Persepsi Petani Terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak Produk P4S Bumi Lestari Sragen (kasus Petani di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen)

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK

MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK

PRODUK P4S BUMI LESTARI SRAGEN

(Kasus Petani di Desa Gondang, Kecamatan Gondang,

Kabupaten Sragen)

SKRIPSI

IFA ALISA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

RINGKASAN

IFA ALISA. D34103048. Persepsi Petani Terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak Produk P4S Bumi Lestari Sragen (Kasus Petani di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen ). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. H. Ismail Pulungan, MSc

Pembimbing anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM,APU

Keberhasilan inovasi menggunakan pupuk kompos kotoran ternak pada petani di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen sangat ditentukan oleh persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak tersebut. Tujuan penelitian adalah : 1) Mengggambarkan karakteristik internal dan eksternal petani, 2) Mengetahui persepsi petani terhadap inovasi pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen, 3) Mengetahui hubungan antara karakteristik internal dan eksternal petani dengan persepsi petani untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen.

Penelitian berlangsung selama bulan November 2006 di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen. Populasi penelitian adalah petani yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling ,sampel yang diambil sebanyak 30 orang dari populasi 120 orang. Penelitian ini dirancang sebagai survei yang bersifat deskriptif korelasional. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Analisis data meliputi analisis deskriptif, rataan skoring, dan korelasi

rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dipersepsikan petani sebagai inovasi yang memiliki sifat memberikan keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan dapat dicoba dan diamati.

Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan yang nyata dan positif dengan persepsi terhadap tingkat kesesuaian, pengalaman bertani juga mempunyai hubungan nyata dan positif dengan persepsinya terhadap tingkat kerumitan dan media informasi mempunyai hubungan ynag sangat nyata dan positif dengan persepsinya terhadap inovasi mengenai kemudahan untuk dapat dicoba.

Kata kunci : persepsi, inovasi, keuntungan relatif, pupuk kotoran ternak, kesesuaian, dapat dicoba dan kemudahan dapat dilihat hasilnya.


(3)

ABSTRACT

The Perception of Farmers to Innovation of Fertilizer of Animal Faeces From The Product of P4S Bumi Lestari Sragen ( Case of Farmers in Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen )

Alisa I, I. Pulungan, D. Susanto

The successful of innovation to use fertilizer of animal faeces in Desa Gondang is mostly determined by farmers perception to innovation to use the fertilizer of animal faeces. The aims of the study are : 1) To describe the internal and external characteristics of the farmers, 2) To know the farmers perception to innovation to use the fertilizer of animal faeces from the product of P4S Bumi Lestari Sragen, 3) To analyze the correlation between internal and exsternal characteristics of the farmers and the farmers perception to use the fertilizer of animal faeces from the product of P4S Bumi Lestari Sragen.

This study was done in November 2006 at Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen. The population of this research were the farmers that used fertilizerof animal faeces from the product of P4S Bumi Lestari Sragen. Sample was taken with purposive random sampling . Sample size was 30 persons taken from 120 total of the farmers. This research was carried out as a survey and the result are presented as descriptive correlation and using rank Spearman correlation.

The results of the study showed that innovation to use manure of animal faeces was percepted by farmers as innovation that given relative advantages, compability, complexity, to triability and observability.

Rank Spearman correlation result indicated that age had significant and positive correlation with the perception of compability, and information media had very real and positive correlation to the perception of innovation of simplicity to try.

Key words : Perception, innovation, fertilizer of animal faeces, relative advantages, compability, triability


(4)

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK

MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK

PRODUK P4S BUMI LESTARI SRAGEN (Kasus Petani di Desa

Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen)

IFA ALISA D34103048

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(5)

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK PRODUK P4S BUMI LESTARI

SRAGEN

(Kasus Petani di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen)

Oleh : IFA ALISA

D34103048

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. H. Ismail Pulungan, Msc Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

NIP. 130 345 020 NIP. 140 020 648

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc NIP 131 624 188


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1985 di Sragen Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Azis Sarbini dan Ibu Lilis Suryani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Mojopuro III SumberLawang pada tahun 1997. Pendidikan Menengah Pertama di selesaikan di SMP Negeri I Gondang Kabupaten Sragen dan lulus pada tahun 2000, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di selesaikan pada tahun 2003 di SMU Negeri I Sindang Indramayu.

Penulis diterima sebagai mahasiswa dengan minat studi Komunikasi dan Penyuluhan pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi HIMASEIP dan berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai panitia pada kegiatan Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan.


(7)

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’aalamiin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penyusunan skripsi yang berjudul persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik internal dan eksternal petani, mengetahui persepsi petani terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, mengetahui dan mengkaji hubungan antara karakteristik internal dan eksternal petani terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak. Skripsi ini diharapkan dapat memberi wawasan baru, dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah pengetahuan tentang pupuk kompos kotoran ternak dan sebagai pertimbangan bagi pembuat keputusan P4S Bumi Lestari Sragen dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam menjaring petani.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal’aalamiin.

Bogor, Januari 2007


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT .. ... ii

LEMBAR PERYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAAN ... iV RIWAYAT HIDUP ... V KATA PENGANTAR ... Vi DAFTAR ISI ... Vii DAFTAR TABEL ... iX DAFTAR GAMBAR ... X DAFTAR LAMPIRAN ... Xi PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... .... 1

Perumusan Masalah ... .... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Karakteristik Petani ... 6

Persepsi ... 6

Inovasi Peternakan ... 8

Kendala-kendala Petani Mengadopsi Inovasi ... 10

Pemupukan ... 11

Hubungan Karakteristik Petani dan Persepsi Petani terhadap Inovasi Teknologi ... 13

METODE PENELITIAN ... 15

Lokasi dan Waktu ... 15

Populasi dan Sampel ... 15

Desain Penelitian ... 15

Data dan Instrumen ... 16


(9)

Analisis Data ... 16

Definisi istilah ... 17

GAMBARAN UMUM LOKASI ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Karakteristik Petani ... 22

Persepsi Petani terhadap Inovasi untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 25

Hubungan Antara Karakteristik Petani dan Persepsi Petani Terhadap Inovasi untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

UCAPAN TERIMAKASIH ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sebaran Petani Menurut Karakteristik Petani ……… 22 2. Rataan Skor Persepsi Petani terhadap Inovasi Untuk

Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 26 3. Hubungan Antara Karakteristik Internal dan Eksternal

dengan Persepsi Petani terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan Antara Karakteristik Petani Dan Persepsi Petani Terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos

Kotoran ... ... 5 2. Proses Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Solomon ... ... 7 3. Proses Pembuatan Pupuk Kompos Produk P4S Bumi Lestari………... 13


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 37

2. Informasi, indikator dan Kuisioner ... 44

3. Matrik Variabel, Nomor Kuisioner dan Nomor Halaman ... 49

4. Dokumentasi Penelitian ... 50

5 Peta Kecamatan Gondang. ... 51


(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh petani karena menghasilkan output yang dapat dimanfaatkan yaitu daging, kulit, kotoran (pupuk) dan tenaga kerja ternak. Tanaman memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi tersebut sebenarnya telah tersedia di dalam tanah. Namun setelah lama ditumbuhi tanaman, ketersediaannya akan berkurang sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk tanaman secara optimal, salah satu cara mengatasinya adalah dengan pemupukan. Pupuk merupakan bahan yang memberikan zat hara bagi tanaman.

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian secara intensifikasi. Usaha peningkatan tersebut dilakukan seiring dengan kebutuhan manusia terhadap hasil-hasil pertanian yang setiap waktu semakin meningkat.

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bumi Lestari berdiri sejak tahun 1998 yang berpusat di Dukuh Sedah, RT. 09 RW. 02 Glonggong, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. Produk yang dihasilkan P4S Bumi Lestari terutama adalah pupuk organik. Pupuk kompos yang dihasilkan tersebut menggunakan bahan baku limbah tanaman, dan limbah hewan. Dalam hal ini petani dihadapkan dalam dua pilihan yaitu menggunakan pupuk organik atau menggunakan pupuk anorganik yang sudah melekat dalam diri petani. Penggunaan pupuk kompos produk P4S Bumi Lestari oleh petani dapat dipengaruhi oleh persepsinya terhadap pupuk tersebut.

Persepsi merupakan pengalaman belajar tentang obyek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, oleh karena itu persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bertindak, serta berkomunikasi dengan pihak lain ( Rakhmat, 2004).

Kebutuhan akan hasil bumi baik pangan maupun non pangan selalu meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, sedangkan luas tanah yang memproduksi bahan tersebut relatif tetap, bahkan semakin berkurang untuk kepentingan perumahan, industri dan sebagainya. Maka terjadilah ketimpangan


(14)

dalam memproduksi hasil bumi, sehingga ada kecenderungan petani menggunakan pupuk buatan yang beraneka jenis dalam dosis yang berlebihan secara terus menerus, yang dapat berakibat buruk pada tanah. Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen dan umumnya wilayah Indonesia merupakan daerah potensi pertanian. Strategi pemberdayaan pola pertanian ramah lingkungan dengan penggunaan pupuk kompos ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, oleh karena itu perlu direalisasikan transfer teknologi penggunaan pupuk kompos siap pakai dan berkualitas tinggi. Ketergantungan pada pupuk kimia dan situasi mahalnya harga pupuk kimia, maka dilakukan pengembangan bioteknologi berupa pembuatan pupuk organik. Namun hanya sebagian kecil (30%) para petani di desa Gondang yang saat ini menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak atau limbah pertanian. Persepsi positif masyarakat petani akan fungsi pupuk organik dirasa masih kurang dan perlu untuk diteliti.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, langkah awal dalam penelitian ini, perlu segmentasi sasaran dan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut;

a. Bagaimana karakteristik petani menurut ciri-ciri internal dan eksternalnya? b. Bagaimana persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunaan pupuk

kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari?

c. Bagaimana hubungan karakteristik internal dan eksternal petani dengan persepsi terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara rinci persepsi petani dalam menggunakan pupuk kompos Produk P4S Bumi Lestari Sragen. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah;

a. Menggambarkan karakteristik internal dan eksternal petani.

b. Mengetahui persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari.

c. Menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal petani dengan persepsi petani untuk menggunaan pupuk kompos kotoran ternak Produk P4S Bumi Lestari Sragen.


