Aplikasi Inokulan Bradyrhizobium japonicum Pada Tanaman Kedelai Varietas Wilis di Tanah Asam

APLIKASI INOKULAN Bradyrhizobium japonicum PADA TANAMAN
KEDELAI VARIETAS WILIS DI TANAH ASAM

DMITRY ARDITYA HARSYA PRIANGGA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

ABSTRAK
DMITRY ARDITYA HARSYA PRIANGGA. Aplikasi Inokulan Bradyrhizobium japonicum pada
Tanaman Kedelai Varietas Wilis di Tanah Asam. Dibimbing oleh NISA RACHMANIA
MUBARIK dan TRIADIATI.
Kedelai tidak memiliki wilayah produksi yang permanen di Indonesia, sehingga mudah
terdesak oleh tanaman lain yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Produksi kedelai memerlukan
tambahan area tanam kedelai. Area perluasan tersebut antara lain di lahan dengan produktivitas
rendah, seperti tanah asam dengan kandungan Al yang tinggi. Bradyrhizobium japonicum (BJ)
merupakan bakteri penambat nitrogen yang dapat memacu pertumbuhan dan produksi kedelai.
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh inokulan B. japonicum toleran asam-Aluminium

terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Wilis yang ditanam pada tanah asam.
Penelitian dilakukan di lahan Cikabayan IPB Darmaga, Bogor. Perlakuan terdiri atas tanah asam
sebagai kontrol; BJ 11 (19) hasil mutagenesis transposon; BJ 11 (wt) tipe liar; BJ 11(19) +
kompos; BJ 11 (wt) + kompos, dan kompos tanpa Bradyrhizobium japonicum. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan BJ 11(wt) + kompos dapat meningkatan tinggi tanaman
dan jumlah biji dibandingkan dengan kedelai tanpa perlakuan Bradyrhizobium japonicum.
Kata kunci: Bradyrhizobium japonicum, Kedelai varietas Wilis, Tanah Asam, Kompos,
Mutagenesis transposon

ABSTRACT
DMITRY ARDITYA HARSYA PRIANGGA. Application of Acid Tolerant Bradyrhizobium
japonicum Inoculant for Wilis Variety Soybean Grown on Acid Soils. Supervised by NISA
RACHMANIA MUBARIK and TRIADIATI.
Soybean do not have permanent area for cultivation in Indonesia, so it was easily driven by
other plants with high economic value. Soybean production require expansion of cultivated area.
Expansion of soybean cultivated area could be done in low productivity land such as acid soil,
with high Al content. Bradyrhizobium japonicum (BJ) is a nitrogen fixing bacteria can promote
soybean growth and production. The aim of this research was to investigate the effect of BJ acidAl tolerant to Wilis variety soybean production in acid soil. Research was carried out at Cikabayan
field, IPB Darmaga, Bogor. The treatments consist of acid soil as a control; BJ 11 (19) transposon
mutagenesis; BJ 11 (wt) wild type; BJ 11 (19) + compost; BJ 11 (wt) + compost; and compost

without Bradyrhizobium japonicum. The result showed that BJ 11 (wt) + compost could improve
the plant height and the number of seeds compared to soybean without Bradyrhizobium
japonicum.
Keyword: Bradyrhizobium japonicum, Wilis variety soybean, Acid soil, Compost,
Transposon mutagenesis

APLIKASI INOKULAN Bradyrhizobium japonicum PADA TANAMAN
KEDELAI VARIETAS WILIS DI TANAH ASAM

DMITRY ARDITYA HARSYA PRIANGGA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2010

Judul : Aplikasi Inokulan Bradyrhizobium japonicum Pada Tanaman Kedelai
Varietas Wilis di Tanah Asam
Nama : Dmitry Arditya Harsya Priangga
NIM : G 3405 2499

Menyetujui
Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si.)
NIP: 19671127 199302 2 001

(Dr. Triadiati, M.Si.)
NIP: 19600224 198603 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen,


(Dr. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.)
NIP: 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram pada tanggal 29 Agustus 1987 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, anak dari pasangan Dr. Harry Soeprianto, M.Si. dan Dr. Yayuk Andayani, M.Si.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Selama satu tahun penulis
mengikuti Tahap Persiapan Bersama yang merupakan program perkuliahan sebelum mengikuti
perkuliahan Mayor Biologi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliah Perkembangan Hewan pada
tahun ajaran 2007/2008, mata kuliah Botani Umum pada tahun ajaran 2008/2009, serta Biologi
pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis pernah menyajikan hasil penelitian ini secara
lisan pada Seminar Nasional Sains II tanggal 14 November 2009 di Institut Pertanian Bogor,
Bogor.


PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahaesa atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Januari 2009 ini ialah tanah asam, dengan judul Pertumbuhan dan
Produksi Kedelai Varietas Wilis yang Diinokulasi dengan Bradyrhyzobium japonicum Toleran
Asam Alumunium di Tanah Asam. Penelitian ini didanai dari Program Insentif Riset Terapan
Kementerian Negara Riset dan Teknologi kepada NRM dan tim.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing karya ilmiah ini, Dr. Nisa Rachmania
Mubarik, M.Si dan Dr. Triadiati, M.Si. Terima kasih disampaikan pula kepada Dr. Ir. Muhadiono,
M.Sc. selaku wakil komisi pendidikan dan penguji yang telah memberikan saran dan masukan.
Demikian pula, penulis sampaikan terima kasih kepada semua teknisi dan laboran Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, serta Bapak Adi dan
Bapak Milin yang telah banyak membantu dalam berjalannya penelitian ini di lapangan. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya. Penulis sampaikan juga ungkapan terima kasih kepada Ester Paulina yang selalu setia
mendukung dan memberi semangat baik suka maupun duka, serta Frahel Theodora, Luria Marlina,
Lamtiur Panggabean, Robert Edward, Olivia Ariesta, Waisak Purnomo, Yoan Ramasita yang
selalu memberi semangat kepada saya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.


Bogor, Maret 2010
Dmitry Arditya Harsya Priangga

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................................
Tujuan ..................................................................................................................

1
1


BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat penelitian ................................................................................
Bahan....................................................................................................................
Metode ..................................................................................................................
Rancangan Percobaan ....................................................................................
Penyiapan Lahan ..........................................................................................
Perlakuan Inokulan pada Biji Kedelai ............................................................
Penanaman Kedelai .......................................................................................
Pemeliharaan Tanaman dan Pemanenan .........................................................
Pengamatan Respon Tanaman .......................................................................
Pengukuran pH Tanah ...................................................................................
Pengolahan Data ...........................................................................................

1
1
1
1
2
2
2

2
2
2
2

HASIL

Kondisi Area Tanam Kedelai di Lingkungan..........................................................
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman ......................................................................

2
2

PEMBAHASAN ................................................................................................................

4

KESIMPULAN .................................................................................................................

6


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

6

LAMPIRAN ......................................................................................................................

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1 pH tanah sebelum dan setelah mendapat perlakuan inokulan B. japonicum toleran asam
aluminium ........................................................................................................................

3

2 Respon pemberian inokulan B. japonicum toleran asam aluminium terhadap tinggi tanaman
kedelai varietas Wilis ....................................................................................................... 4
3 Pengaruh pemberian inokulan B japonicum toleran asam aluminium pada jumlah cabang,
daun, dan biji tanaman kedelai varietas Wilis saat 90 HST. ...............................................


4

4 Pengaruh pemberian inokulan B. japonicum toleran asam aluminium pada bobot biji kedelai
varietas Wilis yang ditanam setelah panen 90 HST............................................................ 4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Area tanam kedelai di Lahan Percobaan Cikabayan sebelum ditanami kedelai ................

9

2 Penanaman kedelai pada setiap petak (1 m x 2 m) perlakuan penelitian ..........................

10

3 Uji ANOVA untuk tinggi tanaman (15, 45, dan 90 HST), Jumlah cabang, jumlah daun,
jumlah bunga, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji (g/100 biji dan g/2 m2) ..................

