Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-DATA) Dalam Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kepada Bupati Di Kabupaten Bandung (Suatu Studi pada Badan Perpustakaan, Arsip, dan Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Ban

(1)

vi ABSTRACT

POLICY IMPLEMENTATION ANALYSIS DATA MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (MIS-Data) WORKING DEVICE UNITS IN

REPORTING AREA (SKPD) TO REGENT IN BANDUNG DISTRICT

(A Study of Library, Archive, and Information Systems Development In Bandung District)

An information system can be developed because of the policies within an organization and planning in advance without a good system planning, system development will not be able to run as expected. Data Management Information System (MIS-Data) is a collection of data (data gathering) the results of the implementation of government development in the region resulting from the Bandung regency SKPD County / District to Village / Village and a completeness of the management of these processes provides information for the regents to support operations and decision making within an organization.

Theory used in the study of Mazmania and Sabtier that called implementation analysis framework model. They mengkalsifikasikan policy implementation process into three things: 1.control problem 2. ability of policy 3. stage in the process. The research method used is descriptive research method with qualitative methods. Techniques to determine informant used purposive technique.

SIM-Data policy implementation in SKPD Reporting to the Regent in Bandung Regency is a process of inclusion of each SKPD report to the Regent. The report is entered by every SKPD to be reported to the regents. Reporting system data through that MIS-data. Problems in the system common in off electricity, network or software that is in the system so that reporting is often delayed. And disadvantages in terms of policy however is still an internal system or intranet environment with fellow SKPD in Bandung regency. Implemetasi SIM Policy Analysis-Data in District Bandung in the overall implementation has been going pretty well.


(2)

v BANDUNG

(Suatu Studi pada Badan Perpustakaan, Arsip, dan Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Bandung)

Perkembangan informasi telah berkembang dengan sangat pesat, oleh karena itu sudah banyak pula perusahaan-perusahaan atau instansi-instansi yang menggunakan sistem informasi untuk meningkatkannya. Suatu sistem informasi dapat dikembangkan karena adanya kebijakan di dalam suatu organisasi dan perencanaannya terlebih dahulu tanpa adanya perencanaan sistem yang baik, pengembangan sistem tidak akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) adalah kumpulan data (data gathering) hasil penyelenggaraan pembangunan pemerintahan di wilayah Kabupaten Bandung yang dihasilkan dari SKPD Kabupaten/Kecamatan sampai dengan Kelurahan/Desa dan sebuah kelengkapan pengelolaan dari proses-proses yang menyediakan informasi untuk bupati guna mendukung operasi-operasi dan pembuatan keputusan dalam sebuah organisasi.

Teori yang digunakan dalam penelitian dari Mazmania dan Sabtier yang di sebut model kerangka analisis implementasi. Mereka mengkalsifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga hal yaitu 1. pengendalian masalah 2. kemampuan kebijakan 3. tahapan dalam proses implementasi kebijakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan teknikpurposive.

Analisis Implementasi kebijakan SIM-Data dalam Pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung merupakan proses pemasukan laporan setiap SKPD kepada Bupati. Laporan tersebut dimasukan oleh setiap SKPD untuk dilaporkan kepada bupati. Sistem pelaporannya melaului SIM-Data tersebut. Masalah dalam sistem tersebut sering terjadi pada padamnya aliran listrik, jaringan ataupunsoftware yang ada di dalam sistem tersebut sehingga penyampaian laporan sering terhambat. Dan kekurangan dalam hal kebijakannya sistem tersebut masih bersifat internal atau intranet dengan sesama SKPD di lingkungan Kabupaten Bandung. Analisis Implemetasi Kebijakan SIM-Data di Kabupaten Bandung didalam pelaksanaannya secara keseluruhan telah berjalan cukup baik.


(3)

1 `BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan informasi telah berkembang dengan sangat pesat, oleh karena itu sudah banyak pula perusahaan-perusahaan atau instansi-instansi yang menggunakan sistem informasi untuk meningkatkannya. Suatu sistem informasi dapat dikembangkan karena adanya kebijakan di dalam suatu organisasi dan perencanaannya telebih dahulu tanpa adanya perencanaan sistem yang baik, pengembangan sistem tidak akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemen yang baik karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem yang lama atau sistem lama mempunyai kelemahan (masalah). Sistem informasi sudah menjadi bagian yang sangat signifikan dalam perkembangan teknologi saat ini. Perkembangan teknologi informasi dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan akan teknologi dan system informasi yang akurat, efektif dan efisien.

Berkembangnya teknologi komputer mempengaruhi kinerja manusia sebagai operasional sistem sehingga peralihan ke arah sistem informasi yang berbasiskan komputer semakin meningkat. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu sumber daya organisasi yang harus dimiliki untuk mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen, data dapat diolah menjadi informasi sesuai keperluan manajer sebagai pimpinan


(4)

manajemen lini bawah, tengah dan atas. Informasi yang sesuai dengan keperluan manajemen dan manajer, maka haruslah dirancang suatu SIM yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, terutama di bidang teknologi informasi, menjadi tantangan bagi penyelenggara pemerintah untuk dapat menyikapi dan memanfaatkannya sebagai sarana kerja dalam membantu percepatan pelaksanaan tugas. Teknologi informasi yang didukung oleh teknologi komunikasi maupun teknologi lainnya menjadi unsur yang penting dalam menjembatani data dan informasi dalam segala aspek kehidupan sistem informasi merupakan alat bantu dalam menampilkan, melaporkan, dan memberi informasi kepada semua orang yang membutuhkannya.

Sistem informasi dibuat agar mempermudah dalam pengelolaan data maupun informasi serta memudahkan kita dalam mencari data maupun informasi tersebut. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta ini seharusnya menjadi potensi dalam pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat dalam hal ini sistem informasi harus bisa menjadi manfaat besar bagi penggunanya.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


(5)

3

Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah meliputi pembinaan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota dan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota, dan pemerintahan desa.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan sesuai dengan fungsi dan kewenangannya melalui pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah, pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu, pengujian terhadap laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu dari unit/satuan kerja, pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme, penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan kegiatan, dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pemerintahan desa.

Pengawasan pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah berpedoman pada norma: obyektif, profesional, independen dan tidak mencari-cari kesalahan, terus menerus untuk memperoleh hasil yang berkesinambungan, efektif untuk menjamin adanya tindakan koreksi yang cepat dan tepat, dan mendidik dan


(6)

dinamis dari beberapa ketentuan tersebut untuk dapat lebih meningkatkan kinerja pengawasan dalam hal penerapan pengawasan yang berorientasi informasi teknologi (IT) dan dalam upaya pengaksesan yang lebih cepat dan akurat diperlukan sebuah sistem aplikasi pengawasan yang dapat mengakomodir kondisi tersebut. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Unit Kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD terdiri dari Sekretaiat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

Badan Perpustakaan, Arsip dan Pengembangan Sistem Informasi (Bapapsi) Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang pengelolaan dan pelayanan perpustakaan, kearsipan dan pengembangan sistem informasi yang meliputi perpustakaan, kearsipan, pengelolaan dan pengembangan informasi, pemberdayaan informasi serta melaksanakan ketatausahaan Badan.

