Keragaan Kelembagaan adat agroforestri Dusun: studi kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dan Negeri Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur

KERAGAAN KELEMBAGAAN ADAT AGROFORESTRI DUSUN
(Studi Kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
don Negeri Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten S e r m Bagian Thur)

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan
dalam tesis yang berjudul : Keragaan Kelembagaan Adat Agroforestri Dusun
(Studi Kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dun
Negeri Werinuma, Kecamatan Werinuma, Kabupaten Serum Bagian Timur)

merupakan gagasan saya sendiri dengan para komisi pembimbing.

Tesis ini

belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenaramya.

Bogor, Januari 2009
Ibrahim El
NRP EOS 1060291

ABSTRACT
IBRAHIM EL. Potret of Custom Institution of Agroforestry Dusun (A Case
Study at Liang Village, Salahutu Subdistrict, Central Maluku Regency and
Werinama Village, Werinama Subdistrict, East Serum) Under the direction of
NURHEM WIJAYANTO and LET1 SUNDAWATI
The management of forest resources in Maluku using the planting
technique has formed agroforeshy called dusun. The dusun system in Maluku
generally has a set of law in form of custom which is very good at administering
and managing the dusun. To what extent the performance of managing and
utilizing forest resources by the communities of the two villages is an interesting
issue of discussion in an effort to develop the formulation of forest management in
facing the population pressure which is getting heavier. This research was
designed using a case study approach. In managing forest resources for

exploration for the sake of dusun development, the community has a value system
which is the result of institutional system in form of custom to arrange access to
forest exploration or the community ownership of forest resources based on each
soa with their clan in the village. The process of establishing a dusun is done
through the process of opening forest for farming (ladung;)or without the process
of opening ladang. So that the products of dusun can be socially and economically
enjoyed by the people, there is a tradition of management known by custom.
While the custom in the Liang Village community has been neglected, in
Werinama village this custom is still used.
Keywords: Custom Instutution, Agoforestry Dusun

IBRAHIM EL. Keragaan Kelembagaan Adat Agroforestri Dusun (Studi Kmus
Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dun Negeri
Werinama, Kecarnatan Werinama, Kabupaten Serum Bagian Timur). Dibimbing
oleh NURHENI WIJAYANTO, dan LET1 SUNDAWATI.
Praktek pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat melalui teknik
penanaman membentuk sistem agroforeshi telah lama membudaya di masyarakat.
Di Maluku, praktek-paktek semacam itu dikenal masyarakat dengan istilah
dusun. Sistem dusun mempunyai perangkat aturan-aturan adat yang dimiliki
masyarakat, baik dalam mengatur status penguasaankepemilikkan lahan hutan,

maupun mengelola jenis-jenis tanaman tertentu yang diusahakan. Sistem dusun
sebagai salah satu bentuk tradisi masyarakat dalam menata kehidupan
bermasyarakat, termasuk upaya untuk mengatur pemerataan pembagian atau
pendapatan hasil dari pada sumberdaya alam sekitar kepada seluruh
wargalpenduduk setempat melalui sistem sasi mempakan ha1 yang perlu untuk
diangkat.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengkaji bentuk dan peran
kelembagaan adat masyarakat dalam mengatur dan mengelola sumberdaya hutan
dan dusun-nya ; (2) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan
sistem adat sasi ; (3) menganalisis keragaan pendapatan masyarakat, dari jenis
hasil-hasil dusun yang diusahakannya ; (4) mengidentifikasi struktur dan
komposisi sistem agroforestri dusun. Metcde penelitian yang digunakan adalah
metode studi kasus. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kelembagaan,
analisis deskriptif kualitatif, analisis pendapatan, analisis vegetasi dan analisis
profil vegetasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, terdapat dua sistem kekerabatan
masyarakat di lokasi penelitian yaitu sistem pengelompokkan masyarakat
berdasarkan mata rumaNrumah tau dan berdasarkan kelompok sou. Sistem
kemasyarakatan ini, dalam kaitannya dengan pola penguasaankepemilikkan
terhadap sumberdaya hutan, lebih didasarkan pada teritorial geneologis yaitu

dominan penguasaankepemilikkan adalah mata i-umaWrumah tau yang tergabung
dalam satu sou tertentu dengan pembagian tentorial disepakati secara adat
berdasarkan masing-masing sou.
Dalam pengusahaan dusun, masyarakat memiliki dua sistem pembentukan
dusun yaitu melalui sistem perladangan dan tanpa melalui sistem perladangan.
Dusun yang terbentuk dari proses perladangan memiliki kombinasi tanaman umur
pendek dan tanaman umur panjang. Sedangkan dusun yang terbentuk tanpa
melalui proses perladangan umumnya ditanami oleh tanaman yang berumur
panjang. Dari hasil dusun yang diusahakan agar secara sosial-ekonomi dapat
dinikmati semua masyarakat, terdapat tradisi pengaturan panen yang diienal
dengan sistem adat sasi. Aturan sasi tersebut di Negeri Liang sejak beberapa
tahun yang lalu tidak lagi dilaksanakan sedangkan di Negeri Werinama masih
dilaksanakan dan ditaati masyarakat.
Hasil dusun yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pendapatan
responden adalah Cengkeh. Di Negeri Liang, kontribusi Cengkeh sebesar 60,90%
dari rata-rata pendapatan responden per-tahun yaitu Rp. 6.204.585. Sedangkan di