(15)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, yakni;

1. Bagi peneliti dapat memberi wawasan baru dan dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah pengetahuan tentang pupuk kompos kotoran ternak dan persepsi petani dalam menggunakan pupuk tersebut.

2. Sebagai bahan pertimbangan P4S Bumi Lestari dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam menjaring petani menggunakan pupuk kompos produk P4S Bumi Lestari di masa depan.


(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dipengaruhi oleh karakteristik internal yang meliputi : umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan karakteristik eksternal petani meliputi : status lahan, luas lahan, media informasi dan interaksi dengan petani lain.

Pendidikan formal maupun non formal yang dimiliki seseorang akan membentuk persepsi orang tersebut terhadap inovasi. Seseorang yang memiliki pendidikan formal maupun non formal yang tinggi cenderung lebih cepat dalam menerima sesuatu gagasan baru, sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan antara pendidikan formal dan non formal dengan persepsi. Petani yang telah berpengalaman cenderung akan memiliki kemampuan dan ketrampilan yang tinggi, sehingga lebih pandai dalam memilih cara-cara berusaha tani yang paling menguntungkan, pengalaman ini akan berhubungan dengan pembentukan persepsi.

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi status sosial petani. Tingkat pendapatan keluarga cenderung menentukan setiap pengambilan keputusan dalam pengelola usaha taninya. Status dan luas lahan yang ada pada petani berhubungan dengan pembentukan persepsi terhadap inovasi dikaitkan dengan sifat inovasi tersebut yang sederhana, efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Semakin kredibel sumber informasi yang digunakan, ada kecenderungan semakin sering sumber informasi tersebut dihubungi dan digunakan petani.

Tingkat keuntungan relatif adalah perbandingan keuntungan menggunakan pupuk kompos dan pupuk kimia. Perbandingan keuntungan relatif tersebut dilihat dari pandangan petani tentang penggunaan pupuk mana yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Tingkat kesesuaian dilihat dari pandangan petani tentang sesuai atau tidaknya inovasi pupuk kompos kotoran ternak dengan nilai-nilai atau kebiasaan yang sudah ada sebelumnya, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan petani. Tingkat kerumitan ini dilihat dari pandangan petani tentang mudah tidaknya inovasi pupuk kompos itu digunakan. Tingkat kemudahan dilihat dari pandangan petani tentang mudah tidaknya penerapan inovasi dicoba, terutama dalam skala kecil. Tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya dari ada tidaknya hasil yang dapat dengan mudah dilihat atau diamati.


(17)

Keberhasilan dalam menggunakan pupuk kompos kotoran ternak di daerah Desa Gondang tidak hanya ditentukan oleh potensi alamnya saja tetapi dipengaruhi juga oleh persepsi petani terhadap penggunaan pupuk kompos kotoran ternak tersebut. Persepsi petani dalam penelitian ini dilihat dari lima indikator : (1) tingkat keuntungan relatif, (2) tingkat kesesuaian, (3) tingkat kerumitan, (4) tingkat kemudahan untuk dicoba dan (5) tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya.

Karakteristik internal dan eksternal diduga mempengaruhi persepsi petani terhadap penggunaan pupuk kompos kotoran ternak. Penelitian mengenai persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak di Desa Gondang, Kecamatan Gondang secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Hubungan Karakteristik Petani dengan Persepsi Petani terhadap inovasi untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak

Karakteristik Internal: • Umur

• Pendidikan • Pendapatan

• Pengalaman bertani • Jumlah tanggungan

keluarga

Persepsi petani terhadap inovasi pupuk kompos kotoran ternak

• Keuntungan relatif • Tingkat kerumitan • Tingkat kesesuian • Tingkat kemudahan

untuk dicoba • Tingkat kemudahan

untuk dilihat hasilnya

Karakteristik Eksternal • Status Lahan • Luas Lahan • Media informasi • Interaksi dengan petani


(18)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Petani

Zahid (1997), menyebutkan bahwa karakteristik individu atau personal faktor yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, dan karakteristik psikologik. Termasuk karakteristik psikologik adalah rasionalitas, fleksibilitas mental, dogmatisme, orientasi terhadap usaha tani, dan kecenderungan atau kemudahan menerima informasi.

Sari (1995) menyatakan bahwa karakteristik individu akan dibawa dalam pekerjaan seorang individu sehingga menimbulkan berbagai macam maksud, tujuan, kepentingan, kebutuhan, kesukaan, kesetiaan, kesusahan, kegemaran, kecakapan, kemampuan, dan lain- lain.

Saleh (1984) menyebutkan bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi meliputi : mata pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keikutsertaan kursus, jumlah anggota keluarga usia kerja, jumlah ternak yang dimiliki, umur, serta penghasilan.

Persepsi

Rakhmat (2004) menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa, atau hubungan–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Sarwani (2003) persepsi adalah pandangan atau sikap terhadap sesuatu hal yang menumbuhkan motivasi, dorongan, kekuatan, dan tekanan yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi yaitu faktor stuktural dan faktor fungsional. Faktor struktural berasal semata–mata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek–efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Itu berarti secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima. Sedangkan faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal–hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah karakteristik orang yang memberi respons terhadap rangsangan tersebut (Rakhmat, 2004)

Proses terbentuknya persepsi tidak terlepas dari bantuan alat indera sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara.


(19)

Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana stimuli–stimuli itu diseleksi, di organisasikan dan diinterpretasikan (Solomon dalam Sutisna, 1999). Gambar 1 berikut menggambarkan bagaimana stimuli ditangkap melalui indra dan kemudian diproses oleh penerima stimuli (persepsi).

Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Solomon (Sutisna, 1999)

Reksowardoyo (1983) menyatakan bahwa faktor utama dalam persepsi adalah kemampuan seseorang mengambil sejumlah fakta dan informasi yang terbatas dan kemudian menyesuaikannya kepada suatu gambaran secara keseluruhan. Dua faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembentukan persepsi yaitu : (1) informasi yang sangat menunjang dimulainya persepsi dan (2) keadaan internal yang cenderung membantu interpretasi informasi baru yang lebih berarti terhadap kesan yang telah terbentuk.

Effendy (1993), menyatakan bahwa persepsi adalah penginderaan yang dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara orang yang satu dengan yang lain, tidak akan sama meskipun mereka sama- sama dalam satu organisasi atau kelompok. Hal itu disebabkan persepsi tersebut dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi orang tersebut baik ia seorang komunikator atau komunikan.

STIMULASI Penglihatan Suara Bau Rasa Tekstur

Indra penerima (Sensasi)

Perhatian Interpretasi

(Pemberian Arti) Tanggapan


(20)

Inovasi Peternakan

Gonzales dalam Jahi (1988) mengemukakan bahwa ketika suatu inovasi diperkenalkan kepada suatu komunitas pertanian, tidak setiap orang akan mengadopsi inovasi tersebut. Dikatakan lebih lanjut bahwa setelah mempelajari penggunaan pupuk organik, sejumlah kecil petani akan mempelajari sikap yang layak terhadap pemakaian pupuk itu. Beberapa petani kemudian mencobanya pada suatu petak, kemudian membandingkannya dengan pupuk lain. Jika pupuk tersebut terbukti lebih baik, maka petani akan mengadopsinya.

Suatu inovasi akan diterima atau ditolak tidak lepas dari pertimbangan- pertimbangan apakah inovasi tersebut secara ekonomis menguntungkan atau tidak bagi pengembangan usaha tani yang dikelola. Pertimbangan- pertimbangan tersebut pada dasarnya tertumpu pada keadaan sumberdaya yang dimiliki oleh calon adopter.

Oleh karena itu Soekartawi (1988) menegaskan bahwa dalam proses pengambilan keputusan adopsi inovasi selalu dipengaruhi oleh : (1) faktor sosial, (2) faktor budaya, (3) faktor personal dan (4) faktor situasional.

Soekartawi (1988) mengatakan bahwa faktor-faktor situasional meliputi pendapatan usahatani, ukuran usahatani, status pemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber-sumber informasi yang digunakan dan tingkat kehidupan. Lebih jauh dikatakan pula bahwa karakteristik personal meliputi umur, pendidikan, karakteristik psikologi.

Soekanto (1987) mengatakan bahwa faktor–faktor penyebab hambatan adopsi inovasi, yaitu :

1) Sistem nilai yang dianut, apabila hal yang baru bertentangan dengan nilai- nilai yang berlaku, maka daya serap praktis tertutup adanya.

2) Perangkat kaidah-kaidah masyarakat, artinya kalau hal baru diperlukan tidak serasi dengan kaidah-kaidah masyarakat yang berlaku, maka tidak ada daya serap masyarakat.

3) Pola interaksi yang berlaku, kalau interaksi yang ada tidak didukung hal-hal baru, maka daya serap tidak ada.

4) Taraf pendidikan formal dan informal tertentu, melatih manusia untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan sesamanya maupun dengan masyarakat secara menyeluruh.


(21)

5) Tradisi yang dipelihara secara turun temurun, adanya tradisi yang kuat tidak dengan sendirinya berarti tidak ada daya serap terhadap unsur–unsur yang datang dari luar, lazimnya daya penyerapan itu ada, apabila memperkuat dan mengembangkan tradisi yang ada.

6) Sikap tidak terbuka terhadap hal–hal yang baru.

7) Adanya anutan yang tidak mampu menyerasikan ’konservatisme’ dengan ’inovatisme’.

