Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir, Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan

1

PENGARUH FREKUENSI PERKAWINAN DAN SEX RATIO
TERHADAP LITTER SIZE, BOBOT LAHIR, MORTALITAS SELAMA
MENYUSUI DAN BOBOT SAPIH PADA KELINCI PERSILANGAN

SKRIPSI

Oleh :

DEWI LESTARI SEMBIRING
030306017
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.

USU Repository © 2009

2

PENGARUH FREKUENSI PERKAWINAN DAN SEX RATIO TERHADAP
LITTER SIZE, BOBOT LAHIR, MORTALITAS SELAMA MENYUSUI
DAN BOBOT SAPIH PADA KELINCI PERSILANGAN

SKRIPSI

Oleh :

DEWI LESTARI SEMBIRING
030306017
IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Akhir
Pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.


DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

3

Judul Penelitian

:

Pengaruh Frekuensi perkawinan dan sex ratio
Terhadap Litter size, Bobot Lahir, Mortalitas Selama
Menyusui dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan.

Nama

Nim
Departemen
Program studi

:
:
:
:

Dewi Lestari Sembiring
030306017
Peternakan
Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

(Ir. Sayed Umar, MS )
Anggota


(Dr. Ir.Daisy Tambajong, MP )
Ketua

Mengetahui :

( Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP )
Ketua Departemen

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

4

Tanggal di ACC :
ABSTRAK

Dewi Lestari Sembiring, 2008. “pengaruh frekuensi perkawinan dan sex
ratio terhadap litter size, bobot lahir, mortalitas selama menyusui dan bobot sapih
pada kelinci persilangan.”Dibawah bimbingan Ibu Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP

selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandi selaku anggota komisi
pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat Bapak Jamin Purba Spt
jln Udara Gang Rukun, Berastagi Kabupaten Karo. Yang berlangsung pada
tanggal 5 Juni sampai 31 Agustus 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh frekuensi perkawinan dan sex ratio serta interaksinya terhadap jumlah
anak yang lahir (litter size), bobot lahir, mortalitas selama menyusui dan bobot
sapih pada kelinci persilangan.
Rancangan yang diguanakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah
frekuensi perkawinan dengan 4 taraf yaitu F1=satu kali kawin, F2=dua kali kawin,
F3=tiga kali kawin dan F4=empat kali kawin. Faktor yang kedua adalah sex ratio
dengan 3 taraf yaitu B1 (2 : 1 ), B2 (4 : 1 ) dan B3 (6 : 1 ) dengan
perameter jumlah anak sekelahiran (litter size), bobot lahir, mortalitas selama
menyusui dan bobot sapih.
Dari hasil penelitian diperoleh rataan litter size (ekor) sebesar 6,88 yang
tertinggi terdapat pada perlakuan F1B3 sebesar 8,00 ekor dan terendah pada F1B1
sebesar 6,17 ekor. Rataan bobot lahir (gram/ekor) diperoleh sebesar 50,13 yang
tertinggi pada perlakuan F1B3 sebesar 55,80 (gram/ekor) terendah pada perlakuan
perkawinan terdapat pada perlakuan F3B1 sebesar 45,27 gram/ekor.Rataan

mortalitas selama menyusui (%) diperoleh sebesar 11,90 yang tertinggi F3B2
sebesar 22,02 % terendah pada F1B1 sebesar 6,25 %. Rataan bobot sapih
(gram/ekor) sebesar 311,59 yang tertinggi pada F1B1 sebesar 366,45 gram/ekor
terendah F3B1 sebesar 269,27 gram/ekor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh frekuensi perkawinan dan
sex ratio serta interaksi antara dua faktor tidak memberi pengaruh yang nyata
terhadap Litter size, Bobot Lahir, Mortalitas Selama Menyusui dan Bobot Sapih
Pada Kelinci Persilangan”.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

5

ABSTRACK

Dewi Lestari Sembiring, 2008. "The effect of marriage frequency and sex
ratio to litter size, born weight, mortality of during suckling and wean weight of
cross rabbit." under instruction of Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP as supervisor and

Ir. Sayed Umar, MS as co-supervisor.
This research was conducted in animal husbandry of Mr. Jamin Purba Spt.
Jln Udara, Gang rukun. Regensy of Karo, that was started on 5th June until 31 st
Agust 2007. The purpose of this research is to study the influence of marriage
frequency and sex ratio to litter size, born weight, mortality of during suckling
and wean weight of cross rabbit.
This research was conducted by using Faktorial Completely Randomized
Desige (CRD). First factor is marriage frequency with F1=once marry, F2= twice
marry, F3=thrice marryy and F4= four times marry. Secondary factor is sex ratio
with B1=2 : 1 , B2=4 : 1 dan B3=6 : 1
The result of research indicated the average of litter size (animal) was 6,88
that high on F1B3 treatment for 8,00 and the lowest on F1B1 for 6,17. the average
born weight (gram/animal) is 50,13 that highest on F1B3 for 55,80 gram/animal
and the lowest on F3B1 for 45,27 gram/animal. The average of motility during
suckling (%) is 11,90 that highest on F3B2 for 22,02 % and the lowest on F1B1
for 6,25 %. The average of wean weight (gram/animal) is 311,59 that the highest
on F1B1 for 366,45 gram/animal and the lowest on F3B1 for 269,27 gram/animal.
The result of research indicated that influence of marriage frequency and
sex ratio and interaction beetwen bath factor exected no significan effect to litter
size, born weight, mortality of juring suckling and wean weight of cross rabbit


Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

6

RIWAYAT HIDUP

Dewi lestari sembiring, dilahirkan diUjung Teran, kecamatan Tigalingga
pada tanggal 16 juni 1984 anak keempat Bapak J. Sembiring dan Ibu C. br karo
dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang telah dilalui :
1. Sekolah Dasar Negeri Tanah Baru, tamat tahun 1997.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Lawe Deski, tamat tahun
2000.
3.

Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Lawe Deski,, tamat tahun 2003.


4. Masuk sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP/PMDK, tahun 2003.
Kegiatan yang pernah diikuti :
1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Pembibitan Ternak
Unggul (BPTU) desa Sinur , Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten
Tapanuli Utara, tahun 2006.
2. Melaksanakan penelitian Skripsi pada bulan juni 2007 sampai pada
Agustus 2007 di Jalan udara, gang Rukun

Kecamatan Berastagi,

Kabupaten Tanah Karo.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

7

KATA PENGANTAR


Dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Frekuensi
Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter size (Jumlah anak sekelahiran),
Bobot Lahir, Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci
Persilangan” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana
pada Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Daisy Tambajong, MP
Selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sayed Umar MS, Selaku anggota
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam
penulisan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan hasil penelitian penulis ini.

Medan,


Januari 2008

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

8

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTACK........................................................................................................... i
BSTRAK ........................................................................................................... iI
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iiI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
Kegunaan Penelitian ................................................................................. 2
Hipotesa Penelitian ................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Kelinci.......................................................................................... 4
Pakan Induk ............................................................................................. 6
Jumlah Anak.................................................................................................7
Bobot Lahir .............................................................................................. 7
Mortalitas Selama Menyusui .................................................................... 8
Bobot Sapih............................................................................................ 10
BAHAN ALAT DAN METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................... 12
Bahan Dan Alat Penelitian...................................................................... 12
Bahan Penelitian ......................................................................... 12
Alat Penelitian ............................................................................ 13
Metode Penelitian................................................................................... 13
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 15
Persiapan Kandang ..................................................................... 15
Pemilihan Ternak ........................................................................ 15
Random Ternak .......................................................................... 15
Pemeliharan ................................................................................ 15
Pelaksanan Perkawinan ............................................................... 16
Penimbangan Berat Lahir ............................................................ 16
Pemeriksaan Mortalitas Anak Selama Menyusui ......................... 16
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

9

Penimbangan Berat Sapih ........................................................... 16
Pembersihan Kandang ................................................................ 16
Parameter Yang Diamati ......................................................................... 16
Litter Size (jumlah Anak Sekelahiran) ...... ......................................... 16
Bobot Lahir ............................................. ......................................... 16
Mortalitas Selama Menyusui.................... ......................................... 16
Bobot Sapih ....................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHAASAN
Hasil............................................................................................................17
Litter Size (jumlah Anak Sekelahiran) ...... ......................................... 17
Bobot Lahir ............................................. ......................................... 17
Mortalitas Selama Menyusui.................... ......................................... 18
Bobot Sapih ............................................. ......................................... 20
Pembahasan................................................................................................22
Litter Size (jumlah anak) ......................... ......................................... 22
Bobot Lahir ............................................. ......................................... 24
Mortalitas menyusui ................................ ......................................... 25
Bobot sapih.............................................. ......................................... 28
Rekapitulasi Hasil Penelitian ................... ........................................ 30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................31
Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

10

DAFTAR TABEL

1. Rataan litter size ternak kelinci persilangan....................................................
..........................................................................................................................17
2. Dwi kasta litter size ternak kelinci persilangan ...............................................17
3. Rataan bobot lahir anak ternak kelinci ............................................................17
4. Dwi kasta bobot lahir ternak kelinci ...............................................................18
5. Rataan mortalitas anak selama menyusui ternak kelinci..................................19
6. Dwi kasta mortalitas anak selama menyusui ternak kelinci .............................20
7. Rataan bobot sapih ternak kelinci persilangan ................................................20
8. Dwi kasta bobot sapih anak ternak kelinci ......................................................21
9. Analisa ragam litter size ternak kelinci persilangan selama penelitian ............22
10. Analisa ragam bobot lahir anak ternak kelinci anak ternak kelinci
persilangan selama penelitian ......................................................................24
11. Analisa ragam mortalitas anak selama menyusui ternak kelinci persilangan
selama penelitian ..........................................................................................25
12. Analisa ragam bobot sapih anak tenak kelinci persilangan selama penelitian 28
13. Rekapitulasi hasil penelitian litter size, bobot lahir, mortalitas
selama menyusui dan bobot sapih pada ternak kelinci persilangan
dengan perlakuan frekuensi perkawinan dan sex ratio ..................................30

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kombinasi frekuensi perkawinan dan sex ratio .............................................34
2. Frekuensi perkawinan betina ......................................................................36
3. Waktu kawin pada betina ............................................................................39
4. Random Pejantan .........................................................................................43
5. Random Betina ............................................................................................44
6. Data bobot lahir ternak kelinci persilangan selama penelitian .......................45
7. Data bobot sapih & persentase mortalitas kelinci persilangan selama
penelitian .....................................................................................................48
8. Data kebutuhan nutrisi ransum induk bunting dan induk menyusui...............51
9. Komposisi ransum BUS 622 ........................................................................51
10. Data Litter Size ............................................................................................52
11. Data Tabel Dwikasta Litter Size ..................................................................52
12. Data ANOVA Litter Size .............................................................................52
13. Data Bobot Lahir .........................................................................................53
14. Data Tabel Dwikasta Bobot Lahir ...............................................................53
15. Data ANOVA Bobot Lahir ...........................................................................53
16. . Data Mortalitas ..........................................................................................54
17. Data Tabel Dwikasta Mortalitas ..................................................................54
18. Data ANOVA Mortalitas ..............................................................................54
19. Data Bobot Sapih ........................................................................................55
20. Data Dwikasta Bobot Sapih .........................................................................55
21. Data ANOVA Bobot Sapih .........................................................................55
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