Negeri Werinama sebesar 8 1,6 1% dari rata-rata pendapatan responden yaitu Rp.
8.330.230. Hasil analisis vegetasi dusun di Negeri Liang menunjukan bahwa jenis
tanaman yang mempunyai indeks nilai penting paling tinggi untuk tingkat pohon

adalah Durian yaitu 69,1%, kemudian tingkat tiang dan pancang adalah jenis Pala
dengan indeks nilai penting masing-masing 109,6% dan 47%, serta tingkat semai
yaitu Cengkeh dengan indeks nilai penting 42,6%. Sedangkan vegetasi dusun di
Negeri Werinama untuk tingkat pohon didominasi oleh Durian dengan indeks
nilai penting yaitu 81,9%, tingkat tiang dan pancang didominasi oleh jenis Coklat
dengan indeks nilai penting 52,8%, dan 69,8%, dan semai yaitu Langsat 47,3%.
Berdasarkan stratifikasi vertikal, dusun di kedua negeri memiliki lapisan
stratum A-B-C dan D. Sedangkan secara horizontal dari persentase penutupan
tajuk, dusun pada kedua negeri didominasi oleh Durian. Negeri Liang persentase
penutupannya yaitu 85,17% dan untuk dusun yang ada di Werinama 81,96%.
Persentase penutupan tajuk keseluruhan jumlah jenis tanaman terhadap satuan
lahan yang diamati adalah sebesar 78% untuk dusun di Negeri Liang dan
Werinama sebesar 85%.

O Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi uudang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kuiya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikun, penelitian, penulisan
kaiya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan Eaitik atau tinjauan suaiu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikun kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkun dan memperbanyak sebagian aiau seluruh kaiya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KERAGAAN KELEMBAGAAN ADAT AGROFORESTRI DUSUN
(Studi Emus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
don Negeri Werinama,Kecamatan Werinama,Kabupaten Seram Bagian Timur)

IBRAHIM EL

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2009

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi

Kelembagaan Adat Agroforestri Dusun
(Studi Kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah dan Negeri Werinama,
Kecamatan Werinama, Kabupaten Serum Bagian Timur)
: Ibrahim El
: E051060291
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan
: Keragaan

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. 1rYeti Sundawati, M.Sc
Anggota

Dr. Ir. Nurheni Wiiavanto. MS
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi

Tanggal Ujian: 5 Januari 2009

Tanggal Lulus:

0 6 F i i 3 2009

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kumia-Nya, sehingga tesis yang bejudul "Keragaan

Kelembagaan Adat Agroforestri Dusun" (Studi Kasus Negeri Liang, Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dun Negeri Werinama, Kecamatan
Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur) berhasil diselesaikan.

Penelitian

tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor yang dilaksanakan di lapangan selama bulan April s/d Juli 2008.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir.
Leti Sundawati, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan saya melalui
pertanyaan-pertanyaan kritis serta saran-saran yang membangun.
2. Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Trop.Sc selaku penguji luar komisi yang telah banyak
memberikan masukan bempa saran dan kritikan dalam rangka perbaikan
penulisan tesis ini.


3. Bapak Abdullah Vanat, S.Sos dan keluarga atas segala keiklasan bantuan yang
diberikan, baik berupa materil maupun non-materil selama penulis menjalani
studi pada Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor. Semoga Allah SWT
membalasnya lebih berlimpah.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur yang telah membantu
dalam memperlancar proses penyelesaian studi ini.
5. Saudaraku Bang Jafar El dan keluarga yang telah setia dan iklas membantu
selama ini, semoga segala kebaikannya dibalas lebih berlimpah oleh Allah
SWT. Tak lupa pula kedua orang tua ayahanda Syamsudin El dan Ibunda
Syifa El, serta adik-adikku dan seluruh keluarga atas do'a, dukungan dan kasih
sayangnya.
6. Rekan-rekan Salim Arief Elly, ST.MSi, Saleh Taher Suin S.Hi.Msi, Bang

lksan Arey, Bung Yan Hatulesila, S.Hut.Msi dan tak lupa teman-teman IPK

angkatan 2007-2008 yang tak dapat disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan banyak-banyak terirna kasih atas bantuan dan segala
kebersamaannya.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan penulisan ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga

karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2009
Ibrahim El

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Negeri Werinama pada tanggal 9 Agustus 1982 dari
Ayahanda Syamsudin El dan Ibunda Syifa El.
dari empat orang bersaudara.

Penulis mempakan putra kedua

Pendidikan Sekolah Dasar yang ditempuh yaitu

pada SD Negeri 1 Werinama dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan ke-SLTP Negeri I Werinama dan lulus pada tahun 1997.
Tahun yang sama pula penulis melanjutkan lagi ke-SMA Negeri 1 Werinama dan
lulus pada tahun 2000.
Penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pada tahun

2001, melalui seleksi masuk pada Universitas Darussalam Ambon. Penulis
memilih Program Studi Manajemen Hutan pada JumsaII Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Darussalam Ambon dan lulus pada tahun 2006.
Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister diperoleh penulis pada
tahun yang sama yaitu 2006 pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan di
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Saat ini penulis mengabdi pada

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Seram Bagian Timur-Propinsi
Maluku.

DAFTAR IS1
Halaman

......................................................................................
DAETAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
DAFTAR TABEL

I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Pemmusan Masalah ........................................................................
. . ............................................................................
1.3 Tujuan Penel~t~an
..
1.4 Manfaat Penel~tlan..........................................................................
Il TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kelembagaan ...............................................................
2.2 Sistem Agroforestri .........................................................................
2.3 Klasifikasi Agroforestri ..................................................................
2.4 Klasifhsi Agroforestri Berdasarkan Masa Perkembangannya .....
2.5 Agroforestri di Maluku ...................................................................
nI METODOLOGI PENELITIAN
..
3.1 Kerangka Pern~klran............................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................
3.3.1 Pendekatan studi .................................................................
3.3.2 Teknik pengumpulan data ..................................................
.. s
3.3.3 Metode a n a l ~ s ~................................................................
3.3.4 Kontribusi dusun terhadap pendapatan masyarakat ............
3.3.5 Identifikasi struktur dan komposisi agroforestri dusun ......
3.3.5.1 Alat dan bahan ........................................................
. . data .......................................................
3.3.5.2 Anal~s~s
3.3.6 Analisis profil dususn .........................................................
IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
. .
4.1 Negerl h a n g ...................................................................................
4.7 Negeri Werinarna ............................................................................
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keragaan Kelembagaan Adat Masyarakat ......................................
5.2 Kelembagaan Adat Masyarakat Kedua Negeri Dalam Pengelolaan
Sumberdaya Hutan..........................................................................
5.2.1 Pengelolaan sumberdaya hutan di Negeri Werinama ..........
5.2.2 Pengelolaan sumberdaya hutan di Negeri Liang .................
5.2.3 Bentuk penguasaankepemilikkan masyarakat di kedua negeri
terhadap sumberdaya hutan ................................................

