan berbagai keunggulan. Berbagai variasi fitur terbaru dikembangkan dan ditanamkan pada setiap produk kamera. Banyak fotografer - fotografer muda yang terdidik secara instant dan tidak mengerti pengaturan pada triangle photography . Fasilitas yang semakin lengkap yang ditawarkan pada kamera seperti mode automatic menjadi sarana favorite untuk mengambil gambar. Hasil dari penggunaan mode automatic tidak memuaskan dibanding dengan hasil dari pengukuran cahaya rata-rata secara manual . Metering atau pengukuran cahaya rata-rata pada foto merupakan hal yang penting kaitannya untuk mengukur intensitas cahaya yang masuk dan pengaruhnya terhadap hasil foto yang diinginkan. Metering secara umum terdiri dari tiga hal penunjang, yaitu : ISO, shutter dan diafragma . Pembelajaran fotografi seperti metering , tidak dipelajari secara teoritis saja, namun dengan praktek yang benar. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan media belajar metering kamera pada fotografi. Sasaran dari aplikasi ini ditujukan untuk mahasiswa dan peserta SEMOT Sekolah Motret Salatiga. Fokus penelitian ini adalah bagaimana membangun media belajar fotografi yang interaktif dan menarik.

2. Kajian Pustaka

Penelitian yang berjudul “Belajar Dasar Fotografi Menggunakan Kamera DSLR Berbasis Web ” , penelitian ini membahas tiga komponen dasar pendukung fotografi serta tiga mode pengaturan standart pada kamera DSLR, seperti AV Aperture Pritority , TV Time Priority dan M Manual . Penelitian ini membangun aplikasi berbasis web yang mengijinkan penggunanya dapat mengatur setting AV, TV dan M . Output sistem ini adalah satu gambar hasil pengolahan digital berdasarkan 3 komponen tersebut.[1] Penelitian lain yang berjudul “Pembelajaran Materi Dasar dan Lighting Setup Pengaturan Letak Cahaya Pada Fotografi ”, membahas dasar – dasar ilmu fotografi melingkupi ISO, Shutter Speed dan Aperture serta pengaturan letak cahaya yang mempengaruhi hasil objek dalam pengambilan gambar atau foto. Penelitian ini membangun media pembelajaran yang membantu user untuk mengetahui pengaruh tata letak cahaya pada gambar. User dapat melihat perbedaan pengaturan setelah output gambar selesai diproses, namun user tidak bisa melihat perubahannya secara real time . [2] Hal yang membedakan pada penelitian sebelumnya adalah penelitian ini membangun sebuah media belajar metering kamera dengan penekanan pada triangle photography . Fokus media pembelajaran ini pada pengukuran cahaya rata-rata metering untuk mendapatkan hasil yang tepat dalam mengambil gambar secara real time , serta mengetahui perbandingan hasil foto dari dua kamera yang berbeda vendor . Dalam penelitian ini juga terdapat penambahan pembelajaran singkat tentang fungsi dari beberapa tombol yang terdapat pada kamera yang digunakan sebagai perbandingan. 2 Fotografi adalah proses atau metode yang menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Seni fotografi adalah proses melukis dengan menggunakan cahaya. Jadi dapat dikatakan dalam fotografi jika tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat. Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat pencahayaan yang tepat, user dapat mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISOASA Iso Speed , Aperture Diafragma, dan Shutter Speed Kecepatan Rana. Kombinasi antara ISO, Aperture dan Shutter Speed selanjutnya disebut sebagai Exposure eksposur. Dalam fotografi sekarang ini dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO pada fotografi digital .[3] Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuruan intensitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan yaitu lensa. Fotografi berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan atau lukisan.[3] Kamera merupakan suatu perangkat untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. DSLR atau Digital Single Lens Reflex merupakan kamera digital dengan format yang mengadopsi kamera SLR film yaitu memiliki lensa yang dapat dilepas, memiliki cermin mekanik dan penta prisma untuk mengarahkan sinar yang melewati lensa menuju ke jendela bidik. Saat tombol shutter ditekan, cermin akan terangkat dan shutter terbuka sehingga menyebabkan sinar yang memasuki lensa akan diteruskan mengenai sensor. Proses exposure diakhiri dengan menutupnya shutter dan cermin kembali diturunkan. Total waktu yang diperlukan dari shutter membuka hingga menutup lagi dinamakan shutter speed dan bisa diatur secara manual atau otomatis.[4] Metering adalah pengukuran cahaya rata-rata yang masuk untuk mendapatkan exposure yang tepat. Ketika user mengarahkan kamera pada objek atau momen tertentu, kamera harus mampu mengukur jumlah cahaya yang tersedia, ukuran aperture dan shutter speed yang tentukan tidak secara acak, keduanya ditentukan dengan cermat. Ada beberapa jenis metering mode, dan kebanyakan kamera memiliki tiga jenis yang berbeda, yaitu evaluative metering pengukuran akan diambil dengan merata – ratakan cahaya yang tersedia di seluruh bidang foto, setelah itu akan memberikan hasil pengaturan exposure yang tepat. Center – weigthed metering kamera akan mengevaluasi seluruh area yang terlihat, namun menitik beratkan pada bagian tengah dari area yang ada untuk diperhitungkan pengukuran cahayanya. Spot metering kamera akan memperhitungkan cahaya dari titik terkecil pada bagian tengah viewfinder. [4] Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan [5]. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan 3 adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara sampainya pesan belajar message learning dari sumber pesan message resource kepada penerima pesan message receive sehingga terjadi interaksi belajar mengajar [6]. M edia pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut: a Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas. b Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. c Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar. d Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya. e Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.[7] Multimedia dapat dipandang sebagai pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio , gambar bergerak video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai untuk melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Dukungan elektronik memungkinkan komputer digunakan sebagai media untuk mengembangkan model pembelajara yang lebih baik, interaktif dan berbasis teknologi [8].

3. Metode dan Perancangan Sistem