Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kota Semarang
Sumber: BAPPEDA Kota Semarang
Sebagaimana dengan kota lain yang ada di Indonesia yang memiliki iklim tropis, Semarang juga memiliki musim kemarau dan musim hujan. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan
September. Kelembaban udara yang dimiliki Semarang bervariasi antara 62 sampai 84 dan kecepatan angin rata rata yaitu 5,9 kmjam.
3.2 Data Statistik Kota Semarang
3.2.1 Kasus Stroke
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun 2011 kasus stroke di Semarang mencapai 14.690 kasus.
Terdiri dari 2.507 kasus stroke hemoragik dan 12.183 kasus stroke non hemoragik atau stroke iskemik. Sedangkan faktor pencetus Stroke memiliki
jumlah angka kasus yang sangat tinggi, yaitu hipertensi hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya sebesar 128.594 kasus kemudian diikuti oleh
diabetes melitus tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin sebesar 59.857 kasus.
Tabel 3.2 Kasus PTM Kota Semarang Thn. 2011
No. KASUS
JUMLAH 1.
Angina Pectoris 6.736
2. IMA
2.130 3.
Decompensatio Cordis 9.944
No. KASUS
JUMLAH 4.
Hipertensi Esensial 106.977
5. Hipertensi lainnya
21.617 6.
Stroke Haemorragie 2.507
7. Stroke non Haemorragie
12.183 8.
DM tergantung insulin 14.326
9. DM tidak tergantung insulin
45.551 10.
Ca Hati 332
11. Ca Bronchus
452 12.
Ca Mamae 4.942
13. Ca Cerviks
5.155 14.
PPOK 4.249
15. Asma Bronkiale
17.670 16.
Kecelakaan Lalu Lintas 8.785
17. Psikosis
39.935
Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
Pada tahun 2012, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 72 dari tahun sebelumnya sebesar 14.690 kasus menjadi 4.079 kasus yang terdiri dari
987 kasus stroke hemoragik dan 3.092 kasus stroke non hemoragik stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya sebesar 71 untuk kasus hipertensi hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya menjadi 37.175 kasus dan 73 untuk kasus
diabetes melitus tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin menjadi 15.624 kasus.
Tabel 3.3 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2012
No. KASUS
JUMLAH 1.
Angina Pectoris 2.577
2. IMA
1.182 3.
Decompensatio Cordis 1.347
4. Hipertensi Esensial
34.202 5.
Hipertensi lainnya 2.973
6. Stroke Haemorragie
987 7.
Stroke non Haemorragie 3.092
8. DM tergantung insulin
976 9.
DM tidak tergantung insulin 14.648
10. Ca Hati
292 11.
Ca Bronchus 186
12. Ca Mamae
932 13.
Ca Cerviks 482
14. PPOK
1.342 15.
Asma Bronkiale 5.674
16. Kecelakaan Lalu Lintas
3.659
No. KASUS
JUMLAH 17.
Psikosis 1.023
Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
Tahun 2013, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 9 dari tahun sebelumnya sebesar 4.079 kasus menjadi 3.692 kasus yang terdiri dari 882
kasus stroke hemoragik dan 2.864 kasus stroke non hemoragik stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 6 untuk kasus hipertensi hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya menjadi 34.895 kasus dan 9 untuk kasus diabetes melitus
tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin menjadi 14.207 kasus.
Tabel 3.4 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2013
No. KASUS
JUMLAH 1.
Angina Pectoris 2.275
2. IMA
1.161 3.
Decompensatio Cordis 1.130
4. Hipertensi Esensial
33.440 5.
Hipertensi lainnya 1.455
6. Stroke Haemorragie
828 7.
Stroke non Haemorragie 2.864
8. DM tergantung insulin
1.095 9.
DM tidak tergantung insulin 13.112
10. Ca Hati
270 11.
Ca Bronchus 152
12. Ca Mamae
832 13.
Ca Cerviks 529
14. PPOK
820 15.
Asma Bronkiale 5.040
16. Kecelakaan Lalu Lintas
2.440 17.