11


4 Komposisi kimia tanah asam Jasinga (Situmorang 2008) ................................................

12

5 Perbandingan hasil untuk masing-masing parameter pada setiap perlakuan .....................

13

6 Pertumbuhan koloni Bradyrhizobium japonicum pada media Yeast Manitol Agar ...........

15

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kedelai di Indonesia pada
tahun 2006 mencapai 1,3 juta ton dan pada
tahun 2007 permintaan kedelai semakin
meningkat menjadi 2,2 juta ton (BPS 2009).
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
Indonesia masih melakukan impor yang ratarata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai
nasional. Akan tetapi produksi dalam negeri
masih
relatif rendah
dan
memiliki
kecenderungan terus menurun. Hal ini
disebabkan kedelai tidak memiliki wilayah
produksi yang permanen, serta kurang
optimalnya pemanfaatan area tanam di lahan
yang kurang produktif. Oleh karena itu, salah
satu usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai dengan perluasan area tanam
mencakup lahan dengan produktivitas rendah,
seperti tanah asam dengan kendala keracunan
Al, Mg, Fe, atau asam organik (Indrasumunar
et al. 2000).
Tanaman kedelai termasuk ke dalam
famili Leguminosae. Famili tersebut pada
umumnya dapat tumbuh dan bereproduksi
dengan baik bila bersimbiosis dengan bakteri
bintil akar. Alternatif yang dapat dilakukan
dalam upaya mengoptimalkan produksi
kedelai di tanah asam yaitu dengan
memanfaatkan kedelai dan bakteri bintil akar
yang dapat hidup dan bersimbiosis pada tanah
dengan pH rendah. Galur bakteri bintil akar
yang memiliki efektivitas simbiotik tinggi
berpotensi untuk dikembangkan sebagai
inokulan
pada
tanah
asam
dengan
menggunakan varietas kedelai yang juga
toleran asam (Monasari 2007). Usaha yang
telah dilakukan terhadap bakteri bintil akar
yang dapat menodulasi kedelai, yaitu mencari
bakteri bintil akar yang toleran asam dan
aluminium (Endarini et al. 1995).
Varietas kedelai yang memiliki periode
stadium vegetatif panjang dapat membentuk
perakaran yang dalam sehingga lebih toleran
terhadap cekaman kekeringan dan Al tinggi
(Arsyad et al. 2004). Beberapa contoh varietas
kedelai yang toleran pada tanah asam di
antaranya varietas Wilis, Kerinci, Dempo,
Singgalang, Slamet, dan Sindoro (Arsyad et
al. 2004).
Asosiasi efektif antara kedelai dan bakteri
bintil akar dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan produksi kedelai. Sejumlah galur
bakteri bintil akar dapat tumbuh pada media
yang memiliki pH rendah (4,0-5,0) dan dapat
bertahan hidup dalam tanah asam (Thornton
& Davey 1983).

Bakteri bintil akar (BBA) yang dapat
hidup pada media dengan pH rendah dan
tanah asam salah satunya Bradyrhizobium
japonicum. Spesies bakteri ini merupakan
mikrob yang dapat memacu pertumbuhan
tanaman melalui simbiosisnya dengan
tanaman kedelai dan menambat nitrogen
bebas (Somasegaran & Hoben 1994). Seleksi
galur-galur bakteri bintil akar kedelai pada
cekaman pH rendah telah banyak dilakukan.
Endarini et al. (1995) menyeleksi dua puluh
lima galur B. japonicum pada media Yeast
Manitol Agar (YMA) dan kaldu dengan
tingkat kemasaman antara pH 4,0-4,5. Seleksi
yang dilakukan menunjukkan isolat BJ 11
merupakan isolat dengan kemampuan tumbuh
yang tinggi pada media asam pH 4,5.
Galur B. japonicum toleran asamaluminium mampu mengakumulasi amonium
serta eksopolisakarida dan meningkatkan pH
tanah. Galur-galur seperti ini menghasilkan
eksopolisakarida (EPS) lebih banyak dari pada
galur sensitif. Senyawa ini dapat mengurangi
cekaman yang diinduksi oleh keasaman tanah
dan Al (Yuliar 1995).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari
pengaruh inokulan B. japonicum toleran
asam-aluminium terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai varietas Wilis yang di tanam
pada tanah asam.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Februari sampai dengan Agustus 2009 di
lahan percobaan Cikabayan, Laboratorium
Mikrobiologi dan Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA,
IPB.
Bahan
B. japonicum BJ 11 (19) dan BJ 11 (wt)
digunakan
sebagai
inokulan
dengan
menggunakan bahan pembawa berupa gambut
yang diperbanyak di Balai Penelitian
Bioteknologi dan Pertanian Bogor, biji kedelai
varietas Wilis, tanah asam yang diambil dari
Jasinga Kabupaten Bogor, dan kompos.
Metode
Rancangan
Percobaan.
Rancangan
percobaan yang digunakan ialah rancangan
percobaan acak lengkap dengan enam
perlakuan dan tiga kali ulangan setiap
perlakuannya.