xi
xiii
xv
1
2
3
4

5
7
9
9
10
12
13
14
14
15
16
17
18
19
19
21
23
26
30
34
35
36
37

5.2.4 Bentuk aturan masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya hutan

................................................................
............................................................

5.3 Proses Pembentukan Dusun

5.3.1 Pembentukan dusun melalui proses perladangan ................
5.3.2 Pembentukan dusun tanpa melalui proses perladangan .......
5.4 Aturan Pemanfaatan Hasil Dusun ...................................................
5.4.1 Sistem penyelenggaraan sasi ...............................................
5.4.2 Tutup dan buka sasi .............................................................
5.4.3 Jenis hasil dusun yang di sasi dan bentuk aturan
pemanenannya ......................................................................
5.4.4 Bentuk sangsi .......................................................................
5.4.5 Pembagian hasil dusun yang di sasi .....................................
5.5 Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Sistem Adat Sasi ........
5.6 Kontribusi Dusun Terhadap Pendapatan Masyarakat ....................
5.7 Struktur dan Komposisi Agroforestri Dusun .................................
5.8 Profil Agroforestri Dusun ..............................................................
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................
6.2 Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

DAFTARTABEL
Halaman
1. Beberapa perbedaan penting antara agroforestri tradisional
dengan agroforestri moderen ....................................................................

. .

2. Jumlah penduduk Neger~L~ang................................................................
3. Komposisi penduduk Negeri Liang berdasarkan mata pencaharian

4. Komposisi tingkat pendidikan Negeri Liang

.........

............................................

5. Komposisi penduduk Negeri Liang berdasarkan agama ...........................

..............................................
Keadaan curah hujan di Kecamatan Salahutu ...........................................

6. Jumlah sarana peribadatan di Negeri Liang

7.

8. Jumlah dan persentase penduduk Negeri Werinama

................................

9. Komposisi penduduk Negeri Werinama berdasarkan mata pencaharian ..

.....................................
11. Keadaan curah hujan di Kabupaten Seram Bagian Timur ........................
10. Komposisi tingkat pendidikan Negeri Werinama

12. Sistem kekerabatan masyarakat berdasarkan mata rumaWrumah tau
. .
Negeri Liang dan Werinama .....................................................................
13. Sistem kekerabatan masyarakat Negeri Liang dan Werinama
berdasarkan persekutuan teritorial geneologis (soa) ..................................

14. Pendapatan rata-rata keluarga per tahun dari hasil dusun di
Negeri Liang dan Werinama ......................................................
15. Distribusi luas kepemilikan lahan responden pada Negeri Liang dan

Werinama

..................................................................................................

16. Indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada agroforestri dusun

di Negeri Liang dan Werinama

.................................................................

17. Indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada agroforestri dusun
di Negeri Liang dan Werinarna ................................................................. 57

18. Indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada agroforestri dusun
di Negeri Liang dan Werinama .................................................................

58

19. Indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada agroforestri dusun

di Negeri Liang dan Werinama

.................................................................

20. Keragaan ekosistem agroforestri dusun berdasarkan tingkatan
pertumbuhan di Negeri Liang dan Werinama ...........................................

59

60

DAFTAR GAMBAR
Halaman

.
2.

..

..

1 Kerangka pem~klranpenelrt~an.................................................................

.......................................................................................
..
3 . Desain jalur pengamatan ...........................................................................
4 . Struktur Negeri Liang dan Werinama ........................................................
5 . Skema proses pembentukan dusun ............................................................
Lokasi penelitian

6. Dusun yang dibangun melalui proses perladangan dan tanpa melalui
proses perladangan ....................................................................................

7. Gambar profil sistem agroforestri dusun di Negeri Liang .........................
8. Gambar profil sistem agroforestri dusun di Negeri Werinama .................

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. D a h Istilah ........................................................................................ 70

............
3. Tabulasi hasil pendapatan hasil dusun responden Negeri Werinama ...
4. Data pengamatan profil sistem agroforestri dusun di Negeri Liang ......
2. Hasil tabulasi pendapatan hasil dusun responden Negeri Liang

72
73

74

5. Hasil analisis persentase penutupan tajuk pada petak contoh
di Negeri Liang ................................................................................... 75

6. Hasil analisis dominansi penutupan masing-masing jenis pada petak
. .
contoh di Neger~L~ang......................................................................

76

7. Komposisi dominan penutupan masing-masingjenis tanaman pada
petak contoh di Negeri Liang .............................................................. 77

8. Data pengamatan profil agroforestri dusun di Negeri Werinama

.........

78

9. Hasil analisis persentase penutupan tajuk pada petak petak contoh di
Negeri Werinama .....................................................................................

79

10. Hasil analisis dominansi penutupan masing-masing jenis pada petak
contoh di Negeri Werinama .....................................................................

