Latar Belakang Masalah SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA DARMA

PROPOSAL PENGARUH EPS, NPM, ROA, ROE, DAN EVA TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERI ODE 2009-2014

1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian adalah dasar dari setiap perkembangan yang ada di dunia. Teknologi akan berkembang apabila ekonomi meningkat, begitu juga dengan komunikasi, transportasi, dan hal-hal lainnya. Ekonomi yang mendasar inilah yang menjadi salah satu pemicu setiap belahan dunia meningkatkan perekonomiannya termasuk di Indonesia. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian, baik secara indivu ataupun koorporasi. Salah satu sarana meningkatkan perekonomian adalah melalui pasar modal. Secara umum, pasar modal merupakan sarana bagi orang yang kelebihan dana untuk melakukan investasi baik jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang. Pasar modal itu sendiri adalah instrumen keuangan yang relatif berjangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk modal ataupun hutang. Pasar modal juga merupakan sarana bagi perusahaan yang memerlukan tambahan modal untuk operasional perusahaannya. Perkembangan pasar modal saat ini telah sangat membantu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya ataupun investor dalam mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan. Pasar modal dikelompokkan dalam dua instrumen besar, yaitu instrumen kepemilikan equity seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi Sri Hermuningsih, 2012:2. Di Indonesia sendiri, menurut UU No. 8 Tahun 1955 Tentang Pasar Modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek surat berharga. Kemudian pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem danatau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek itu sendiri disebut dengan Bursa Efek. Bursa Efek resmi di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia BEI. Kegiatan di Bursa Efek Indonesia telah berkembang dengan pesat, meskipun pernah mengalami penurunan. Perkembangan pesat BEI dilihat dari banyaknya perusahaan besar di Indonesia yang telah menjadi anggota BEI untuk memperdagangkan sekuritas yang mereka miliki dan dari fluktuasi harga saham setiap harinya yang dilihat melalui IHSG Indeks Harga Saham Gabungan. Perusahaan yang terdaftar tersebut tentunya telah mencapai tingkat penjualan optimal dan merambah pasar Internasional yang telah memenuhi persyaratan perusahaan Go Public. Istilah Go Public Tbk. adalah perusahaan yang dapat memperdagangkan sekuritas kepada masyarakat umum Sri Hermuningsih, 2012:59. Meskipun terdapat banyak perusahaan yang telah Go Public, para investor tetap memilih pada perusahaan mana dananya akan diinvestasikan setelah sebelumnya para investor melihat harga-harga saham perusahaan di BEI. Harga saham setiap perusahaan tentunya berbeda karena secara tidak langsung, harga saham juga mecerminkan nilai perusahaan. Harga saham setiap peusahaan dipengaruhi oleh berbagai hal, baik dari faktor internal ataupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan seperti tingkat likuiditas perusahaan, tingkat profitabilitas, tingkat resiko, corporate action dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dan dari faktor eksternal seperti tingkat bunga, inflasi, kurs mata uang, serta keadaan ekonomi dan politik negara yang bersangkutan. Seiring dengan meningkatnya perdagangan efek-efek tersebut, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu cara memberikan informasi tersebut adalah melalui indeks harga saham. Saat ini, Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham. Salah satunya adalah Indeks LQ45. Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas LiQuid tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, pemilihan tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar Sri Hermuningsih, 2012:124. Selain pertimbangan melalui informasi indeks harga saham, investor juga akan menilai perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, perusahaan yang telah Go Public wajib memberikan laporan secara khusus mengenai perusahaannya, baik dari profil perusahaan, laporan keuangan, ataupun faktor pendukung lainnya. Secara garis besar investor akan menilai perusahaan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu pencatatan ringkas dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan Kamaludin, 2011:34. Dari laporan keuangan kita akan memperoleh berbagai informasi, baik penjualan, aset, modal, keuntungan, dan bahkan hutang-hutang perusahaan. Dari informasi yang didapat investor akan menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dengan dengan menggunakan rasio. Rasio dikelompokkan menjadi, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio pasar. Pada umumnya, tingkat keuntungan profit akan menjadi sasaran utama penilaian investor. Rasio yang digunakan untuk menunjukkan efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah rasio profitabilitas, dimana alat ukurnya antara lain, NPM, ROA, dan ROE. NPM Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan seluruh biaya dan pajak penghasilan. ROA Return On Asset adalah rasio yang mengukur efektivitas keseleruhan dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia. Dan ROE Return On Equity adalah ukuran perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan nilai buku para pemegang saham. James dan Jhon, 2012:180 Selain hal diatas, penilaian yang dapat digunakan dan dinilai lebih efektif saat ini adalah EPS dan EVA. EPS Earning Per Share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan Sri Hermuningsih, 2012:195. EPS dinilai lebih efektif karena memperhitungkan laba perlembar saham. Nilai EPS akan dibandingkan dengan nilai EPS pada tahun sebelumnya untuk melihat pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan secara langsung. Sedangkan EVA Economic Value Added adalah estimasi sesungguhnya tahun berjalan, bukan laba akuntansi. EVA memberikan tolak ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dalam suatu tahun atau periode tertentu. Jadi, EVA dapat memberikan gambaran sesungguhnya tentang pertambahan nilai saham suatu periode, karena dalam perhitungan EVA seluruh biaya termasuk biaya modal atas investasi yang dilakukan telah dikurangi. Penilaian rasio profitabilitas perusahaan atas investasi umumnya dilihat dari sudut pandang investor, tetapi dalam indeks harga saham pada bursa efek hanya terdapat pengelompokkan atas rasio likuiditas LQ45. Profitabilitas dan likuiditas merupakan hal yang berbanding terbalik. Dimana untuk mendapatkan profit yang tinggi, maka perusahaan harus menurunkan likuiditasnya Salemba Empat, Edisi 13 Buku 1 Dilihat dari penjelasan diatas, mengenai penilaian saham melalui indeks harga saham dan rasio profitabilitas perusahaan, pentingnya penilaian saham tersebut oleh investor ataupun perusahaan itu sendiri, serta hubungan antara profitabilitas dan likuiditas perusahaan, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh EPS, NPM, ROA, ROE, dan EVA terhadap harga saham perusahaan yang termasuk dalam indeks saham LQ45 selama lima periode. Penelitian ini ditetapkan dengan judul “PENGARUH EPS, NPM, ROA, ROE, DAN EVA TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2014

2. Perumusan Masalah