Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

JHONSON ADRIANUS SUTANTO 060501024

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Hari : Jumat

Tanggal : 26 Maret 2010

Nama : Jhonson Adrianus Sutanto

NIM : 060501024

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tanggal

Pembimbing Skripsi,

(Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si

NIP. 19730325 200801 2 007 )


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Jumat

Tanggal : 26 Maret 2010

Nama : Jhonson Adrianus Sutanto

NIM : 060501024

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ketua Departemen, Pembimbing Skripsi,

( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec ) (Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si NIP. 19730408 199802 1 001 NIP. 19730325 200801 2 007

)

Penguji I, Penguji II,

( H.B. Tarmizi, SE, SU ) ( Drs. Rujiman, MA NIP. 19530412 198103 1 006 NIP. 19510421 198203 1 002


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Jhonson Adrianus Sutanto

NIM : 060501024

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Moneter dan Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tanggal Ketua Departemen,

( Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001

)

Tanggal Dekan,

( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

ABSTRACT

Investment in capital market gives many benefits for investors, companies and the government. The price of stock is one of the factor that used to choose the stock which will be buy. Most of investor used a analysis technic for the investment. The purpose is to get stock with the proper price. The common technic for analysing is fundamental analysis and technical analysis.

The aim of this study is to examine the impact of Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and IHSG toward to telecommunication industry stock price at Indonesia Stock Exchange (BEI). This study is conducted on 3 telecommunication industry stock at Indonesia Stock Exchange (BEI) which included LQ45 during period 2006-2008. Analysis method which use is Fixed

Effect Model (FEM).

The result of the study shows that simutaneously, Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) variabel are significant in influencing the return of telecommunication stock at Indonesia Stock Exchange (BEI) . As partial, Earning per Share (EPS), Return on

Equity (ROE) are no significant impact to the return of telecommunication stock

at Indonesia Stock Exchange. But, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) are significant toward to the return of telecommunication stock at Indonesia Stock Exchange during 2003-2008.

Keywords : Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), IHSG, and telecommunication stock price.


(6)

ABSTRAK

Investasi di pasar modal memberikan banyak manfaat bagi investor, perusahaan dan pemerintah. Harga saham merupakan suatu faktor yang digunakan untuk memilih saham yang akan dibeli. Kebanyakan investor menggunakan suatu teknik analisis dalam berinvestasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan saham pada tingkat harga yang wajar. Teknik analisis yang umum digunakan adalah analisis fundamental dan analisis teknikal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh

Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap Harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian dilakukan terhadap 3 saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia yang masuk dalam Indeks LQ45 selama periode 2006-2008. Metode analisis yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, variabel Earning

per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) berpengaruh signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE) tidak signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2008.

Kata kunci : Faktor Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan harga saham industri.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah : “Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” yang disusun guna memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi S-1 Program Ekonomi Pembangunan dengan konsentrasi Moneter dan Perbankan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM, Ak selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE. M.Acc., Ak selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ami Dilham, SE, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang sekaligus juga merupakan Dosen pengasuh mata kuliah surat berharga.


(8)

6. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc. Sc. Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

8. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan masukan dan pengajaran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak H.B.Tarmizi, SE, SU dan Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembanding dan penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh dosen pengajar dan pegawai (khususnya Bang Sugi dan Kak Leni) Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

11. Secara khusus ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada orang tua, Papa dan Mama tercinta : Bapak Anton dan Ibu Santi Dewi yang telah merawat dan menjaga penulis sejak kecil dan tidak henti-hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Saudara-saudari penulis, yakni Christinawaty (Ce Tina), Hari Sutanto (Ko Hari) , dan khusus kepada Juliana (Ce Juli) yang telah memberi bantuan dan pengarahan kepada penulis sejak penulis kecil hingga saat ini

13. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Silvanus Ginting dan Ibu Dewi Lina, atas pengajaran dan masukan, serta motivasi


(9)

yang diberikan kepada penulis baik itu menyangkut perkuliahan maupun kehidupan berbisnis.

14. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kania Ginting yang telah mendukung, memotivasi dan membantu penulis dimana pun dan kapan pun serta memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini

15. Terima kasih buat teman-teman Departemen Ekonomi Pembangunan Stambuk 2006, khusunya Irman, Riski Ginting, Naskah, Aspri, Tunggun, dan teman-teman yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu bersama-sama dengan penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa mendatang.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 12 Maret 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pasar Modal ... 10

2.2 Saham ... 11

2.2.1 Pengertian saham ... 11

2.2.2 Jenis-jenis saham ... 12


(11)

2.3 Ruang Lingkup Pasar Modal ... 17

2.3.1 Pengertian Pasar Modal ... 17

2.3.2 Struktur dan Hukum Pasar Modal ... 17

2.3.3 Tahapan Penawaran Umum (go public) ... 18

2.3.4 Rencana dan persiapan go public ... 19

2.3.5 Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran ... 22

2.3.6 Tahap Penawaran Saham (Tahapan Emisi) ... 22

2.3.7 Kewajiban Emiten setelah Go Public ... 25

2.4 Konsep Tingkat Pengembalian Saham ... 27

2.5 Analisis Ekonomi dan Pasar Modal ... 29

2.6 Metode Penilaian Harga Saham ... 29

2.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ... 31

2.7.1 Indeks Harga Saham Gabungan... 37

2.7.2 Analisis Perusahaan ... 43

2.7.2.1. Return on Equity (ROE) ...44

2.7.2.2. Earning per share (EPS) ...44

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 49

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Pengolahan Data ... 50

3.5 Model Analisis ... 50

3.6 Metode Analisis Data ... 50


(12)

3.7 Pengujian Model ... 55

3.7.1 Uji Chow ... 55

3.7.2 Uji Hausman ... 56

3.8 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 57

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 57

3.8.2 Uji t-statistik ... 57

3.8.3 Uji F-statistik ... 59

3.9 Defenisi Operasional ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ... 61

4.1.1 Periode Pertama (1912-1942) Periode Zaman Belanda ... 61

4.1.2 Periode Kedua (1952-1960) Periode Orde Lama ... 62

4.1.3 Periode Ketiga (1977-1988) Periode Orde Baru ... 63

4.1.4 Periode Keempat (1988-1995) Periode Bangun ... 63

4.1.5 Periode Kelima (Mulai 1995) Periode Otomatisasi ... 65

4.1.6 Periode Keenam (Mulai Agustus 1997) Krisis Moneter ... 65

4.2 Saham Industri di Bursa Efek Indonesia ... 66

4.3 Perubahan Harga saham Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Indeks LQ45 ... 70

4.4 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan ... 70

4.5 Perkembangan Earning per Share (EPS) ... 72

4.6 Perkembangan Return on Equity (ROE) ... 73

4.7 Hasil Regresi Model ... 75


(13)

4.7.1.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 76

4.7.1.2 Uji t-statistik ... 76

4.7.1.3 Koefisien F-statistik ... 77

4.7.2 Metode Fixed Effect Model (FEM) ... 78

4.7.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 78

4.7.2.2 Uji t-statistik ... 78

4.7.2.3 Koefisien F-statistik ... 79

4.7.3 Metode Random Effect Model (REM) ... 80

4.8 Hasil Pengujian Model ... 80

4.8.1 Uji Chow ... 80

4.9 Pembahasan ... 82

4.9.1 Interpretasi Model ... 82

4.9.1.1 Variabel Independen ... 83

4.9.2 Efek Individual Saham Industri di BEI ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Tiga Saham Industri Telekomunikasi ... 67