80

11. Komposisi dominan penutupan masing-masingjenis tanaman pada petak
contoh di Negeri Werinama .....................................................................
81

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat melalui teknik
penanaman membentuk sistem agroforestri, merupakan teknik-teknik tradisional
dalam pengelolaan hutan yang telah lama membudaya di masyarakat. Sistemsistem pengetahuan lokal tersebut walaupun berbeda satu sama lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya dan tipe ekosistem masyarakat setempat, namun secara
umum sistem pengetahuan dan pengelolaan sumberdaya lokal ini selalu tumbuh
clan berkembang terus-menerus secara turun-temurun. Di Maluku, yang meliputi
: Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Pulau-pulau Lease, teknik-teknik penanaman

tersebut sudah merupakan tradisi pengelolaan hutan yang dikenal masyarakat
dengan istilah dusun Dusun m e ~ p a k a nsebuah istilah yang biasanya digunakan
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan teknik penanaman
yang be~ariasi,serta memiliki tingkat keragaman yang tinggi (Ajawaila 1996).
Keragamanan dusun untuk tanaman campuran strata bawah terdiri dari :
rerumputan, tanaman rempah-rempah, obat-obatan dan kusu-kusu padi atau
Andropogon amboinensis, kemudian tanaman campuran strata menengah terdiri

dari buah-buahan seperti : (durian, kelapa, langsat, manggis, duku, gandaria,
jambu, kenari), tanaman palawija (cengkeh, pala, coklat, kenari dan petai), dan
kombinasi tanaman berkayu strata atas yaitu : sengon, jabon, titi, jenis ficus dl1
(Wattimena 2007).
Sistem pengusahaan dusun dalam prakteknya, masyarakat memiliki
perangkat hukum yaitu bempa aturan-aturan adat yang sangat baik dalam
mengatur status penguasaan/kepemilikkan lahan hutan, sampai dengan mengelola
hasil-hasil tanaman "tertentu" yang diusahakannya.

Di kedua negeri yang

meliputi Negeri Liang dan Werinama, untuk status penguasaankepemilikkan
lahan hutan, sejak dulu telah diatur secara adat berdasarkan masing-masing
kelompok marga atau yang disebut dengan mata rumaWrumah tau yakni suatu
kesatuan kekerabatan masyarakat yang terdiri dari beberapa rumah tangga dengan
memakai nama keluarga berupa marga yang sama di dalam suatu negeri.
Sedangkan untuk mengatur pemanenan hasil tanaman dalam jangka waktu

tertentu agar secara sosial-ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat,
terdapat pula aturan pengelolaan yang sudah menyatu dengan masyarakat sejak
dulu yang biasa dikenal dengan istilah sistem adat sasi. Adat sasi menurut
Wattimena dan Papilaya (2005), merupakan sebuah aturan yang mengandung
unsur-unsur larangan dalam mengatur akses masyarakat untuk mengambil hasil
tanaman pada jangka waktu tertentu dengan maksud agar pemanenan dilakukan
pada waktu yang tepat.
Dari uraian di atas, sebagai suatu bentuk tradisi adat-istiadat masyarakat
secara tradisional dalam menata kehidupan bermasyarakat, termasuk upaya untuk
mengatur pemerataan pembagian atau pendapatan hasil dari sumberdaya alam
sekitar kepada seluruh wargalpenduduk setempat, sejauh mana dipmktekkan oleh
masyarakat khususnya pada kedua negeri rnerupakan ha1 menarik yang perlu
untuk dikaji dan diangkat guna mengetahui potensi-potensi masyarakat lokal
dalam pengelolaan simberdaya hutan yang baik, upaya membangun peran
sertanya dalam perlindungan dan pelestarian sumberdaya hutan.
2.1 Rumusan Masalah

Pentingnya peran masyarakat dalam mengatur, mengernbangkan, dan
menjalankan aturan-aturan pengelolaan sumberdaya hutan yang baik dalam
menghadapi tekanan perturnbuhan penduduk yang tems meningkat dari waktu ke
waktu dewasa ini, mempakan substansi penting dalam menyoroti kebechasilan
atau kegagalan suatu pengelolaan sumberdaya hutan akibat tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Di kedua lokasi penelitiah tingginya
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan merupakan
sesuatu ha1 yang tak terbantahkan karena merupakan satu-satunya sumberdaya
yang dapat dijadikan sebagai aset masyarakat dalam menopang keberlanjutan
kehidupan masyarakat di wilayah pedesaan dengan sistem pengalih gunaan lahan
hutan untuk sistem bercocok tanam. Bentuk-bentuk ketergantungan rnasyarakat
dalam pernanfaatan lahan seperti ini, tidak lain adalah akibat dari tidak
memadainya sumber-surnber pendapatan yang menetap bagi masyarakat.
Di Negeri Liang, menyangkut aturan masyarakat dalam pengelolaan
hutan

untuk

sistem

pengusahaan

dusun

dengan

sistem-sistem

penguasaankepemilikkan lahan yang diatur secara adat, merupakan aktifitas yang

sebagian besar dilakukan oleh masyarakat. Namun yang berkaitan dengan aturanaturan adat masyarakat dalam mengatur pemanenan hasil-hail dusun yang
diusahakan dengan bentuk sistem adat smi, eksistensinya saat ini sudah tidak
diandalkan lagi sebagai tradisi adat masyarakat dalam pengelolaan hasil-hasil
dusun. Tidak berperannya aturan ini dalam mengatur pemanfaatan jenis hasilhasil dusun yang diusahakan, hubungannya dengan tingkat kelestarian hasil dusun
masyarakat baik secara ekonomi maupun secara ekologi dikaitkan dengan tekanan
penduduk yang tems meningkat, mempakan ha1 yang akan dikaji dengan
membandingkannya dengan Negeri Werinama sebagai negen yang aturannya
masih berjalan.
Dalam penelitian ini, keragaan kelembagaan adat masyarakat yang dikaji
selain mencakup aturan-aturan yang digunakan masyarakat dalam mengatur dan
mengelola sumberdaya hutan khususnya yang berkaitan dengan bentuk hak-hak
penguasaankepemilikkan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di kedua lokasi
dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk pengusahaan dusun yang dilakukan
masyarakat, juga akan melihat tentang keragaan kelembagaan masyarakat yang
berkaitan dengan perannya dalam mengatur dan mengelola jenis hasil dusun yang
diusahakannya dengan pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah :
1. Bagaimana bentuk dan peran kelembagaan adat masyarakat dalam mengatur