Sistem Informasi Manajemen Data ini di bangun dengan berbasisikan web, pengertina web sendiri adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya\ berada di dalamWorld Wide Web(WWW) di Internet sehingga dapat diakses dan di update langsung melalui media internet oleh masing-masing SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung, mulai dari tingkat desa/kelurahan


(7)

5

(Dinas/Badan/Kantor/RS/Bagian) tentunya melalui otoritas tertentu (username danpassworddiperoleh melalui pendaftaran dan diberikan admin di Bapapsi).

Sistem Informasi Manajemen Data. SIM-Data adalah kumpulan data (data gathering) hasil penyelenggaraan pembangunan pemerintahan di wilayah Kabupaten Bandung yang dihasilkan dari SKPD Kab/Kec sampai dengan Kel/Desa dan sebuah kelengkapan pengelolaan dari proses-proses yang menyediakan informasi untuk bupati guna mendukung operasi-operasi dan pembuatan keputusan dalam sebuah organisasi.

SIM, masukan yang diberikan berupa data transaksi yang telah diproses, beberapa data yang asli, model-model pengolahan data. Kemudian data-data tersebut akan diproses. Proses yang terjadi berupa pembuatan laporan-laporan yang ringkas, keputusan-keputusan yang rutin dan jawaban dari query yang diberikan. SIM-Data tersebut digunakan oleh SKPD untuk memberikan laoprannya kepada bupati di Kabupaten Bandung.

SIM-Data dibuat karena adanya desakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dan adanya trasparansi terhadap laopran-laporan SKPD di Kabupaten Bandung sehingga masyarakat dapat melihat laporan tersebut.

Maka dari itu dengan adanya sistem informasi manajemen data (SIM-Data) laporan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terhadap bupati lebih transparan karena selama ini laporan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tidak bisa di akses atau masyarakat tidak dapat melihatnya.


(8)

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti mengambil judul Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) Dalam Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kepada Bupati Di Kabupaten Bandung (Suatu Studi Pada Badan Perpustakaan, Arsip, Dan Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengendalian masalah dalam Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana kemampuan kebijakan dalam Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana tahapan dalam proses Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung?


(9)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana Implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati dan tujuan yang diteliti adalah:

1. Untuk mengetahui pengendalian masalah Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui kemampuan kebijakan dalam Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui tahapan dalam proses Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti:

a) Sebagai hal untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan terutama mengenai implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data dalam pelaporan skpd kepada bupati di Kabupaten Bandung.


(10)

b) Untuk menyelesaikan studi di Progam Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Kegunaan teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan: a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu sosial

b) Dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang melaksanakan penelitian mengenai SIM-Data

3. Kegunaan praktis, dari hasil penelitian diharapkan:

a) Sebagai sarana untuk membandingkan antara teori yang didapat saat perkuliahan dan praktek di lapangan.

b) Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam peningkatan laporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung

1.5 Kerangka Pemikiran

Studi kebijakan publik, dikatakan bahwa implementasi bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses kebijakan.


(11)

9

Van Meter dan Horn mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut:

“Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and

objectives set forth in prior policy decisions. “Definisi tersebut memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (dan kelompok) pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tindakan-tindakan ini, pada suatu saat berusaha untuk mentransformasikan keputusan-keputusan menjadi pola-pola operasional, serta melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan, baik yang besar maupun yang kecil, yang diamanatkan oleh keputusan kebijakan.”(Van Meter dan Horn. 1978:70)

Melihat pendapat tersebut penerapan kebijkan atau implementasi kebijakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta untuk mencapai tujuan dan mentrasformasikan keputusan menjadi pola-pola operasional.

Berdasarkan pendapat diatas implementasi kebijakan yaitu kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara.

Model Mazmania dan Sabtier di sebut model kerangka analisis implementasi. Mereka mengkalsifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel:

1. Mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan seperti apa yang di kehendaki.

2. Kemampuan kebijakan untuk merekstruktur proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksanan dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar dan variable di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

3. Tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan


(12)

pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah pada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.(Mazmania dan Sabatier,1983:20-39)

Implementasi kebijakan memiliki beberapa tahap dalam proses kebijakannya, proses kebijakan tersebut meliputi tahap mudah atau tidaknya masalah dikendalikan selanjutnya kemampuan kebijakan untuk merekstruktur proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Dan yang terakhir meliputi tahapan dalam proses implementasi pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah pada revisi atas kebijakan yang dibuat


(13)

11

Bagan 1.1

Proses Implementasi Kebijakan

(Sumber: Mazmania dan Sabatier)

Diluar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi

1. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

2. Perhatian media terhadap masalah

3. Dukungan publik

4. Sikap dan risorsis konstituen

5. Dukungan pejabat yang lebih tinggi

6. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Mudah tidaknya masalah dikendalikan:

1. Ketersediaan teori teknis yang valid dan teknologi 2. Keragaman objek

3. Perubahan seperti apa yang di kehendaki

Kemampuan kebijakan untuk merekstruktur proses

implementasi: 1. Kejelasan dan konsistensi

tujuan

2. dipergunakannya teori kausal

3. ketepatan alokasi sumber dana

4. keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelakasana 5. aturan pelaksanan dari

lembaga pelaksana

6. perekrutan pejabat pelaksana 7. keterbukaan kepada pihak

luar

Pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentukn disusunnya kebijakan pelaksana Revisi Atas Kebijakan Yang Dibuat Dan Dilaksanakan Tersebut Kepatuhan Objek Hasil Nyata Penerimaan Atas Hasil Nyata Tersebut


(14)

Mengenai sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang di proses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan. Definisi sistem informasi menurut Gelinas, Oram, dan winggns adalah

“Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta meyediakan informasi keluaran kepada para pemakai.”( Gelinas, Oram, dan winggns. 1990:40)

Aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi. Tak hanya di Negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan dimana-mana, seperti di kantor, di pasar swalayan, di bandara, dan bahkan di rumah ketika pemakai bencengkrama dengan dunia Internet. Perlu diketahui bahwa system informasi tidak harus selalu berbentuk kompleks. Dalam bentuk kompleks sistem informasi melibatkan banyak pemakai dan memerlukan sarana jaringan yang memungkinkan pemakai yang tersebar di berbagai tempat yang berjauhan dapat berbagai informasi. Hal-hal yang bisa dikerjakan oleh system informasi tentu saja terkait dengan kemampuan yang dapat dilakukannya, sebagaimanya (Turban, McLean, dan Wetherbe, 1999)

1. Melaksanakan komputerisasi nimerik, bervolume besar dan dengan kecepatan tinggi

2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah, akurat dan cepat

3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses

4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat benyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi


(15)

13

7. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semiotomatis dan tuigas-tugas yang dikerjakan secara manual

8. Mempercepat pengetikan dan penyutingan

9. Pembiayaan yang jauh lebih murah dari pada pengerjaan secara manual Kemampuan-kemampuan ini mendukung sasaran bisnis yang mencakup: 1. Peningkatan produktivitas

2. Pengurangan biaya

3. Peningkatan pengambilan keputusan 4. Peningkatan layanan ke pelanggan

5. Pengembangan aplikasi-palikasi strategis yang baru (Turban, McLean, dan Wetherbe, 1999:20)

Sistem informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi, kualitas, manajemen, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif yang tentu saja berguna bagi kegiatan bisnis. (Kroenke, 1992). Peningkatan penggunaan sisten informasi ju8ga tidak terlepas dari perhatian manajemen dalam perusahaan terhadap betapa pentingnya manajemen informasi. Dalam hal ini, McLeod (1998) mengemukakan dua alasan, pertama kegiatan bisnis menjadi semakin rumit dan kedua komputer telah mencapai kemampuan yang semakin baik.