Psikosis 1.449
Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
Pada tahun 2014, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 20 dari tahun sebelumnya sebesar 3.692 kasus menjadi 2.942 kasus yang terdiri dari
801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya sebesar 7,4 untuk kasus hipertensi hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya menjadi 37.673 kasus dan kenaikan 8,2 untuk
kasus diabetes melitus tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin menjadi 15.474 kasus.
Tabel 3.5 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2014
No. KASUS
JUMLAH 1.
Angina Pectoris 2.034
2. IMA
1.073 3.
Decompensatio Cordis 1.911
4. Hipertensi Esensial
34.956 5.
Hipertensi lainnya 2.717
6. Stroke Haemorragie
801 7.
Stroke non Haemorragie 2.141
8. DM tergantung insulin
1.010 9.
DM tidak tergantung insulin 14.464
10. Ca Hati
126 11.
Ca Bronchus 148
12. Ca Mamae
1.024 13.
Ca Cerviks 335
14. PPOK
917 15.
Asma Bronkiale 5.309
16. Kecelakaan Lalu Lintas
1.922 17.
Psikosis 3.888
Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
Tahun 2015, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 36 dari tahun sebelumnya sebesar 1.885 kasus yang terdiri dari 670 kasus stroke
hemoragik dan 1.215 kasus stroke non hemoragik stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 19 untuk kasus hipertensi hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya menjadi 30.582 kasus dan penurunan 82 untuk kasus diabetes
melitus tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin menjadi 2.760 kasus.
Tabel 3.6 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2015
No. KASUS
JUMLAH 1.
Angina Pectoris 979
2. IMA
792 3.
Decompensatio Cordis 1.010
4. Hipertensi Esensial
29.335 5.
Hipertensi lainnya 1.247
6. Stroke Haemorragie
670 7.
Stroke non Haemorragie 1.215
8. DM tergantung insulin
970 9.
DM tidak tergantung insulin 1.790
10. Ca Hati
119 11.
Ca Bronchus 170
12. Ca Mamae
772
No. KASUS
JUMLAH 13.
Ca Cerviks 253
14. PPOK
917 15.
Asma Bronkiale 5.319
16. Kecelakaan Lalu Lintas
1.925 17.
Psikosis 3.889
Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015
Stroke merupakan peringkat tiga besar kasus yang menyebabkan kematian karena Penyakit Tidak Menular PTM di Semarang. Hal tersebut
terbukti dengan terjadinya kasus kematian Kota Semarang pada tahun 2010 banyak diakibatkan oleh penyakit stroke, yaitu sebanyak 348 kasus dengan 199
kasus stroke hemoragik dan 149 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetus stroke kasus kematiannya hanya berkisar 66
kasus hipertensi dan 85 kasus diabetes melitus. Kemudian pada tahun 2011, mengalami kenaikan sebesar 3 yaitu
terjadi 361 kasus dengan 199 kasus stroke hemoragik dan 162 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Angka kematian yang diakibatkan karena hipertensi
berkisar pada angka 155 kasus dengan 140 kasus disebabkan oleh hipertensi esensial dan 15 kasus karena hipertensi lainnya. Faktor pencetus lainnya yaitu
diabetes melitus meningkat menjadi 90 kasus yang pada tahun sebelumnya hanya 80 kasus. Kasus kematian yang diakibatkan diabetes melitus berjumlah
90 kasus yang terdiri 53 kasus diabetes melitus tergantung insulin dan 37 kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin.
Pada tahun 2014, kasus kematian yang diakibatkan oleh stroke mengalami penurunan sebesar 50 dari tahun 2011 menjadi 181 kasus yang
terdiri dari 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus stroke non hemoragik iskemik. Sedangkan faktor pencetus stroke mengalami kenaikan dari tahun
2011 menjadi 370 kasus hipertensi dan 178 kasus diabetes melitus.
Tabel 3.7 Kasus Kematian PTM Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
No. KASUS
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2014
1. Angina Pectoris
28 25
75 2.
IMA 80
80 42
3. Decompensatio Cordis
32 32
91 4.
Hipertensi Esensial 53
140 273
No. KASUS
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2014
5. Hipertensi lainnya
13 15
97 6.
