Teori Piotroski F-Score LANDASAN TEORI

oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”. 4. Quality of Earnings Quality of Earnings kualitas laba, dalam akuntansi mengacu pada kewajaran keseluruhan yan dilaporkan melalui laba. Kualitas laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka penilaian kualitas laba yang dapat dilakukan sesuai Hawkins 1998,178 adalah : a. Mengukur dan menggunakan skala baik tinggi dan buruk atau rendah, yang perlu diingat bahwa seberapa baik dan seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan, apalagi jika harus dikuantifikasi dalam angka-angka. b. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu lebih baik atau lebih buruk, dimana juga perlu diingat bahwa seberapa banyak menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan pasti. 5. Long-Term Debt vs. Assets Definisi Utang Jangka Panjang Untuk Total Aktiva Rasio adalah Sebuah pengukuran yang mewakili persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman dan kewajiban keuangan yang berlangsung lebih dari satu tahun. Rasio ini memberikan ukuran umum dari posisi keuangan perusahaan, termasuk kemampuannya untuk memenuhi persyaratan keuangan untuk pinjaman.Penurunan dari tahun ke tahun dalam metrik ini akan menyarankan perusahaan ini semakin menjadi kurang bergantung pada utang untuk mengembangkan bisnis mereka. Perhitungan utang jangka panjang dibagi total aktiva adalah : Utang jangka panjang untuk rasio total aset = utang jangka panjang total aset. 6. Current Ratio Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang. Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah akti aktiva lancar dan utang jangka pendek. 7. Shares Outstanding Shares Outstanding adalah sebuah saham perusahaan saat ini dipegang oleh semua pemegang saham, termasuk blok saham yang dimiliki oleh investor institusi dan saham terbatas yang dimiliki oleh petugas perusahaan dan orang dalam. Saham yang beredar ditampilkan pada neraca perusahaan di bawah judul Modal Saham. Jumlah saham yang beredar yang digunakan dalam menghitung metrik kunci seperti kapitalisasi perusahaan pasar, serta laba per saham EPS dan arus kas persahamCFPs. Sejumlah perusahaan saham yang beredar tidak statis, tetapi dapat berfluktuasi secara luas dari waktu ke waktu. Juga dikenal sebagai saham yang beredar. 8. Gross Margin Marjin laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan dan biaya sebelum memperhitungkan biaya-biaya tertentu lainnya. Umumnya, dihitung sebagai harga jual item, dikurangi harga pokok penjualan. Tujuan dari margin adalah untuk menentukan nilai dari penjualan tambahan, dan untuk membimbing harga dan promosi keputusan. Margin penjualan merupakan faktor kunci di balik banyak pertimbangan bisnis yang paling mendasar, termasuk anggaran dan prakiraan. Semua manajer harus, dan umumnya, tahu margin bisnis perkiraan mereka. Manajer sangat berbeda, namun, dalam asumsi yang mereka gunakan dalam menghitung margin dan dengan cara mereka menganalisa dan mengkomunikasikan angka-angka penting. 9. Asset Turnover Menurut Darsono dan Ashari 2005: 60 total assets turnover TATO merupakan “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”. Rumus untuk menghitung total assets turnover menurut Van Horne dan Wachowicz 2005: 221

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menunjukkan penggunaan analisis fundamental dengan metode Piotroski F-Score, pernah dilakukan oleh M. Rizkhi Perdana Kusuma, mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Dalam penelitiannya, M. Rizkhi Perdana Kusuma meneliti mengenai kelayakan investasi pada saham-saham properti di Bursa Ef ek Indonesia, dengan judul “Penerapan Analisis Fundamental Dengan Metode Piotroski F-Score Guna Peninjauan Kelayakan Investasi Pada Saham-Saham Properti di Bursa Efek Indonesia”. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah laporan keuangan tahun 2009 dan 2010 yang telah diaudit, yang diunduh dari situs www.idx.co.id dan www.ft.com . Variabel dan alat analisis yang digunakan adalah alat analisis dan variabel yang ada pada metode Piotroski F-Score. Berdasarkan hasil penelitiannya, M. Rizkhi Perdana Kusuma menemukan bahwa tidak semua saham properti tersebut layak untuk dijadikan objek investasi. Saham yang layak untuk dijadikan objek investasi adalah saham PT. Alam Sutera Realty Tbk. ASRI. Saham tersebut mendapat skor 8 dan merupakan skor tertinggi di antara empat saham yang lainnya. Jika ditinjau dari tingkat kelayakannya, semakin besar F- Score suatu saham maka akan semakin besar pula kelayakannya untuk dijadikan objek investasi. Dengan demikian dari perspektif F-Score, PT. Alam Sutera Realty Tbk. ASRI dikatakan memiliki kondisi keuangan yang kuat dan mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini terbukti sejalan dengan performance saham emiten ini yang terus meningkat nilainya, hingga pada saat ini saham PT. Alam Sutera Realty Tbk. ASRI menjadi salah satu saham unggulan di sektornya.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh perusahaan sektor indutri kontruksi dan bangunan yang telah go public dan juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, sedangkan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive judgement sampling. Metode ini adalah metode tipe pemilihan sampel secara tidak acak non probabilitas yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu Indriantoro dan Supomo, 2002. Sampel pada penelitian ini adalah Perusahaan sektor industri kontruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2011-2012. Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang menjadi sampel penelitian No Nama Perusahaan Kode 1. Adhi Karya Persero Tbk. ADHI 2. Duta Graha Indah Tbk. DGIK 3. Pembangunan Perumahan Persero Tbk. PTPP 4. Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA 5. Total Bangun Persada Tbk. TOTL 6. Wijaya Karya Persero Tbk. WIKA Sumber : www.bapepam.go.id data sekunder diolah

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yang dapat berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan Indriantoro dan Supomo, 2002.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau arsip yang menunjukkan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan yang tercantum pada Bapepam-LK www.bapepam.go.id serta telah dipublikasikan oleh perusahaan atau emiten yang menjadi objek penelitian. Data emiten diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ICMD periode 2011-2012. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode : 1. Penelitian Lapangan Field Research Merupakan pengumpulan data melalui instansi atau lembaga yang terkaitan dan website yang relavan dengan pokok bahasan. 2. Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan menelaah berbagai literatur seperti buku, makalah ilmiah, surat kabar, dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 3.4 Alat Analisis 3.4.1 Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini, analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung mean dari variabel yang akan digunakan dalam metode Piotroski F-Score. Piotroski memberikan sembilan kriteria scoring untuk suatu saham. Data inputnya dengan mudah dapat diperoleh dari laporan keuangan sehingga relatif mudah untuk dihitung. Saham yang lolos pada kriteria tertentu akan diberikan skor 1. Dengan demikian skor maksimum untuk Piotroski F-Score adalah 9. Saham-saham dengan skor 8-9 dapat dikatakan memiliki kondisi keuangan yang cukup kuat sedangkan saham dengan skor 1-3 cenderung memiliki kondisi keuangan yang lemah. Tabel 3.4 Variabel Piotroski F-Score Sumber : Data diolah Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel operasional seperti yang tertera pada gambar di atas, antara lain :