Terdapat tiga alasan mendasar untuk semua aplikasi dalam teknologi informasi. Mereka dapat ditemukan dalam tiga peran penting yang dapat dilakukan system informasi untuk sebuah perusahaan: (1) mendukung proses dan operasi bisnis (2) mendukung pengambilan keputusan para (3)pegawai dan manajernya.(O’Brien, 2005:10)

Hubungan antara pemerintah dengan rakyat dapat ditingkatkan dengan penyebaran informasi pemerintah. Bagi sektor komersial, ketersediaan secara efisien dari informasi pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan aktivitas bisnis yang berhubungan dengan informasi.


(16)

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada pemerintah memungkinkan departemen-departemen untuk mengintegrasikan informasinya. Ketika pemerintah menyadari bahwa informasi yang dikumpulkan merupakan aset yang berharga, pemerintah dapat menggunakannya secara komersial dan mengubahnya menjadi komoditas yang bisa ditukar. Kasus ini, Informati,Comunication, and Technology (ICT) berfungsi sebagai medium untuk mentransfer informasi dari sumbernya ke pengguna atau ke pasar.

SIM-Data adalah sebuah model aplikasi elektronik berbetuk web yang berfungsi dalam pelaporan SKPD kepada bupati di kabupaten Bandung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem ini di buat berdasarkan hukum Undang-undang RI No 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang didalamnya SIM-Data harus secara terbuka, data tersedia setiap saat tanpa dikecualikan dan diumumkan secara serta merta.

Implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati. Sebagai sarana pelaporan SKPD, maka implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data (SIM-Data) dalam pelaporan SKPD kepada Bupati diharapkan dapat mampu memberikan laporan SKPD sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan semuanya.

Berdasarkan penjelasan teori dan konsep di atas, peneliti membuat definisi operasional sebagai berikut:

1. SIM-Data adalah kumpulan data (data gathering) hasil penyelenggaraan pembangunan pemerintahan di wilayah Kabupaten Bandung yang


(17)

15

dihasilkan dari SKPD Kab/Kec sampai dengan Kel/Desa dan di kelola oelh Bapapsi di kabupaten Bandung.

2. SKPD adalah Unit Kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD terdiri dari Sekretaiat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan dalam lingkup Kabupaten Bandung.

3. Implementasi kebijakan adalah kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara. Proses implementasi kebijakan di lihat dari indicator:

1) Pengendalian masalah adalah aspek-aspek teknis dari permasalahan serta perilaku yang akan diatur dan yang berkenaan dengan indikator sebagai berikut:

a) Ketersediaan teori teknis yang valid dan teknologi adalah dasar hukum serta sarana dan prasarana untuk implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada bupati di kabupaten bandung.

b) Keragaman objek adalah sasaran dalam keragaman untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

c) Perubahan yang di kehendaki adalah keinginan ada perubahan untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.


(18)

2) Kemampuan kebijakan adalah menjabarkan tujuan-tujuan formal yang akan dicapainya dengan cara menseleksi lembaga-lembaga yang tepat untuk mengimplementasikannya, dengan cara memberikan kewenangan dan dukungan sumber-sumber finansial pada lembaga-lembaga tersebut yang mempengaruhi proses implementasi dengan indikatornya:

a) Didalam Implementasi kebijakan

(a) Kejelasan dan konsistensi tujuan adalah tujuan hukum yang tepat dan jelas peringkat pada pentingnya melayani sebagai bantuan yang sangat diperlukan dalam program evaluasi sebagaimana arahan jelas untuk menerapkan pejabat dan sebagai pendukung sumber daya untuk tujuan tersebut. untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

(b) Penggunaan teori kausal adalah setiap reformasi utama berisi setidaknya secara implisit teori penyebab cara dimana tujuan harus dicapai. pada kenyataannya, salah satu kontribusi utama dari analisis implementasi dibandingkan dengan administrasi publik hanya teori organisasi adalah penekanan pada teori secara keseluruhan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan sebagai Implementasi kebijakan SIM-Data


(19)

17

dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

(c) Ketepatan alokasi sumber dana adalah adanya ketersediaan sumber dana yang mencukupi untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

(d) Keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelakasana adalah adanya keterlibatan antar lembaga pelaksana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung. (e) Aturan pelaksanan dari lembaga pelaksana adalah

adanya aturan atau hukum yang berlaku di dalam lembaga pelaksana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

(f) Perekrutan pejabat pelaksana adalah komitmen para pejabat dalam pencapaian tujuan-tujuan untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.

(g) Keterbukaan kepada pihak luar adalah adanya transparansi di dalam Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung.


(20)

b) Diluar implementasi Kebijakan

(a) Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi adalah variasi dari waktu ke waktu dan antara yuridiksi pemerintah dalam sosial, ekonomi, dan kondisi teknologi mempengaruhi kemampuan tujuan hukum. Secara substansial dapat mempengaruhi dukungan politik untuk tujuanan dan karenanya output kebijakan dari lembaga-lembaga pelaksana dan akhirnya pencapaian tujuan-tujuan dalam implementasi kebijakan SIM-Data di Kabupaten Bandung

(b) Perhatian media terhadap masalah adalah adanya peran serta media cetak maupun elektronik dalam implementasi kebijakan SIM-Data di Kabupaten Bandung

(c) Dukungan publik adalah variasi dari waktu ke waktu dan antara yuridiksi dalam dukungan publik untuk hukum (tujuan hukum) adalah kedua variabel yang mempengaruhi implementasi dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung (d) Sikap dan Sumber daya konstituen adalah perubahan

sumber daya dan sikap dan kelompok pemilih terhadap tujuan undang-undang dan output kebijakan dari lembaga-lembaga pelaksana berperan dalam proses


(21)

19

implementasi dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung

(e) Dukungan pejabat yang lebih tinggi adalah penguasa menerapkan lembaga memberikan dukungan untuk tujuan-undangan melalui (1) jumlah dan arah pengawasan (2) penyediaan sumber daya keuangan (3) sejauh mana mandat hukum yang baru dan bertentangan dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung.

(f) Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana adalah komitmen dari pejabat instansi untuk mewujudkan tujuan hukum ini terdiri dari setidaknya dua komponen pertama, prioritas arah dan tujuan ranking di pejabat dan kedua, kemampuan pejabat dalam mewujudkan prioritas tersebut yaitu kemampuan mereka untuk melampaui apa yang biasanya dapat diharapkan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung.

