1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media adalah seperangkat alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan baik pesan maupun informasi dari
komunikator kepada khalayak Cangara,2006:119.Sementara pengertian media menurut Tamburaka 2012:9 merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa yang
melibatkan publik secara luas. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas dengan
menggunakan media sebagai perantaranya Rakhmat 2001:188. Hal itu berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan menjadi milik publik
bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing individu. Perkembangan teknologi telah memunculkan pergeseran. Media massa
tumbuh tidak hanya menjadi kekuatan pengontrol kekuasaan, tetapi telah menjadi kepanjangan tangan pemilik media. Pemberitaan yang dinilai
menguntungkan dan memberikan citra positif akan mendapat porsi lebih besar dalam sebuah media massa. Fenomena ini menunjukkan semakin
berkembangnya peran media massa lebih kompleks pada masa sekarang.
Sebuah berita disusun oleh wartawan yang bekerja di lapangan berdasarkan suatu kejadian dan wartawan pula yang menyusun kejadian
tersebut menjadi sebuah berita. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir memilah-milah dan menentukan peristiwa dan tema-tema
tertentu dalam satu kategori tertentu Eriyanto,2002:119. Sebuah peristiwa tidak akan menjadi berita bila tidak diterbitkan oleh media massa.
Media massa saat ini sudah mencapai bentuk baru. Bentuk baru tersebut adalah media online. Media online ialah media yang tersaji secara
online di situs web website internet Romli:2012,30. Media online menjadi alternatif dalam penyajian sebuah berita di lapangan. Tidak perlu menunggu
hingga berjam-jam atau malah keesokan harinya, kejadian-kejadian di lapangan dapat kita nikmati hanya dalam hitungan detik. Penyebaran
informasi oleh media online terhitung sangat cepat. Selain itu, sangat mudah untuk mengaksesnya. Akses media online lebih murah dan lebih mudah
karena bisa diakses dari mana saja asal mempunyai fasilitas internet. Hal ini berbeda dengan akses media cetak dan media televisi.
Media massa online tidak lupa juga menggiring opini masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan. Para jurnalis di lapangan memasukkan
ide-idenya sesuai dengan latar belakang dan kerangka. pemikiran mereka. Melalui media ini kita disuguhkan realitas-realitas yang bukan sebenarnya.
Berita-berita yang disajikan hanya merupakan konstruksi dari sebuah realitas. Media khususnya surat kabar dapat menyajikan sebuah realitasperistiwa yang
sama, namun berbeda dalam hal mengkonstruksi dan memahami sebuah peristiwa berbeda.
Dualisme sepakbola di indonesia mulai terjadi semenjak pertengahan 2011. Dualisme ini terjadi antara dua kubu yaitu PSSI dan KPSI. Terpilihnya
tokoh-tokoh baru di tubuh kepengurusan PSSI, membawa harapan baru akan terciptanya era menuju sebuah kesuksesan. Demi mewujudkan hal itu,
beberapa hal kebijakan baru pun dibuat. Akan tetapi, tidak semua kebijakan tersebut disetujui oleh internal PSSI. Masih ada ada sekelompok pihak yang
tidak puas dengan kebijakan yang benar-benar baru. Pihak-pihak tersbeut kemudian membentuk organisasi sempalan bernama KPSI. Organisasi ini
mengklaim dirinya mendapat dukungan dari mayoritas anggota PSSI. Saling klaim antara PSSI dan KPSI berujung dengan dualisme kompetisi dan lebih
parahnya lagi dualisme timnas. Masalah dualisme yang berlarut-larut berakibat fatal bagi penampilan
timnas. Timnas Indonesia tidak diperkuat oleh pemain-pemain terbaiknya akibat larangan KPSI. Hal tersebut membuat Indonesia takluk 10-0 dari
Bahrain pada
kualifikasi Piala
Dunia 2014http:
duniasoccer.comDuniasoccerIndonesiaKompetisiIndonesiaLainNewsTimn as-Indonesia-Catat-Rekor-Kekalahan Terbesar diakses pada 25 Maret 2013.
Kekalahan tersebut juga menorehkan rekor kekalahan terbesar bagi timnas Indonesia. Selain menorehkan rekor kekalahan terbesar, peringkat FIFA
Indonesia jeblok ke posisi 170.