4.2 Harga Saham BTEL, ISAT, dan TLKM Tahun 2006-2008 ... 68

4.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI ... 70

4.4 Earning Per Share (EPS) ... 72

4.5 Return on Equity (ROE) ... 74

4.6 Hasil Regresi PLS, FEM dan REM ... 75

4.7 Hasil Uji Chow ... 81


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 47

3.1 Kurva Uji t-statistik ... 59

3.2 Kurva Uji F-statistik ... 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Daftar Perusahaan Industri yang Masuk Perhitungan LQ45 tahun 2006-2008

2 Daftar Perusahaan Sampel

3 Harga Saham BTEL, ISAT, dan TLKM Tahun 2006-2008 4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI

5 Return on Equity (ROE)

6 Earning Per Share (EPS)

7 Hasil Regresi Dengan Metode Pooled Least Squared (PLS) 8 Hasil Regresi Dengan Metode Fixed Effect Model (FEM)


(17)

ABSTRACT

Investment in capital market gives many benefits for investors, companies and the government. The price of stock is one of the factor that used to choose the stock which will be buy. Most of investor used a analysis technic for the investment. The purpose is to get stock with the proper price. The common technic for analysing is fundamental analysis and technical analysis.

The aim of this study is to examine the impact of Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and IHSG toward to telecommunication industry stock price at Indonesia Stock Exchange (BEI). This study is conducted on 3 telecommunication industry stock at Indonesia Stock Exchange (BEI) which included LQ45 during period 2006-2008. Analysis method which use is Fixed

Effect Model (FEM).

The result of the study shows that simutaneously, Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), and Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) variabel are significant in influencing the return of telecommunication stock at Indonesia Stock Exchange (BEI) . As partial, Earning per Share (EPS), Return on

Equity (ROE) are no significant impact to the return of telecommunication stock

at Indonesia Stock Exchange. But, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) are significant toward to the return of telecommunication stock at Indonesia Stock Exchange during 2003-2008.

Keywords : Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), IHSG, and telecommunication stock price.


(18)

ABSTRAK

Investasi di pasar modal memberikan banyak manfaat bagi investor, perusahaan dan pemerintah. Harga saham merupakan suatu faktor yang digunakan untuk memilih saham yang akan dibeli. Kebanyakan investor menggunakan suatu teknik analisis dalam berinvestasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan saham pada tingkat harga yang wajar. Teknik analisis yang umum digunakan adalah analisis fundamental dan analisis teknikal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh

Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap Harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian dilakukan terhadap 3 saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia yang masuk dalam Indeks LQ45 selama periode 2006-2008. Metode analisis yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, variabel Earning

per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) berpengaruh signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE) tidak signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2008.

Kata kunci : Faktor Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan harga saham industri.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saham adalah suatu surat berharga yang menyatakan sebagian kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham selalu ada dalam struktur modal suatu Perseroan Terbatas (PT). Pemegang suatu perusahaan bertanggung jawab pada modal yang disetor. Investor yang berminat membeli saham tidak dapat langsung bertemu dengan pemilik saham yang berencana menjualnya. Transaksi jual-belinya dilakukan melalui perusahaan sekuritas yang menjadi anggota bursa. Dengan Globalisasi perdagangan yang terjadi saat ini perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk berinvestasi dan terus menerus melakukan ekspansi. Menerbitkan Saham adalah salah satu alternatif memperoleh dana untuk investasi selain pinjaman jangka panjang.

Perdagangan Saham untuk Perseroan Terbatas yang sudah “Go Public” dilakukan pada suatu pasar yang disebut pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal mempunyai peranan strategis dalam perekonomian Indonesia karena merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi bagi para emiten (perusahaan yang menerbitkan sekuritas), sedangkan bagi para investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Indonesia memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas yang kemudian bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007. Melalui penggabungan ini diharapkan lebih


(20)

memberikan peluang bagi perusahaan untuk berdagang di pasar modal, dimana biaya pencatatan menjadi lebih murah karena hanya mencatatkan saham secara

single listing dan sudah terakreditasi pada BEI. Bagi para investor, penggabungan

ini menjadikan semakin banyaknya pilihan nvestasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES dan BEJ. Keuntungan penggabungan ini adlah bursa menjadi lebih terintegrasi. Dengan datang ke BEI, semua jenis investasi sudah tersedia. Namun resikonya juga makin besar. Semakin besar suatu bursa, jumlah pemain nakal juga pasti akan semakin banyak. Oleh karena itu jika pengawasan tidak ketat, pemodal atau investor kecil terancam jadi korban mereka.

Di Indonesia bursa yang lebih memfasilitasi transaksi saham adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Segala transaksi yang terjadi di BEI diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). BAPEPAM memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi di BEI berjalan dengan fair dengan memastikan bahwa semua investor memperoleh laporan yang benar mengenai perusahaan yang tercatat di BEI. Dari sisi investor, informasi yang benar dan cukup dari Perseroan yang tercatat di BEI diharapkan dapat membantu investor menilai sendiri tingkat return dari tiap saham, sehingga investor merasa puas membeli saham pda tingkat harga yang wajar dan dapat membeli saham yang dapat memenuhi tingkat return yang diharapkan oleh pihak investor.

Emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan membuka penawaran harga yang tinggi, Karena perusahaan menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan

underwriter sebagai pihak yang membeli sekuritas dari emiten dan nantinya akan


(21)

agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Terutama untuk sekuritas milik perusahaan-perusahaan yang belum mapan atau masih baru di pasar modal yang resiko kerugiannya tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan semacam ini, underwriter umummnya menjualkan saham dengan basis best-effort.

Dengan basis ini underwriter hanya menerima komisi untuk menjualkan sekuritas kepada investor dengan usaha yang semaksimal mungkin (best effort) untuk mendapatkan harga penjualan sebaik mungkin. Dengan demikian resiko kerugian penjualan sekuritas akan ditanggung oleh perusahaan penerbit saham (emiten). Namun jika underwriter harus menanggung sendiri resiko kegagalan penjualan saham ke publik maka underwriter membentuk sindikat yang terdiri dari Lead manager (sebagai manajer sindikat), beberapa underwriter lain (sebagai anggota grup yang membeli sekuritas dan menjualnya ke publik) dan beberapa grup penjual (tidak membeli sekuritas tetapi ikut menjualkannya ke publik).

Cara yang dilakukan underwriter untuk mencegah tidak terjualnya saham-saham emiten adalah dengan melakukan perundingan dengan emiten agar saham-saham yang dijual tidak terlalu tinggi, karena investor menginginkan harga saham yang wajar dan berkualitas. Umumnya, sebelum membeli saham, para investor selalu mengajukan pertanyaan. Sebagian besar pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan bukan sebagai ajang bertukar pikiran untuk membuat kesimpulan, tetapi hanya menanyakan mengenai hasil. Dimana, setiap investor selalu ingin membeli saham pada tingkat harga yang wajar.


(22)

Dari sisi perusahaan jika biaya bunga pinjaman lebih tinggi dari biaya saham, maka perusahaan akan cenderung untuk menerbitkan saham baru. Tetapi Penerbitan saham di pihak lain harus melihat tingkat return yang diharapkan investor sebab jika return yang ditawarkan oleh saham dibawah return yang diharapkan maka saham tersebut tidak akan terlalu menarik bagi investor. Nilai suatu perusahaan akan tercermin pada harga saham di pasar modal, sehingga naik turunnya harga saham suatu perusahaan menunjukkan naik turunnya nilai perusahaan bagi para investor.

