BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manggis Garcinia mangostana Linn. merupakan salah satu tanaman
buah asli Indonesia yang mempunyai berbagai manfaat diantaranya sebagai obat, terutama bagian kulitnya Permana, 2010. Kulit buah manggis mempunyai
kandungan kimia seperti xanthon, mangostin, garsinon, flavonoid, dan tanin Heyne, 1987. Xanthon merupakan senyawa golongan polifenol Zhou et al.,
2011. Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab infeksi ataupun penyakit kulit yang lain seperti jerawat, infeksi folikel rambut, dermatitis,
kudis, dan lain-lain. Bakteri Staphylococcus aureus bertanggung jawab atas 80 penyakit supuratif, dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya Ginanjar et
al., 2010. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki kadar hambat minimum terhadap Staphylococcus aureus
sebesar 1 mgmL dan kadar bunuh minimum sebesar 2 mgmL terhadap Staphylococcus aureus Geetha et al., 2011. Alfa mangostin merupakan senyawa
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada kulit buah manggis Priya, et al., 2010.
Di pasaran sediaan yang digunakan untuk mengobati penyakit kulit telah banyak beredar dalam bentuk gel, krim dan losion. Gel merupakan sediaan yang
mudah diaplikasikan pada kulit serta memiliki penampilan fisik yang lebih menarik dibanding sediaan topikal lainnya Wyatt, et al., 2008. Penggunaan gel
lebih disukai karena gel memiliki kandungan air yang mendinginkan, menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah berpenetrasi pada
kulit, sehingga memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat sesuai dengan basis yang digunakan Ansel, 2005. Formulasi pada sediaan gel akan
mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorbsi. Zat aktif dalam sediaan gel masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat
untuk kontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk 1
sediaan topikal memiliki pengaruh yang besar terhadap absorbsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat.
Ada berbagai macam bahan untuk membuat gel diantaranya Hidroxy Propyl Methyl Cellulose HPMC sebagai gelling agent dan propilen glikol
sebagai humektan. Sifat HPMC tahan terhadap fenol, stabil pada pH 3-11, membentuk gel yang jernih dan memiliki viskositas yang stabil pada
penyimpanan jangka panjang Rogers, 2009. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan yang akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga
sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan Weller, 2009. Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 Allen, 2002.
Optimasi formula dilakukan untuk mendapatkan formula yang optimum dalam sifat fisik gel. Salah satu metode optimasi pada design expert adalah desain
faktorial Bolton, 1997. Metode desain faktorial bertujuan untuk mendapatkan formula yang optimum. Metode desain faktorial digunakan untuk menjelaskan
adanya efek, faktor, level, respon, dan interaksi dari kombinasi bahan pembuatan gel antibakteri ekstrak kulit buah manggis, sehingga kombinasi HPMC dan
propilen glikol pada formula tertentu dapat menghasilkan efek dan respon interaksi yang membentuk gel dengan sifat fisik yang optimum.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan optimasi formula gel antibakteri ekstrak kulit buah manggis dengan metode desain faktorial untuk
mengetahui efek dan interaksi dari penggunaan HPMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan ditinjau dari sifat fisik gel, uji aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan stabilitas fisik gel selama 1 bulan.
B. Perumusan Masalah