3) Tahapan dalam proses adalah tahap-tahap dalam melakukan implementasi kebijakan dan dengan lima tahapan, yaitu:

a) Pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana adalah tujuan hukum harus


(22)

diterjemahkan ke dalam peraturan substantif, prosedur operasi standar untuk pemrosesan kasus-kasus individual, urusan pengadilan khusus (izin, lisensi) keputusan dan penegakan keputusan urusan pengadilan. dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung

b) Kepatuhan objek adalah mengikuti arahan hukum yang berlaku dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung

c) Hasil nyata adalah hasil untuk mencapai yang diinginkan dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung d) Penerimaan atas hasil nyata tersebut adalah output yang dihasilnya harus nyata dan dapat di rasakan oleh semua masyarakat dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung e) Revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar adalah revisi / merumuskan undang-undang yang harus dipandang sebagai tahap memuncak dari asupan jumlah dan arah perubahan atau berusaha mengubah dalam melaksanakan mandat hukum lembaga dan akan menjadi fungsi dari dampak yang dirasakan kegiatan instansi masa lalu dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung


(23)

21

Berdasarkan pada definisi operasional yang telah dijelaskan di atas peneliti membuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

Bagan 1.2

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung. Hal itu sejalan dengan pendapat Moh.Nazir mendefinisikan metode deskriptif sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini

Mudah tidaknya

masalah dikendalikan

Kemampuan kebijakan untuk

merekstruktur proses

implementasi

Tahapan dalam proses implementasi

Pelaporan satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) melalui Sistem Informasi Manajemen Data (SIM -DATA) kepada

bupati Analisis Implementasi


(24)

adalah untuk membuat deskriptif, gambaran / lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki” (Nazir, 1999:63)

Metode ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Penerapan Kebijakan Sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku,

majalah, dan surat kabar yang berhubungan dengan implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati serta dokumenter, yaitu format pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan, dokumen atau pun modul yang tersedia.

2. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui tentang implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati. Studi lapangan ini terdiri dari:

3. Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam


(25)

23

kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan. 4. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai implementasi kebijakan sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati

1.6.2 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Sanapiah Faisal, teknik pengambilan sampel purposif adalah:

“Teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti” (Faisal, 1999:67)

Informan dalam penelitian ini berdasarkan sumber data dijadikan sebagai informan penelitian sebagai berikut:

1. Kepala Sub Bagian umum dan kepegawaian di BAPAPSI Bapak Drs. Sartono dipilih karena yang memahami tentang kepegawaian dan sumber daya manusia.

2. Kepala Bidang Pengelohan dan Pengembangan Informasi Di BAPAPSI Ibu Elly Agustini, S.kom.MM dipilih karena


(26)

yang memahami tentang pengolahan dan pengembangan SIM-Data

3. Kepala Sub Bidang pengelolaan sistem informasi dan telematika di BAPAPSI Ibu Ratna Nurhayati ST dipilih karena yang memahami tentang pengolahan SIM-Data. 4. Kepala Sub Bidang sarana komunikasi, informasi dan

disiminasi di BAPAPSI Bapak Ade Supriatna dipilih karena yang memahami tentang sarana komunikasi dan informasi SIM-Data.

5. Staf Bidang Akutansi dan pelapor di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah di Kabupaten Bandung Bapak Heriyanto dipilih karena yang melakukan proses memasukan laopran ke Sim-Data tersebut

6. Staf Bidang Akutansi dan pelapor di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah di Kabupaten Bandung Bapak Agung Setiawan dipilih karena yang melakukan proses memasukan laopran ke Sim-Data tersebut

1.6.3 Analisa Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknis analis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana model teknik analisis


(27)

25

data yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Sugiyanto yang berjudulMemahami Penelitian Kualitatif adalah:

1. Pertama, reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di lapangan, reduksi data sesudah dilakukan semenjak pengumpulan data. Reduksi dilaksanakan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri tema yang tersebar. Setiap data yang dipilih disilang melalui komentar dari informasi yang ebrbeda untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi. Informasi yang berasal dari masyarakat yang menjadi narasumber.

2. Kedua, penyajian data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang antara lain terkait dengan Penerapan Kebijakan Sistem informasi manajemen data sebagai laporan SKPD kepada Bupati.

3. Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interpelasi, dan penyajian data yang telah dilakukan pada setiap tahap sebelumnya selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal-hal yang khusus (spesific) sampai dengan rumusan kesimpulan sifatnya umum (general).

(Sugiyanto.2005:30)

Pengertian analisis data tersebut menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial adalah satu data yang harus dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Data yang di analisis oleh peneliti adalah data kualitatif.


(28)

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu Badan perpustakaan, arsip dan pengembangan sistem informasi(BAPAPASI) yang beralamat di

Komplek Pemda Kab. Bandung Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang Telp. (022) 85871417. Waktu penelitian dimulai dari Bulan Januari 2010 sampai Agustus 2010 yang diawali dengan pembuatan usulan penelitian skripsi, penyusunan laporan penelitian sampai penggandaan skripsi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table berikut

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Waktu

Kegiatan

Tahun 2010

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Pengajuan Judul

Penelitian Pengajuan surat ke tempat penelitian Bimbingan Usulan Penelitian Seminar Usulan Penelitian Pelaksanaan penelitian Penulisan Skripsi Sidang Skripsi


(29)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijaksanaan seringkali disamakan pengertiannya dengan policy. Hal tersebut barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah policy ke dalam Bahasa Indonesia.

Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah

“Semacam jawaban terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah” (Hoogerwerf dalam Sjahrir 1988, 66).

James E. Anderson (1978, 33), memberikan rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan tersebut, kiranya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada hakekatnya studi tentang policy (kebijakan) mencakup pertanyaan : what, why, who, where, dan how. Semua pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi


(30)

lembaga-lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan.

Disamping kesimpulan tentang pengertian kebijakan dimaksud, pada dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan pemerintah serta perilaku negara pada umumnya (Charles O. Jones,1991, 166)

Langkah awal dari perumusan masalah adalah merasakan keberadaan masalah public yang dibedakan dengan masalah privat. Pendefiisian masalah merupakan tahap penganalisisan dari metamasalah ke masalah subtantif. Ketika masalah substantive dapat didefinisikan, maka masalah formal yang lebih rinci dan spesifik dapat dirumuskan. Proses penganalisisan atau perpindahan dari masalah subtantif ke masalah formal melalui penspesifikasian masalah yang secara tipikal meliputi pengembangan representasi model matematis formal dari masalah subtantif.

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses dalam kebijakan public yang mengarah pada pelaksanaan kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan sutu proses adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Bahwa implementasi kebijakan menyangkut minimal tigal hal yaitu, adanya tujuan atau sasaran kebijakan, adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan , dan adanya hasil kegiatan.


(31)

29

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik

Setelah memahami dengan seksama pengertian dari kebijakan sebagaimana diuraikan di atas, adalah penting sekali bagi kita untuk menguraikan makna dari kebijakan publik, karena pada dasarnya kebijakan publik nyata-nyata berbeda dengan kebijakan private/swasta (Afan Gaffar, 1991:7).

Banyak sekali pengertian yang telah diungkapkan oleh pakar tentang kebijakan publik, namun demikian banyak ilmuwan yang merasakan kesulitan untuk mendapatkan pengertian kebijakan publik yang benar-benar memuaskan. Hal tersebut dikarenakan sifat dari pada kebijakan publik yang terlalu luas dan tidak spesifik dan operasional.