Jahi (1988) mengartikan inovasi sebagai suatu ide, cara, ataupun suatu benda yang dianggap baru oleh seseorang dan merupakan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan umum. Inovasi memiliki dua pengertian yaitu berupa pemasukan atau pengenalan hal–hal baru dan berupa penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada.

Inovasi merupakan suatu ide, perilaku, metode, informasi, praktek–praktek baru dan produk yang belum banyak diketahui/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dalam lokalitas tertentu yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat, demi terwujudnya perbaikan–perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto,1993).

Rogers (1983) menjelaskan bahwa inovasi mempunyai karakteristik (1) keuntungan relatif, yakni besar kecilnya keuntungan dari inovasi, (2) kompatibilitas, yakni tingkat kesesuaian inovasi dikaitkan dengan pengalaman dan kebutuhan, (3) kompleksitas, yakni mudah tidaknya inovasi itu dipahami, (4) trialabilitas, yakni mudah tidaknya inovasi untuk dicoba dan (5) observabilitas, yakni mudah tidaknya hasil maupun cara penerapan inovasi untuk diamati dan dipelajari.

Lebih jauh Rogers (1983) beranggapan bahwa keuntungan relatif tidak hanya dalam soal keuntungan finansial, tetapi juga segi-segi sosial (gengsi), preferensi (rasa enak dan kurang enak), teknis, dan kepraktisan (mudah sulitnya digunakan). Ia menambahkan bahwa keuntungan relatif berhubungan positif dengan kecepatan adopsi.

Rogers (1983) menyebutkan bahwa kompleksitas inovasi adalah derajat kerumitan atau kesulitan yang dipersepsi dari inovasi itu bisa dimengerti dan/atau untuk bisa dilakukan oleh penganutnya ( adopters-nya).


(22)

Observabilitas suatu inovasi adalah sejauh mana hasil inovasi itu dapat dilihat atau dirasakan oleh penganut yang berpotensi ( potential adopters).

Kendala-kendala Petani Mengadopsi Inovasi

Kendala-kendala yang berhubungan dengan tingkat keputusan petani mengadopsi suatu inovasi, perlu ditelaah faktor-faktor yang berhubungan dengan input dan output rumah tangga petani, serta lingkungan rumah tangga petani.

Kendala- kendala input rumah tangga petani dapat dilihat antara lain : 1) Sumber- sumber lahan.

Menurut Soekartawi (1988) petani pemilik lahan lebih luas memungkinkan mereka melakukan usaha taninya lebih lanjut dan makin dibutuhkan. Selanjutnya dikatakan bahwa pemilik tanah dengan status hak pemilikan lebih inovatif dibandingkan dengan petani bukan pemilik.

2) Tenaga Kerja.

Salah satu faktor yang menentukan petani mengadopsi teknologi adalah tersedianya tenaga kerja terampil, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja yang disewa atau tenaga kerja lainnya. Walaupun tenaga kerja yang dibutuhkan itu tersedia, bila produktivitas kerjanya rendah tetap merupakan kendala bagi pengadopsi teknologi.

3) Modal

Salah satu sifat inovasi adalah keuntungan relatif, yaitu secara ekonomis menguntungkan bila dilihat dari biaya yang dikeluarkan lebih rendah, pemakaian tenaga kerja dan waktu lebih hemat, resiko kegagalan dapat diperhitungkan, hasilnya segera terlihat (Rogers, 1983).

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala- kendala yang berhubungan dengan input rumah tangga petani yang mengakibatkan pula kemungkinan penolakan suatu inovasi adalah : (1) sempitnya lahan yang dimiliki, (2) tidak tersedianya tenaga kerja yang produktif dan terlatih, (3) kecilnya pemilikan modal.


(23)

Pemupukan

Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat produksi tanaman. Macam dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah pada dasarnya harus terdapat dalam keadaan yang cukup dan seimbang dengan tingkat produksi yang diharapkan. Pada umumnya tanaman mempunyai batas toleran terhadap masalah kesuburan tanah secara spesifik, sehingga berdasarkan hal itu dapat disusun pula pertanaman yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (Sutrisno, 1989)

Kartasapoetra dan Sutejo (1987) menyatakan bahwa sisa-sisa atau seresah tanaman, dan binatang, misalnya limbah atau kotoran hewan, demikian pula kompos, bungkil, tepung tulang dan sebagainya dapat diubah di dalam tanah menjadi bahan– bahan organik tanah, lazim disebut pupuk alam atau pupuk organik. Pupuk kotoran ternak dapat dikatakan selain mengandung unsur makro (Nitrogen, fosfor, Kalium,dsb) juga mengandung unsur-unsur mikro (kalsium magnesium, tembaga serta sejumlah kecil mangan, tembaga, borium,dll.) yang semuanya membentuk pupuk, menyediakan unsur-unsur atau zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah pula (Kartasapoetra dan Sutejo ,1987).

Peran penting pupuk dalam meningkatkan produksi pangan diperlihatkan dalam hasil–hasil dari kegiatan Freedom From Hunger Fertilizer Programme (FFHFP) di 31 negara. Peningkatan rata–rata berat dari perlakuan pupuk yang paling baik untuk semua tanaman yang di uji ialah sebesar (58%) (Sutrisno, 1989).

Enjang (2007) menyebutkan keuntungan yang bisa didapat para petani dari penggunaan pupuk organik yaitu, bahan pupuk organik mudah didapatkan, biaya yang dikeluarkan relatif kecil, harga jual dari padi yang dihasilkan sangat tinggi, beras yang dihasilkan bila dimasak tahan lama juga efek dari pupuk organik terhadap tanah tidak ada dan bila biasanya di lahan 100 bata dengan menggunakan pupuk kimia maksimal menghasilkan 80 kwintal, dengan menggunakan pupuk organik bisa


(24)

mencapai 1 ton. Nasir (2007) menyebutkan bahwa penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah.

Menurut Nasir (2007), penggunaan bokashi (bahan organik yang telah difermentasikan) EM (Efektif Mikroorganisme) secara rinci berpengaruh terhadap : peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman, aktivitas hama dan penyakit/patogen dapat ditekan, peningkatan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan seperti Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dan lain-lain. Selain itu juga mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia dan fiksasi Nitrogen, ramah lingkungan dan produk yang dihasilkan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan dan lingkungan.

Leiwakabessy dan Sutadi (1998) menyatakan jenis dan jumlah pupuk yang ditambahkan perlu disesuaikan dengan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah dan jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kegiatan pemupukan harus dilakukan secara profesional, di samping usaha mendeteksi unsur hara, perlu juga dipahami seluk beluk tanaman dan tanah, sehingga jenis pupuk, dosis, waktu dan cara pemberian dapat dilakukan dengan tepat.

Sasongko dan Sauki (2006) menyatakan bahwa pupuk kompos kotoran ternak dapat menyuburkan tanah, memperbaiki tekstur tanah sehingga unsur hara yang tersedia maupun yang ditambahkan dapat dimanfaatkan oleh tanaman lebih efisien dan untuk melaksanakan pedoman lima tepat dalam pemupukan yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat, tepat waktu dan tepat cara. Pedoman lima tepat ini disarankan agar diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi dalam pemupukan

Proses Pengomposan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu; a). Resiko kegagalan sangat kecil; b). Tidak memerlukan bioaktivator dan hanya memanfaatkan limbah cair; c). Mutu produk tinggi dan homogen; d). Kebutuhan tenaga kerja rendah; e). Ramah lingkungan (Darnoko, 2006)

Anonim (1998), proses pelapukan bahan organik dalam tanah oleh mikroorganisme tanah menyebabkan unsur hara lebih tersedia bagi tanaman. Bakteri merupakan mikroorganisme yang penting dalam perombakan bahan organik. Bakteri


(25)

memegang monopoli tiga buah pokok transformasi enzimatik yaitu nutrifikasi, oksidasi sulfur dan fikasi N. Jadi bakteri dapat dianggap sebagai tenaga besar yang hebat dalam tanah.

Pembuatan pupuk kompos kotoran ternak P4S Bumi Lestari Sragen dengan bantuan EM (Efektif Mikroorganisme) disajikan dalam gambar 3.

Digundukkan dan ditutup terpal

Gambar 3. Pembuatan Pupuk Kompos Kotoran Ternak Produk P4S Bumi Lestari Sragen

Hubungan Karakteristik Petani dan Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi

Meskipun seseorang atau beberapa orang berada dalam tempat yang sama mengalami kejadian yang sama serta mengalami stimulan yang sama, kemungkinan terjadi penerimaan, penafsiran yang berbeda terhadap obyek atau peristiwa yang mereka alami. Persepsi seperti juga sensasi yang dikatakan Rakhmat (2004) ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor–faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi adalah : (1) pengalaman, yang tidak selalu diperoleh lewat belajar formal, (2) motivasi, (3) kepribadian.

Soekartawi (1988) menjabarkan bahwa alasan petani mengadopsi inovasi disebabkan oleh faktor situasi yaitu situasi di mana mereka mendapatkan dirinya sendiri dalam proses difusi inovasi, yang termasuk faktor ini di antaranya pendapatan usahatani, ukuran usahatani, status pemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber-sumber informasi yang digunakan dan tingkat kehidupan.

Bahan baku Kadar air 30-40%) Larutan

gula + bakteri

Suhu seperti awal tidak berbau menyengat siap digunakan

Masukkan

Kontrol suhu 1 minggu sekali & dibalik / pertahankan suhu 60 – 700 C dan kelembabannya Dicampur


(26)

Hubungan karakteristik petani dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi telah banyak diteliti, beberapa hasil penelitian dan pendapat para ahli diuraikan di bawah ini :

(1) Umur

Umur berhubungan dengan cepat tidaknya adopsi teknologi oleh petani, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Soekartawi (1988) bahwa petani yang lebih tua tampaknya cenderung kurang melakukan divusi inovasi pertanian dibandingkan dengan mereka yang umurnya relatif muda.