dan mengelola sumberdaya hutan dan dusun-nya.
2. Faktor apakah yang mempengamhi keberlanjutan sistem adat sasi.
3. Bagaimana tingkat pendapatan masyarakat terhadap jenis hasil-hasil dusun

yang diusahakannya.
4. Bagaimana bentuk struktur dan komposisi sistem agroforestri dusun.
1.3 Tujuao Peoelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji bentuk dan peran kelembagaan adat masyarakat dalam mengatur

dan mengelola sumberdaya hutan dan dusun-nya.
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem adat sasi.

3. Menganalisis pendapatan masyarakat dari jenis hasil-hasil dusun yang

diusahakannya.
4. Mengidentifikasi struktur dan komposisi sistem agroforestri dusun.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan bahan

informasi tentang keragaan

kelembagaan adat

masyarakat pada kedua negeri dalam mengatur dan mengelola sumberdaya
hutan dan dusun-nya.

2. Masukan bagi para pihak tentang keragaan kelembagaan adat masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan upaya
membangun peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pelestariannya.

I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kelembagaan
Dalam bidang sosiologi dan antropologi kelembagaan banyak ditekankan
pada norma, tingkah laku dan adat istiadat. Menurut Runan dan Hayami (1984),
kelembagaan merupakan aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu
mereka dengan harapan dimana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan
satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Ostrom
(1985), mengartikan kelembagaan sebagai aturan dan rambu-ramhu sebagai
panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk
mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain.
Selain itu Uphoff (1986), mengartikan kelembagaan sebagai suatu himpunan atau
tatanan norma-norma dan tingkah laku yang biasa berlaku dalam suatu periode
tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama.
Kelembagaan diekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat
istiadat.
Kartodihardjo (2006), mendefinisikan kelembagaan sebagai suatu sistem
yang kompleks, rumit, abstrak yang mencakup ideologi, hukum, adat istiadat,
aturan, kebiasaan yang tidak terlepas dari lingkungan. Kelembagaan mempunyai
peran yang sangat penting dalam memecahkam masalah-masalah nyata dalam
pembangunan. Kelembagaan merupakan inovasi manusia untuk mengatur atau
mengontrol interdependensi antar manusia terhadap sesuatu kondisi atau situasi
melalui inovasi dalam hak kepemilikkan, aturan representasi atau batas yurisdiksi.
Menurut Schmid (1987) dalam Pakpahan (1989), kelembagaan adalah
seperangkat ketentuan yang mengatur hubungan antar orang, yang mendefinisikan
hak-hak mereka, hubungan dengan hak-hak orang lain, hak-hak istimewa yang
diberikan, serta tanggung jawab yang hams mereka lakukan. Kelembagaan juga
dapat diartikan sebagai instrumen yang mengatur hubungan antar orang atau
kelompok masyarakat melalui hak dan kewajibannya dalam kaitannya dengan
pemanfaatan sumberdaya.

Kelembagaan mempunyai peran penting dalam

masyarakat untuk mengurangi ketidakpastian dengan menyusun strukhu yang

stabil bagi hubungan manusia. Kelembagaan mempakan gugus kesempatan bagi
individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktifitasnya. Kelembagaan
dicirikan oleh tiga ha1 utama: (1) hak-hak kepemilikkan (property rights) yang
bempa hak atas benda materi maupun non materi; (2) batas yurisdiksi
(jurisdictional boundary), dan (3) aturan representasi (rules of representation)
(Schmid 1987 dalam Pakpahan 1989).
Hak-hak kepemilikkan (property rights), mengandung pengertian tentang
hak dan kewajiban yang didefinisikan dan diatur oleh hukum adat dan tradisi atau
konsensus yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat dalam ha1
kepentingannya terhadap sumberdaya, situasi atau kondisi. Pernyataan hak milik
memerlukan pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari ha1
ini adalah : (1) hak seseorang adalah kewajiban orang lain; (2) hak yang
dicerminkan oleh kepemilikkan (ownership) adalah sumber kekuatan untuk akses
dan kontrol terhadap sumberdaya. Property rights individu atas suatu aset terdiri
atas hak-hak atau kekuasaan untuk mengkonsumsi, mendapatkan pendapatan dan
melakukan transfer hak-haknya atas aset (Basuni, 2003). Hak dapat diperoleh
melalui pembelian apabila barang atau jasa dapat dipejualbelikan, pemberian atau
hadiah, atau pengaturan administratif.
Batas yurisdiksi (jurisdictional boundary) menentukan siapa dan apa yang
tercakup dalarn suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas
wilayah kekuasaan dan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau
mengandung makna kedua-duanya sehingga terkandung makna bagaimana batas
yurisdiksi berperan dalam mengatur alokasi sumberdaya.

Pembahan batas

yurisdiksi dipengamhi oleh empat faktor antara lain : (1) perasaan sebagai suatu
masyarakat (sense of community).