12

22. Analisa Proksimat Rumput Lapangan ...........................................................56

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, sehingga
kekurangan gizi dikalangan masyarakat masih jauh dari kebutuhan, terutama
yang berasal dari protein hewani, seperti daging, susu dan telur. Didukung oleh
pengetahuan akan pentingnya protein hewani, maka secara otomatis permintaan
akan protein hewani semakin meningkat pula.
Ternak kelinci merupakan salah satu ternak

penghasil daging dengan

kandungan protein yang tinggi, kadar lemak yang rendah, mampu menghasilkan
anak 4-12 ekor perkelahiran, perkembangbiakannya cepat, pemeliharaannya
mudah, hasil sampingannya dapat dimanfaatkan dan tidak membutuhkan areal
yang luas dalam pemeliharaannya.
Kelinci yang dipelihara secara intensif memerlukan perhatian yang lebih
pada semua aspek kehidupannya. Kelalaian dan ketidak pedulian terhadap
kehidupan kelinci tersebut menyebabkan kegagalan dan kemerosotan produksi
dan bahkan dapat merugikan lingkungan usaha.
Untuk memajukan usaha ternak, hendaknya mengarahkan usaha tersebut
ketingkat yang lebih menguntungkan. Sehubungan dengan ini maka peternak
harus bisa mengerti pemuliabiakan dan perkembangbiakan. Pemuliabiakan berarti
mengawinkan sekelompok ternak dengan maksud untuk memperbaiki, dan
sekaligus mengembangbiakan. Dengan demikian perkawinan bukan terjadi secara
kebetulan atau liar, melainkan terarah dan teratur. Sehingga sebelum ternak induk
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

1

13

dikawinkan, terlebih dahulu perlu diadakan seleksi (memilih ternak yang bernilai
tinggi atau menguntungkan).
Perkawinan yang baik diharapkan menghasilkan jumlah anak atau
persentase pembuahan yang tinggi. Pembuahan optimal ini bisa dicapai bila
dilakukan pengaturan perkawinan oleh peternak. Semakin banyak jumlah anak
yang lahir kemungkinan semakin rendah bobot lahirnya dan mortalitasnya
semakin tinggi. Pejantan yang terlalu sering dikawinkan bisa menyebabkan
kegagalan bunting.
Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian mengenai pengaruh frekuensi
perkawinan dan sex ratio terhadap litter size, bobot lahir, mortalitas selama
menyusui dan bobot sapih pada kelinci persilangan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan
dan sex ratio terhadap litter size (jumlah anak sekelahiran), bobot lahir anak,
mortalitas selama menyusui dan bobot sapih pada kelinci persilangan.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak khususnya peternak kelinci tentang
frekuensi perkawinan dan sex ratio terhadap litter size, bobot lahir,
mortalitas selama menyusui dan bobot sapih pada ternak kelinci
persilangan.
2. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
menempuh ujian Sarjana Pertanian Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

14

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan kalangan akademisi atau
instansi yang berhubungan dengan peternakan.

Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh dari frekwensi perkawinan dan sex ratio terhadap litter
size (jumlah anak sekelahiran), bobot lahir, mortalitas selama menyusui dan bobot
sapih pada ternak kelinci persilangan.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

15

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Kelinci
Dalam klasifikasi biologi kelinci termasuk kedalam ordo Lagomorpha,
kelinci liar mengalami domestikasi menjadi jinak dan tersebar keberbagai belahan
dunia sebagai hewan peliharaan. Dewasa ini kelinci-kelinci dikawin silangkan
sehingga menghasilkan berbagai jenis, tipe, dan ukuran. Menurut tipenya kelinci
dibagi atas 3 yaitu, kelinci tipe kecil (berbobot 0,9-2 kg) dewasa kelamin umur
3-4 bulan, tipe sedang (berbobot 2-4 kg) dewasa kelamin 5-6 bulan, dan tipe berat
(berbobot 5-8 kg) dewasa kelamin umur 7-8 bulan (Putra dan Budiana,2006).
Pada awalnya kelinci dibawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak
hias pada tahun 1835, dan perkembangannya mencapai puncak pada tahun 1912.
Mula-mula kelinci hanyalah terdapat dirumah-rumah tuan tanah keluarga Eropa
(pegawai anderneming), lalu meluas kekalangan masyarakat petani. Kelinci jenis
Jawa beratnya 2-3 kg bahkan ada yang lebih, warnanya ada yang putih, hitam,
coklat muda, belang atau warna campuran dari yang telah disebutkan
(Sarwono, 2002; Subroto, 1998).
Kelinci Chinchilla dimanfaatkan untuk ternak dwiguana yaitu produksi fur
dan daging. Pada umumnya kelinci ini memiliki warna bulu abu-abu. Kelinci New
Zealand White memiliki bulu putih mulus, padat, tebal dan agak kasar kalau
diraba, mata merah. Pertumbuhannya cepat cocok diternakkan sebagai penghasil
daging komersil dan kelinci percobaan di laboratorium (Sarwono, 2002).
Seekor pejantan ideal mampu melayani 10 ekor betina. Idealnya 5 ekor
betina dicampur dengan satu pejantan didalam satu kandang koloni, frekuensi
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
4
USU Repository © 2009