Pergerakan harga saham di pasar modal, dipengaruhi oleh informasi yang berasal dari dalam perusahaan ini sendiri, termasuk di dalamnya informasi mengenai dividen. Namun, terciptanya harga saham berasal dari permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar modal. Besarnya dividen sangat ditentukan oleh banyaknya jumlah kas yang tersedia dalam perusahaan. Perusahaan yang labanya tinggi, namun tidak memiliki kas yang mencukupi, tentu tidak akan sanggup membayarkan dividen pada para pemegang saham.

Pertemuan antara tingkat return investor terhadap tingkat return dari suatu saham menimbulkan penawaran dan permintaan di pasar yang dapat menimbulkan pergerakan harga pasar suatu saham. Pergerakan harga pasar saham dapat menimbulkan Capital Gain atau Capital Loss dari suatu saham. Capital

Gain diperoleh dari laba selisih dari harga beli dan harga jual saham. Sedangkan Capital Loss adalah kebalikannya. Return lain dari kepemilikan saham adalah

Dividen. Dividen adalah bagian pemilik saham yang berasal dari laba perusahaan, pembagiannya berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen tidak seperti Capital Gain yang dapat terjadi setiap saat, dividen hanya


(23)

dibagikan pada tanggal tertentu yang sudah ditetapkan dalam RUPS dengan nominal yang ditetapkan per tiap lembar saham.

Banyak cara untuk menganalisis harga saham, namun tetap bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Ada investor yang menitik-beratkan pada nilai perusahaan (value). Investor tipe ini disebut dengan value investor. Faktor kunci yang dipakai investor ini seperti nilai buku, beban hutang, return on equity (ROE), dan aliran kas. Ada pula yang menitikberatkan pada pertumbuhan perusahaan (growth) atau lebih berkonsentrasi pada pertumbuhan laba. Investor tipe ini dinamakan growth investor. ( Habib:111).

Prospektus (informasi mengenai perusahaan secara detail termasuk laporan keuangannya) diterbitkan emiten sebelum melakukan penawaran saham di pasar perdana. Prospektus ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan adanya informasi maka investor bisa mengetahui prospek perusahaan di masa mendatang, dan selanjutnya akan tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.

Saham tidak hanya merupakan bukti bagian kepemilikan, melainkan sudah merupakan suatu instrumen investasi dengan mengharapkan capital gain dari saham yang dibeli. Untuk itu, dibutuhkan berbagai analisis dalam menentukan harga saham. hal ini dimaksudkan agar para investor tidak terjebak dalam memasuki pasar saham, serta dapat masuk ke pasar saham pada waktu harga terendah.


(24)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menulis skripsi ini dengan judul “Analisis Determinan Harga Saham Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI?

2. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI?

3. Bagaimana pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI?


(25)

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Earning per Share (EPS) memiliki pengaruh positif terhadap harga

saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

2. Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham

telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI.


(26)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap harga saham telekomunikasi yang terdaftar di BEI. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Dividen (D) terhadap harga


(27)

1.5 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiwa departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi terutama untuk peneliti.

3. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada, khususnya mengenai harga saham pada industri telekomunikasi.

4. Sebagai tambahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil bahan yang sama di masa mendatang.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul, 2006:43). Secara fisik, tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bursa efek merupakan wujud dari pasar modal.

Dalam mekanisme perdagangan sekuritas, pasar modal terbagi atas empat yaitu: pasar pertama (perdana), pasar kedua (sekunder), pasar ketiga dan pasar keempat. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menawarkan sahamnya kepada masyarakat umum dan proses tersebut dikenal dengan istilah Initial Public

Offering (IPO) atau Penawaran Umum Perdana. Bagi setiap perusahaan yang

telah melakukan penawaran umum perdana (go public) berarti bahwa kepemilikannya telah bergeser dari pemilik lama (founders) kepada masyarakat. Selanjutnya sekuritas emiten tersebut bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder.

Pasar ketiga merupakan sarana transaksi jual-beli efek antara anggota bursa (market maker) serta investor dan harga dibentuk oleh para market maker ini, sehingga investor dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Sedangkan pasar keempat merupakan transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek, dimana mekanisme ini dapat terjadi.


(29)

ini aktif memperjual-belikan saham, obligasi, obligasi convertible, warrant dan sebagainya.

2.2 Saham

2.2.1 Pengertian Saham

Pengertian dasar saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan (Tambunan,2008). Dimana, dengan membeli saham perusahaan, berarti Anda menginvestasikan modal / dana yang nantinya akan digunakan oleh pihak manajemen untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Bilamana perusahaan memperoleh laba bersih di akhir tahun, Anda akan mendapat pembagian keuntungan berupa dividen, yang ditentukan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Adapun wujud dari saham tersebut adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Bilamana suatu saat harga saham perusahaan meningkat dan pemilik saaham tersebut memutuskan untuk melepas kepemilikan atas saham tersebut (menjual saham tersebut), maka pemilik saham akan mendapatkan keuntungan yang disebut dengan capital gain.

Beberapa karakteristik Yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan (Tandelilin, 2001:18), antara lain :

1. Limited Risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai

jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan.

2. Ultimate Control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan


(30)

3. Residual Claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang

mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan- sisa asset dalam proses likuiditas perusahaan.

2.2.2 Jenis- jenis saham

Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu antara lain:

1. Saham Atas Unjuk (bearer stock)

Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pemilik saham ini harus berhati-hati dalam membawa dan menyimpannya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat atau saham pengganti.

2. Saham Atas Nama (registered stock)

Saham Atas Nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. Apabila sertifikat saham ini hilang, maka pemilik dapat meminta penggantian karena namanya sudah ada di dalam buku perusahaan.

Ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu sebagai berikut :


(31)

1. Saham Biasa (common stock)

Saham Biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.

Perusahaan yang sudah go public menawarkan sahamnya kepada publik untuk meraih dana dari masyarakat penanam modal (investor). Alasannya dapat bermacam-macam, misalnya untuk ekspansi usaha, mengakuisisi perusahaan lain, membayar utang, dan sebagainya. Pada dasarnya, mereka menawarkan kesempatan kepada publik untuk memiliki sebagian perusahaan secara proporsional.

Ketika membeli saham sebuah perusahaan, berarti pemilik saham tersebut memiliki sebagian dari perusahaan melalui penyertaan modal (equity investment). Dimana, setiap lembar saham mewakili persentase kepemilikan terhadap sebuah perusahaan, bergantung pada jumlah saham yang diterbitkan (outstanding).

Saham biasa terdiri dari lima jenis saham, yaitu :

a. Blue Chip Stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang

mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenisnya dan memiliki pendapatan yang stabil, serta konsisten dalam membayar dividen.

b. Income stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar

dividen lebih tinggi dari rata-rata dibayarkan pada tahun sebelumnya.


(32)

c. Growth Stock (well-known), yakni saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Speculative stock, yakni saham dari emiten yang tidak bisa secara

konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh

kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham Preferen adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dengan saham biasa karena dapat menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil yang dikehendaki oleh investor (Situmorang, 2008:50).