Luasnya makna kebijakan publik sebagaimana disampaikan oleh Charles O. Jones (1991, 3) di dalam mendefinisikan kebijakan publik sebagai antar hubungan di antara unit pemerintah tertentu dengan lingkungannya. Agaknya definisi ini sangat luas sekali nuansa pengertiannya, bahkan terdapat satu kesan sulit menemukan hakekat dari pada kebijakan publik itu sendiri.

Santoso (1998:4-8) memisahkan berbagai pandangan tentang kebijakan publik ke dalam dua kelompok. Pemikiran pertama menyatakan bahwa kebijakan publik sama dengan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas K. Dye (1978:3) bahwa "Public policy is whatever government chose to do or


(32)

not. to do" (apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau

tidak dilakukan).

Meskipun memberikan pengertian kebijakan publik hanya memandang dari satu sudut saja (yakni pemerintah), namun apa yang diungkapkan oleh Thomas Day telah memberikan nuansa terhadap pengertian kebijakan publik. Barangkali semua memahami bahwa kebijakan semata-mata bukan merupakan keinginan pemerintah, akan tetapi masyarakatpun juga memiliki tuntutan-tuntutan (keinginan), sebab pada prinsipnya kebijakan publik itu adalah mancakup “apa” yang dilakukan, “mengapa” mereka melakukannya, dan “bagaimana” akibatnya (Afan Gaffar, 1991:7).

Di pihak lain Edward C.George III (1980:2) menyatakan bahwa tidak ada definisi yang tunggal dari kebijakan publik sebagaimana yang dimaksudkan adalah “what government say and do, or not to do”. Bahkan David Easton (1953:129) mengemukakan bahwa “Policy is the authoritative allocation of value for the whole society" (pengalokasian nilai-nilai secara paksa/syah pada seluruh anggota masyarakat).

Dari definisi ini, maka kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu kebijakan publik adalah juga kebijakan-kebijakan yang dikembangkan/dibuat oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah


(33)

31

James E. Anderson. Implikasi pengertian dari pandangan ini adalah bahwa kebijakan publik :

1.) Lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan daripada sebagai perilaku atau tindakan yang kebetulan;

2.) Pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait;

3.) Bersangkutan dengan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dalam bidang tertentu atau bahkan merupakan apa yang pemerintah maksud atau melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu;

4.) Bisa bersifat positif yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan (langkah) pemerintah mengenai masalah tertentu, dan bersifat negatip yang berarti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;

5.) Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti positip didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan/undang-undang yang bersifat memaksa (otoratif).

(James E. Anderson, 1979:3)

Pandangan lainnya dari kebijakan publik, melihat kebijakan publik sebagai keputusan yang mempunyai tujuan dan maksud tertentu, berupa serangkaian instruksi dan pembuatan keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan dan cara mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Soebakti dalam Samodro Wibowo (1994:190) bahwa kebijakan negara merupakan bagian keputusan politik yang berupa program perilaku untuk mencapai tujuan masyarakat negara. Kesimpulan dari pandangan ini adalah: pertama, kebijakan publik sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan, kedua kebijakan publik sebagai keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu.


(34)

Dari beberapa pandangan tentang kebijakan negara tersebut, dengan mengikuti paham bahwa kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka M. Irfan Islamy menguraikan beberapa elemen penting dalam kebijakan publik, yaitu :

1.) Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdanya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah;

2.) Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata;

3.) Bahwa kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu;

4.) Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat.

(M. Irfan Islamy 1997:20) 2.1.3 Implementasi Kebijakan

2.1.3.1 Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan di pandang dalam pengertian yang lain merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi di pandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktior, organisasi, prosedur, dan teknik berkerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami


(35)

33

sebagai suatu proses, suartu rangkain putusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan-keputusan yang diterima oleh lembaga legislative bias dijalankan. Implementasi juga diartikan dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan-tujuan telah direncanakan mendapatkan dukungan seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program.

Akhirnya pada tingkat absirasi yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bias diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, undang-undang public, dan keputusan yudisial. Dalam kamus Webster (Solichin Abdul Wahab, 1997:64) pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implementasi" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effec to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).

Dalam studi kebijakan publik, dikatakan bahwa implementasi bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika


(36)

dikatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses kebijakan.

Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (1991), dimana implementasi diartikan sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di balik kesederhanaan rumusan yang demikian berarti bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya, menurut Jonse, menuntut adanya syarat yang antara lain: adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources, Lebih lanjut Jones merumuskan batasan implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.

Van Meter dan Horn mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut:

“Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions. “Definisi tersebut memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (dan kelompok) pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tindakan-tindakan ini, pada suatu saat berusaha untuk mentransformasikan keputusan-keputusan menjadi pola-pola operasional, serta melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan, baik yang besar maupun yang kecil, yang diamanatkan oleh keputusan kebijakan. Van (Meter dan Horn 1978:70)


(37)

35

Dengan mengacu pada pendapat tersebut, dapat diambil pengertian bahwa sumber-sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan, di dalamnya mencakup: manusia, dana, dan kemampuan organisasi; yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta (individu ataupun kelompok).

Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan sebagaimana berikut:

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian." (Mazmanian dan Sabatier. 1983:20)

Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, nampak bahwa implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target group, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.


(38)

Banyak model dalam proses implementasi kebijakan yang dapat digunakan. Van Meter dan Horn dalam Samudra Wibowo et al. (1994), mengajukan model mengenai proses implementasi kebijakan (a model of the policy implementation process). Dalam model implementasi kebijakan ini terdapat enam variabel yang membentuk hubungan antara kebijakan dengan pelaksanaan. Van Meter dan Van Horn dalam teorinya ini beranjak dari argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang menghubungkan dengan prestasi kerja (performance). Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur implementasi.

Dengan memanfaatkan model-model tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini adalah hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi? Seberapa jauhkan tingkat efektifitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur? (Masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah tingkatannya dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa


(39)

37

petingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi? (Hal ini menyangkut masalah kepatuhan). Atas dasar pandangan seperti itu, Van Meter dan Van Horn kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut :

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan. b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

(Meter dan Horn 1978:50)

Hal ini dikemukakan berdasarkan pada kenyataan bahwa proses implementasi ini akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu. Dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan program di lapangan, relatif tinggi.

Standard dan tujuan kebijakan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pelaksanaan atau penyelenggaraan kebijakan. Disamping itu standard dan tujuan kebijakan juga berpengaruh tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui aktivitas komunikasi antar organisasi. Jelasnya respon para pelaksana terhadap suatu kebijakan didasarkan pada persepsi dan interpretasi mereka terhadap tujuan kebijakan tersebut. Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bahwa komunikasi yang baik akan


(40)

menyeimbangkan disposisi yang baik atau positip diantara para pelaksana. Standard dan tujuan juga mempunyai dampak yang tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui aktivitas penguatan atau pengabsahan. Dalam hal ini para atasan dapat meneruskan hubungan para pelaksana dengan organisasi lain.

Hubungan antar sumber daya (resources) dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam batas wilayah organisasi tertentu dapat dikemukakan bahwa tersedianya dana dan sumber lain dapat menimbulkan tuntutan dari warga masyarakat swasta, kelompok kepentingan yang terorganisir untuk ikut berperan dalam melaksanakan dan mensukseskan suatu kebijakan. Jelasnya prospek keuntugan pada suatu program kebijakan dapat menyebabkan kelompok lain untuk berperan serta secara maksimal dalam melaksanakan dan mensukseskan suatu program kebijakan.