16

perkawinan yang baik untuk menjamin kebuntingan adalah dua kali kawin dan
biasanya perkawinan yang kedua kali ini akan terjadi semakin banyak kawin
semakin banyak jumlah anak yang akan lahir atau persentase pembuahan semakin
tinggi (AAK, 1988; Sarwono, 2002; Rismunardar, 1990).
Pemakaian

pejantan

yang

berlebihan

untuk

mengawini

betina

mengakibatkan kelebihan sexsual, disusulnya oleh menurunnya libido pejantan
tersebut. Libido pejantan ditentukan oleh faktor genetik yaitu sifat yang
diturunkan oleh bapaknya. Umur yang terlalu tua akan diikuti oleh libido yang
menurun, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menurunkan libido
(Hardjopranjoto, 1995).
Pada pengaturan perkawinan jangan mengawinkan kelinci lebih dari 3 kali
seminggu. Tetapi dalam keadaan darurat ia bisa dikawinkan tiap hari dalam
beberapa hari untuk mengejar kebuntingan dan kelahiran yang hampir bersamaan,
tetapi setelah itu kelinci harus beristirahat lama (Sumoprastowo, 1993).
Lama kebuntingan pada ternak kelinci berkisar antara 28-35 hari.
Perkembangbiakan kelinci dapat diatur dengan kelahiran terencana. Kelahiran
untuk kelinci biasanya terjadi 31-32 hari sesudah perkawinan berlangsung.
Adapun rata-rata kebuntingan pada ternak kelinci adalah 31 hari, yang
dipengaruhi oleh waktu kawin. Pada saat bunting kebutuhan akan air sangat perlu
diperhatikan (Sarwono, 2002).
Kelahiran kelinci yang paling sering terjadi di waktu malam hari. Setelah
melahirkan anak-anaknya, induk kelinci istrahat sampai pagi hari. Anak-anak
kelinci yang dilahirkan dalam keadaan lemah dengan mata tertutup dan tidak
berbulu itu akan tinggal di dalam sarang sampai lebih kurang 10 hari. Sumber
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

17

pakannya adalah susu induknya. Pada hari ke-11 mereka mulai membuka matanya
dan mulai keluar dari sarang untuk makan dan minum pada hari ke-20. Apabila
anak-anak kelinci keluar dari sarangnya sebelum hari ke-20, hal itu menandakan
bahwa induk kelinci tidak mempunyai cukup air susu. Hal ini dapat menyebabkan
kematian pada anak yang baru lahir apabila tidak ditangani dengan baik.
Anak-anak yang masih sangat kecil selalu di dalam sarang dan mereka disusui
pada malam hari saja atau pada pagi hari (AAK, 1982; Kartadisastra, 1994).

Pakan Induk
Induk kelinci yang menyusui memerlukan makanan yang lebih banyak dan
lebih baik karena diperlukan untuk memproduksi susu, memulihkan kondisi induk
setelah melahirkan, mengasuh anak, dan persiapan untuk kebuntingan berikutnya.
Pakan yang baik akan menghasilkan kualitas susu yang baik pula dan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak sewaktu menyusui Menurut ransum
induk bunting dan induk menyusui kebutuhan akan zat makanan terdiri dari :
protein 16-20 %, dan energi 2300-2500 kkal/kg sedangkan untuk hidup pokok
2000- 2200 kkal / kg. (Aritonang, 1995; Sumoprastowo, 1993)
Jika pakan jelek dalam waktu lama, hal ini bisa menyebabkan abortus atau
anak yang dilahirkan mati karena kekurangan akan makanan secara terus menerus.
Dan pergantian ransum harus dilakukan sedikit demi sedikit. Dalam peternakan
kelinci intensif, pakan yang diberikan tak hanya hijauan sebagai pakan pokok,
konsentrat, hay (rumput kering) biji-bijan, dan umbi-umbian juga perlu diberikan
(AAK, 1982; Sarwono, 2002).
Makanan yang tidak cukup dapat mengakibatkan laju konsepsi
(kebuntingan) menurun, banyak anak perkelahiran menurun, bobot badan dan
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

18

kemampuan hidup anak yang lahir menurun. Sperma yang abnormal biasanya
muncul pada pejantan yang terlalu sering dikawinkan (Sihombing, 1997).

Jumlah Anak
Banyak sedikitnya hasil pembiakan tak lepas dari faktor kesuburan
karena ada jenis kelinci yang bisa melahirkan anak dalam jumlah yang banyak 10
ekor dan ada jenis kelinci yang hanya beranak sedikit 4 ekor (Subroto, 1998).
Perkawinan yang berkali-kali dilaksanakan dan tidak ada hasilnya tentu ada
sebabnya. Kesuburan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
dimana umur yang baik untuk pembiakan atau perkawinan ternak kelinci adalah
umur 2-3 tahun (Rismunandar, 1990).
Jumlah anak yang dilahirkan setiap kelinci berkisar antara 4-12 ekor
sekaligus, tetapi yang baik adalah sekitar 6-8 ekor saja dan jumlah anak
dipengaruhi juga oleh faktor genetik, jenis atau strain kelinci. Anak kelinci
matanya masih terpejam dan telinganya belum bisa untuk mendengar. Nanti bila
sudah berumur 10 hari baru bisa melihat dan mendengar, setelah 20 hari baru bisa
meloncat-loncat mengikuti induknya (Dinas Peternakan, 1982; Rianggoro, 1995).
Agar dicapai pembuahan ovum secara maksimal, perkawinan biasanya
dilakukan dengan dua kali perkawinan sehinga dihasilkan angka kebuntingan
(konsepsi) yang tinggi, karena banyak ovum yang dibuahi dan dengan demikian
jumlah anak yang dilahirkan per litter juga lebih banyak (Blakely dan Bade,1998).