Meskipun demikian, saham preferen juga memiliki aspek negatif. Pada saat pemegang saham biasa bergembira menikmati kenaikan dividen akibat meningkatnya laba bersih perusahaan, pemegang saham preferen cukup puas dengan menonton saja. Hal ini dikarenakan nilai persentase tingkat bunga atau dividen saham perusahaan preferen sudah ditentukan dari nilai nominal (par value) saham setiap tahun, dan sifatnya tetap.

Saham preferen terbagi atas dua jenis, yakni:

a. Cummulative Preferred Stock, yakni saham preferen yang pembayaran

dividennya dapat diakumulasikan pada periode berikutnya apabila perusahaan tidak dapat membayar pada periode saat ini.


(33)

b. Convertible Preferred Stock, yakni saham preferen yang selain

menjanjikan dividen yang pasti, perusahaan juga memberikan kesempatan untuk menukar saham preferen menjadi saham biasa secara proporsional, dengan rasio tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Dalam mencari capital gain perlu diperhatikan penilaian terhadap saham tersebut, kondisi-kondisi umum yang terjadi di pasar adalah sebagai berikut :

1. The Buy Rule : Jika harga wajar diatas harga pasar maka kondisi ini disebut undervalued, pada kondisi ini sebaiknya kita membeli saham tersebut

karena harga saham cenderung akan bergerak naik menuju ke harga wajarnya.

2. The Sale Rule : Jika harga wajar dibawah harga pasar maka kondisi yang

terjadi adalah overvalued, pada kondisi ini sebaiknya investor tidak membeli atau melepas saham tersebut karena harga saham akan turun mendekati harga wajar.

3. The Don’t Trade Rule : Jika nilai wajar sama dengan nilai pasar maka

kondisi ini disebut sebagai kondisi seimbang, pada kondisi ini investor melihat kondisi atau faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi harga saham.

Ada empat nilai yang terkandung dalam suatu saham : 1. Par Value : Nilai nominal yang tertera pada saham.

2. Book Value : Nilai buku saham dihitung dengan mengurangi modal sendiri

dengan saham preferen lalu dibagi dengan jumlah saham yang beredar. 3. Market Value : Harga pasar saham dimana saham tersebut diperjualbelikan.


(34)

4. Liquidating Value : Nilai saat saham tersebut diuangkan.

2.2.3 Jenis Penjatahan Saham

Pelaksanaan penjatahan saham dalam proses pasar perdana atau allotmen dikenal beberapa sistem sebagai berikut:

a. Fixed allotment yaitu cara penjatahan dimana anggota penjamin emisi maupun agen penjual telah memiliki pembeli sehinggga jatah saham yang diberikan

oleh penjamin pelaksana tidak dijual kepada klien lainnya. b. Separate account yaitu sistem yang hampir sama dengan sistem fixed

allotmen. Namun pada sistem ini disamping ada jatah untuk klien dekat, juga

menyediakan saham yang akan dijual kepada investor di luar klien dekat. Kelemahan kedua sistem ini tidak mencerminkan pemerataan karena investor di luar klien harus berebutan sisa saham yang tidak diberi klien dekat penjamin emisi dan agen penjual.

c. Pooling. Dalam sistem ini seluruh pemesanan saham di-pool pada penjamin emisi pelaksana. Jika terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed akan dilakukan penjatahan secara proporsional. Seluruh pemesan diberi jatah satu-satuan perdagangan. Apabila jumlah saham yang tersedia tidak mencukupi, maka penjatahan dilakukan dengan cara diundi. Jika dalam penjatahan satu-satuan perdagangan terdapat sisa, maka pembagian lebih lanjut dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah pesanan dari pemesan.


(35)

2.3 Ruang Lingkup Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya ( Siamat, 2001). Fungsi Bursa Efek adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas.

2.3.2 Struktur dan Hukum Pasar Modal

Struktur pasar modal di Indonesia tertinggi berada pada Menteri Keuangan yang menunjuk Bapepam sebagai lembaga pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan pasar modal. Sementara itu, bursa efek bertindak sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek di antara mereka. Marak dan rumitnya kegiatan pasar modal, menuntut adanya perangkat hukum sehingga pasar lebih teratur, adil, dan sebagainya. Jadi hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Di Indonesia, terdapat UU Pasar Modal, yaitu UU No. 8/ 1995 yang mengatur tentang pasar modal. Menurut UU ini, Bapapem


(36)

diberi kewenangan sebagai pengawas dan memiliki otoritas penyelidikan serta penyidikan.

2.3.3 Tahapan Penawaran Umum (Go public)

Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana adalah kegiatan penjualan sekuritas kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga di pasar perdana (Rusdin, 2006). Go public merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk memperoleh dana. Semakin tinggi harga saham maka jumlah dana yang diterima semakin besar dan sebaliknya sehingga perusahaan tidak ingin menawarkan saham perdananya dengan harga yang terlalu banyak mengalami underpricing kepada calon investor sedangkan investor menginginkan untuk membeli saham yang mengalami underpricing dalam jumlah yang besar karena memberikan keuntungan ketika terjadi selisih positif antara harga saham dipasar sekunder yang lebih tinggi dengan harga saham di pasar perdana yang lebih rendah.

Penawaran perdana ini dilakukan setelah mendapat ijin dari BAPEPAM dan sebelum sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). Perusahaan perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BEI dengan mengajukan permohonan pencatatan ke BEI dengan melampirkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Sepanjang dokumen-dokumen-dokumen-dokumen dan informasi yang disampaikan telah mencukup i dan lengkap, BEI hanya memerlukan waktu 10 hari bursa untuk memberikan persetujuan pencatatan. Jika memenuhi syarat, BEI akan memberikan surat persetujuan prinsip pencatatan yang dikenal dengan istilah Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek. Setelah mendapat perjanjian Pendahulu


(37)

dari BEI, calon perusahan terbuka tersebut / Perusahaan yang akan go public menghubungi BAPEPAM dengan menyertakan pernyataan pendaftaran. Selanjutnya BAPEPAM akan melakukan review terhadap persyaratan disclosure. Apabila disetujui maka pendaftaran tersebut menjadi efektif dan sekuritas yang ditawarkan efektif berada di pasar perdana. Perusahaan kemudian melakukan pendaftaran untuk listing di BEI. BEI melakukan review untuk persyaratan listing. Apabila disetujui perusahaan membayar fee ke BEI dan sekuritas tersebut terdaftar di pasar perdana.

2.3.4 Rencana dan Persiapan Go public

Untuk Go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan Go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK. Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:

a. Penjamin Emisi (underwriter), yang tugasnya adalah sebagai berikut:  Memberikan nasehat mengenai jenis efek yang sebaiknya dikeluarkan,


(38)

 Membantu menyelesaikan tugas administrasi dalam pengajuan pernyataan pendaftaran emisi efek yakni pengisian dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek, penyusunan prospektus, merancang

specimen efek dan mendampingi emiten selama proses evaluasi.

 mengorganisasikan penyelenggaraan emisi yakni pendistribusian efek dan menyiapkan sarana-sarana penunjang.

b. Akuntan Publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten, memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia dan ketentuan BAPEPAM.

c. Konsultan Hukum bertugas untuk meneliti aspek-aspek hukum emiten dan memberikan pendapat segi hukum tentang keadaan dan keabsahan usaha emiten.

d. Notaris untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), membuat konsep akta perubahan anggaran dasar dan menyiapkan naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.

e. Agen penjual yang umumnya adalah perusahaan efek yang bertugas melayani investor yang akan memesan saham, melaksanakan pengembalian uang kepada investor dan menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan (investor).

f. Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan melakukan penilaian kembali aktivanya yang dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya nilai wajar aktiva perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui pasar modal.