Stroke Haemorragie 199
199 52
7. Stroke non Haemorragie
149 162
129 8.
DM tergantung insulin 60
53 154
9. DM tidak tergantung insulin
25 37
24 10.
Ca Hati 19
18 4
11. Ca Bronchus
28 48
3 12.
Ca Mamae 41
58 21
13. Ca Cerviks
50 48
11 14.
PPOK 36
46 20
15. Asma Bronkiale
15 27
34 16.
Kecelakaan Lalu Lintas 78
86 70
17. Psikosis
3 5
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang
Walaupun kasus stroke setiap tahun di Semarang mengalami penurunan, tetapi faktor pencetus munculnya stroke mengalami kondisi yang
fluktuatif. Hal tersebut nantinya dapat menjadi bumerang bagi Semarang bila tidak menangani masalah tersebut secara serius karena bisa saja kasus - kasus
tersebut dimasa depan dapat meningkatkan angka kasus stroke yang sudah ada saat ini.
Kasus stroke pada tahun 2014 di Semarang sebanyak 2.942 kasus yang terdiri dari 801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik
stroke iskemik. Sedangkan kasus kematian yang disebabkan oleh stroke pada 2014 sebesar 181 kasus yang terdiri 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus
stroke non hemoragik stroke iskemik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari 2.942 kasus stroke yang ada di Semarang terdapat 181 kasus kematian dan
2761 yang berhasil selamat dari stroke. Walaupun berhasil selamat dari stroke, terkadang ada sebagian besar mengalami kecacatan maupun terjadi stroke
ulangan. Untuk menangani pasien pasca-stroke tersebut diperlukanlah pusat rehabilitasi yang dapat mengembalikan kondisi pasien seperti semula.
3.2.2 Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Semarang pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.527.433 jiwa dengan jumlah laki
– laki sebanyak 758.267 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 769.166 jiwa. Pada tahun berikutnya, jumlah penduduk di Semarang meningkat 1 menjadi
1.544.358 jiwa dengan jumlah laki – laki sebanyak 767.884 jiwa dan jumlah
perempuan sebanyak 776.474 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2012, Kota Semarang jumlah penduduknya meningkat 0,96 menjadi 1.559.198 jiwa
dengan jumlah laki – laki sebanyak 775.793 jiwa dan jumlah perempuan
menjadi 783.405 jiwa. Tahun 2013 jumlah penduduknya meningkat 0,83 dari tahun
sebelumnya menjadi 1.572.105 jiwa dengan 781.176 jiwa penduduk laki – laki
dan 1.572.105 jiwa penduduk perempuan. Kemudian tahun 2014, jumlah penduduk Semarang meningkat 0,97 dari tahun 2013 menjadi 1.584.881 jiwa
dengan penduduk laki - laki sebanyak 787.705 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 797.176 jiwa.
Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Kota Semarang Menurut Warga Negara Tahun 2010-2014
Tahun Banyaknya Penduduk Menurut Warga
Negara WNI+WNA Laki -
Laki Perempuan
Jumlah Total 2010
758.267 769.166
1.527.433 2011
767.884 776.474
1.544.358 2012
775.793 783.405
1.559.198 2013
781.176 790.929
1.572.105 2014
787.705 797.176
1.584.881
Sumber: BPS Kota Semarang, 2015
Tahun 2010 kepadatan penduduk Semarang mencapai 4.087 jiwa per km
2
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 438.537, tingkat kelahiran kasar sebesar 14,98 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,77 jiwa
per 1000 penduduk. Tahun berikutnya kepadatan penduduk meningkat menjadi 4.133 jiwa per km
2
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 429.268, tingkat kelahiran kasar sebesar 16,09 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian
kasar 6,76 jiwa per 1000 penduduk.
Selanjutnya pada tahun 2012, meningkat menjadi 4.172 jiwa per km
2
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 435.184, tingkat kelahiran kasar
sebesar 15,23 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,45 jiwa
per 1000 penduduk. Pada tahun 2013, meningkat menjadi 4.207 jiwa per km
2
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 442.089, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,18
jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,55 jiwa per
1000 penduduk. Tahun 2014, meningkat menjadi 4.241 jiwa per km
2
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 443.541, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,63
jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,80 jiwa per 1000
penduduk.
