BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses masuknya mikroba ke dalam tubuh manusia sehingga sistem pertahanan tubuh dapat ditembus yang mengakibatkan bakteri dapat berkembang
biak didalamnya merupakan jalan masuknya bakteri untuk menginfeksi manusia. Besarnya daya patogenitas dan daya pertahanan yang tinggi dari suatu
mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan mudahnya mikroba menginfeksi tubuh Supardi dan Sukamto, 1999. Adanya mikroba hidup dalam suatu jaringan
yang hidup dapat didefinisikan sebagai infeksi. Adanya infeksi dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit Tambayong, 2000.
Dari berbagai jenis bakteri, jenis Shigella dan Streptococcus menyebabkan infeksi pernafasan, kulit, maupun gastrointestinal Locke et al.,
2013. Bakteri Gram negatif dari jenis Shigella yang paling tinggi menyebabkan infeksi gastrointestinal yaitu Shigella dysenteriae. Bakteri ini memiliki
kemampuan untuk menembus sel epitel permukaan mukosa usus di bagian kolon dan terminal ileum. Sel yang telah mati akan mengelupas dan akan terjadi iritasi
mukosa usus akibat dari sel bakteri yang memperbanyak diri ketika masuk ke dalam sel. Infeksi pada mukosa ini dapat menyebabkan demam Radji, 2009.
Diare menyebabkan kematian 5 juta orang tiap tahun terutama pada anak-anak Shulman et al., 1994. Shigella menyebabkan diare mukoid berdarah yang
ditularkan langsung melalui makanan dan air minum. Bakteri dan penyakit ini sering ditemui di negara berkembang Sears et al., 2011
Bakteri penyebab infeksi dari Gram positif jenis streptococcus yang dapat menyebarkan infeksi dengan melepaskan toksin yaitu Streptococcus
pyogenes. Bakteri jenis ini menjadi penyebab infeksi pada kulit, sistem peredaran darah, dan saluran nafas. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, bakteri
ini melekatkan selnya pada epitel inang dengan cara menjadikan protein M dan asam lipoteikoat sebagai adhesion pada dinding sel. Infeksi yang dilakukan
1
berlangsung dengan cepat dan sel inang dapat dikelabui Radji, 2009. Bakteri ini berlokasi di saluran pernapasan atas pada 10 anak-anak dan 5 pada orang
dewasa Locke et al., 2013. Penelitian terhadap infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dilakukan pada 327 orang di Olmsted County daerah
Minnesota Amerika. Penelitian ini memberikan hasil bahwa 44 subjek penelitian mengalami dermatitis atopik atau alergi rhinitis dengan angka kejadian
asma terjadi pada 28 orang yang terkena infeksi Streptococcus pyogenes Juhn, 2012. Pengobatan infeksi menggunakan antibiotik telah mengalami banyak
kejadian resistensi. Bakteri Shigella dysenteriae telah resisten terhadap streptomisin, sulfanilamid, kloramfenikol, dan tetrasiklin. Fakta ini ditemukan
dalam epidemik disentri bakterial pada tahun 1955 Pratiwi, 2008. Senyawa aktif bahan alam digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah resistensi. Daun
pepaya terbukti dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Ekstrak etanol daun pepaya konsentrasi 0,6 gmL menunjukkan diameter zona hambat sebesar 12
mm Alo et al., 2012. Selain daun, biji dan batang pepaya juga memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Okoye 2011, ekstrak etanol biji pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan Escherichia coli dengan diameter zona hambat berturut-turut sebesar 13, 16, 16, dan 17 mm Okoye,
2011. Khan et al. 2014, menyatakan bahwa ekstrak etanol batang pepaya dengan konsentrasi 0,5 gmL dapat menghasilkan zona hambat terhadap
Escherichia coli sebesar 20 mm Khan et al., 2014. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dengan batang pepaya Carica papaya L. terhadap bakteri Shigella dysenteriae yang merupakan
Gram negatif dan Streptococcus pyogenes yang tergolong Gram positif.
B. Perumusan Masalah