(39)

g. Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa dalam melaksanakan transaksi jual beli di bursa yang terdiri dari:

• Pedagang efek sebagai pihak yang melakukan jual beli efek untuk diri sendiri dan menciptakan pasar bagi efek tertentu dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara likuiditas efek. • Perantara pedagang efek (broker) sebagai pihak yang bertugas

menerima order jual dan order beli investor untuk kemudian ditawarkan di bursa efek. Atas jasa keperantaraan tersebut, broker mengenakan fee kepada investor.

• Perusahaan efek adalah pihak yang melaksanakan kegiatan baik sebagai penjamin emisi efek (underwriter), perantar perdagangan efek, manajer investasi, maupun penasehat investasi.

• Biro administrasi efek yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten, secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten.

2.3.5 Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung, calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif. Hal ini juga tidak


(40)

terlepas dari seleksi yang ketat sehingga emiten tersebut benar-benar dapat dipasarkan.

2.3.6 Tahap Penawaran Saham (tahapan emisi)

Tahapan ini merupakan tahapan utama yakni dilakukannya penawaran umum di pasar perdana, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor melalui agen penjual yang ditunjuk, penjatahan untuk

underwriter dan emiten hingga penyerahan efek kepada investor. Setelah

perusahaan memperoleh izin dari BAPEPAM dan sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan akan menerbitkan prospektus (informasi mengenai perusahaan secara detail) ringkas yang diumumkan di media massa . Dalam prospektus tersebut dicantumkan:

1. Berapa banyak jumlah lembar saham yang ditawarkan, dan pada harga berapa penawaran perdana tersebut.

2. Jadwal kegiatan IPO tersebut. 3. Tujuan IPO.

4. Penggunaan dana hasil IPO 5. Pernyataan hutang dan kewajiban.

6. Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen. 7. Risiko usaha.

8. Kejadian penting setelah tanggal laporan keuangan. 9. Keterangan tentang Perseroan.

10. Kegiatan dan prospek usaha. 11. Ikhtisar data keuangan.


(41)

12. Modal sendiri. 13. Kebijakan deviden. 14. Perpajakan.

15. Penjaminan emisi Efek (disini diungkapakan proyeksi laba bersih untuk tahun yang akan datang dan penentuan harga saham).

16. Profesi penunjang pasar modal.

17. Persyaratan pemesanan pembelian saham. 18. Penyebarluasan prospketus.

Pada prospektus disertakan pula formulir untuk memesan saham (atau sekuritas lain). Pada waktu investor memesan saham, investor harus sudah menyetorkan dana sejumlah nilai pesanannya. Jika jumlah yang memesan lebih banyak dari yang ditawarkan, dikatakan terjadi oversubscribed. Apabila yang terjadi sebaliknya disebut undersubscribed. Saat terjadi oversubscribed, maka tidak semua pesanan dapat dipenuhi. Sehingga pesanan tersebut akan dikembalikan underwriter kepada para pemesan. Biasanya waktu yang diperlukan berkisar 10-14 hari untuk pengembalian tersebut. Prospektus juga mencantumkan harga saham yang akan dijual (offering price) yang telah ditentukan dahulu oleh emiten dan underwriter.

Dalam menentukan offering price, underwriter dan emiten banyak menghadapi kesulitan untuk menentukan harga wajar. underwriter cenderung untuk menentukan offering price lebih rendah dari harga yang diinginkan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk menekan resiko tanggung jawabnya jika saham yang ditawarkan tidak habis. Prospektus ini berfungsi untuk memberikan


(42)

informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan adanya informasi maka investor bisa mengetahui prospek perusahaan dimasa mendatang, dan selanjutnya akan tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk.

Penjatahan efek untuk mengalokasikan efek pesanan investor dilakukan sesuai jumlah efek selama masa penawaran umum.Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja dan dan selesai selambat-lambatnya 60 hari setelah efektifnya pernyataan peredaran. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di bursa Efek.

2.3.7 Kewajiban Emiten Setelah Go Public

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya emiten mencatatkan saham tersebut di Bursa Efek Indonesia sampai perdagangan di pasar sekunder dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari setelah dimulainya masa penawaran umum atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum. Pasar sekunder atau BEI juga disebut sebagai pasar regular merupakan pasar tempat dicatatkan dan diperdagangkan saham-saham setelah go public. Pasar sekunder ini biasanya terbentuk beberapa hari setelah emiten yang melakukan panawaran umum mencatatkan sahamnya di BEI.


(43)

Persyaratan utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah mendapat pernyataan efektif dari Bapepam atas pernyataan pendaftaran emisi emiten. Saham yang dicatatkan di BEI dibagi atas dua papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana penempatan dari emiten dan calon emiten yang disetujui pencatatannya didasarkan pada pemenuhan persyaratan pencatatan awal pada masing-masing papan pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk calon emiten atau emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan mempunyai track record yang baik. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum menghasilkan keuntungan, dan merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan sehingga diharapkan pemulihan ekonomi nasional dapat terlaksana lebih cepat. Adapun Persyaratan Umum pencatatan di BEI bagi emiten adalah sebagai berikut:

a. Pernyataan Pendaftaran Emisi telah dinyatakan Efektif oleh BAPEPAM-LK.

b. Calon emiten tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan.

c. Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh Undang- Undang yang berlaku di Indonesia.

d. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan.


(44)

Menurut Sitompul (2000), beberapa keuntungan dalam go public antara lain:

a. Dengan penjualan saham Perusahaan akan mendapatkan uang tunai yang dapat digunakan sebagai modal jangka panjang.

b. Dengan dana yang diperoleh, perusahaan dapat mengembangkan usahanya dan untuk membayar hutang dan tujuan-tujuan lainnya.

c. Dengan go public akan meningkatkan nilai pasar dari perusahaan, karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup.

d. Citra dan perkembangan perusahaan akan meningkat dengan melakukan

go public.

e. Setelah perusahaan memasuki pasar modal dan menunjukan kinerja yang baik, maka akan mudah mendapatkan tambahan modal dari investor-investor individual maupun investor-investor institusional lainnya.

Disamping keuntungan, juga terdapat kekurangan yang harus dihadapi perusahaan yang go public antara lain:

a. Proses go public membutuhkan tenaga, pengorbanan waktu dan biaya. b. Masuknya peserta baru yang akan ikut mengambil bagian dalam kebijakan

perusahaan, ikut memiliki klaim atas hasil usaha dan harta perusahaan. c. Kewajiban untuk memenuhi keterbukaan informasi yang terus menerus,


(45)

d. Transformasi sikap dan tindak tanduk manajemen maupun pemegang saham pendiri, terutama menyangkut pembinaan hubungan baik jangka panjang dengan pemegang saham publik yang minoritas.

2.4 Konsep Tingkat Pengembalian Saham

Pada dasarnya tujuan dari investasi adalah memperoleh pendapatan atas- dana yang ditanamkannya. Pendapatan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham atau dalam portofolio sering disebut dengan return. Return saham merupakan pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi :

a. Dividen

Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai yaitu dalam jumlah atau nominal tertentu per sahamnya, atau dapat pula berupa dividen saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah.