Tabel 3.9 Indikator Perkembangan Penduduk Kota Semarang Tahun 2010-2014
N o.
Indikator Satua
n Tahun
2010 Tahun
2011 Tahun
2012 Tahun
2013 Tahun
2014 1. Jumlah
Penduduk Jiwa
1.527.4 33
1.544.3 58
1.559.1 98
1.572.1 05
1.584.9 06
2. Pertumbu han Per
Tahun Perse
n 1,36
1,11 0,96
0,83 0,97
3. Kepadata n
Per Km
2
4.087 4.133
4.172 4.207
4.241 4.
Jumlah Rumah
Tangga Ruma
h Tang
ga 438.53
7 429.26
8 435.18
4 442.08
9 443.54
1 5. Rasio
Jenis Kelamin
Per 100
Pddk 99
99 99
99 99
6. Tingkat Kelahiran
Kasar Per
1000 Pddk
14,98 16,09
15,23 15,18
15,63 7. Tingkat
Kematian Kasar
Per 1000
Pddk 6,77
6,76 6,45
6,55 6,80
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang
3.2.3 Peta Sebaran Penduduk
Kota Semarang memiliki julukan sebagai Kota ATLAS, yaitu Kota yang Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat. Namun, Kota Semarang memiliki
pola kepadatan penduduk yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Hal ini, menyebabkan suatu daerah akan menjadi kumuh jika daerah tersebut sangat
padat dan minim akan perawatannya.
Seperti yang terlihat dalam peta penetapan sebaran penduduk eksisting terdapat beberapa daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang
sangat tinggi warna kuning kecoklatan. Daerah yang berwarna kuning kecoklatan tersebut yaitu: Tanjung Emas, Bandarharjo, Panggung Lor, Bulu
Lor, Gisikdrono, Srondol Wetan, Tegalsari, Jomblang, Sendang Mulyo, Pandean, Rejosari, dan Muktiharjo Timur. Sedangkan untuk daerah dengan
kepadatan yang tinggi berwarna kuning tua, yang terdiri dari daerah Genuksari, Palebon, Gemah, Plamongansari, Sendangguwo, Tandang, Lamper Tengah,
Gayamsari, Karanganyar, Jatingaleh, Ngesrep, Srondol Kulon, Gajah Mungkur, Candi, Wonodri, Randusari, Bojong, Bongsari, Simongan,
Ngemplak, Manyaran, Kalipancur, Kembang Arum, Purwoyoso, Ngaliyan, Tambakaji, Krobokan, Kuningan, Dadapsari, Sarirejo, Bugangan, Mlatibaru,
Kemijen, dan Tambakrejo. Gambar dibawah adalah peta sebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang ada dan lokasi untuk perancangan pusat
rehabilitasi pasca stroke berada pada Kecamatan Candisari ditandai lingkaran merah.
Gambar 3.4 Peta Sebaran Penduduk Existing Kota Semarang
Sumber: BAPPEDA Kota Semarang
Dengan tidak meratanya persebaran penduduk itulah Pemerintah Kota Semarang berencana untuk membatasi jumlah daerah yang memiliki kepadatan
sangat tinggi. Pemerintah berfikir jika suatu daerah memiliki kepadatan yang sangat tinggi tetapi kalau daerah tersebut tidak terawat dengan baik dan
memiliki fasilitas kesehatan yang memadai maka akan timbul beberapa
penyakit yang mengancam kesehatan penduduknya. Oleh karena itu pada peta rencana jumlah penduduk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang, pemerintah merencanakan hanya daerah Tanjung Emas, Muktiharjo Timur, Tlogosari Kulon, dan Sendang Mulyo yang memiliki jumlah penduduk
21.034 – 38.019 jiwa.
Gambar 3.5 Peta Rencana Jumlah Penduduk Kota Semarang
Sumber: BAPPEDA Kota Semarang
3.3 Gagasan Perancangan