Kekisruhan PSSI membuat posisi Indonesia di persepakbolaan internasional terancam. FIFA sebagai lembaga tertinggi sepakbola di dunia
jelas tidak menyetujui dualisme kompetisi, apalagi berimbas pada dualisme tim nasional. Berdasarkan rilis FIFA usai pertemuan di Zurich 29-30 Maret,
FIFA mengeluarkan rilis yang berisi mengakui PSSI hasil kongres Solo dan memerintahkan penyelesaian breakaway league ISL sebelum tanggal 15 Juni
2012 .
Bila pada tanggal tersebut belum terselesaikan, FIFA akan menjatuhkan sanksi
http:www.republika .co.id
berita sepak
bola ligaindonesia120403
m1wdp8-fifa-hanya-akui-pssi-hasil-kongres-solo diakses pada 28 Maret 2013. Setelah melalui proses yang panjang, pada
tanggal 17 Maret 2013 diadakan Kongres Luar Biasa PSSI di Hotel Borobudur Jakarta.
Perkembangan media pada jaman sekarang cenderung berpusat pada kepemilikan media. Media dikuasai oleh segelintir orang saja konglomerasi
media. Hal ini mengubah wajah media yang bebas dan berorientasi ke publik menjadi media yang berorientasi pada tokoh atau golongan.
Penulis tertarik mengambil objek penelitian dari kedua media online ini karena viva.co.id merupakan media yang berafiliasi dengan salah satu
partai politik besar di Indonesia yaitu Golkar Golongan Karya. Lebih tepatnya media ini dimiliki oleh Group Bakrie yang juga membawahi media
Antv, Tvone, Sport One. Ketua Umum PSSI periode sebelumnya merupakan kader dari partai Golkar. Ditambah lagi KPSI berisi orang-orang yang dekat
dengan dengan partai Golkar, bahkan ada beberapa berposisi sebagai petinggi
partai. Sedangkan pemilihan media kompas.com beralasan bahwa kompas.com tidak memiliki kepentingan dalam Kongres ini. Media ini
memberitakan KLB PSSI dengan menonjolkan dua sisi permasalahan. Kompas cenderung bersikap netral dalam pemberitaannya.
Analisis yang penulis gunakan untuk meneliti pemberitaan di situs kompas.com dan viva.co.id adalah analisis framing. Analisis framing secara
sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa,aktor, kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media.
Eriyanto, 2002:3. Menurut Eriyanto, dalam analisis framing, yang kita lakukan adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa
dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya, wartawan dan media yang secara aktif membentuk realitas 2002:7.
Penelitian tentang PSSI pernah dilakukan oleh Riska Khaerunnisya tahun 2012 asal Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul “ Analisis
Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia 20112012 Pada Media Online Goal.Com Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui media online Goal.com Indonesia dalam membingkai kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga indonesia 20112012.
Penelitian tersebut menggunakan analisis framing dengan objek penelitian PSSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Goal.com Indonesia memiliki
kecenderungan pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia telah melanggar pedoman dan hasil kongres PSSI
.
Selanjutnya penelitian terdahulu yang menggunakan metode analisis framing adalah Illy Apriliyadi asal Universitas Muhammadiyah Surakarta
dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Internet Studi Analisis Framing Tentang Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Republika
Online dan Tempo Interaktif.com Periode Februari dan Maret 2011. Tujuan dari
penelitian ini
melihat bagaimana
Republika Online
dan Tempointeraktif.com dalam memaknai, menyikapi dan membingkai berita
tentang Ahmadiyah serta untuk mengetahui posisi kedua media tersebut dalam mengkonstruksi pemberitaan tentang Ahmadiyah. Penelitian ini menggunakan
analisis framing dengan meneliti isi berita yang disajikan oleh dua media online tersebut. Analisis framing yang digunakan adalah model Robert
Entman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Republika Online membingkai Ahmadiyah sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran islam, sedangkan
TempoInteraktif.com menilai sebagai sebuah aliran yang memiliki hak untuk berkeyakinan.
Relevansi dari kedua penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu pada penelitian pertama mengambil tema yang sama yaitu mengenai PSSI yang
berfokus pada pembahasan format liga. Penulis ingin meneliti berita KLB PSSI. Sedangkan pada penelitian kedua, menggunakan teknik analisis framing
model Robert Entman. Analisis Framing Robert Entman memfokuskan bagaimana teks komunikasi disajikan dan bagian mana yang dianggap penting
oleh pembuat teks. Terdapat kepentingan pemilik media yang turut campur
tangan dalam sebuah pemberitaan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pembingkaian berita antara satu media dengan media lain bisa sangat berbeda.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut “Konstruksi Pemberitaan KLB PSSI Di Internet”.
B. Rumusan Masalah