Perasaan sebagai suatu mzisyarakat

menentukan siapa termasuk dalam masyarakat dan siapa yang tidak. Hal ini
berkaitan dengan konsep jarak sosial yang menentukan komitmen yang dimiliki
oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan; (2) eksternalitas, mempakan
dampak yang diterima pihak tertentu akibat tindakan pihak lain. Pembahan batas
yurisdiksi akan merubah struktur ekstemalitas yang akhirnya membah siapa
menanggung apa; (3) homogenitas, berkaitan dengan preferensi masyarakat yang
merefleksikan permintaan terhadap barang dan jasa; dan (4) skala ekonomi, yang

menunjukkan suatu situasi dimana ongkos per satuan terus menurun apabila
output ditingkatkan. Batas yurisdiksi yang sesuai akan menghasilkan ongkos per
satuan yang lebih rendah dibandingkan dengan altematif batas yurisdiksi yang
lainnya.
Aturan representasi (rules of representation) merupakan perangkat aturan
yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Dalam proses
pengambilan keputusan dalam organisasi, terdapat dua jenis ongkos yang
mendasari keputusan, yaitu : (1) ongkos membuat keputusan sebagai produk dari
partisipasi dalam membuat keputusan, dan (2) ongkos eksternal yang ditanggung
oleh seseorang atau sebuah organisasi sebagai akibat keputusan organisasi
tersebut. Aturan representasi akan mempengaruhi stnrktur dan besarnya ongkos
tersebut. Atumn pengambilan keputusan yang sederhana untuk masalah ini adalah
meminimumkan kedua ongkos. Aturan representasi mengatur siapa yang berhak
berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Konsep aturan
representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa
dalam proses pengambilan keputusan. Aturan representasi menentukan jenis
keputusan yang dibuat, sehingga aturan representasi menentukan alokasi dan
distribusi sumberdaya yang langkah.

Oleh karena itu perlu dicari suatu

mekanisme representasi yang efisien dalam arti menurunkan ongkos transaksi.
2.2 Sistem Agroforestri

Agroforestri mempakan sebuah istilah baru yang diberikan kepada sistem
pertanian yang sudah lama dipraktekkan.

Bermacam-macam definisi telah

dikembangkan oleh peneliti agroforestri, sesuai dengan sifat dari masing-masing
komponen penyusun sistem tersebut di tempat aslinya.

Lundgren (1992),

mendefinisikan agroforestri sebagai nama kolektif dari sistem penggunaan lahan,
dengan komponen pohon, tanaman semusim, tanaman pakan temak danlatau
temak pada waktu bersamaan, rotasi, atau campuran antara keduanya. Dalam
sistem tenebut terdapat interaksi antara pohon dengan komponen lainnya secara
ekologis dan ekonomis.
Agroforestri menurut Lundgren dan Raintree (1982), mempakan istilah
kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang
secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan

tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian
danlatau hewan (ternak) danlatau ikan, yang dilakukan pada waktu yang
bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis
antar berbagai komponen yang ada.
Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan
Raintree (1982), adalah : (1) agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman
atau lebih (tanaman dadatau hewan). Paling tidak satu diantaranya tumbuhan
berkayu ; (2) siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun ; (3) ada
interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak
berkayu ; (4) selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product),
misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-ohatan ; (5) minimal
mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (sewice Jirnction), misalnya pelindung
angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya
keluarga/masyarakat ; (6) untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis,
agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman
terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen ;(7) sistem agroforestri
yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis
jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.
Deftnisi lain menurut Huxley (1999), agroforestri merupakan : (1) sistem
penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu,
bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan
rerumputan (pmture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya
(lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman
berkayu dengan komponen lainnya ; (2) sistem pengunaan lahan yang
mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadangkadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan,
untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk
interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman ; (3) sistem
pengeloloaan sumber daya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman
pepohonan di lahan pertanian atau padang penggembalaan untuk memperoleh
berbagai produk secara herkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan
sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan.

Perhutani

(1990),

mengartikan

agroforestri

sebagai

manajemen

pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan
kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan
memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat
yang berperan serta.
2.3 Klasifikasi Agroforestri

Agroforestri diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria Nair (1993),
terdiri dari : (1) dasar struktural yakni menyangkut komposisi komponenkomponen, seperti sistem agrosilvikultur, silfopastural, clan agrisilvopastur ; (2)
dasar fungsional, yakni menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem,
temtama fungsi atau peranan komponen kayu-kayuan ; (3) dasar sosial-ekonomi,
yakni menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah,
masukan tinggi) atau intensitas dan skala pengelolaan, atau tujuan-tujuan usaha
(subsisten, komersial, intermediet); (4) dasar ekologi yakni menyangkut kondisi
lingkungan dan kecocokan ekologi dan ekosistem.
2.4 Klasifikasi Agroforestri Berdasarkan Masa Perkembangannya

Agroforesbi ditinjau dari masa perkembangannya, terdapat dua kelompok
besar agroforestri yang terdiri dari :
1. Agroforestri tradisionalklasik (traditional/classical agroforestri?
Dalam lingkungan masyarakat lokal dijumpai berbagai bentuk praktek
pengkombinasian tanaman berkayu (pohon, perdu, palem-paleman, bambubambuan, dll.) dengan tanaman pertanian dan atau peternakan.

Praktek

tersebut dijumpai dalam satu unit manajemen lahan hingga pada suatu
bentang alam (landscape) dari aagrokosistem pedesaan. Thaman (1989),
mendefinisikan agroforestri tradisional atau agroforestri klasik sebagai setiap
sistem pertanian, dimana pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman
atau pemeliharaan tegakanltanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu,
sosial-ekonomi clan ekologis dari keselumhan sistem (agroecosysrem).
2.

Agroforestri moderen (modern atau introduced agroforestrij
Agroforestri moderen umumnya hanya melihat pengkombinasian antara
tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Berbeda

dengan agroforestri tradisionaliklasik, ratusan pohon bermanfaat di luar
komponen utama atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari
sistem tradisional kemungkinan tidak terdapat lagi dalam agroforestri
moderen (Thaman 1989 ;Sardjono 1990).
Tabel 1 Beberapa perbedaan penting agroforestri tradisional dan agroforestri
moderen
Aspek Tinjauan
Kombinasi Jenis

Agroforestri tradisional
Tersusun atas banyak jenis
@olyculture), dan hampir
keseluruhannya
dipandarig
penting; banyak dari jenis-jenis
lokal (dan berasal dari
permudaan alami).
Struktur Tegakan
Kompleks, karena pola tanamnya tidak teratur, baik secm
horizontal ataupun vertikal
(acak/random).
Orientasi
Penggunaan Subsisten
hingga
semi
Lahan
komersial (meskipun tidak
senantiasa dilaksanakan dalam
skala kecil).
Keterkaitan Sosial Budaya
Memiliki keterkaitan sangat
erat dengan sosial-budaya lokal
karena telah dipraktekkan
secara turun temurun oleh
masyarakaUpemilik lahan.