Umumya deviden merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti misalnya investor institusi atau dana pensiun dan lain-lain.

b. Capital Gain

Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya atau keuntungan yang diperoleh akibat fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut


(46)

menjual sahamnya. Berbeda dengan dividen, capital gain merupakan daya tarik bagi pemegang saham yang berorientasi pada investasi jangka pendek. Jika mengalami kerugian disebut capital loss.

c. Manfaat non finansial

Manfaat ini antara lain berupa konsekwensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

2.5 Analisis Ekonomi dan Pasar Modal

Besarnya dividen dan earning yang diharapkan dari suatu perusahaan akan tergantung dari prospek keuntungan yang dimiliki perusahaan. Karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, maka analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhitungkan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Tandelilin, 2001:209).

Pergerakan harga saham dapat dianalisa berdasarkan pergerakan dalam grupnya. Dari keterangan tersebut, terdapat korelasi hubungan pergerakan saham di antara suatu grup perusahaan. Selain itu, kejadian negatif di suatu negara sangat cepat pengaruhnya terhadap pasar modal dibandingkan peristiwa positif yang terjadi. Kadang-kadang pengaruh negatif yang cukup besar dapat mengakibatkan

bearish yang berkepanjangan terhadap pergerakan IHSG.


(47)

Pada metode penilaian saham terdapat dua pandangan yang berbeda yaitu dengan analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental merupakan analisa yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai dari faktor- faktor fundamental dan menerapkan hubungan faktor- faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental akan meminimalkan resiko kemungkinan membeli saham yang berpotensi di-delisting dari papan bursa. (Tryfino:8)

Dalam melakukan analisis terhadap faktor- faktor fundamental ini diperlukan beberapa tahapan analisis, dimana dalam tiap tahapan analisis ini nantinya akan dilakukan perhitungan terhadap faktor fundamental yang berbeda-beda. Biasanya, analisis ini dilakukan secara “top-down” untuk menilai prospek saham perusahaan yang diteliti. Tahapan ini terdiri dari 3 (tiga) proses yaitu: 1) Analisis Ekonomi dan Pasar modal, 2) Analisis Industri, 3) Analisis Perusahaan.

Analisa teknikal adalah : Ilmu pengetahuan tentang pencatatan, umumnya dalam bentuk grafik, sejarah aktual tentang perdagangan (perubahan dalam harga dan volume transaksi) dalam kepastian atau rata-rata dan kemudian menggunakannya untuk meramalkan trend di masa depan. Kedua metode penilaian saat ini masih digunakan oleh para pelaku pasar untuk melakukan peramalan harga saham. Pada penelitian ini penulis akan lebih banyak menjelaskan metode penilaian dengan analisa fundamental dengan model-model penilaian saham yang ada.

Pada umumnya, pandekatan analisis fundamental menilai suatu saham berdasarkan laba dalam bentuk dividen dan prospek usaha perusahaan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan laba pada setiap periode akuntansi (Sjahrir, 1995:16).


(48)

Fundamental analysis involves working to analyze a firm’s financial statements, its competitors, the condition of the economy, governmental actions that may affect the firm, and other fundamental facts that may affect the future value of the firm’s common stock. Fundamental analysts largely ignore the unpredictable short-run swings that constantly alter the stock market’s current price. Fundamental analysts work to find new information before other investors so they can get into a position to profit from price changes they anticipate

(Francis, 1988:603).

Untuk memprediksi harga saham, investor harus mengerti dimana saham diperdagangkan, sifat saham, potensi hasil, resiko, dan kondisi pasar. Paling tidak investor mengenali analisis harga saham, yakni analisis untuk memprediksi nilai intrinsik suatu perusahaan. Nilai intrinsik merupakan present value dari arus kas yang diharapkan. ( Habib:109).

2.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Karena saham yang menjadi objek penelitian bergantung kepada penawaran dan permintaan pasar, maka tentunya ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi harga saham tersebut.

Menurut Habib (2008, hal 127) : Nilai saham dipengaruhi oleh :

1. Besarnya Earning per Share dari perusahaan, semakin besar EPS maka semakin tinggi nilai pasar saham.

2. Persentase laba ditahan, semakin tinggi retention rate maka nilai pasar saham akan menurun.


(49)

3. Tingkat selisih antara laba yang digunakan untuk investasi baru dengan tingkat return yang diharapkan investor, hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara kekayaan versi manajemen dan kekayaan versi pemegang saham. Bagi pemegang saham kekayaan timbul karena ROE lebih besar dari tingkat return yang diinginkan investor. Menurut Tambunan (2008:223): Pendekatan penilaian saham biasa dibedakan atas dua tehnik yaitu Discounted Cash Flow Techniques dan Relative

Valuation Techniques:

Discounted Cash Flow Techniques

Penilaian saham diestimasi berdasarkan present value dari arus kas termasuk dividen, arus kas dari operasional arus kas yang bukan dari kegiatan operasi. Model-model Discounted Cash Flow Techniques adalah sebagai berikut :

Present Value of Dividen (Dividend Discount Model)

Pada metode ini arus kas kepada investor adalah dividen, dimana saham merupakan investasi jangka panjang.

Formula penilaiannya adalah sebagai berikut :

n n j k D k D k D k D V ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 3 3 2 2 1 + + + + + + + + = t t N t k D Vj ) 1 ( 1 + =

=

Karena tingkat pertumbuhan sangat sulit dipertahankan oleh perusahaan maka diasumsikan tingkat pertumbuhan perusahaan konstan maka formula dapat disederhanakan menjadi :


(50)

g K D Vj − = 1 ) 1 ( 0

1 D g

D = +

Dimana : Vj = Nilai saham biasa Dt = Dividen periode t

k = Required rate of return dari saham

Kelemahan dari metode ini dalam penilaian saham perusahaan adalah karena perusahaan umumnya tidak membagikan dividen di saat tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi atau dividen perusahaan hanya sebagian kecil dari bagian laba perusahaan.

Present Value of Operating Free Cash Flow

Pada model penilaian dilakukan terhadap nilai total dari perusahaan dengan menilai operating free cash flow dari perusahaan dengan menggunakan weighted average cost of capital sebagai discount rate.

Formula untuk model ini adalah :

t t n t WACC OFCF Vj ) 1 ( 1 + =

=

Dimana : Vj = Nilai dari perusahaan n = Jumlah periode

OFCFt = Operating Free cash flow dari perusahaan WACC = Weighted average cost capital


(51)

Dengan tingkat pertumbuhan konstan formula dapat disederhanakan menjadi : gOFCF WACC OFCF Vj t − = 1 ) 1 ( 0

1 OFCF gOFCF

OFCF = +

Dimana : gOFCF = Pertumbuhan kostan jangka panjang dari operating cash flow WACC = biaya rata-rata modal tertimbang menghitung biaya modal

sesuai dengan bobotnya dalam komponen modal. Formula WACC adalah

) (

) (

)

(WdxKd WpxKp WcxKc

WACC = + +

Dimana: Wd = proporsi hutang jangka panjang dalam stuktur modal Wp = proporsi saham preferen dalam struktur modal Wc = proporsi saham biasa dalam struktur modal Kd = biaya hutang setelah pajak

Kp = biaya saham preferen Kc = biaya saham biasa

Present Value of Free Cash Flow to Equity

Metode ini adalah pengembangan metode kedua, dimana cash flow yang dijadikan dasar perhitungan nilai saham adalah operating cashflow setelah disesuaikan dengan pembayaran hutang baik bunga maupun pokoknya, dengan cost of equity sebagai discount rate.