(2) Pendidikan

Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan tingkat penilaian dan keputusan adopsi inovasi, seperti yang dikatakan oleh Rogers (1983) bahwa orang-orang yang mengadopsi inovasi lebih awal dalam proses difusi, cenderung lebih berpendidikan. Hal yang sama dikatakan oleh Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat melaksanakan adopsi.

(3) Pengalaman bertani

Faktor pengalaman mempunyai hubungan positif dengan kecepatan adopsi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) petani yang berpengalaman lebih cepat mengadopsi teknologi dibandingkan dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman.

(4) Pendapatan

Menurut Soekartawi (1988) petani yang berpenghasilan rendah lambat untuk melakukan difusi inovasi, sebaliknya petani yang berpenghasilan tinggi mampu untuk melakukan percobaan-percobaan dan perubahan.

(5) Status dan luas pemilikan lahan

Status dan luas lahan menentukan petani untuk dapat mengambil keputusan secepatnya dalam upaya menerapkan suatu unsur inovasi. Menurut Soekartawi (1988) ukuran lahan usahatani berhubungan positif dengan adopsi. Penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik akan menghasilkan manfaat ekonomi yang memungkinkan usahatani lebih lanjut.


(27)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen, pada petani yang menggunakan pupuk kompos produk P4S Bumi Lestari Sragen. Penelitian di lakukan selama bulan November 2006.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi penelitian adalah petani yang menggunakan pupuk kompos produk P4S Bumi Lestari Sragen yang berada di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. Populasi petani seluruhnya berjumlah 120 orang dan menyebar di Desa Gondang.

Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini diawali dengan penentuan lokasi yang dilakukan secara sengaja (purposive). Selanjutnya dari desa yang terpilih diambil sampel responden secara random sampling untuk memastikan bahwa segmen dari populasi dapat terwakili dalam sampel, sebanyak 25 persen dari populasi yang ada. Mengingat populasi petani lebih dari seratus orang, maka dilakukan sampling dengan prosedur pengambilannya merujuk prosedur yang dikemukakan oleh Arikunto (1998), bahwa apabila populasi lebih dari seratus orang, dapat diambil sampel sebanyak antara 10-25 persen dan apabila populasi sama atau kurang dari seratus orang harus diambil semua. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini dari 120 orang populasi petani, ditetapkan sampel 25 persen yaitu sebanyak 30 orang petani

Desain Penelitian

Penelitian dirancang sebagai survai yang bersifat deskriptif korelasional. Peubah bebas adalah karakteristik internal dan eksternal petani dan peubah tidak bebas adalah persepsi petani terhadap penggunaan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari di Kecamatan Gondang.


(28)

Data dan Intrumentasi

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan responden, sedangkan data sekunder adalah data tentang keadaan umum dan data yang diperoleh dari P4S Bumi Lestari. Instrumen penelitian adalah kuesioner yang dibagi menjadi dua yaitu : (1) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur karakteristik internal dan eksternal petani, dan (2) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari.

Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui :

1. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner

2. Pengumpulan data sekunder dari bahan rujukan, buku dan data yang diperoleh dari P4S Bumi Lestari dan dari Kecamatan Gondang dan dari dinas-dinas yang terkait.

Analisis Data

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif di lakukan untuk mengetahui karateristik petani yang meliputi umur, pengalaman bertani, pendidikan, tingkat pendapatan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, media informasi dan interaksi dengan petani lain.

2. Analisis rataan skor untuk melihat persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak

3. Analisis korelasional

Data primer yang terkumpul diolah dengan memakai test statistik Rank Spearman dengan menggunakan program komputer SPSS for windows. Rumus korelasi peringkat Rank Spearman (Siegel,1992) yang digunakan adalah sebagai berikut :


(29)

(

1

)

6

1 12

2 − − =

= n n di r n i s

Di mana :

d = Selisih dua jenjang untuk indikator yang sama n = Banyak jenjang

rs = Koefisien korelasi rank Spearman

Definisi Istilah

Definisi operasional dan beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik internal dan eksternal petani : beberapa ciri petani yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berternak, tingkat pendapatan keluarga, status lahan,luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, media informasi dan interaksi dengan petani lain.

Umur : usia jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai saat menjadi responden dalam penelitian. Dikategorikan dalam : umur muda, yaitu umur responden yang sama atau di bawah umur rata-rata dan umur tua yaitu umur responden di atas umur rata-rata.

Pendidikan Formal: lamanya responden duduk di bangku sekolah formal yang terakhir ditempuh responden. Dikategorikan : tidak tamat SD dan tamat SD yang didasarkan pada sebaran populasi.

Pendidikan Non Formal: kursus atau pelatihan yang pernah diikuti responden. Dikategorikan tidak pernah mengikuti kursus dan pernah mengikuti kursus.

Tingkat Pendapatan: jumlah penghasilan bersih yang diterima petani dari usaha pertanian dan usaha sampingan yang diperoleh responden setiap bulannya. Dikategorikan : rendah, apabila penghasilan bersih responden yang nilainya di bawah atau sama dengan pendapatan rata-rata. Tinggi, apabila jumlah penghasilan bersih responden yang nilainya di atas pendapatan rata-rata.

Status Lahan: sifat kepemilikan lahan garapan yang digunakan untuk usaha tani/ternaknya. Dikategorikan pemilik dan penyewa didasarkan pada sebaran populasi sampel.


(30)

Luas Lahan: hamparan areal tanah yang digarap responden yang dinyatakan dalam ha yang didasarkan dalam sebaran populasi, dikategorikan : lahan sempit dan lahan luas.

Pengalaman Bertani adalah lamanya (tahun) responden bekerja di bidang pertanian sampai saat diwawancara. Dikategorikan : rendah yaitu pengalaman bertani sama atau kurang dari rata-rata dan tinggi yaitu pengalaman bertani diatas rata-rata, didasarkan pada sebaran populasi.

Interaksi dengan petani lain adalah hubungan yang menimbulkan proses komunikasi, interaksi yang dimaksud adalah aksi dan reaksi yang membahas masalah pertanian. Dikategorikan : rendah yaitu interaksi dengan petani lain sama atau kurang dari rata-rata dan tinggi yaitu interaksi dengan petani lain di atas rata-rata, didasarkan pada sebaran populasi.

Media Informasi adalah sarana yang ada pada P4S Bumi Lestari. Dikategorikan tersedia yaitu jika media informasi mengenai pupuk kompos itu ada dan tidak tersedia jika media informasi mengenai pupuk kompos tidak ada.

2. Persepsi petani terhadap Inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak adalah penilaian dan pernyataan responden tentang inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak yang meliputi : keuntungan relatif (relative advantage), tingkat kesesuaian (compatibility), tingkat kerumitan (complexity), tingkat kemudahan untuk dicoba (triability), dan mudah diamati atau dirasakan (observability). dilihat lima indikator.

Keuntungan Relatif (relative advantage), adalah tingkatan di mana suatu ide baru dapat dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya dan secara ekonomis menguntungkan.

Tingkat Kesesuaian (compatibility), menunjukkan kesesuaian inovasi pupuk kompos kotoran ternak dengan nilai-nilai, kepercayaan masyarakat, kebiasaan yanag telah ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan petani. • Tingkat Kerumitan (complexity), menggambarkan tingkat kesukaran dari

inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak. Indikator tingkat kerumitan adalah tingkat kesukaran memahami dan melaksanakan inovasi tersebut.


(31)

Tingkat Kemudahan untuk Dicoba (triability), menggambarkan derajat kemungkinan pupuk kompos kotoran ternak untuk dicoba.

Tingkat Kemudahan di Lihat Hasilnya (observability), menggambarkan derajat kemungkinan hasil inovasi dari penggunaan pupuk kompos kotoran ternak dapat diamati.


(32)

GAMBARAN UMUM LOKASI

Desa Gondang secara administratif terletak di Kecamatan Gondang, Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen, Jawa Tengah. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sambung Macan, sebelah timur Propinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Glonggong dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Plosorejo dan Desa Bumiaji. Desa Gondang memiliki luas wilayah sebesar 388.100 ha, wilayah ini berada 85 meter di atas permukaan air laut. Curah hujan Desa Gondang rata-rata 2.084,2 mm per tahun atau 173,63 mm per bulan dan suhu udara rata-rata 20-27oC.

Usaha tani di desa ini merupakan mata pencarian utama bagi sebagian besar penduduk. Data yang tercatat pada profil Desa Gondang tahun 2005 yaitu sebanyak 530 orang yang berprofesi sebagai petani dari jumlah penduduk sebanyak 7.614 orang.

Wilayah Gondang beriklim tropis sangat bagus untuk dijadikan lahan pertanian dan setiap tahunnya dapat tiga kali panen, sehingga kebutuhan akan suplai pupuk sangat tinggi. Selama berpuluh tahun yang lalu petani senang menggunakan pupuk kimia untuk menyuburkan tanamannya, tetapi lama kelamaan tanah menjadi rusak.

Tanah yang sekian lama rusak akibat kebanyakan menggunakan pupuk kimia bisa pulih kembali setelah menggunakan pupuk kompos kotoran ternak. Hasil tanaman yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak untuk tanah yang sudah lama tercemar pupuk kimia bisa terlihat hasilnya setelah enam kali panen dan menggunakan pupuk kompos kotoran ternak murni.

Pada saat ini petani yang ada di Kabupaten Sragen khususnya yang berada di Desa Gondang sudah beralih menggunakan pupuk kompos kotoran ternak, karena di nilai lebih menguntungkan daripada pupuk kimia.

Peternakan yang ada di Kecamatan Gondang di bagi dalam ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), sedangkan populasi unggas diantaranya: ayam kampung, ayam ras, itik, itik manila dan angsa. Sebagian besar petani yang ada di Kecamatan Gondang juga merangkap sebagai peternak, karena memiliki hasil yang dapat dimanfaatkan yaitu daging, kulit, telur dan tenaga kerja


(33)

ternak. Jenis pemilikan ternak yang mereka budidayakan diantaranya sapi, kambing, angsa dan ayam.

