Beban Psikis Sebagai Single Parent

BAB II IDENTIFIKASI DAN PERMASALAHAN PRIORITAS

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah-masalah yang dianggap sebagai permasalahan primer sehingga harus diprioritaskan untuk dibahas dan ditanggapi agar dapat ditentukan solusinya.

2.1 Permasalahan keluarga

Identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan dilakukan melalui pendekatan secara langsung dengan keluarga dampingan. Dimana keluarga Ibu IGA Sri Wahyuni merupakan salah satu keluarga kurang mampu di lingkungan Desa Getasan Banjar Tengah. Suami Ibu IGA Sri Wahyuni telah meninggal 3 tahun lalu akibat jatuh dari pohon setinggi 12 meter saat berkerja dan meninggalkan 4 orang anaknya. Keadaan inilah yang memaksakan Ibu IGA Sri Wahyuni harus berjuang menjadi ibu dan kepala keluarga bagi keempat anaknya. Meskipun demikian Ibu IGA Sri Wahyuni tetap bekerja sebagai buruh serabutan. Pekerjaan sebagai buruh serabutan dapat dikatakan tidak mengurangi beban kebutuhan ekonomi keluarga. Beliau berkerja sebanyak 3 hingga 5 kali selama 1 minggu. Hal ini yang membuat kedua anak Ibu IGA Sri Wahyuni ikut turun tangan membantu perekonomian keluarga dan dapat dikatakan sebagai sumber utama penghasilan dari keluarga Ibu IGA Sri Wahyuni.

2.2 Masalah Prioritas

Masalah prioritas yang menjadi masalah utama bagi keluarga Ibu IGA Sri Wahyuni adalah sebagai berikut.

2.2.1 Beban Psikis Sebagai Single Parent

Berperan ganda sebagai ibu dan kepala keluarga menjadi beban tersendiri bagi Ibu IGA Sri Wahyuni. Pada umumnya seorang kepala keluarga di Bali adalah seorang laki-laki, namun karena keadaan keluarga Ibu IGA Sri Wahyuni harus dikepalai oleh seorang perempuan. Selain berperan sebagai ibu, beliau pun bertindak tegas sebagai ayah sekaligus kepala keluarga. Tidak hanya kewajiban di rumah, beliau memiliki kewajiban lain di Desa adat Getasan. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi bukan sanksi berupa uang yang ditanggung, melainkan sanksi sosial. Apabila terdapat upacara adat yang mengharuskan beliau memenuhi kewajibannya, baik di lingkungan Banjar maupun Desa Adat, maka beliau harus meninggalkan pekerjaannya sehingga tidak memperoleh upah. Namun dalam kesehariannya terkadang beliau bekerja seharian mulai pukul 07.00 hingga 18.00, sehingga kurang dalam memberikan kasih sayang dan perhatian bagi anak-anaknya yang masih kecil. Keadaan inilah yang menjadi beban psikis tersendiri yang harus menjadi ibu dan kepala keluarga. Beliau harus bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang ada, baik di dalam keluarga dan di lingkungan desa. Suatu keadaan yang terlihat mudah namun jika berlarut menjadi masalah tersendiri terutama untuk keadaan psikologi dari Ibu IGA Sri Wahyuni. 2.2.2 Pendapatan Ekonomi Tidak Mencukupi Menjadi seorang single parent yang menghidupi 4 anaknya bukanlah pekerjaan yang mudah. Beliau harus berjuang sendiri tanpa seorang suami dan berperan ganda menjadi ibu sekaligus kepala keluarga. Namun saat ini Ibu IGA Sri Wahyuni telah dibantu oleh anak pertama dan anak keduanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan keluarga. Maupun demikian Ibu IGA Sri Wahyuni tetap bekerja sebagai buruh serabutan untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga. Rata-rata penghasilan per hari sebesar Rp.50.000,00 sampai Rp.80.000,00 tergantung dari pekerjaan yang ada. Sedangkan untuk pengahasilan anak pertama Ibu IGA Sri Wahyuni sebesar Rp.1.500.000,00 dan anak kedua Ibu IGA Sri Wahyuni sebesar kurang lebih Rp.3.000.000,00. Kesulitan ekonomi yang dialami keluarga Ibu IGA Sri Wahyuni seperti membiayai pendidikan kedua anaknya yang masih mengenyam bangku sekolah. Ibu IGA Sri Wahyuni juga kesulitan dalam menanggung biaya upacara keagamaan dengan harga kebutuhan pokok yang terus meningkat. Permasalah ini harus mendapat perhatian baik dari kepala desa atau pun pemerintah daerah mengingat beban yang beliau pikul, baik dari segi finansial maupun psikis yang berat.

BAB III USULAN SOLUSI MASALAH