(52)

Formula untuk metode ini adalah : t j t n t j k FCFE V ) 1 ( 1 + =

=

Dimana : Kj = Biaya modal

FCFEt = Arus kas ekuitas dalam masa t • Relative Valuation Techniques

Penilaian saham diestimasi berdasarkan variable-variable yang dianggap mempengaruhi nilai saham tersebut seperti laba, arus kas, nilai buku saham atau penjualan. Model-model Relative Valuation Techiques adalah sebagai berikut :

Earnings Multiplier Model membandingkan antara tingkat harga

dengan earning dari saham tersebut. Investor lebih banyak melakukan penilaian saham dengan menggunakan metode ini karena model ini menilai nilai sekarang dari pendapatan yang akan datang. Rasio ini sering juga disebut Price Earning Ratio (PER), menurut Habib (2008, hal 122) : Rumus PER adalah :

ngs MonthEarni Expected ice ket CurrentMar PER − = 12 Pr

PER dipengaruhi oleh :

1. Expected dividend payout ratio (rasio dividen terhadap laba), semakin- tinggi dividend payout ratio semakin tinggi PER.


(53)

2. Estimated required rate of return dari saham, semakin tinggi RRR semakin rendah PER.

3. Expected growth rate dari dividen saham, semakin tinggi growth semakin tinggi PER.

Menurut Tambunan (2008) : Rumus PER adalah :

EPS ice Market

PER= Pr

Market to Book Ratio (MBR), digunakan untuk menilai seberapa

jauh perusahaan dihargai oleh pasar atau masyarakat investor. Market

to Book Ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga pasar

rata-rata dengan nilai buku. Formula model ini adalah :

aham NilaiBukuS

rata mRata aPasarSaha H

MBR= arg −

mBeredar JumlahSaha

tas JumlahEkui aham

NilaiBukuS =

Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan beberapa variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu:

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2. Earning Per Share (EPS)


(54)

2.7.1 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga saham merupakan cermin dari fluktuasi harga saham. Oleh karena itu, jika harga saham di pasar berubah maka indeks harga saham juga berubah. Selain itu, perubahan indeks ini dapat juga disebabkan oleh perubahan total nilai dasar saham seperti: penambahan modal saham perusahaan melalui

right issue, waran dan convertible bonds. Kegunaan dari indeks ini adalah untuk

tujuan analisis dan menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah.

Jenis indeks ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu : Indeks Harga Saham Individu, Indeks Harga Saham Parsial, Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Individu merupakan indeks dari masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Indeks ini tidak mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Setiap pihak dapat menciptakan indeks harga saham yang terdiri dari beberapa jenis saham untuk kepentingan sendiri indeks ini merupakan Indeks Harga Saham Parsial. Apabila indeks harga saham parsial tersebut ternyata baik digunakan sebagai pedoman oleh investor, maka indeks tersebut akan laris diperdagangkan (Samsul, 2006:184).

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks ini melibatkan seluruh harga saham yang terdaftar di lantai bursa dan paling banyak digunakan sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.


(55)

Naiknya IHSG tidak berarti seluruh jenis saham mengalami kenaikan harga, tetapi hanya sebagian yang mengalami kenaikan sementara sebagian lagi mengalami penurunan. Demikian juga, turunnya IHSG dapat diartikan bahwa sebagian saham mengalami penurunan dan sebagian lagi mengalami kenaikan. Jika suatu jenis saham naik harganya dan IHSG juga naik, maka berarti saham tersebut mempunyai korelasi positif dengan IHSG. Jika suatu saham naik harganya tetapi IHSG turun, maka berarti saham tersebut berkorelasi negatif dengan IHSG (Samsul, 2006:186).

Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham mengalami kenaikan. Sebaliknya jika IHSG mengalami penurunan maka kecenderungan harga saham juga akan mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar (Jogiyanto, 2000:203).

IHSG merupakan salah satu indeks yang merangkum perkembangan harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG juga dapat dibaca sebagai gambaran ekonomi nasional Indonesia. Jika IHSG menunjukkan peningkatan menjelaskan bahwa keadaan ekonomi nasional sedang dalam siklus membaik dan sebaliknya jika IHSG menurun menjelaskan bahwa keadaan ekonomi nasional Indonesia sedang mengalami kesulitan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengelompokkan saham perusahaan- perusahaan yang terdaftar di BEI dan memiliki kinerja serta likuiditas yang tinggi dalam suatu indeks. Adapun indeks tersebut antara lain :


(56)

1.

Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Indeks LQ 45

a. Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan.

d. Memiliki kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi yang baik di pasar.

Evaluasi indeks dan pergantian saham yang dilakukan dalam menentukan saham yang masuk Indeks LQ45 pada periode tertentu. Hal ini dilakukan dengan cara :

a. Bursa Efek Indonesia (BEI) secara terus-menerus memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45, setiap 3 bulan, pergerakan rangking saham di-review. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus.

b. Bila terdapat satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria.


(57)

c. Saham-saham yang masuk dalam kriteria rangking 1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk pada rangking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEI memiliki sebuah Komite Penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang pasar modal yaitu para praktisi, akademisi, profesional independen di bidang pasar modal.

Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai hari dasar, dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993-Juni 1994. Hasilnya, ke-45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72,5% nilai transaksi di pasar reguler.

2.

Indeks ini merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut :

Indeks KOMPAS100

a. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.

b. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).

c. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham.

d. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir.


(58)

e. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar.

f. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja; hari transaksi dan frekwensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar. Kemudian daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (f).

3.

Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, maka Bursa Efek Jakrta (BEJ) dan Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks yang didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic Index (JII).

Jakarta Islamic Index (JII)

JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Indeks ini dihitung mundur hingga tanggal 1 Januari 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII.

Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT. DIM, jenis kegiatan utama emiten yang bertentangan dengan Syariah adalah:

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2. Usaha lembaga keuangan kovensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi Konvensional.

3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.


(59)

4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks JII dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali masuk dalam 10 kapitalisasi besar).

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.

c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

4.

Pada tanggal 13 Juli 2000, BEJ meluncurkan peraturan baru di bidang pencatatan : Sistem Pencatatan 2 Papan. Sistem ini diimplementasikan untuk mendorong bursa Indonesia dan juga untuk memulihkan kepercayaan publik kepada bursa melalui penyusunan pengelolaan perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance). Adapun kasifikasi papan pencatatan terdiri dari :

Indeks Papan Utama (Main Board Index) dan Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index)


(60)

2. Papan Pengembangan, untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada ketegori perusahaan berprospek.

Disamping itu, papan pengembangan diperuntukkan bagi perusahaan yang mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa (Situmorang, 2008:140-144).

2.7.2 Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan merupakan analisis yang terkait dengan variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Variabel yang utama digunakan dalam analisis ini adalah Earning per share (EPS), Price Earning

Ratio (P/E). Ada tiga alasan yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut.

Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut tidak dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham sehingga akan berguna untuk menentukan keputusan membeli atau menjual saham. Kedua, dividen yang dibayarkan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga

2.7.2.1 Return on Equity (ROE)

, adanya hubungan

antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.

Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat

imbal hasil) ekuitas. Para analisis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memerhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Return on Equiry (ROE) =

y TotalEquit


(61)

Rasio ini merupakan salah satu cara untuk memperkirakan tingkat profitabilitas dan rate of return dari sebuah perusahaan.

2.7.2.2 Earning per share (EPS)

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah Earning per share (EPS) yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. EPS juga merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan dimana informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut begitu juga dengan pendapatan (return) dari perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, para calon investor sangat tertarik pada saham-saham perusahaan yang memiliki nilai EPS yang tinggi.

Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dapat kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut :


(62)

Selain rumus diatas, nilai Earning Per Share (EPS) juga dihitung dengan rumus berikut ini :

EPS =

Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian Juventus (2008)

Judul penelitian, “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage terhadap

Harga Saham Perbankan di BEJ”. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah ROA, ROE, DER, dan DAR; sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh positif terhadap harga saham secara simultan. Secara parsial, hanya variabel ROE dan DAR yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

2. Penelitian Satria (2008)

Judul penelitian, “Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas,

Profitabilitas, dan Pasar terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di BEI”.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah CR, DAR, TATO, ITO, ROE, NPM, dan PER; sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh terhadap harga saham secara simultan. Secara


(63)

parsial, hanya variabel CR, NPM, dan ROE yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

3. Taranika (2009)

Judul penelitian, “Pengaruh Dividend per Share (DPS) dan Earning per Share

(EPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI ”. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah variabel Dividend per Share (DPS) dan

Earning per Share (EPS), sedangkan variabel dependen adalah harga saham.

Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa variabel DPS dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual. Adapun kerangka konseptual tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Earning per Share

(EPS)

Harga Saham (Price) Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG)

Return on Equity


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI (mencakup 3 saham telekomunikasi yang masuk ke dalam indeks LQ45 periode 2006-2008 berturut-turut) di BEI, seperti Earning per Share (EPS),

Return on Equity (ROE), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Dividen

(D) selama kurun waktu 36 bulan (3 tahun) yakni tahun 2006-2008).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam angka-angka dengan data yang berbentuk gabungan antara data time series dan cross section yaitu data panel (pooled data).

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data yang diterbetkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2008 melalui media internet. Selain itu, data juga diperoleh dari surat kabar yang berhubungan dengan penelitian ini. Sumber-sumber data sekunder yang memuat teori-teori yang dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung dari berbagai bahan


(65)

kepustakaan; seperti jurnal, artikel, laporan, serta dengan mendownload dan mengkopi langsung dari website yang bersangkutan. Dengan teknik ini peneliti juga melihat penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebagai pembanding dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungan dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data, dilakukan dengan meneliti dokumen berupa laporan keuangan triwulan saham sektor Industri di Bursa Efek Indonesia pada kurun waktu 2003-2008.

3.4 Pengolahan Data

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan bantuan program Eviews 5.1 dan software Microsoft Excel 2003.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variable-variabel bebas terhadap variable terikat digunakan model ekonometrik dengan meregresikan data panel yang ada dengan menggunakan metode Pooled Least Square (PLS). Variabel-variabel tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk fungsi dan selanjutnya dibuat dalam bentuk persamaan regresinya, yaitu:

(

X1,X2,X3

)

f


(1)

koefisien IHSG sesuai dengan teori yang ada dimana terdapat hubungan positif antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan tingkat harga saham (Price). IHSG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di BEI. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistik > t-tabel 4,427726 > 2,807 (α = 1 %) yang artinya penerimaan pada hipotesis Ha.

c. Earning per Share (EPS)

Variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham industri telekomunikasi di BEI dengan koefisien sebesar 1,1992, berarti setiap terjadi kenaikan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp. 1,00 maka akan meningkatkan harga saham industri di BEI sebesar 1,1992 %, ceteris paribus. Tanda positif pada koefisien EPS sesuai dengan teori yang ada dimana terdapat hubungan positif antara Earning Per Share (EPS) dengan harga saham (Price). EPS berpengaruh nyata tetapi tidak signifikan terhadap harga saham industri di BEI pada tingkat kepercayaan 90 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistik > t-tabel 0.8294 < 1,714 (α = 10%) yang artinya hipotesis Ho ditolak.

4.9.2 Efek Individual Saham Industri di BEI

Dari hasil regresi dengan menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM) didapatkan hasil berupa perbedaan karakteristik individu dari tiap unit cross section yang diteliti dan waktu yang diakomodasikan pada error dari model (Nachrowi dan Hardius, 2006:315). Dalam hal ini adalah efek individual dari setiap unit saham yang terdiri atas 3 saham industri tellekomunikasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, yang dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :


(2)

Tabel 4.8

Efek Individual Saham Industri Telekomunikasi

Sumber : Hasil Penelitian, 2009

Dari tabel 4.6 di atas dapat diperoleh informasi bahwa nilai efek individual dari 3 saham industri telekomunikasi yang diteliti memiliki perbedaan nilai. Hal ini berarti, adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu.

SAHAM EFEK INDIVIDUAL

BTEL -4794.979 ISAT 1106.410 TLKM 3688.569


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara bersama variabel independen yang terdiri dari Return on Equity (ROE), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Earning per Share (EPS) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di BEI. Secara bersama-sama seluruh variabel dapat menjelaskan harga saham sebesar 95,28 %. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi yaitu 0,952849.

2. Secara parsial, variabel Return on Equty (ROE) dan Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di BEI. Sedangkan variabel lainnya yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tingkat kepercayaan 99% berpengaruh signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

3. Dari hasil regresi dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM) adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, diharapkan untuk menjaga kestabilan perekonomian Indonesia, agar tercapainya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dan kestabilan pada pasar modal.

2. Bagi investor, berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industri telekomunikasi. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi investor ataupun calon investor dalam berinvestasi untuk mempertimbangkan faktor tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambahkan faktor-faktor fundamental lainnya untuk diteliti seperti : Price Earning Ratio (PER), Kurs dan sebagainya. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah saham yang lebih banyak.


(5)

BAPEPAM. 2010. Sejarah Pasar Modal, Artikel. 2010.

Bursa. 2009. IDX IPO Stock Performance, Artikel. tanggal 5 November 2009.

Francis, Jack Clark. 1988. Management of Investment, Second Edition. McGraw-Hill, Inc.

Habib, Arief. 2008. Kiat Jitu Peramalan Saham. Yogyakarta. CV. Andi Offset.

H.M, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Tiga. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : YKPN-Yogyakarta.

Investor Saham. 2010. Merger BES dan BEJ jadi Bursa Efek Indonesia, Artikel.

Juventus. 2007. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Harga Saham Perbankan di BEJ. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nachrowi, Nachrowi Djajal, dan Hardius Usman. 2006. Ekonometrik Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : LPFE UI.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi). Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.


(6)

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan. USU Press.

Rusdin. 2006. Pasar Modal. Bandung : Alfabeta

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga.

Satria. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Pasar terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di BEI. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sitompul, Asril 2000. Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya , Bandung : PT. Aditya Kencana Bakti.

Situmorang, Paulus. 2008. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Sjahrir. 1998. Analisis Bursa Efek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tambunan, Andi Porman. 2008. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta : PT Gramedia.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Taranika. 2009. Pengaruh Dividend per Share (DPS) dan Earning per Share (EPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta : Transmedia Pustaka.

2010.