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bumi Lestari Sragen berdiri sejak tahun 1998 yang berada di Kecamatan Gondang. Melihat peluang banyak peternakan yang ada di Kecamatan Gondang maka timbul keinginan untuk membuat inovasi pupuk kompos kotoran ternak. P4S Bumi Lestari adalah salah satu pelopor bagi petani untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak, karena selain menyuburkan tanaman, pupuk kompos kotoran ternak juga ramah lingkungan. Pupuk produk P4S Bumi Lestari Sragen merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur makro dan mikro yang cocok digunakan pada berbagai jenis tanaman diantaranya : padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, tomat, cabai, kobis, semangka, melon, buah-buahan, salak, pisang, kentang, bawang putih, bawang merah, dan persemaian padi.

Pupuk produk P4S Bumi Lestari diproduksi menggunakan bahan baku diantaranya : limbah hewan, kotoran kambing atau ayam ras, arang sekam, serbuk gergaji, limbah organik, dolomit, bekatul, aktivatur, tetes tebu dan air sumur. Pupuk kompos kotoran ternak Bumi Lestari Sragen mempunyai sifat utama dalam memperbaiki struktur tanah yaitu: menyuburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad permukaan, mempertinggi daya serap akar dan daya simpan air, memperbaiki drainase tata udara sehingga suhu stabil, dan tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah, dapat menetralkan tanah, baik tanah asam maupun tanah basa.


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani

Karakteristik petani yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik internal dan karakteristik eksternal yang meliputi : 1) umur, 2) pendidikan formal, 3) pendidikan non formal, 4) pendapatan, 5) luas lahan, 6) status lahan, 7) pengalaman bertani, 8) jumlah tanggungan keluarga, 9) interaksi dengan petani lain, 10) Media informasi. Sebaran petani menurut karakteristik petani dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran petani menurut karakteristik petani No Karakterisitk Internal

dan Eksternal

Kategori Responden (n)

Persen (%) 1 Umur Muda (31- 48 tahun)

Tua (49- 65 tahun)

18 12

60 40 2 Pendidikan formal Tidak sekolah – Tidak tamat SD

Tamat SD – Tamat SMA

3 27

10 90 3 Pendidikan non Formal Tidak pernah

Pernah

10 20

33 67 4 Pendapatan Rendah (Rp. 1.075.000- Rp.2.384.150)

Tinggi (Rp.2.384.151- Rp.8.000.000)

22 8

73 27 5 Luas lahan Sempit (0,175- 0,5039 ha)

Luas (0.5040- 1,65 ha)

22 8

73 27 6 Status lahan Pemilik

penyewa

5 25

17 83 7 Pengalaman bertani Rendah (2- 20 tahun)

Tinggi (21- 45 tahun)

16 14

53 47 8 Jumlah tanggungan

keluarga

Sedikit (1-4 orang) Banyak (5 - 6 orang)

20 10

67 33 9 Interaksi dengan petani

lain

Rendah (≤2 kali/bulan) Tinggi (>2 kali/bulan)

22 8

73 27 10 Media Informasi Tersedia

Tidak tersedia

29 1

97 3 Keterangan : n = 30


(35)

Umur

Tabel 1 menunjukkan umur petani yang menggunakan pupuk kompos berkisar antara 31-48 tahun dan termasuk dalam kategori muda ( 60%) dan (40%) berkategori tua. Secara umum Tabel 1 menunjukkan bahwa petani sebagian besar termasuk ke dalam kelompok berusia muda. Mayoritas anggota petani yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak P4S Bumi Lestari berusia antara 31-48 tahun dan sebagian kecil berusia tua antara 49-65 tahun. Semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui. Dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun mereka sebenarnya masih belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988). Mengacu pada pendapat tersebut, petani yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak mayoritas berusia muda sehingga dapat dikatakan berpotensi untuk menerima inovasi dengan cepat.

Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal petani umumnya tergolong tinggi (90%) tamat SD. Latar belakang pendidikan formal petani yang relatif dapat baca tulis ini sangat potensial untuk dikembangkan dan dibina sumberdayanya lebih lanjut yang merupakan modal mereka untuk lebih terbuka terhadap adopsi inovasi. Tingkat pendidikan responden tersebut akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap inovasi. Seperti yang diungkapkan Hadi dalam Witjaksono (1990) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menerima, menyaring, dan menerapkan inovasi yang dikenalkan kepadanya.

Pendidikan Non Formal

Sebagian besar petani (67%) pernah mengikuti pendidikan non formal, sebagian kecil ( 33%) yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal. Dengan demikian mayoritas petani memiliki pengalaman mengikuti pendidikan non-formal yang didapat adalah dengan mengikuti kursus atau pelatihan pembuatan pupuk kompos kotoran ternak, selain itu mereka juga pernah mengikuti pelatihan menjalankan traktor, sehingga hal tersebut akan memberi pengetahuan yang baru terhadap petani.


(36)

Pendapatan

Tingkat pendapatan petani sebagian besar (73%) dengan rata-rata pendapatan Rp. 2.384.150 kisaran terendah Rp. 1.075.000 dan tertinggi Rp. 8.000.000. Hasil tersebut memperlihatkan adanya variasi pendapatan. Variasi pendapatan tersebut menurut Hermawanto (1993) sangat tergantung oleh berbagai faktor antara lain : 1) faktor yang berhubungan dengan luas penguasaan lahan garapannya, yang mempunyai lahan lebih luas akan mampu memproduksi lebih besar dan penghasilannya juga relatif lebih tinggi, 2) status pemilikan lahannya, yang mempunyai status pemilik akan lebih besar penghasilannya, 3) faktor yang berhubungan dengan jenis cabang usahatani atau usahaternak yang dikerjakan akan mempunyai penghasilan yang lebih besar, 4) macam pekerjaan tambahan yang diperoleh oleh petani, faktor ini memberikan penghasilan yang besarnya bergantung pada skala usaha yang dijalankan.

Luas Lahan

Rata-rata luas lahan yang digarap untuk usahatani dan ternaknya 0,5039 ha, dengan kisaran luas lahan paling sempit 0,175 ha dan terluas 1,65 ha. Pada umumnya petani mempunyai luas lahan yang sempit (73%) dan selebihnya memiliki luas lahan yang luas (27%). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa petani yang menggarap lahan yang luas umumnya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih baik dan lebih banyak dapat memanfaatkan lahannya untuk usaha tani sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi

Status Lahan

Status lahan yang digarap sebagian besar (83%) adalah pemilik, sisanya sebanyak (17%) adalah lahan sewaan. Faktor ini dapat menjadi salah satu pendukung tambahan mereka, karena yang mempunyai status pemilik lahan akan relatif lebih besar penghasilannya.

Pengalaman Bertani

Keseluruhan responden dalam penelitian ini mayoritas (53%) memiliki pengalaman yang rendah ( 2-20 tahun). Sedangkan yang berada dalam kisaran (21-45 tahun) tergolong memiliki pengalaman yang tinggi sebesar (47%). Faktor fungsional


(37)

yang mempengaruhi persepsi berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi ( Rakhmat, 2004)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Mayoritas petani (67%) memiliki jumlah tanggungan keluarga yang masuk kategori kecil, sementara (33%) memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar. Besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi petani dalam mempertimbangkan keputusan dalam menjalankan usaha taninya. Seperti diungkapkan oleh Soekartawi (1988) bahwa anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi.

Interaksi dengan Petani Lain

Interaksi dengan petani lain sebagian besar tergolong rendah sebanyak 70%, sedangkan 30 % tergolong tinggi, ini dikarenakan mereka kumpul dengan petani lain dalam kelompok tani hanya setiap dua minggu sekali. Interaksi yang dimaksud adalah petani membicarakan masalah bidang pertanian dengan petani lain, disini mereka saling tukar pikiran atau tukar informasi.

Media Informasi

Sebagian besar petani mengetahui akan pupuk kompos kotoran ternak sebesar (97%) dari media yang disediakan yaitu berupa leaflet, dan hanya (3%) yang tidak mengetahuinya.

Persepsi Petani terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak

Persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dalam penelitian ini terdiri dari lima butir, yaitu : 1) persepsi terhadap keuntungan relatif (manfaat ekonomis, manfaat/ kelebihan teknis), 2) persepsi petani terhadap tingkat kesesuaian (kondisi lingkungan, adat istiadat, kebutuhan), 3) persepsi petani terhadap tingkat kerumitan ( penggunaan), 4) persepsi petani terhadap tingkat kemudahan dapat dicobanya suatu inovasi (di coba dalam skala kecil), 5) persepsi petani terhadap tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya (produksi (hasil), kualitas produksi (mutu)). Rogers (1983) menyebutkan bahwa kelima ciri inovasi tersebut sama-sama penting. Persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dapat disajikan dalam Tabel 2.