Bobot Lahir
Bobot lahir penting karena sangat berkorelasi dengan pertumbuhan,
dengan demikian bobot lahir merupakan faktor penting yang mempengaruhi
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

19

produktivitas. Keragaman dalam bobot lahir termasuk didalamnya jumlah anak
dari tiap induk disebabkan oleh faktor genetik, strain atau spesies dan lingkungan.
Pada saat kelahiran bobot lahir dipengaruhi oleh

ransum pada waktu induk

bunting tua. Pada umumnya induk muda melahirkan anak yang lebih ringan dari
pada induk yang lebih tua (Sumoprastowo,1993).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot lahir adalah jumlah anak
yang lahir, jenis atau strain, dan juga pakan waktu bunting. Rata-rata bobot lahir
kelinci di Ciawi Bogor adalah 50-70 gram (Brahmantiyo, 2007). Bobot lahir dari
anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, jumlah anak yang lahir
mempengaruhi berat anak, pengaruh jenis kelamin umumnya jenis kelamin jantan
lebih berat daripada betina, breed induk dan pejantan, makanan dan umur induk
(Cahyono, 1998). Bobot lahir ternak kelinci

45,4 gram, pada umur 3 minggu

362,2 gram dengan pertambahan berat badan kelinci perharinya adalah 15,1 gram
(Reksohadiprojdo, 1984)

Mortalitas Selama Menyusui
Dua hari sesudah induk melahirkan, harus diadakan pemeriksaan, sebab ada
kemungkinan anak-anaknya yang baru dilahirkan itu terlampau kecil, cacat (tubuh
tak sempurna) atau mati. Anak kelinci yang mati harus segera diambil dan yang
kecil atau cacat harus diafkir, anak kelinci yang baru lahir dan tidak mendapat air
susu sampai 2 atau 3 hari, maka anaknya bisa mati oleh karena itu anak kelinci
yang baru lahir perlu diperhatikan. Produksi air susu ada yang keluar terlampau
banyak, tetapi ada pula yang sangat kurang, sehingga hal ini memberi pengaruh
terhadap mortalitas anak selama menyusui (AAK, 1982; Sumoprastowo, 1993)

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

20

Air susu induk adalah makanan alami yang paling lengkap, paling cocok
dan tepat untuk anak kelinci yang masih menyusui (Sumoprastowo, 1993). Halhal yang menyebabkan berkurang air susu atau gagal sama sekali penyebabnya
adalah pergantian cuaca secara tiba-tiba, ransum yang tidak sempurna, diare
secara terus menerus, pergantian tempat yang mendadak, adanya penyakit mastitis
dan berasal dari keturunan induk yang hanya sedikit menghasilkan air susu
(Brahmantiyo, 2007).
Menurut Sumoprastowo (1993), sebab-sebab kematian anak selama
menyusui antara lain karena pengolahan kotak beranak tidak baik, makanan yang
tidak memenuhi gizi, induk tidak cukup menghasilkan susu, adanya gangguan
binatang asing seperti kucing, ular, dan anjing yang bisa mengejutkan kelinci
sehingga meloncat-loncat mengakibatkan anak terinjak-injak sampai mati.
Rianggoro (1995), menyatakan ada juga sifat keibuan induk yang jelek, meskipun
menghasilkan air susu tetapi ia tidak rajin mengasuh anak-anaknya, acuh tak acuh
terhadap anaknya, sehingga anak kelinci menjadi kurus dan mati kelaparan.
Kematian anak bisa mencapai 30-40% selama anak disusui, oleh karena itu
perawatan sarang sangat menentukan keberhasilan anak. Induk yang melahirkan
anak banyak dan semuanya hidup, apalagi kalau anak itu jumlahnya masih utuh
sampai umur disapih, maka induk itu baik sekali untuk dipertahankan hidup
sebagai penghasil bibit untuk generasi yang akan datang (Sumoprastowo, 1993).
Angka kematian anak kelinci tinggi, dapat mencapai 20-25%, hal ini
menyebabkan hanya 5-6 ekor anak kelinci yang hidup waktu disapih
(Sarwono, 2002).

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

21

Bobot Sapih
Anak-anak kelinci yang telah mencapai umur 4 minggu dapat disapih
dengan memindahkan atau memisahkannya ke petak kandang yang lain.
Penyapihan umur 4 minggu akan menghasilkan anak-anak yang lebih kecil dan
keadaan perdagingannya kurang memuaskan dibandingkan dengan yang disapih
pada umur 7 sampai 8 minggu, namun penyapihan yang lebih awal akan
memungkinkan jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Disapih
pada umur berapapun anak-anak kelinci biasanya dipotong pada umur 8 minggu
(Blakely dan Bade,1998).
Kurangnya air susu akan berpengaruh pada bobot sapih anaknya, karena
anak kelinci membutuhkan air susu dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan. Air
susu pada induk yang sedang menyusui paling banyak biasanya dicapai pada
minggu ke tiga kemudian air susu menurun sedikit demi sedikit, maka pada
minggu

keempat

anak

kelinci

sudah

bisa

disapih

dari

induk

(Reksohadiprodjo,1984). Umumnya penyapihan paling lambat sampai umur 8
minggu atau 56 hari. Penyapihan lebih awal akan memungkinkan little size yang
lebih banyak dalam masa setahun (Sarwono, 2002).
Semakin lama disapih makin baik, tapi jumlah anak yang lahir dalam
pertahun akan berkurang. Dimana cepat lambatnya waktu sapih dan kondisi induk
sangat berpengaruh terhadap bobot sapihnya. Lama waktu pemeliharan dan pakan
yang bagus akan mempengaruhi bobot sapih. Lama penyapihan juga akan
mempengaruhi berat sapihnya. Rata-rata berat sapih kelinci Anggora sekitar 500
gram (Rismunandar, 1990; Rianggoro, 1995; Whendrato dan Madyana, 1999).