Bagaimanapun juga dengan terbatasnya sumber daya yang tersedia, masyarakat suatu negara secara individual dan kelompok kepentingan yang terorganisir akan memilih untuk menolak suatu kebijakan karena keuntungan yang diperolehnya lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya operasional. Demikian juga dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam batas wilayah tertentu, mempengaruhi karakter-karakter agen-agen pihak pelaksana,


(41)

39

disposisi para pelaksana dan penyelenggaraan atau pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Kondisi lingkungan diatas mempunyai efek penting terhadap kemauan dan kapasitas untuk mendukung strujtur birokrasi yang telah mapan, kwalitas, dan keadaan agen pelaksana (implementor). Kondisi lapangan ini juga mempengaruhi disposisi implementor. Suatu program kebijakan akan didukung dan digerakkan oleh para warga pihak swasta, kelompok kepentingan yang terorganisir, hanya jika para implementor mau menerima tujuan, standars dan sasaran kebijakan tersebut. Sebaliknya suatu kebijakan tidak akan mendapat dukungan, jika kebijakan tersebut tidak memberikan keuntungan kepada mereka.

Disamping itu karakteristik para agen implementor dapat mempengaruhi disposisi mereka. Sifat jaringan komunikasi, derajad kontrol secara berjenjang dan tipe kepemimpinan dapat mempengaruhi identifikasi individual terhadap tujuan dan sasaran organisasi, dalam mana impelementasi kebijakan yang efektif sangat tergantung kepada orientasi dari para agen/kantor implementor kebijakan.

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa keberhasilan impelementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh bernagai


(42)

variabel atau faktor yang pada gilrannya akan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri

2.1.3.2 Tahap-tahap Impelemtasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy membagi tahap implementasi dalam dua bentuk, yaitu :

a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai. (Islamy 1997, 102-106)

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (dalam Solichin Abdul Wahab, 1991, 36) mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut :

Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas ;

b. Menentukan standar pelaksanaan ;


(43)

41

Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode ;

Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan : a. Menentukan jadual ;

b. Melakukan pemantauan ;

c. Mengadakab pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai, dengan segera.

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, (1991,38) Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi juga memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.


(44)

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Berdasarkan pendapat diatas implementasi kebijakan yaitu kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara.

Model Mazmania dan Sabtier di sebut model kerangka analisis implementasi. Mereka mengkalsifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel:

1. Mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan seperti apa yang di kehendaki.

2. Kemampuan kebijakan untuk merekstruktur proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksanan dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar dan variable di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

3. Tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah pada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar. (Mazmania, Sabatier,1983:20-39)


(45)

43

2.2 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data)

Istilah sistem informasi manajemen (Edhy Sutanta, 2003:19) sebernarnya terdiri atas tiga kata kunci, yaitu sistem, informasi, dan manajemen. Sebagaimana telah disinggung, cara yang lebih baik untuk memberikan definisi sistem informasi manajemen adalah dimulai dengan memahami istilah sistem, informasi, dan manajemen. Selanjutnya, berdasarkan pemahaman yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan definisi tentang sistem informasi manajemen yaitu menggabungkan ketiga kata kunci tersebut.

Sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan berupa data-data, kemudian mengolahnya dan menghasilkan keluaran berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.


(46)

2.2.3 Definisi sistem

Sebagaimana istilah sistem informasi manajemen/ SIM, sistem juga telah didefinisikan oleh para ahli dalam berbagai cara yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan cara pandangd dan lingkup system yang di tinjau.

Secara umum, sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling berkerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. Suatu system mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Mempunyai komponen 2. Mempunyai batas 3. Mempunyai lingkung

4. Mempunyai penghubung/ antar muka 5. Mempunyai masukan

6. Mempunyai pengolahan 7. Mempunyai keluaran

8. Mempunyai sasaran dan tujuan 9. Mempunyai umpan baik

10. Mempunyai control (Edhy Sutanta, 2003:3)

Komponen sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian menyusun sistem. Komponen sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak. Komponen sistem disebut sebagai subsistem, dapat berupa orang, benda, hal atau kejadian yang terlibat di dalam sistem. Batas sistem diperlakukan untuk membedakan satu sistem dengan sistem yang lain. Tanpa


(47)

45

adanya batas sistem, maka sangat sulit untuk menjelaskan suatu sistem. Batas sistem akan memeberikan batasan scopetinjauan terhadap sistem.

Lingkugan sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan sistem dapat menguntungkan ataupun merugikan. Umumnya, lingkungan yang menguntungankan akan selalu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan system. Sedangkan lingkungan sistem yang merugikan akan diupayakan agar mempunyai pengaruh seminimal mungkin, bahkan jika mungkin ditiadakan. Masukan merupakan komponen system, yaitu segala sesuatu yang perlu dimasukan kedalam sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilakan keluaran yang berguna. Dalam Sistem Informasi Manajemen, masukan disebut sebagai data.

Penghubung/antar muka merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang bertugas menjembatani hubungan antar komponen antar sistem. Penghubung/antar muka merupakan sarana yang memungkinkan setiap komponen saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka menjalankan fungsi masing-masing komponen. Dalam dunia komputer, penghubung/antar muka dapat berupa berbagai macam tampilan dialog layar monitor yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah mengoperasikan sistem aplikasi komputer yang digunakannya.

Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Dalam sistem informasi manajemen, keluaran adalah informasi yang dihasilkan oleh


(48)

program aplikasi yang akan digunakan oleh para pemakai sebagai bahan pengambilan keputusan.

Setiap komponen dalam system perlu dijaga agar saling bekerja sama dengan harapan agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem. Sasaran berbeda dengan tujuan. Sasaran sistem adalah apa yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang relative pendek. Sedangkan tujuan merupakan kondisi/ hasil akhir yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal ini, sasaran merupakan hasil pada setiap tahapan tertentu yang mendukung upaya pencapaian tujuan.

Setiap komponen dalam sistem perlu selalu dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Hal ini bias dilakukan jika ada bagian yang berperan menjaganya, yaitu bagian kendali. Bagian kendali mempunyai peeran utama menjaga agar proses dalam sistem dapat berlangsung secara normal sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam sistem informasi manajemen, kendali dapat berupa validasi masukan, validasi proses maupun validasi keluaran yang dapat dirancang dan dikembangkan secara terprogram serta umpan balik di perlukan oleh bagian kendali (control) sistem untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam system dan mengembalikannya kedalam kondisi normal.


(49)

47

2.3.1.1 Jenis Sistem

Tinjauan tentang suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yaitu

1. Sistem diklasifikasikan sebagai system fisis dan system abstrak.

2. Sistem dikalisfikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan manusia.

3. Sistem dikalsifikasi sebagai sistem tertentu dan sistem tidak tentu.

4. Sistem dikalsifikasi sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka.

(Edhy Sutanta, 2003:8)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tingkah lakunya tidak dipengaruhi oleh lingkungan luarnya. Sebaliknya, sistem terbuka mempunyai perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem alamiah adalah sistem yang keberadaannya terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Sedangkan sistem buatan manusia ada sebagai hasil kerja manusia.

