pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah Triadji, 2002.
Undang-undang tersebut menjadi sangat penting karena akan membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan sistem pemerintahan dan
sistem keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pada sistem pemerintahan khususnya pemerintah daerah perubahan yang terjadi adalah berupa
pelaksanan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab Sukiadi dalam Setyawan 2003. Mardiasmo 2002
menyebutkan jika pada masa sebelumnya otonomi daerah hanya dijadikan politik belaka, akan tetapi daerah saat ini ditantang kesiapannya baik secara
kelembagaan, sumber daya manusia dan teknologi untuk dapat mewujudkan otonomi dan desentralisasi secara nyata, bertanggung jawab dan dinamis. Oleh
karena itu pemerintah daerah dituntut untuk melakukan reformasi kelembagaan dilingkungan mereka institutional reform.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pengawasan Keuangan Daerah
Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang
diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi
dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian.
Pengendalian berasal dari kata “kendali”, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki, kegiatan, yang salah arah
dan meluruskannya menuju arah yang benar Mahmud, 2013. Pengawasan didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Sedangkan pengawasan keuangan daerah dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan untuk
menjamin pengelolaan keuangan daerah berjalan sesuai dengan tujuan, rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan. Pengawasan diperlukan
untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis Basri, 2008.
2. Mekanisme Penyusunan Keuangan Daerah APBD
Menurut Saifulrahman 2010, salah satu aspek penting dalam pengelolaan pemerintah daerah adalah penyusunan anggaran daerah. Hal
ini dikarenakan anggaran daerah merupakan uang rakyat yang dititipkan kepada daerah untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan pelayanan publik
sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Bila kualitas pengelolaannya rendah, maka kebutuhan publik tidak optimal apalagi jika
terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti adanya korupsi dan manipulasi. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Keterlibatan masyarakat diharapkan akan
menghasilkan anggaran yang aspiratif, artinya apa yang dianggarkan dalam APBD adalah mencerminkan kebutuhan masyarakat bukan untuk
kepentingan kelompok tertentu. Selain masyarakat terlibat dalam penyusunan APBD atau bisa
disebut anggaran, diharapkan masyarakat juga mengontrol semua kebijakan pemerintah dilapangan. Tanpa kontrol kuat dari masyarakat
berbagai bentuk penyimpangan sangat mungkin terjadi, maka salah satu hal yang penting untuk diketahui oleh masyarakat adalah mekanisme
penyusunan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Jika masyarakat telah mengetahui bagaimana proses penyusunan anggaran
yang sebenarnya, maka diharapkan masyarakat akan terlibat secara langsung dalam pengawasan anggaran Rahayu 2010. Menurut
Saifulrahman 2010, berikut ini adalah tahap-tahap yang harus dilalui pada saat penyusunan APBD.
3. Partisipasi Masyarakat