(38)

Tabel 2. Rataan skor persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak

No Variabel Dimensi variabel Rataan skor

1 Keuntungan relatif 1.1Manfaat ekonomis 1.2Manfaat kelebihan teknis

2,73 2,42 2 Kesesuaian 2.1 Kondisi lingkungan

2.2 Kebiasaan / adat istiadat 2.3 Kebutuhan

3,00 2,73 2,90

3 kerumitan 3.1 Penggunaan 2,90

4 T.Kdapat dicoba 4.1 Dicoba dalam skala kecil 2,90 5 T.Kdapat dilihat

hasilnya

5.1 Produksi

5.2 Kualitas produksi

2,80 2,73 Keterangan :

T.K = Tingkat Kemudahan

Kisaran skor yang digunakan adalah

1.1),1.2) 1 = mahal, 2 = sama saja, 3 = murah

2.1), 2.2),2.3) 1 = kurang sesuai, 2 = cukup sesuai, 3 = sangat sesuai 3.1) 1 = sulit, 2 = sama saja, 3 = mudah

4.1) 1 = tidak dapat dicoba, 2 = cukup dapat dicoba, 3 = dapat dicoba 5.1) 1 = kurang terlihat, 2 = cukup terlihat, 3 = sangat terlihat 5.2) 1 = kurang baik, 2 = cukup baik, 3 = sangat baik Persepsi Petani terhadap Keuntungan Relatif

Rogers (1983) beranggapan bahwa keuntungan relatif suatu tidak hanya dalam soal keuntungan finansial, tetapi juga segi-segi sosial (gengsi), preferensi (rasa enak dan kurang enak), teknis, dan kepraktisan (mudah sulitnya digunakan). Keuntungan relatif suatu inovasi adalah tingkatan dimana suatu ide baru dapat dianggap suatu hal yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan. Keuntungan relatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) manfaat ekonomis adalah keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dengan adanya inovasi, 2) manfaat/ kelebihan teknis adalah keuntungan dari peningkatan hasil dan dari segi biaya. Suatu inovasi akan cepat diadopsi apabila inovasi tersebut memberikan keuntungan yang lebih baik dibanding teknologi yang ada sebelumnya.

Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor mengenai manfaat ekonomis adalah 2,73. Nilai tersebut mempunyai arti petani menyatakan bahwa dari manfaat ekonomis inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dianggap mempunyai manfaat yang lebih baik dan harganya murah dibandingkan dengan


(39)

menggunakan pupuk kimia. Satu kwintal pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari seharga Rp.35.000,-, sedangkan pupuk Urea Rp.1.200,-/kg, ZA Rp. 1.050,-/kg, SP-36 Rp.1.550,-/kg, NPK Phonska Rp.1.750,-/kg, NPK Pelangi Rp.2.500,-/kg dan NPK Mutiara Rp.4.000,-/kg. Rataan skor mengenai manfaat atau kelebihan teknis adalah 2,42. Nilai tersebut menunjukkan petani menganggap bahwa inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak sama saja dengan penggunaan pupuk kimia.

Persepsi Petani terhadap Kesesuaian

Hanafi (1987) mengatakan bahwa suatu inovasi adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Kesesuaian suatu inovasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) kondisi lingkungan adalah keadaan tempat tinggal petani, 2) adat istiadat adalah tata cara, nilai budaya atau kebiasaan petani, 3) kebutuhan adalah keinginan yang cocok dengan kondisi petani. Ide yang tidak sesuai dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang sesuai. Berdasarkan Tabel 2, rataan skor untuk kesesuaian inovasi dalam menggunakan pupuk kompos kotoran ternak terhadap kondisi lingkungan adalah 3,00. hal ini menunjukkan kondisi lingkungan sangat sesuai dalam penerapan inovasi pupuk kompos kotoran ternak. Sangat cocoknya kondisi lingkungan ini didukung oleh bahan baku pembuatan pupuk kompos kotoran ternak yaitu kotoran ternak yang sangat melimpah di daerah tersebut. Selain itu dalam pengolahannya dapat meningkatkan nilai tambah kotoran ternak juga mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh kotoran ternak.

Rataan skor mengenai adat istiadat adalah 2,73. hal ini menunjukkan bahwa inovasi pupuk kompos kotoran ternak merupakan inovasi yang konsisten dengan nilai budaya serta tidak bertentangan dengan adat kebiasaan masyarakat.

Rataan skor mengenai kebutuhan adalah 2,90. hal ini menunjukkan dalam penggunaan pupuk kompos kotoran ternak sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau petani setempat. Sehingga ketersediaan pupuk kompos kotoran ternak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil produksi tanamannya.

Persepsi Petani terhadap Tingkat Kerumitan

Rogers (1983), menyebutkan tingkat kerumitan inovasi adalah kesulitan yang dipersepsi dari inovasi itu untuk bisa dimengerti atau untuk bisa dilakukan oleh


(40)

adopters-nya. Tingkat kerumitan untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak di antaranya yaitu penggunaan. Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor inovasi untuk menggunakan pupuk kompos terhadap pengoperasian adalah 2,9. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos kotoran ternak mudah untuk dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk kompos kotoran ternak merupakan inovasi yang sederhana untuk dilakukan, cara penggunaannya tidak sulit.

Persepsi Petani terhadap Tingkat Kemudahan Untuk Dicoba

Menurut Hanafi (1987), tingkat kemudahan untuk dicoba adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Berdasarkan pada Tabel 2, rataan skor inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak tentang dapat dicobanya inovasi dalam skala kecil adalah 2,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk kompos kotoran ternak merupakan inovasi yang dapat dicoba dalam skala kecil.

Persepsi terhadap Tingkat Kemudahan Untuk Dilihat Hasilnya

Rogers (1983) mengemukakan bahwa tingkat kemudahan suatu inovasi untuk dilihat hasilnya adalah derajat di mana hasil inovasi itu dapat dilihat atau dirasakan oleh penganut yang berpotensi( potential adopter). Tingkat kemudahan untuk dapat diamati dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) produksi adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, 2) kualitas produksi adalah mutu yang dihasilkan dari produksi.

Berdasarkan Tabel 2, rataan skor inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak tentang produksi adalah 2,8. Hal tersebut menunjukkkan bahwa produksi (hasil) sangat terlihat, karena dalam tiap musim panen produksi mereka mengalami peningkatan dibandingkan sebelum menggunakan pupuk kompos kotoran ternak.

Rataan skor mengenai kualitas produksi (mutu) adalah 2,73. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos kotoran ternak dari kotoran ternak mempunyai mutu yang sangat baik dibandingkan pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk kimia.


(41)

Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Persepsi Petani Terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak

Hasil analis uji rank Spearman antara karakteristik internal dan eksternal petani dengan persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan Antara Karakteristik Internal dan Eksternal dengan Persepsi Petani Terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak

Karakteristik internal dan eksternal

Koefisien korelasi rank Spearman (rs)

Persepsi terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak Keuntungan relatif T. Kesesuaian T. Kesederha naan T. K. untuk Dicoba

T. K. untuk dilihat hasilnya

rs rs rs rs rs

Umur 0,291 0,387* 0,357 -0,148 -0,215

Pendidikan formal -0,062 -0,111 -0,089 0,259 0,342 Pendidikan non formal -0,131 -0,236 -0,189 0,236 0,279

Pendapatan 0,161 0,193 0,325 -0,173 0,027

Luas lahan -0,118 -0,019 -0,116 -0,148 0,041 Status lahan -0,083 -0,149 -0,120 -0,149 -0,035 Pengalaman bertani 0,097 0,239 0,388* -0,142 -0,211 Jumlah tanggungan keluarga 0,275 0,219 0,066 -0,130 -0,024 Interaksi dengan petani lain 0,049 0,248 0,263 0,022 0,139 Media informasi -0,034 -0,062 -0,050 0,557** 0,337 Keterangan : T.K : Tingkat Kesesuaian

*

nyata pada α = 0,05 **

sangat nyata pada α = 0,01

Keeratan hubungan pada kolom persepsi terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak dibagi dalam empat area, yaitu : tidak ada hubungan/hubungan lemah ( rs = 0,00–0,25 ), hubungan cukup erat (rs = 0,26–0,50 ), hubungan erat ( rs = 0,5–0,75 ), hubungan sangat erat (rs = 0,76–1,00) ( Colton dalam Hastono, 2001).

Umur

Hasil analisis korelasi rank Spearman pada Tabel 3 menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan yang cukup erat dengan persepsi terhadap tingkat kerumitan dan umur memiliki hubungan tidak nyata dengan semua persepsi tentang penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, kecuali pada tingkat kesesuaian. Umur berhubungan nyata positif dengan persepsi tentang tingkat kesesuaian, artinya seiring bertambahnya umur maka tingkat kesesuaian akan semakin meningkat. Kondisi ini


(42)

mendukung pendapat Gonzales ( Jahi,1988) bahwa pengadopsian inovasi yang lebih cepat mungkin saja berusia muda atau tua.

Pendidikan Formal

Pendidikan formal memiliki hubungan lemah dengan persepsi tentang penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, kecuali pada tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya yang memiliki hubungan yang cukup erat dan positif. Petani yang berpendidikan lebih tinggi memiliki persepsi tentang tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya yang lebih baik dibanding petani yang berpendidikan rendah. Korelasi tersebut mendukung dengan pendapat Soekartawi (1988) yang menyebutkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit melakukan adopsi inovasi dengan cepat.

Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal memilikim hubungan lemah dengan persepsi tentang penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, namun pada tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya memiliki hubungan yang cukup erat dan positif (rs 0,279). Hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa sebagian besar petani baik yang pernah mendapatkan pendidikan non formal atau tidak semua cenderung memberikan persepsi yang positif terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak.

Pendapatan

Pendapatan berkorelasi positif pada persepsi keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya dan berkorelasi negatif pada persepsi tingkat kemudahan untuk dicoba, dan pada tingkat kerumitan mempunyai hubungan yang cukup erat dan positif. Artinya besar kecilnya penghasilan tidak berpengaruh terhadap persepsi tentang penggunaan pupuk kompos kotoran ternak.

Luas Lahan

Luas lahan berkorelasi negatif pada persepsi keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kesederhanaan, kemudahan untuk dicoba, dan berkorelasi positif pada tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya, namun korelasinya lemah sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan mempunyai hubungan yang tidak nyata artinya ada


(43)

hubungan yang tidak nyata di antara petani yang memiliki luas lahan sempit maupun sebaliknya dengan persepsi terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak. Hal ini diduga karena penguasaan lahan garapan yang tersebar merata dengan rata-rata luas lahan 0,5039 ha dan terluas 1,65 ha.