Sistem tertentu adalah sistem yang tingkah lakunya dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan sistem tidak tertentu tingkah lakunya tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sistem fisis adalah sistem yang komponennya berupa benda nyata yang dapat dilihat atau dijamah oleh tangan manusia. Sedangkan sisitem abstrak adalah sistem yang komponennya tidak dapat dilihat atau dijamah oleh tangan manusia.


(50)

2.2.4 Informasi

2.2.4.1Data dan Informasi

Data dapat didefinisikan sebagai bahan keterangan tentang kejadian nyata atau fakta yang dirumuskan dalam sekelompok lambing tertentu yang tidak acak yang menunjukan jumlah tindakan, atau hal. Data dapat berupa catatan dalam kertas, buku, atau tersimpan sebagai file dalam basis data. Data akan menjadi bahan dalam suatu proses pengolahan data. Oleh karenanya, suatu data belum dapat berbicara banyak sebelum diolah lebih lanjut.

Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimannya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang. Untuk memperoleh informasi, diperlukan adanya data yang akan diolah dan unit pengolah.

2.2.4.2 Faktor Informasi

Faktor yang berpengaruh terhadap suatu informasi adalah meliputi fungsi, biaya, nilai, dan mutu informasi


(51)

49

2.2.4.3 Fungsi Informasi.

Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi antara lain (Edhy Sutanta, 2003:11):

1. Menambah pengetahuan. 2. Mengurangi ketidakpastian. 3. Mengurangi resiko kegagalan.

4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan. 5. Memberi standar, aturan, ukuran, dan keputusan

yang menetukan pencapaian sasaran dan tujuan. Informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan dan informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat sehingga informasi akan megurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah dan akhirnya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan


(52)

keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh.

2.2.4.4 Biaya informasi

Biaya informasi adalah meliputi komponen biaya yang harus dikeluarkan yang dapat berupa:

1. Biaya perangkat keras

2. Biaya analisa, perancangan dan pelaksanaan system 3. Biaya tempat dan lingkungan

4. Biaya perubahan 5. Biaya operasi

2.2.4.5 Nilai Infomasi

Menurut Gordon B Davis dalam Edhy Sutanta, (2003:13) nilai informasi dikatakan sempurna apabila perbedaan antara kebijakan optimal tanpa informasi yang sempurna dan kebijakan optimal menggunakan informasi yang sempurna dapat dinyatakan dengan jelas. Berdasarkan informasi itu, maka seseorang manajer/pimpinan dapat mengambil keputusan secara lebih baik.


(53)

51

2.2.4.6 Mutu Informasi

Hasil penyelidikan tentang sikap para manajer terhadap system informasi manajemen menunjukan bahwa 75% manajer menilai peningkatan mutu dan jumlah informasi adalah hamper sama dipandang dari sudut pengaruhnya terhadap prstasi kerja. Tetapi apabila diberi kesempatan memilih, maka lebih dari 90% manajer menyukai peningkatan mutu informasi dari pada jumlahnya.

Perbedaan mutu informasi disebabkan oleh penyimpangan atau kesalahan. Pada umumnya kesalahan informasi merupakan masalah yang lebih sulit diatasi karena tidak mudah menyusuaikannya di bandingkan jika hanya terjadi penyimpangan informasi. Menurut Gordon B. Davis dalam Edhy Sutanta, kesalahan informasi antara lain disebabkan oleh hal sebagai berikut:

1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat

2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar

3. Hilang/tidak terolahnya sebagai data 4. Pemeriksaan/pencatatan data yang salah 5. Dokumen induk yang salah

6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan 7. Kesalahan yang dilakukan secara sengaja


(54)

Penyebab kesalahan tersebut dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Control sistem untuk menemukan kesalahan 2. Pemeriksaan internal dan eksternal

3. Penambahan batas ketelitian data

4. Instruksi dari pemakai yang terprogram secara baik dan dapat menilai adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

(Gordon B. Davis dalam Edhy Sutanta, 2003:16) 2.2.5 Manajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga dapat dimaksudkan sabagai suatu sistem kekuasaan dalam suatu organisasi agar orang-orang menjalankan pekerjaan. Umumnya, sumber daya yang tersedia dalam manajemen meliputi manusia, material, dan odal. Konsep sumebr daya manajemen ini akan menjadi bertambah ketika pembahasan difokuskan pada system informasi manajemen.

Dalam upaya memanfaatkan sumber daya menajemen tersebut, para manajer akan melakukan tiga macam proses manajemen, yang meliputi:

1. Perencanaan

2. Pengendalian (meliputi, pengorganisasian, penggerakkan, dan koordinasi)

3. Pengambilan keputusan Edhy Sutanta, 2003:17-18)


(55)

53

Proses manajemen dapat dilakukan dalam tiga tingkatan kegiatan manajemen. Tingkatan kegiatan manajemen dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Perencanaan dan pengendaliaan operasional 2. Perencanaan taktis dan pengendalian manajemen 3. Perencanaan strategi

Edhy Sutanta, 2003:17-18)

Tingkat perencanaan operasional dan pengendalian manajemen merupakan kagiatan manajemen pada tingkat paling rendah.tingkat perencanaan taktis dan pengendaliaan manajemen merupakan kegiatan manajemen tingkat menengah. Sedangkan tingkat perencanaan strategis merupakan tingkat kegiatan manajemen paling atas.

2.3 Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-Data)

Manajemen Data Berfungsi sebagai media penghubung antara komponen-komponen sistem nformasi dengandatabasedan antara masing-masing komponen sistem informasi. Sistem Informasi Manajemen Data ini dibangun dengan berbasis web, sehingga dapat diakses dan diupdate langsung melalui media internet oleh masing-masing SKPD di lingkungan pemerintah kabupaten Bandung, mulai dari tingkat desa/kel sampai dengan SKPD lingkup Kabupaten (Dinas/Badan/Kantor/Rumah Sakit/Bagian) tentunya melalui otorirasi tertentu (usernamedan passworddiperoleh melalui


(56)

pendaftaran dan diberikan oleh admin di Bapapasi). SIM-Data berfungsi sebagai tempat penyimpanan data dan informasi oleh beberapa unit organisasi, dimanadatabasemempunyai kecenderungan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi, sehingga interaksi antar unit akan bertambah besar yang menyebabkan informasi yang dibutuhkan juga akan semakin bertambah.

Sistem Informasi Manajemen Data ini merupakan kumpulan data (data gathering) hasil penyelenggaraan pembangunan pemeririntahan di wilayah Kabupaten Bandung yang dihasilkan dari SKPD Kab/Kecamatan sampai dengan keluraha/desa. Saat ini sistem masih tahap pengembangan karena data-data yang belum ada sepenuhnya dimigrasi ke basis data-data sehingga penelusuran data-data terkait masih berupa data asli. Disamping itu pengaksesan terhadap data masih dilakukan melalaui prosedur pengunduhan.


(57)

55 BAB III

OBYEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 3.1.1 Sejarah Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April tahun 1641 M, sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut maka ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung. Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 -1704.

Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah Priangan di Cirebon. R. Ardisuta 1704–1747 terkenal dengan nama Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah. sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar Anggadiredja II (1707 - 1747).


(58)

Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 - 1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun 1786 dia memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh kolot) ke Pinggir sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang. Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut.