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

22

Menurut

Putra dan Budiana (2006), penyapihan kelinci New Zealand

White berat badannya mencapai 850 gram pada umur 35 hari, dan umur 58 hari
berat sapihnya dapat mencapai 1,8 kg. Berat rata-rata bobot sapih pada ternak
kelinci di Ciawi-Bogor adalah 0,4 -0,5 kg pada umur sapih rata-rata 1,5-2,0 bulan
(Raharjo, 2007).

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

23

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di (Peternakan Kelinci Bapak Jamin Purba Spt)
Gang Rukun, Jalan Udara, Berastagi. dengan ketinggian 1368 m di atas
permukaan laut, dengan suhu rata-rata 15-20oC. Penelitian ini dilaksanakan mulai
dari 5 Juni sampai 31 Agustus 2007.

Bahan dan Alat
Bahan


Jenis kelinci betina dan jantan yang dipakai adalah keturunan kelinci
persilangan New Zealand white dengan Chincilla



Kelinci

betina

yang

berasal

dari keturunan yang sama, yang

mempunyai umur 2–3 tahun, rata-rata bobot badan dengan kisaran bobot
badan awal 1,8-3 kg yang dihitung dengan rumus x ± 2 sd = 2,40 kg ±
2(0,3) sebanyak 144 ekor.


Kelinci jantan yang mempunyai umur sama yaitu umur 2 tahun, dengan
kisaran bobot badan awal 1,7-2,9 kg yang dihitung dengan rumus x ± 2
sd = 2,30 kg ± 2(0,3) sebanyak 36 ekor.



Ransum yang diberikan konsentrat Berlian Unggas Sakti 622 (BUS 622)
dan rumput yang diberikan secara ad libitum.



Obat-obatan seperti Ivomec dan whormektin untuk scabies, sulpastrong
dan Teramycin untuk sakitaan, Betadine untuk infeksi luka.



Rodalon sebagai desinfektan kandang.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
12
USU Repository © 2009

24

Alat


Kandang individu sebanyak 180 petak, tiap petak berukuran 80 cm x 80
cm x 70 cm. 144 petak untuk kelinci betina dan 36 petak untuk kelinci
jantan.



Tempat pakan dan tempat minum



Termometer



Timbangan salter dengan kapasitas 2 kg dan 5 kg dengan kepekaan 0.01 gr



Bola pijar 60 watt



Pembersih kandang



Alat tulis, buku data dan kalkulator



Pisau

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 4 x 3 dengan
Faktor I : Frekuensi perkawinan ( F )
F1 = 1 x kawin
F2 = 2 x kawin
F3 = 3 x kawin
F4 = 4 x kawin
Faktor II : Sex Ratio ( B )
B1 = 2 : 1

(2

:1 )

B2 = 4 : 1

(4

:1 )

B3 = 6 : 1

(6

:1 )

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

25

Model matematik yang digunakan berdasarkan (Hanafiah, 2000) adalah :
Metode Analisa :

Yijk = µ + αi + βj − (αβ ) j + ∑ ijk .
Dimana :
Yijk

= Respon yang diamati pada perlakuan I dan perlakuan j

µ

= Nilai tengah umum

αi

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor I (i= 1,2,3,4)

βi

= Pengaruh taraf ke-j dari faktor II (j = 1,2,3)

(αβ )ij

= Pengaruh interaksi perlakuan dari ke dua faktor

∑ ijk

= Galat percobaan taraf ke-i dan faktor I dan taraf ke-j dari faktor
II pada ulangan ke-k

Banyak ulangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
T.C (n-1) ≥ 15
4.3 (n-1) ≥ 15
12

(n-1) ≥ 15

12 n – 12 ≥ 15
12 n ≥ 15 + 12
12n ≥ 27
n ≥

27
12

n ≥ 2,25
n=3
Susunan perlakuan sebagai berikut :
F1B1 F1B2 F1B3
F2B1 F2B2 F2B3
F3B1 F3B2 F3B3
F4B1 F4B2 F4B3

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

26

Pelaksanaan Penelitian


Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem individu, dibuat berbentuk
panggung terdiri dari 144 unit dan setiap unit diisi 1 ekor kelinci. Sebelum
kelinci dimasukkan, kandang dan peralatan disinfektan terlebih dahulu
dengan rodalon. Lampu dihidupkan sebagai sumber penerangan.



Pemilihan Ternak
Ternak kelinci yang dipilih adalah kelinci betina yang berasal dari keturunan
sama, mempunyai umur 2–3 tahun, dengan kisaran bobot badan awal dihitung
dengan rumus x ± 2 sd. Sebanyak 144 ekor, dan kelinci jantan umur 2 tahun
sebanyak 36 ekor.



Penimbangan Kelinci
Kelinci jantan dan betina ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan bobot
badan awal.



Random Kelinci
Sebelum kelinci dimasukkan ke dalam unit percobaan, kelinci dirandom
terlebih dahulu baik kelinci betina maupun jantan, untuk menghilangkan
subjektifitas dan memperkecil error. Setelah itu kelinci ditempatkan ke masingmasing unit kandang sebanyak 1 ekor per unit kandang.



Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilaksanakan pada pagi hari jam 08.00 dan sore hari
jam 17.00.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

27



Perkawinan
Kelinci dikawinkan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Waktu
mengawinkan selama 2 minggu.



Penimbangan Berat Lahir
Kelinci induk yang sedang melahirkan tersebut diperiksa, kemudian ditimbang
berapa berat lahir anaknya.



Pemeriksaan Mortalitas anak selama menyusui
Mortalitas anak kelinci diperiksa mulai dari anak lahir sampai umur
satu bulan.



Penimbangan berat sapih
Berat sapih anak ditimbang sesudah umur satu bulan.



Pembersihan kandang dan peralatanya dilakukan setiap hari.