Agroforestri Moderen
Hanya terdiri dari 2-3
kombinasi jenis, dimana salah
satu-nya merupakan komoditi
yang diunggulkan; seringkali
diperkenalkan jenis unggul
dari l u x (exotic species).
Sederhana, karena biasanya
menggunakan pola lajw atau
baris yang berselang-seling
dengan jarak tanam yang jelas.
Komersial, dan umumnya
diusahakan dengan skala besar
dan oleh karenanya padat
modal (capital intensive).
Secara umum tidak memiliki
keterkaitan dengan sosial
budaya setempat, karena
diintrodusir oleh pihak luar
(proyek atau pemerintah).

Sumber : Sarjono et al, (2003)

2.5 Agroforestri di Maluku
Sebelum bangsa Portugis tiba di Maluku pada awal abad ke-16 dan
Bangsa Belanda tiba pada awal abad ke-17 (1602) agroforestri yang dikenal di
Maluku sebagai dusun telah membudaya pada masyarakat Maluku.

Dusun

adalah suatu aset yang tidak nampak (intangible) di Maluku, yang termasuk dalam
pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) dan teknologi yang
digunakan masyarakat lokal (indigenous technology) sudah teradaptasi dengan
lingkungan fisik, biologis masyarakat setempat (Wattimena dan Papilaya 2005).
Dusun di Maluku Tengah (Ambon, Seram dan Banda) menurut
Wanimena (2007), terletak berjarak 1-10 krn dari desa, berada pada dataran
rendah basah (0-500 m dpl). Jenis tanaman buah-buah yang diusahakan adalah :
durian, manggis, duku, langsat, bacang dll, tanaman rempah-rempah (pala,
cengkih, kemiri) dan tanaman pangan (umbi-umbian dan pisang) adalah tanaman
yang umumnya dikembangkan pada daemh tersebut.

Manfaat dusun di Maluku menurut Wattimena dan Papilaya (2005),
yaitu :
1. Secara

ekologis

mempertahankan

kualitas

sumberdaya

alam

dan

agroekosistem secara keseluruhan yang meliputi hewan, tanaman dan jasad
renik. Tanaman-tanaman dari dusun itu mempunyai beragam kedalaman akar,
ketinggian tajuk, dan kejarangan tajuk.

Kebutuhan yang berbeda terhadap

suhu, intensitas cahaya, kelembaban tanah, kelembaban udara dan kualitas
lahan.
2. Berkelanjutan secara ekonomis, artinya petani bisa dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidup dari &sun tersebut.

Fungsi dusun mirip dengan fungsi

pekarangan dimana selumh kebutuhan hidup mulai dari pangan, bahan
bangunan berasal dari dusun.

Di dalam sistem dusun diatur sehingga ada

tanaman yang menghasilkan sepanjang tahun seperti kelapa, coklat, pala,
kenari serta ada yang musiman seperti cengkeh, durian, d u b , gandaria, dsb.
3. Adil dan manusiawi artinya hasil dusun itu dapat juga dimanfaatkan bagi

orang yang tidak punya, dan martabat dasar semua mahluk hidup (tanaman,
hewan, dan manusia) dihormati. Peraturan mengenai usaha (memungut yang
jatuh di tanah) dan sasi (peraturan pemungutan hasil).
Istilah sasi sebenarnya tidak tergolong kepada kategori kata-kata yang
mempunyai watak larangan atau suruhan yang bersifat tanggeng dan menetap,
namun istilah tersebut hanya menekankan pada suatu larangan yang temporal dan
lambang (atribut) yang bersama-sama membuat institusi sasi mengikat (Kissya
1993). Sementara itu Rahail (1995), menekankan kepada konsep pelestarian dan
produktifitas mengemukakan bahwa sasi adalah suatu pranata adat yang sudah
umum diketahui sebagai suatu larangan untuk mengambil atau merusak
sumberdaya alam tertentu dalam jangka waktu tertentu demi menjaga kelestarian
dan agar lebih menjamin hasil yang lehih berlipat ganda di masa depan.
Kemudian Nikijuluw (1997), menyimpulkan bahwa sari adalah suatu sistem
pengaturan pemanfaatan sumberdaya alam (hutan dan laut) bagi anak negeri
(penduduk setempat) maupun pendatang.

I11 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Perhatian berbagai pihak dalam mengoptimalkan asas kelestarian