Status Lahan

Status lahan tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan persepsi terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi terhadap pupuk kompos kotoran ternak diantara petani yang status lahannya penyewa atau pemilik.

Pengalaman Bertani

Hasil analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa pengalaman bertani memiliki hubungan tidak nyata denagn persepsi inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak kecuali pada tingkat kerumitan (rs 0,388). Pengalaman bertani berhubungan nyata dan positif dengan persepsinya tentang tingkat kesederhanaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi tentang tingkat kesederhanaan seiring dengan bertambahnya pengalaman.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan cukup erat dan positif dengan persepsinya tentang keuntungan relatif, dan berhubugan lemah dengan tingkat kesesuaian, tingkat kerumitan, tingkat kemudahan untuk dicoba dan tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya. Artinya banyak sedikitnya jumlah tanggungan keluarga ternyata tidak memberikan pengaruh yang berarti pada persepsi petani untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak.

Interaksi dengan Petani Lain

Interaksi dengan petasni lain mempunyai hubungan yang cukup erat dan positif dengan persepsinya tentang tingkat kerumitan, dan berhubungan lemah dengan tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya, artinya sering tidaknya petani berinteraksi dengan petani lain tidak memberikan pengaruh yang berarti pada persepsi petani terhadap penggunaan pupuk kompos kotoran ternak.


(44)

Media Informasi

Hasil analisis media informasi mempunyai hubungan sangat nyata dan positif pada tingkat kemudahan untuk dicoba (rs 0,557), hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak media informasi yang didapat atau diperoleh maka inovasi itu dianggap mudah untuk dimengerti dan digunakan oleh petani, dan mempunyai hubungan yang cukup erat dan positif dengan persepsinya tentang tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya (0,337).


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Petani yang menggunakan pupuk kompos kotoran ternak P4S Bumi Lestari Sragen sebagian besar termasuk dalam kelompok usia muda, dengan tingkat pendidikan formal lulus SD sebanyak (90%) dan petani yang pernah mendapatkan pendidikan non formal sebanyak (67%). Pendapatan petani sebagian besar berpenghasilan rendah yaitu antara Rp. 1.075.000,- Rp. 2.384.150,-/bulan. Status lahan yang mereka garap sebagian besar sebagai pemilik yang rata-rata luas lahan untuk usaha tani sebesar 0,5039 ha, dengan kisaran luas lahan paling sempit 0,175 ha dan terluas 1,65 ha. Petani mempunyai pengalaman bertani yang masih rendah yaitu antara 2-20 tahun. Jumlah tanggungan keluarga masuk kategori sedikit yaitu 1-4 orang. Interaksi dengan petani lain rata-rata rendah yaitu 2 kali/bulan Sebagian besar responden menyatakan bahwa ada ketersediaan informasi mengenai pupuk kompos kotoran ternak P4S Bumi Lestari Sragen.

Persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak cenderung mendukung sepenuhnya inovasi tersebut.

Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan media informasi mempunyai hubungan sangat nyata dan positif dengan persepsinya terhadap inovasi mengenai kemudahan untuk dapat dicoba. Umur mempunyai hubungan nyata dan positif dengan persepsinya terhadap tingkat kesesuaian, pengalaman bertani mempunyai hubungan nyata dan positif dengan persepsinya terhadap tingkat kesederhanaan. Karakteristik internal dan eksternal dalam kegiatan inovasi secara keseluruhan mempunyai hubungan tidak nyata dengan persepsi terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak.

Saran

Secara umum persepsi tentang inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen sudah baik. Oleh karena itu, perlu dipertahankan interaksi dan komunikasi antara petani dengan P4S Bumi Lestari Sragen.


(46)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahirabbilaamiin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat hidayah dan ridho-Nya serta limpahan rahmat, nikmat dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis atas segala pengorbanan, doa, dan kasih sayang tak terkira. Semoga Allah SWT selalu merahmati dan membalasnya dengan surga, amin. Tak lupa kepada adik-adikku tersayang (dicky dan avi), budhe pakdhe (terimakasih atas segala pengorbanan, doa serta curahan kasih sayang. Buat bukyan, mbahkung (skripsi ini kupersembahkan) terimakasih buat doa, curahan kasih sayangnya selama ini (ifa sangat sayang pada mbahkung&bukyan), semoga Allah SWT membalasnya dengan surga..Amin. Special buat Oktavianto Hendrawan Setiaji, Skh… kamu telah memberikan warna dalam hidupku (terimakasih untuk kesetiaan, kesabaran, doa dan kasih sayangnya selama ini).

Terimakasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada Ir. H. Ismail Pulungan, MSc dan Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU selaku pembimbing atas arahan dan bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Ir. Hadiyanto, MS dan Ir. Suhut Simamora, MS selaku anggota komisi penguji sidang. Terimakasih kepada semua dosen dan staf AJMP baik di Fakultas Peternakan maupun di departemen SEIP atas dukungan dan bantuannya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih buat teman-teman : SEIP 40,39,41, dan terimakasih buat sahabat-sahabat seatap di Wisma SAS, semoga hubungan kita terbina dengan baik dan tidak terlupakan selamanya.

Kepada pihak-pihak dan teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua. Akhir kata hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan tetap semangat buat teman-temanku yang sedang menyusun skripsi.

Bogor, Januari 2007


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Agro Teknologi Ramah Lingkungan. P4S Bumi Lestari Sragen. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Darnoko. 2006. Pabrik Kompos di Pabrik Sawit.http/www. Litbang. Deptan. go. id/artikel/ one/129/pdf/ [18 November 2006].

Effendy, O. U. 1993. Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung

Enjang. 2007. Petani Diminta Gunakan Pupuk Organik. http: //gerbang. Jabar. go. id/Kab Kuningan/index.php?index=16&id berita.

Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide – Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya. Hastono. S. P. 2001. Analisis Data. Universitas Indonesia. Jakarta.

Hermawanto, VR. 1993. Hubungan Karakteristik Petani yang Menanam Varietas Padi Unggul Lokal dan Persepsi Mereka tentang Varietas Tersebut di Desa Gledek Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan di Desa Jambudipa Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara – Negara Dunia Ketiga.Suatu Pengantar. Gramedia.:Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. dan M. M. Sutejo. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Rineka Cipta : Jakarta

Leiwakabessy, F. M dan A. Sutadi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Mardikanto T. 1993 Penyuluh Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret Universitas: Surakarta

Nasir. 2007. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan dan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. http : // dispertanak. Pandeglang. go. id./artikel-13.htm.

Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. PT Rosdakarya Group: Bandung

Reksowardoyo. 1983. Hubungan Berbagai Karakteristik Warga Masyarakat Desa Sarampad Kabupaten Cianjur dan Persepsi Mereka Tentang Ternak Kelinci. Karya ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovasions, Third Edition The Free Press. New York.

Saleh, A. 1984. Persepsi Warga Masyarakat tentang Penyuluhan Peternakan di Desa Kutayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sari, R. 1995. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT Lembu Perkasa. Skripsi. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor


(48)

Sarwani. 2003. Persepsi Karyawan Terhadap Faktor – Faktor Lingkungan Perusahaan Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Bagian Produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sasongko, W.R., dan A. Sauki. 2006. Teknologi Pengolahan Kotoran Ternak dan

Pembuatan Kompos. http://ntb.Litbang. Deptan. Go. Id/bulletin_ia.htm. [18 November 2006].

Siegel, S. 1992. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu – ilmu Sosial. Gramedia, Jakarta.

Soekanto, Soejono. 1987. Dinamika dan Perubahan Sosial. Gramedia. Jakarta

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: Jakarta

Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sutrisno, T. 1989. Pemupukan dan Pengelolaan Tanah. Armico : Jakarta

Witjaksono, R. 1990. Hubungan Perilaku Komunikasi dan Tingkat Pemahaman Informasi Anggota Kelompok Tani tentang Paket Teknologi SUPRA INSUS di WKBP Sanden, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.

Zahid,A. 1997. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT Lembu Perkasa. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(49)

(50)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK PRODUK P4S BUMI LESTARI

SRAGEN

(Kasus Petani di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen)

NOMER RESPONDEN :

NAMA RESPONDEN :

TANGGAL WAWANCARA :

WAKTU WAWANCARA :

LOKASI WAWANCARA :

PARAF RESPONDEN :

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(51)

Kepada Bapak/Saudara,

Untuk melengkapi kebutuhan data, maka Saya mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner ini. Hasil kuesioner ini akan Saya pergunakan sebagai bahan penelitian Saya yang berjudul ”PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK PRODUK P4S BUMI LESTARI SRAGEN (Kasus Petani di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen)” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Sebagai Catatan, Saya menjamin bahwa identitas pribadi Bapak/Ibu/Saudara sebagai responden tidak akan dipublikasikan.

Terimakasih

Ifa Alisa KUESIONER UNTUK


(52)

Panduan Pengisian Kuesioner

Daftar pertanyaan terdiri dari tiga bagian, bagian pertama tentang karakteristik internal ,bagian kedua karakteristik eksternal, dan bagian ketiga tentang persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunaan pupuk kompos kotoran ternak.

1. Karakteristik Internal

1.Berapa umur bapak sekarang ?...tahun 2.Pendidikan formal yang bapak capai ?

1. Tidak sekolah 5.Tidak tamat SD (kelas...)

2. Tamat SD 6.Tidak tamat SLTP(kelas....)

3. Tamat SLTP 7.Tidak tamat SLTA (kelas..)

4. Tamat SLTA 8.Perguruan tinggi

3.Pernahkah bapak mengikuti pelatihan /kursus peternakan atau lainnya? 1. Tidak Pernah 2. Pernah,langsung kepertanyaan nomor 4 4. Bila pernah mengikuti pelatihan/kursus peternakan/ lainnya, sebutkan

No Nama Pelatihan/kursus Tempat Jumlah hari

1 2 3

5.Sudah berapa lama bapak sebagai petani ?... tahun

6.Sebutkan hasil usaha tani/ternak yang bapak garap dalam setahun

Jenis usahatani Satuan Produksi Dijual Dikonsumsi Nilai(Rp) Pertanian :

Padi Jagung Kacang tanah Kedele Ubi kayu

Kg Kg Kg Kg Kg Kg


(53)

Ternak : Sapi

Kambing/domba Unggas

ST ST ST

7. Selain usaha tani apakah bapak mempunyai pekerjaan sampingan ? 8. Kalau ya, sebutkan berapa penghasilan rata- rata perbulan ?