Parameter Yang Diamati
1. Litter Size (ekor).
litter Size merupakan jumlah anak sekelahiran dari seekor induk kelinci.
2. Bobot lahir anak (gram/ekor)
Bobot lahir anak adalah berat anak saat lahir, diperoleh dari rata-rata bobot
lahir anak pada setiap kelahiran (gram).
3. Mortalitas selama menyusui (%).
Perbandingan antara jumlah anak yang mati dengan jumlah anak yang
lahir selama menyusui dikali 100.
4. Bobot sapih (gram/ekor)

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

28

Bobot sapih adalah berat anak saat sapih diperoleh dari rata-rata anak saat
lepas sapih (gram).

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Litter Size (Jumlah Anak Sekelahiran)
Litter Size merupakan jumlah anak sekelahiran dari seekor induk kelinci
Rataan jumlah anak ternak kelinci persilangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Litter Size ternak kelinci persilangan selama penelitian (ekor)
Perlakuan
F1B1
F1B2
F1B3
F2B1
F2B2
F2B3
F3B1
F3B2
F3B3
F4B1
F4B2
F4B3
Total
Rataan

1
5,00
6,60
5,20
7,50
7,60
5,80
8,00
6,00
4,50
7,00
7,00
7,00
77,20
6,43

Ulangan
2
5,50
7,20
6,00
6,50
7,60
7,00
7,00
6,50
7,60
7,00
5,50
8,00
81,40
6,78

3
8,00
7,30
7,40
7,00
6,00
7,60
9,00
8,00
7,20
8,50
6,20
7,00
89,20
7,43

Total

Rataan

18,50
21,10
18,60
21,00
21,20
20,40
24,00
20,50
19,30
22,50
18,70
22,00
247,80
20,65

6,17
7,03
6,20
7,00
7,07
6,80
8,00
6,83
6,43
7,50
6,23
7,33
82,60
6,88

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Litter Size ternak kelinci berkisar antara
5,00 ekor sampai 8,00 ekor, sedangkan rataan Litter Size kelinci selama penelitian
adalah 6,88 ekor.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa rataan Litter Size kelinci persilangan
selama penelitian yang terendah terdapat pada perlakuan F1B1 (frekuensi satu kali
perkawinan satu jantan dengan dua betina) yaitu sebesar 6,17 ekor sedangkan
Litter Size tertinggi terdapat pada perlakuan F3B1 (frekuensi 3 kali perkawinan
antara satu jantan dengan dua betina) yaitu sebesar 8,00 ekor.

17

Rataan litter size ternak kelinci untuk masing-masing faktor perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 beikut :
Tabel 2. Dwi kasta litter size ternak kelinci selama penelitian
T/C
F1
F2
F3
F4
Total
Rataan

B1
18,50
21,00
24,00
22,50
86,00
21,50

B2
21,10
21,20
20,50
18,70
81,50
20,38

B3
18,60
20,40
19,30
22,00
80,30
20,08

Total
58,20
62,60
63,80
63,20
247,80
61,95

Rataan
19,40
20,87
21,27
21,07
82,60
20,65

Bobot Lahir
Bobot lahir merupakan berat anak saat lahir, diperoleh dari rata-rata bobot
lahir anak pada setiap kelahiran. Rataan bobot lahir ternak kelinci persilangan
yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan bobot lahir ternak kelinci persilangan selama penelitian
(gram/ekor)
Perlakuan
F1B1
F1B2
F1B3
F2B1
F2B2
F2B3
F3B1
F3B2
F3B3
F4B1
F4B2
F4B3
Total
Rataan

1
70,70
45,10
62,90
47,30
47,60
48,40
44,60
56,10
63,20
50,70
52,60
47,70
636,90
53,08

Ulangan
2
47,10
48,50
54,80
46,80
45,30
49,60
48,80
47,90
44,20
44,50
55,60
50,80
583,90
48,66

3
47,70
51,60
49,70
45,00
48,10
50,50
42,40
46,50
49,20
47,40
50,80
54,80
583,70
48,64

Total

Rataan

165,50
145,20
167,40
139,10
141,00
148,50
135,80
150,50
156,60
142,60
159,00
153,30
1804,50
150,38

55,17
48,40
55,80
46,37
47,00
49,50
45,27
50,17
52,20
47,53
53,00
51,10
601,50
50,13

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

18

Dari Tabel 3 diperoleh bahwa bobot lahir anak ternak kelinci berkisar
antara 42,40 gram/ekor sampai 70,70 gram/ekor, sedangkan rataan bobot lahir
anak kelinci adalah 50,13 gram/ekor.
Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan bobot lahir ternak kelinci persilangan
selama penelitian yang terendah terdapat pada perlakuan F3B1 (frekuensi 3 kali
perkawinan antara satu jantan dengan dua betina) yaitu sebesar 45,27 gram/ekor
sedangkan bobot lahir ternak kelinci persilangan tertinggi terdapat pada perlakuan
F1B3 (frekuensi satu kali perkawinan antara satu jantan dengan enam betina) yaitu
sebesar 55,80 gram/ekor. Rataan bobot lahir anak ternak kelinci untuk masingmasing faktor perlakuan selama penelitian dapat di lihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Dwi kasta bobot lahir anak ternak kelinci selama penelitian
T/C
F1
F2
F3
F4
Total
Rataan

B1
165,50
139,10
135,80
142,60
583,00
145,75

B2
145,20
141,00
150,50
159,00
595,70
148,93

B3
167,40
148,50
156,60
153,30
625,80
156,45

Total
Rataan
478,10
159,37
428,60
142,87
442,90
147,63
454,90
151,63
1804,50
601,50
451,13
150,38

Mortalitas Selama Menyusui
Mortalitas selama menyusui merupakan jumlah anak ternak kelinci
persilangan yang mengalami kematian selama masa menyusui dibagi jumlah anak
ternak kelinci persilangan yang lahir oleh seekor induk dikali 100%. Rataan
mortalitas anak selama menyusui ternak kelinci selama menyusui selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