Setelah kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV (1846 - 1874) Ibukota Kabupaten Bandung Berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai Bupati yang progresif. dialah peletak dasar master plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. kemudian dia memprakarsai pembangunan sekolah Raja (pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). atas jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung disegala bidang beliau mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kolonial Belanda berupa Bintang jasa, sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan dalem bintang.

Dimasa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga jalan Kereta Api mulai masuk tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Dengan masuknya jalan Kereta Api ini Ibukota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan hanya pribumi, bangsa Eropa


(59)

57 .

.

dan Cina pun mulai menetap di Ibukota, dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin maju. Setelah wafat penggantinya diangkat RAA. Martanegara, Bupati ini pun terkenal sebagai perencana kota yang jempolan. Martanegara juga dianggap mampu menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam menata wilayah kumuh menjadi pemukiman yang nyaman. Pada masa pemerintahan RAA Martanegara (1893 - 1918) ini atau tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906, kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya).

Periode selanjutnya Bupati Kabupaten Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakusumah V (Dalem Haji) yang menjabat selama 2 periode, pertama tahun 1912 - 1931 sebagai Bupati yang ke 12 dan berikutnya tahun 1935 - 1945 sebagai Bupati yang ke 14. Pada periode tahun 1931 - 1935 R.T. Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke 13. Selanjutnya pejabat Bupati ke 15 adalah R.T.E. Suriaputra (1945 - 1947) dan penggantinya adalah R.T.M Wiranatakusumah VI alias aom Male (1948 - 1956), kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura sebagai Bupati ke 17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956 - 1957).

Sebagai Bupati berikutnya adalah Letkol R. Memet Ardiwilaga (1960 -1967). Kemudian pada masa transisi kehidupan politik Orde Lama ke Orde Baru adalah Kolonel Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yaitu daerah Baleendah.


(60)

Peletakan Batu Pertamanya pada tanggal 20 April 1974 yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke - 333. Rencana kepindahan Ibukota tersebut berlanjut hingga jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980 - 1985). Atas pertimbangan secara fisik geografis daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai Ibukota Kabupaten, maka ketika Jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi (1985 - 1990), Ibukota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Dipinggir Jalan Raya Soreang tepatnya di Desa Pamekaran inilah di Bangun Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 Ha, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan sehingga kompleks perkantoran ini disebut - sebut sebagai kompleks perkantoran termegah di Jawa Barat. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dan dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U.Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut dirampungkan dalam kurun waktu 1990-1992.

Tanggal 5 Desember 2000, Kolonel H. Obar Sobarna S.Ip. terpilih oleh DPRD Kabupaten Bandung menjadi Bupati Bandung dengan didampingi oleh Drs. H. Eliyadi Agraraharja sebagai Wakil Bupati. Sejak itu, Soreang betul-betul difungsikan menjadi pusat Pemerintahan.Tahun 2003 semua aparat Daerah, kecuali Dinas Pekerjaan umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan, Kantor BLKD, dan Kantor Diklat, sudah resmi berkantor di komplek perkantoran Kabupaten Bandung. Pada masa pemerintahan H. Obar Sobarna S.Ip. telah dibangun Stadion Olahraga si Jalak Harupat, yaitu stadion bertaraf internasional


(1)

1. Bagaimana kejelasan dan konsistensi tujuan untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana struktur penggunaan teori kausal sebagai Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana Ketepatan alokasi sumber dana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelakasana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana aturan pelaksanan dari lembaga pelaksana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

6. Bagaimana perekrutan pejabat pelaksana untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

7. Bagaimana Keterbukaan kepada pihak luar untuk Implementasi kebijakan SIM-Data dalam pelaopran (SKPD) kepada Bupati di Kabupaten Bandung?


(2)

141

1. Bagaimana kondisi sosio-ekonomi dan teknologi dalam implementasi kebijakan SIM-Data di Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana Perhatian media terhadap masalahdalam implementasi kebijakan SIM-Data di Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana Dukungan publik dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana Sikap dan Sumber daya konstituen dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana Dukungan pejabat yang lebih tinggi dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

6. Bagaimana Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

3 Tahapan dalam proses SIM-Data dalam pelaporan SKPD kepada Bupati di Kabupaten Bandung?

1. Bagaimana pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana kepatuhan objek dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana Hasil nyata dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?


(3)

4. Bagaimana penerimaan atas hasil nyata tersebut dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar dalam implementasi kebijakan melalaui SIM-Data di Kabupaten Bandung?


(4)

150

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Irfan Hari Prayoga

Tempat tanggal lahir : Bandung, 26 Mei 1988 Satus Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Mandala ix No.83 Jatihandap Cicaheum Bandung

Nama Ayah : Arif Budhiyo

Pekerjaan Ayah : PNS

Nama Ibu : Sri Mulyaningsih

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orangtua : Jl. Mandala ix No.83 Jatihandap Cicaheum Bandung

PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Islam Al-Hasanah Tangerang : 1993 s/d 1994 2. SD Islam Al-Hasanah Tangerang : 1994 s/d 2000 3. SMPN 49 Bandung : 2000 s/d 2003 4. SMU BPI 1 Bandung :2003 s/d 2006

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Kuliah Umum (Stadium Generale) Jurusan Ilmu Pemerintahan dengan tema “Peluang dan Tantangan: Pengembangan Community College ke Arah Profesionalisme Ilmu Pemerintahan” (Selasa, 5 Juli 2006)

2. Kuliah Umum (Stadium Generale) Jurusan Ilmu Pemerintahan dengan tema “Kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah Jawa Barat menghadapai PILKADA langsung 2008”(Jumat, 22 Februari 2008)

3. Semi Loka Half Day Public Speaking, Jurusan Ilmu Pemerintahan dengan tema “Linguistic Intellectual Front of Public”(Kamis, 8 Mei 2008)


(5)

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pengurus HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Tahun 2006 sebagai Sie Kesejahteraan Mahasiswa

2. Pengurus HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom Tahun 2007 sebagai Sie Komunikasi dan Informasi

3. Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) pada tahun 2007, 2008, dan 2009.

Bandung, Agustus 2010

Irfan Hari Prayoga NIM. 4.17.06.001


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (ahli madya, sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Komputer Indonesia maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa batuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan

IRFAN HARI PRAYOGA NIM. 4.17.06.001


Dokumen yang terkait

Proses Penyusunan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan (Pemkab Tapsel).

17 198 97

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi)

8 131 97

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

14 91 163

Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Data (SIM-DATA) Dalam Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kepada Bupati Di Kabupaten Bandung (Suatu Studi pada Badan Perpustakaan, Arsip, dan Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Ban

4 62 161

Sistem Informasi Pengelolaan Arsip Pada Badan Perpustakaan, Arsip Dan Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Bandung

5 17 125

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Data Dalam Penyusunan Laporan Mengenai Retribusi Daerah Di Dinas Perhubungan kota Bandung

1 32 86

Sistem Informasi Pengolahan Data Dan Pengembangan Data Melalui Web Kabupaten Bandung

0 2 81

Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

1 8 70

Sistem Penatausahaan dan Pelaporan Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Dinas Pertanian Kota Pekanbaru

0 2 12

Pengaruh Etika Kerja Terhadap Kinerja Manajerial Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Kampar

0 1 18