sumberdaya hutan akibat meningkatnya alih guna lahan yang terus bertambah
telah menjadi topik bahasan yang menarik dari waktu ke waktu. Berbagai sistem
dan solusi tradisional terbaik yang telah banyak dikembangkan oleh banyak
kalangan dengan berbagai istilah dan model pengelolaan seperti repong atau
terminologi-terminologi pengelolaan lainnya seperti di Maluku yang secara
tradisional dikenal dengan dusun, merupakan model-model pengelolaan yang
pada dasarnya semua itu memiliki kesamaan dimana fokus utamanya adalah
masyarakat sebagai pelakx atau &or utamanya.
Sebagai aktor utama, kajian tentang masyarakat lokal penting dimana tidak
hanya dalam memahami bagaimana komunitas lokal memperlakukan sumberdaya
alam di sekitarnya, namun juga bagaimana memanfaatkan berbagai ha1 positif
darinya. Disamping itu, dengan diketahuinya pola-pola interaksi antara komunitas
masyarakat lokal dengan alam, maka akan teridentifikasi sejumlah kebutuhan
yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam memformulasikan rencana
pengelolaan sumberdaya alam, dengan menempatkan peran aktif dan akses
masyarakat melalui komhinasi manajemen dan teknik-teknik moderen dengan
konsep, pola, dan teknik-teknik tradisional berdasarkan karakteristik yang dimiliki
tiap-tiap komunitas.
Di kedua negeri, sistem pengetahuan dan pengelolaan sumberdaya lokal
yang telah tumbuh dan berkembang secara turn-temurun di masyarakat dengan
aturan-aturan adat yang dimilikinya, baik dalam mengatur akses masyarakat
dalam sistem pemanfaatan lahankawasan hutan serta pemanfaatan basil-hasil
dusun yang telah membudaya selama ini, sebagai kearifan masyarakat ha1 ini

penting untuk diangkat, sehingga menghasilkan sebuah informasi penting yang
dapat jadikan sebagai konsep-konsep pengelolaan sumberdaya di kedua negeri
sesuai pendekatan budaya masyarakat khususnya pada pulau-pulau kecil dalam
upaya membangun sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang diharapkan
mampu menciptakan keseimbangan sistem sosial, ekonomi dan ekologi yang

berkelanjutan.

Dari kerangka pemikiran yang diuraikan di atas, maka alur

penelitian yang dilakukan disajikan pada Gambar 1 :

+

Kelembagaan Adat
I

6

Negeri Liang

+

Agroforestri Dusun

Negeri Werinama

L

I

I

+

v

Aturan Pemanfaatan
Hasil Dusun

Aturan Pengelolaan
Hutan
I

I

&

4
- Hak-hak Kepemilikan
Batas Yurisdiksi
- Aturan Representatif

-

-

I

Bentuk Pemanfaatan
Hasil Dusun

I

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten
Maluku dan Negeri Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian
Timur - Propinsi Maluku.
c

I*'

8

e

A

,;"

.A<

.

S

E

a

1

'
,...,.,.. ...3* ..,. .,

Gambar 2 Lokasi Penelitian
Keterangan : 1
2

=
=

Negeri Liang
Negeri Werinama

Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, yaitu penentuan lokasi secara
sengaja dengan beberapa pertimbangan : (1) lokasi mempakan daerah dengan
bentuk kelembagaan adatnya dalam mengatur dan mengelola sistem dusun masib
berjalan dan yang sudah tidak bejalan ; (2) lokasi mempakan daerah yang
memiliki akses pasar dan daerah yang tidak memiliki akses pasar dalarn
memasarkan hasil-hasil dusun-ya. Waktu penelitian ini berlangsung selama tiga
bulan yakni dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2008.
3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Peudekatan studi
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Secara umum studi kasus memberikan akses dan peluang yang luas kepada
peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh
terhadap unit sosial yang diteliti.

Studi kasus dapat memberikan informasi

penting mengenai hubungan antar-variabel, serta proses-proses yang memerlukan
penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.

Selain itu, studi kasus dapat

menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar
untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih
besar dan mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu (Yin 1997; Azis 2003).
Black dan Champion (1992) menyebutkan beberapa keunggulan spesifik
studi kasus, di antaranya : (1) bersifat luwes berkenaan dengan metode
pengumpulan data yang digunakan ; (2) keluwesan studi kasus menjangkau
dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki ; (3) dapat dilaksanakan
secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial ; (4) studi kasus menawarkan
kesempatan menguji teori.

Disamping keunggulan, juga terdapat sejumlah

kelemahan : pertama, studi kasus kurang memberikan dasar yang kuat terhadap
suatu generalisasi ilmiah ;Kedua, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu
mengendalikan bias subjektifitas peneliti. Untuk mengatasi ha1 tersebut, empat
ha1 penting yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan penggunaan metode
studi kasus :pertama, studi kasus hams signifikan. Artinya, kasus yang diangkat
mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas, serta menyangkut
kepentingan publik atau masyarakat umum. Kedua, studi kasus harus lengkap.
Kelengkapan ini dicirikan oleh tiga ha1 : (1) kasus yang diteliti memiliki batas-

batas yang jelas (ada perbedaan yang tegas antara fenomena dengan konteksnya) ;
(2) tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan ;dan (3) mempermasalahkan
ketiadaan kondisi buatan tertentu.
alternatif perspektif.

Ketiga, studi kasus mempertimhangkan

Keempat, studi kasus hams menampilkan bukti yang

memadai dan secara bijak mendukung atas kasus yang diteliti (Yin 1997; Bungin
2003).
3.3.2 Teknik pengumpulsn data
Pengumpulan data dilakukan melalui : (a) Wawancara individual
(individual interview) ;(b) pengamatan terlibat (participant obsemion) ;dan (c)
diskusi kelompok terfokus flocusedgroup discussion).
a. Wawancara individual (individual interview)
Metode wawancara individu dalam penelitian ini dilakukan untuk ;(a)
mengkaji keragaan kelembagaan adat masyarakat Negeri Liang dan Werinama
dalam pengelolaan sumberdaya hutan dan dusun-nya ; (b) melibat tingkat
pendapatan masyarakat dari jenis hasil-hasil dusun yang di usahakan; (c)
mengetahui pandangan masyarakat kususnya di Negeri Liang terkait dengan
saat masih bejalan dan setelah tidak berjalannya sistem adat sasi terhadap
kelestarian hasil dusun-nya.
Dalam mengkaji keragaan kelembagaan adat, wawancara dilakukan
kepada informan kunci (key infonnan) yang meliputi raja (kepala adat) dan
kepula-kepala sou yang memahami tentang topik yang akan diangkat.
Instrumen dipili