19

Tabel 5. Rataan mortalitas anak selama menyusui ternak kelinci persilangan
selama penelitian (%)
Perlakuan
F1B1
F1B2
F1B3
F2B1
F2B2
F2B3
F3B1
F3B2
F3B3
F4B1
F4B2
F4B3
Total
Rataan

1
0,00
0,00
12,69
12,50
22,22
12,50
18,25
12,50
0,00
0,00
14,28
12,50
117,44
9,79

Ulangan
2
0,00
13,39
15,47
0,00
0,00
13,42
0,00
28,57
17,36
12,50
0,00
21,25
121,96
10,16

3
18,75
12,50
30,00
14,28
0,00
12,50
21,25
25,00
12,50
11,11
18,75
12,50
189,14
15,76

Total

Rataan

18,75
25,89
58,16
26,78
22,22
38,42
39,50
66,07
29,86
23,61
33,03
46,25
428,54
35,71

6,25
8,63
19,39
8,93
7,41
12,81
13,17
22,02
9,95
7,87
11,01
15,42
142,85
11,90

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa mortalitas anak selama menyusui pada
ternak kelinci berkisar antara 0,00% sampai 3,00%, sedangkan rataan mortalitas
anak selama menyusui selama penelitian adalah 11,90% (53 dari 821 ekor)
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa rataan mortalitas selama menyusui
ternak

kelinci

persilangan selama penelitian yang terendah terdapat pada

perlakuan F1B1 (frekuensi satu kali perkawinan satu jantan dengan dua betina)
yaitu sebesar 6,25 % sedangkan mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan F3B2
(frekuensi tiga kali perkawinan antara satu jantan dengan empat betina) yaitu
sebesar 22,02 %. Rataan mortalitas anak selama menyusui untuk masing-masing
faktor perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

20

Tabel 6. Dwi kasta mortalitas anak selama menyusui pada ternak kelinci
T/C
F1
F2
F3
F4
Total
Rataan

B1
18,75
26,78
39,50
23,61
108,64
27,16

B2
25,89
22,22
66,07
33,03
147,21
36,80

B3
58,16
38,42
29,86
46,25
172,69
43,17

Total
102,80
87,42
135,43
102,89
428,54
107,14

Rataan
34,27
29,14
45,14
34,30
142,85
35,71

Bobot Sapih
Bobot sapih merupakan berat anak saat sapih diperoleh dari rata-rata
anak saat lepas sapih. Rataan bobot sapih ternak kelinci persilangan selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot sapih ternak kelinci persilangan selama penelitian
(gram/ekor)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rataan
1
2
3
F1B1
421,15
373,35
304,85
1099,35
366,45
F1B2
312,80
311,72
280,83
905,35
301,78
F1B3
450,82
346,47
296,74
1094,03
364,68
F2B1
262,85
336,25
365,00
964,10
321,37
F2B2
269,50
273,96
302,12
845,58
281,86
F2B3
362,34
271,35
291,40
925,09
308,36
F3B1
256,50
280,65
270,65
807,80
269,27
F3B2
337,56
304,10
283,26
924,92
308,31
F3B3
372,81
262,02
278,34
913,17
304,39
F4B1
282,80
290,00
264,20
837,00
279,00
F4B2
346,10
342,67
342,62
1031,39
343,80
F4B3
271,50
273,42
324,58
869,50
289,83
Total
3946,73
3665,96
3604,59
11217,28
3739,09
Rataan
328,89
305,50
300,38
934,77
311,59
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot sapih ternak kelinci berkisar
antara 256,50gram/ekor sampai 421,15gram/ekor, sedangkan rataan bobot sapih
ternak kelinci selama penelitian adalah 311,59gram/ekor.
Dewi Lestari Sembiring : Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Litter Size, Bobot Lahir,
Mortalitas Selama Menyusui Dan Bobot Sapih Pada Kelinci Persilangan, 2008.
USU Repository © 2009

21

Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot sapih ternak kelinci persilangan
selama penelitian yang terendah terdapat pada perlakuan F3B1 (frekuensi tiga kali
perkawinan antara 1 ekor jantan dengan dua ekor betina) yaitu sebesar 269,27
gram/ekor sedangkan bobot sapih tertinggi terdapat pada perlakuan F1B1
(frekuensi satu kali perkawinan antara satu ekor jantan dengan dua ekor betina)
yaitu sebesar 366,45 gram/ekor. Rataan bobot sapih anak ternak kelinci untuk
masing-masing faktor perlakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8
berikut :
Tabel 8. Dwi kasta bobot lahir anak ternak kelinci selama penelitian
T/C
F1
F2
F3
F4
Total
Rataan

B1
1099,35
964,10
807,80
837,00
3708,25
927,06

B2
905,35
845,58
924,92
1031,39
3707,24
926,81

B3
1094,03
925,09
913,17
869,50
3801,79
950,45

Total
3098,73
2734,77
2645,89
2737,89
11217,28
2804,32

Rataan
1032

Dokumen yang terkait

Pengaruh Frekuensi Perkawinan Dan Sex Ratio Terhadap Lama Bunting Dan Litter Size Pada Kelinci Persilangan

0 41 55

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

4 43 59

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

1 15 59

Hubungan antara Bobot Badan Induk dengan Litter Size, Bobot Lahir dan Mortalitas Anak Kelinci New Zealand White - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 12

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 0 11

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 0 2

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 0 2

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 0 12

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 1 4

Pendugaan Parameter Genetik dan Korelasi Sifat Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Litter Size pada Kelinci New Zealand White, Lokal dan Persilangan

0 0 14