1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat vital, manusia membutuhkan lahan sebagai tempat kegiatan hidup demi kelangsungan
hidupnya. Lahan dapat dimanfaatkan manusia sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui berbagai disamping sebagai
tempat permukiman. Lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan pada umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga. Pengertian
Lahan dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang. Perubahan penggunaan
lahan disebabkan
oleh faktor-
faktor yang
saling mempengaruhi, antara lain : pertumbuhan penduduk pemekaran atau
perkembangan daerah terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan, dan kebijaksanaan pembangunan pusat daerah Hauser, et,al., 1985.
Keterbatasan lahan juga menyebabkan munculnya perebutan dalam pemanfaatan lahan yang terjadi karena terbatasnya ketersediaan lahan di
perkotaan dan semakin besarnya kebutuhan akan lahan. Hal ini dikarenakan banyaknya fasilitas-fasilitas pendukung seperti sekolahan, pasar, pertokoan,
perkantoran dan
industri yang
memudahkan penduduk
untuk menjangkaunya sehingga mengalami pertumbuhan yang cukup cepat.
Peningkatan jumlah penduduk ini secara langsung akan membawa dampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan karena pertumbuhan
penduduk berarti memerlukan tambahan tempat untuk permukiman maupun fasilitas pendukungnya. Pada umumnya perubahan penggunaan lahan
memiliki dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Dampak positifnya adalah semakin lengkapnya fasilitas sosial
seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, pariwisata dan sebagainya. Dampak negatifnya adalah berkurangnya lahan pertanian serta berubahnya
orientasi penduduk yang semula bidang pertanian menjadi non pertanian. Dalam perkembangannya perubahan lahan akan terdistribusi pada tempat -
2
tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik. Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta juga telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang pesat
dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu dari tahun 2003 hingga 2008. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tegalrejo Tahun 2003-2008
Kelurahan Luas
km² Jumlah Penduduk
Jiwa Kepadatan Penduduk
Jiwakm² Tahun
- 2003
2008 2003
2008 Tegalrejo
0,82 9.636
10.186 11.750
12.422 Bener
0,57 4.824
5.282 8.463
9.267 Kricak
0,82 14.828
15.993 18.082
19.504 Karangwaru
0,70 11.070
11.734 15.814
16.736 Jumlah
2,91 40.354
43.195 54.109
57.929
Sumber: Kecamatan Tegalrejo Dalam Angka, Data Statistik BPS tahun 2003-2008
Perubahan penggunaan lahan pada suatu daerah mengalami perkembangan terutama adalah perubahan perkembangan sarana dan
prasarana fisik baik berupa perekonomian, jalan maupun prasarana yang lain. Perubahan penggunaan lahan memberikan pengertian bahwa dalam
kurun waktu 5 tahun dari 2003-2008 terjadi perkembangan jumlah penduduk. Penduduk yang semakin meningkat berpengaruh pada
penggunaan lahan, baik untuk permukiman maupun lainnya. Perubahan penggunaan lahan adalah suatu perubahan yang selalu membawa dampak
terhadap tatanan kehidupan masyarakat, sebagai contoh peralihan penggunaan lahan sawah ke lahan permukiman yang menyebabkan
menyempitnya lahan sawah yang berada di kecamatan tegalrejo. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2.
3
Tabel 1.2. Penggunaan Lahan Kecamatan Tegalrejo
Kelurahan Sawah
ha Tanah Kering
ha Bangunan
ha Lain-lain
ha Jumlah
ha Tahun
2003 2008
2003 2008
2003 2008
2003 2008
2003 2008
Tegalrejo 11,42
5,42 27,45
27,45 39,08
45,08 3,72
3,72 81,67
81,67 Bener
13,00 6,10
22,81 22,81
19,07 26,60
2,01 2,01
57,52 57,52
Kricak 13,00
4,03 5,7
5,7 59,10
68,07 4,02
4,02 81,82
81,82 Karangwaru
4,41 1,41
24,49 24,49
36,10 36,71
4,32 4,32
69,93 69,93
Jumlah 41,83
16,96 80,45
80,45 154,59
178,46 14,07
14,07 290,94
290,94
Sumber : Kecamatan Tegalrejo Dalam Angka, Data Statistik BPS tahun 2003-2008
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan dari tahun 2003 hingga 2008 mengalami perubahan pesat, hal tersebut dapat
dilihat dari meningkatnya luas permukiman yang berada di Kecamatan Tegalrejo. Bangunan dan pekarangan jumlahnya bertambah, sedangkan
sawah mulai berkurang. Penyadapan data informasi penggunaan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dilakukan secara terrestrial.