1. Rp...

2. Rp...

3. Rp...

Jumlah Rp...

9. Sebutkan pengeluaran yang bapak perlukan untuk usaha tani yang dilaksanakan selama satu kali panen

Jenis pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)

1. Pembelian bibit 2. Pembelian pupuk 3. Upah tenaga kerja 4. Pajak

5. Lain-lain

Kg Kg Hari Tahun

10. Sebutkan pengeluaran rutin lainnya dalam satu bulan ?

Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp)

1. Biaya untuk makan 2. Biaya sekolah 3. Transport 4. Iuran listrik 5. Lain- lain

11. Berapa luas lahan yang bapak garap?...Ha 12. Bagaimana status kepemilikan lahan yang bapak garap ? a. Milik sendiri


(54)

c. Lainnya, sebutkan...

13. Berapa jumlah tanggungan keluarga anda? 2. Karakteristik Eksternal

14. Apakah bapak tahu mengenai pupuk kompos kotoran ternak P4S Bumi Lestari Sragen?

a. Tahu (lanjut kepertanyaan no.16) b. Tidak tahu 15. Kalau bapak tidak tahu mengapa?

16. Kalau bapak tahu mengenai pupuk kompos tersebut, darimana sumber informasinya?

1. Radio 4. Surat kabar 2. Tv 5. Brosur/ leaflet 3. Majalah pertanian 6. Lainnya, sebutkan

17. Apakah sumber informasi tentang pupuk kompos kotoran ternak tersedia?

a. Iya b. Tidak

18. Kalau tersedia, darimana sumber informasinya ? 1. Radio 4. Surat kabar

2. Tv 5. Brosur/ leaflet

3. Majalah pertanian 6. Lainnya, sebutkan

19. Apakah bapak melakukan interaksi dengan petani lain?

a. Iya,langsung kepertanyaan nomor 20 b. Tidak 20. Mengapa bapak tidak melakukan interaksi dengan petani lain?

21. Kalau iya berapa kali dalam sebulan anda berinteraksi dengan petani lain? 22. Biasanya masalah apa saja yang bapak bahas/ bicarakan?

a. Mahalnya harga kebutuhan hidup c. Mahalnya harga pupuk b. Tamanan yang kena hama d. Harga jual tanaman


(55)

3. Persepsi responden terhadap pupuk kompos kotoran ternak

Pemberian nilai terhadap pernyataan dipillih salah satu dari jawaban sebagai berikut ;

1 = Iya 2 = Sama saja 3 = Tidak

1) Keuntungan Relatif

1.1 Secara ekonomis pengolahan tanaman pertanian dengan menggunakan pupuk kompos kurang menguntungkan dibanding dengan menggunakan pupuk kimia

1.2 Menurut bapak menggunakan pupuk kompos ataupun pupuk kimia keuntungannya akan sama

1.3 Apakah pengolahan tanaman pertanian dengan menggunakan pupuk kompos tidak tampak peningkatkan hasilnya dibanding pupuk kimia

1.4 Penggunaan pupuk kompos P4S Bumi Lestari dapat meningkatkan hasil pertanian

2) Tingkat kesesuaian (kompabilitas)

2.1 Inovasi pupuk kompos kotoran ternak kurang cocok dengan lingkungan tempat saya tinggal

2.2 Anjuran penggunaan pupuk kompos kotoran ternak tidak sesuai dengan adat kebiasaan yang ada

2.3 Kalau mengolah lahan pertanian dengan memakai pupuk kompos kotoran ternak, maka saya harus mengubah kebiasaan yang ada

3 2 1 3 2 1

1 2 3

3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1


(56)

2.4 Anjuran penggunaan pupuk kompos tidak sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat/petani

3) Tingkat Kerumitan (Complexity)

3.1 Dalam praktek penggunaannya pupuk kompos kotoran ternak lebih sulit dibanding dengan cara kimia

3.2 Penggunaan pupuk kompos tidak praktis dibanding pupuk kimia

4) Tingkat kemudahan untuk dicoba (Trialibilitas)

4.1 Pupuk kompos kotoran ternak tidak mudah dicoba dalam penggunaannya

4.2 Menurut bapak apakah pupuk kompos tidak bisa dicoba untuk semua jenis tanaman

5) Tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya (Observabilitas)

5.1 Nilai tambah hasil pertanian dengan menggunakan pupuk kompos tidak segera terlihat nyata/tidak cepat terlihat hasilnya dibanding pupuk kimia

5.2 Meskipun dengan menggunakan pupuk kompos kotoran ternak keuntungan jadi meningkat akan tetapi pendapatan tidak terlihat nyata.

5.3 Kualitas / mutu hasil panen dengan menggunakan pupuk kompos dibandingkan dengan pupuk kimia tidak terlihat nyata

3 2

1

3

1 2

3 2

1

1 3

1 2 3

2 3

1

1 2 3

1 2 3


(57)

Lampiran 2. Informasi, Indikator dan Kuesioner Informasi yang dibutuhkan Indikator Kuesioner Karakteristik Internal Karakteristik 1.Umur 2.Pendidikan formal 3.Pendidikan non formal

4. Pengalaman bertani

5.Tingkat pendapatan

6.Status lahan

7. Luas lahan

8. Jumlah tanggungan keluarga

1) Berapa umur bapak sekarang ? 2) Pendidikan formal bapak sampai?

3)Pernahkah bapak mengikuti pelatihan/kursus peternakan/lainnya?

4)Bila pernah mengikuti pelatihan/kursus peternakan/lainnya, sebutkan!

5)Sudah berapa lama bapak sebagai petani?

6)Sebutkan hasil usaha tani/ternak yang bapak garap dalam setahun!

7)Selain usaha tani/ternak apakah bapak mempunyai pekerjaan sampingan?

8)Kalau ya, sebutkan berapa penghasilan rata- rata perbulan?

9)Sebutkan pengeluaran yang bapak perlukan untuk usaha tani/ternak yang dilaksanakan?

10)Sebutkan pengeluaran rutin dalam sebulan?

11)Berapa luas lahan dan status kepemilikan lahan yang bapak garap?

12)Berapa luas lahan dan status kepemilikan lahan yang bapak garap?

13)Berapa jumlah tanggungan keluarga anda?


(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI UNTUK MENGGUNAKAN PUPUK KOMPOS KOTORAN TERNAK PRODUK P4S BUMI LESTARI

SRAGEN

(Kasus Petani di Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen)

Oleh : IFA ALISA

D34103048

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. H. Ismail Pulungan, Msc Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

NIP. 130 345 020 NIP. 140 020 648

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc NIP 131 624 188


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Maret 1985 di Sragen Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Azis Sarbini dan Ibu Lilis Suryani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Mojopuro III SumberLawang pada tahun 1997. Pendidikan Menengah Pertama di selesaikan di SMP Negeri I Gondang Kabupaten Sragen dan lulus pada tahun 2000, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di selesaikan pada tahun 2003 di SMU Negeri I Sindang Indramayu.

Penulis diterima sebagai mahasiswa dengan minat studi Komunikasi dan Penyuluhan pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003.

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi HIMASEIP dan berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai panitia pada kegiatan Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamiin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penyusunan skripsi yang berjudul persepsi petani terhadap inovasi untuk menggunakan pupuk kompos kotoran ternak produk P4S Bumi Lestari Sragen ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik internal dan eksternal petani, mengetahui persepsi petani terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak, mengetahui dan mengkaji hubungan antara karakteristik internal dan eksternal petani terhadap inovasi penggunaan pupuk kompos kotoran ternak. Skripsi ini diharapkan dapat memberi wawasan baru, dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah pengetahuan tentang pupuk kompos kotoran ternak dan sebagai pertimbangan bagi pembuat keputusan P4S Bumi Lestari Sragen dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam menjaring petani.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal’aalamiin.

Bogor, Januari 2007


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT .. ... ii

LEMBAR PERYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAAN ... iV RIWAYAT HIDUP ... V KATA PENGANTAR ... Vi DAFTAR ISI ... Vii DAFTAR TABEL ... iX DAFTAR GAMBAR ... X DAFTAR LAMPIRAN ... Xi PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... .... 1

Perumusan Masalah ... .... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Karakteristik Petani ... 6

Persepsi ... 6

Inovasi Peternakan ... 8

Kendala-kendala Petani Mengadopsi Inovasi ... 10

Pemupukan ... 11

Hubungan Karakteristik Petani dan Persepsi Petani terhadap Inovasi Teknologi ... 13

METODE PENELITIAN ... 15

Lokasi dan Waktu ... 15

Populasi dan Sampel ... 15

Desain Penelitian ... 15

Data dan Instrumen ... 16


(5)

Analisis Data ... 16

Definisi istilah ... 17

GAMBARAN UMUM LOKASI ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Karakteristik Petani ... 22

Persepsi Petani terhadap Inovasi untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 25

Hubungan Antara Karakteristik Petani dan Persepsi Petani Terhadap Inovasi untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

UCAPAN TERIMAKASIH ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sebaran Petani Menurut Karakteristik Petani ……… 22 2. Rataan Skor Persepsi Petani terhadap Inovasi Untuk

Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 26 3. Hubungan Antara Karakteristik Internal dan Eksternal

dengan Persepsi Petani terhadap Inovasi Untuk Menggunakan Pupuk Kompos Kotoran Ternak ... 29