Latar Belakang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan di Kabupaten Bandung

PERUBAHAN STATUS DESA JADI KELURAHAN DI KABUPATEN BANDUNG Dewi Kurniasih Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia dekur010575yahoo.com Abstrak Perubahan status desa menjadi kelurahan merupakan kebijakan atau upaya pemerintah dalam rangka membentuk kelurahan baru dengan tujuan tercapainya efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka merespon dan mengakomodir perkembangan dan kompleksitas kepentingan pelayanan masyarakat khususnya pada tingkat kelurahan, termasuk di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Hasil kajian menunjukkan beberapa desa telah layak untuk berubah menjadi kelurahan yaitu Desa Pamekaran, Desa Sadu dan Desa Soreang. Sedangkan desa lainnya belum layak untuk menjadi kelurahan dikarenakan ada beberapa syarat yang belum terpenuhi diantaranya luas wilayah yang kurang luas. Abstract The Changes of status of the village became a district policy or the governments efforts in order to form a new municipality with the aim of achieving effectiveness and efficiency of services to the community. This was done in order to respond to and accommodate growth and complexity of the interests of public service, especially at village level, including Local Government within the Bandung regency. Based on a discussion of some villages have been feasible to turn into district such as Pamekaran Village, Sadu Village and Soreang Village. While other villages not yet eligible to become a district because there are some requirements that have not met them a less extensive area. 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

sensi sebuah pemerintahan adalah pelayanan kepada masyarakatnya. Pemerintah diadakan untuk melayani masyarakat dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggotanya mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Dengan begitu, Pemerintah sebagai pelayan masyarakat public service sudah selayaknya memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat. Pelayanan berkualitas selain bermanfaat bagi masyarakat juga berdampak terhadap citra aparat pemerintah itu sendiri. Konteks perubahan dalam kajian ini merupakan bentuk dan peningkatan status yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat perkotaan. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan perubahan status desa menjadi kelurahan. Penetapan status desa menjadi kelurahan, kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat berubah menjadi wilayah kerja kelurahan sebagal Perangkat Daerah Kabupaten di bawah Camat. Perubahan status desa menjadi kelurahan merupakan kebijakan atau upaya pemerintah dalam rangka membentuk kelurahan baru dengan tujuan tercapainya efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. Adanya perubahan status desa menjadi kelurahan menuntut adanya perubahan perangkat. Perangkat desa menjadi perangkat kelurahan. Hal ini dikarenakan kedua sistem pemerintahan ini, walaupun setara tetapi komponen-komponen yang ada dalam birokrasinya berbeda. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan pemerataan pembangunan dalam konteks pemerintah daerah dan kelurahan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 tentang Kelurahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun E 2006 tentang Pembentukan, Penggabungan, Pemekaran dan Penghapusan Kelurahan merupakan sebuah keinginan pemerintah dalam rangka merespon dan mengakomodir perkembangan dan kompleksitas kepentingan pelayanan masyarakat khususnya pada tingkat kelurahan, termasuk di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Posisi dan letak desa yang strategis, mengundang banyak masyarakat pendatang. Hal ini menyebabkan semakin heterogennya masyarakat desa. Dukungan sarana dan prasarana yang cukup memadai serta potensi ekonomi yang ada dapat memberikan sebuah jaminan dan dukungan bagi pemerintah daerah untük dapat melaksanakan perubahan status desa nienjadi kelurahan. Saat ini di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung terdapat 6 desa yang jika dilihat dari perkembangan masyarakat dan kompleksitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat sangat dimungkinkan diubah statusnya menjadi kelurahan. Untuk itu perlu diterbitkannya sebuah regulasi yang mengatur tentang kelurahan melalul Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung. Berdasarkan uraian di atas dipandang perlu dilakukan pengkajian secara akademik dan evaluasi terhadap kondisi yang ada saat ini terkait dengan rencana perubahan status desa menjadi kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung. 1.2 Fokus Kajian Rencana perubahan status desa menjadi kelurahan di wilayah Pemerintah Kabupaten Bandung difokuskan pada enam desa, yaitu Desa Sadu, Desa Soreang, Desa Cingcin, Desa Pamekaran, Desa Parung Serab dan Desa Sekarwangi. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Kajian Tujuan kajian rencana perubahan status desa menjadi kelurahan ini adalah : 1. Untuk mengetahui mekanisme mengenai perubahan status desa menjadi kelurahan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 2. Untuk menyusun strategi regulasi yang efektif guna merespon rencana perubahan status desa menjadi kelurahan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : a Perubahan status desa menjadi kelurahan berguna untuk mempercepat laju pembangunan desa. b Penggalian potensi desa yang diubah statusnya di Iingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung akan semakin besar demi kemajuan desa itu sendiri. c Penyebaran penduduk serta taraf kehidupan masyarakat desa yang diubah statusnya menjadi kelurahan cenderung membaik. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perubahan Atkinson, 1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003:1, menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey dan Blanchard 1977 dalam Nurhidiyah, 2003:4, menyebutkan empat tingkatan perubahan yaitu: 1. Perubahan pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. 2. Perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. 3. Perubahan partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berperilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. 4. Perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tentang arah dan perilaku untuk sistem dari masalah aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun berdasarkan rencana dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. 2.2 Rencana 2.2.1 Pengertian Rencana

Dokumen yang terkait

DAMPAK PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS DI KELURAHAN URANG AGUNG KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO)

0 8 2

PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN PANARAGAN JAYA KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 8 64

IMPLIKASI ATAS PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN TERHADAP BIROKRASI PUBLIK DI KABUPATEN SRAGEN

0 6 75

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 2 15

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 1 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUBAHAN STATUS DARI DESA MENJADI KELURAHAN DILIHAT DARI STATUS TANAH KAS DESA DAN APARAT PEMERINTAH DESA ( Studi Kasus di Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali ).

0 0 16

Perda No. 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Status 6 Desa menjadi Kelurahan

0 0 10

Perda No. 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan

0 0 7

PERDA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

0 0 7

PENGARUH PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI KELURAHAN DI KOTA BANJAR (Studi Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan) - repo unpas

0 0 20