Penyadapan data secara terrestrial untuk daerah kota yang relatif cepat mengalami perubahan kurang menguntungkan karena membutuhkan waktu,
tenaga, dan biaya yang besar. Alternatif untuk mengatasi masalah pengumpulan data di atas terutama untuk daerah yang mempunyai data
penginderaan jauh adalah dengan menggunakan data penginderaan jauh. Alasannya adalah data penginderaan jauh dapat menyajikan data
penggunaan lahan dengan waktu yang singkat, tenaga yang lebih sedikit. Citra satelit dengan resolusi spasial tinggi sebagai salah satu data
penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang permukaan bumi. Salah satu citra satelit dengan resolusi spasial tinggi di
antaranaya adalah Citra Quickbird. Citra quickbird digunakan karena memiliki keunggulan mampu menyajikan kenampakan yang mirip wujud
dan letak aslinya di permukaan bumi dan juga memiliki skala yang seragam pada setiap kenampakan objek yang terekam, sehingga sangat baik
4
digunakan untuk pemetaan pemetaan terutama di daerah perkotaan. Penggunaan teknik interpretasi citra dengan memanfaatkan citra quickbird
sebagai sumber data untuk mendapatkan data-data lapangan lebih efektif bila dibandingkan dengan cara terestrial. Waktu dan tenaga yang dibutuhkan
relatif lebih sedikit, karena citra quickbird mampu menyajikan kenampakan keruangan secara menyeluruh dan akurat sehingga membantu mengurangi
pekerjaan lapangan. Selain teknik penginderaan jauh pada saat ini dikembangkan pula
sistem pengolahan data yang dikenal dengan Sistem Informasi Geografis SIG. Sebelum berkembangnya teknologi komputer, data wilayah pada
umumnya tersimpan dalam bentuk tabel, grafik, peta, foto udara, dan deskripsi. Kondisi ini menyebabkan analisis data hanya dapat dilakukan
secara manual. Berkembangnya teknologi komputer, maka analisis dapat dilakukan secara digital. Keunggulan cara yang terakhir ini terletak pada
penyimpanan data dalam jumlah besar dan pengelolaan yang lebih baik. Sistem Informasi Geografis mempunyai kemampuan dalam analisis spasial.
Bagi para pengelola kota hal ini akan memudahkan, oleh karena kota itu sendiri merupakan hasil dari interaksi keruangan di dalamnya. Kemampuan
modeling dalam sistem informasi geografis memudahkan bagi para perencana kota dalam perencanaan wilayahnya.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang sedang mengalami perkembangan. Perkembangan kota Yogyakarta terutama
dipelopori dengan adanya perguruan tinggi yang banyak tesebar di Yogyakarta. Perkembangan luas areal permukiman yang disebabkan adanya
pembangunan perumahan dan bangunan lain mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian menjadi non pertanian. Perencanaan tata ruang yang kurang
baik, akan mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti berkurangnya lahan pertanian yang berubah menjadi permukiman.
Daerah-daerah yang dikaji dalam penelitian ini ada1ah Desa Tegalrejo, Bener, Kricak, dan Karangwaru. Daerah ini dipilih karena
letaknya yang berada di kota, maka perubahan penggunaan lahan khususnya
5
pertanian dan permukiman yang cepat di daerah ini akan menimbulkan masa1ah diantaranya bagi kehidupan pedesaan berupa pengurangan lahan
pertanian yang produktif. Keadaan yang demikian ini mungkin dapat terjadi di kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas maka
penulis dalam penelitian ini mengambil judul ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA
YOGYAKARTA .
1.2. Perumusan Masalah