2

Penyiapan Lahan. Media tanam yang
digunakan ialah tanah asam yang diambil dari
Jasinga. Pada penelitian ini digunakan petak
untuk penanaman kedelai yang berbentuk
kolam persegi panjang beralaskan plastik
dengan ukuran 1 m x 2 m dan kedalaman
tanah 25 cm (Lampiran 1). Setiap petak
memiliki 20 lubang tanam dengan diameter
lubang 5-6 cm. Jarak pada setiap lubang
tanam sebesar 20 cm. Kedelai ditanam dengan
enam perlakuan yaitu: (1) Kontrol tanah asam;
(2) Tanah asam + BJ 11 (19); (3) Tanah asam
+ BJ 11 (wt); (4) Tanah asam + BJ 11 (19) +
Kompos; (5) Tanah asam + BJ 11 (wt) +
Kompos; (6) Tanah asam + Kompos
(Lampiran 2).
Perlakuan Inokulan pada Biji Kedelai.
Biji kedelai yang akan ditanam diberi
inokulan B. japonicum dengan menggunakan
gambut sebagai media pembawa yang masingmasing telah dicampurkan dengan inokulan
BJ 11 (wt) tipe liar, atau BJ 11 (19) hasil
mutagenesis transposon (Monasari 2007).
Proses pencampuran ini dilakukan dengan
cara melumuri biji kedelai dengan gambut
dengan perbandingan 0,5 kg gambut untuk 10
kg biji kedelai, kemudian ditanam pada area
tanam.
Penanaman Kedelai. Lubang tanam
dibuat dengan cara ditugal dan kedalaman
lubang tanam sebesar 10 cm. Ke dalam setiap
lubang tanam dimasukkan lima biji kedelai
yang telah dilumuri oleh gambut dengan
campuran inokulan B. japonicum. Kemudian
pada 14 hari setelah tanam (HST) tanaman
dijarangkan menjadi tiga tanaman per lubang
tanam.
Pemeliharaan
Tanaman
dan
Pemanenan.
Pemeliharaan
tanaman
dilakukan di lahan percobaan Cikabayan
dengan menyiram setiap tiga hari sekali yang
dilakukan pada pagi hari, mengamati keadaan
tanah dan tanaman, serta membersihkan
gulma. Kemudian pemanenan dilakukan pada
hari ke-90 HST dilakukan untuk mengamati
pertumbuhan dan poduksi kedelai.
Pengamatan Respon Tanaman. Respon
tanaman yang diukur meliputi tinggi tanaman
yang diukur pada hari ke-15, hari ke-45, dan
hari ke-90, kemudian jumlah bunga yang
diamati pada hari ke-15, jumlah polong,
jumlah biji, bobot biji per 100 biji serta bobot
biji per petak (1 m x 2 m) yang diamati pada
saat panen.
Pengukuran pH tanah. Pengukuran pH
tanah ini dilakukan dengan mengambil tanah
asam pada setiap petak tanam sebelum dan
sesudah dilakukan penanaman. Contoh tanah

kemudian dilarutkan di dalam H2O dengan
perbandingan 1 : 1 diukur dengan
menggunakan pH meter di laboratorium.
Pengolahan Data. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 15.0 dan analisis data dilakukan
menggunakan ANOVA untuk pengamatan
pertumbuhan dan produksi kedelai (Lampiran
3) serta untuk uji lanjut dilakukan dengan
menggunakan uji Duncan.

HASIL
Kondisi Area
Tanam
Kedelai
di
Lingkungan
Kondisi area tanam sebelum dilakukan
penanaman kedelai ditumbuhi oleh gulma,
tanah berwarna merah kecokelatan, dan pH
awal sekitar 4,14. Tanah yang dipakai dalam
penelitian ini memiliki kandungan C sebesar
2,74% dan kandungan N sebesar 0,2%
(Lampiran 4). Ciri-ciri kondisi tanah secara
fisik dan pH tanah tersebut menunjukkan
bahwa tanah pada area tanam merupakan jenis
tanah ultisol. Tanah yang digunakan sebagai
media tanam, sebelumnya belum pernah
digunakan untuk penanaman kedelai.
Pengamatan pH akhir diamati setelah
dilakukan penanaman kedelai 90 HST.
Perlakuan menggunakan penambahan BJ 11
(wt) dan kompos memberikan perubahan pH
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya terhadap pH awal tanah. Hasil pH
akhir tersebut yaitu sebesar 4,87. Hasil ini
meningkat 0,73 dari pH awal tanah sebelum
penanaman (Tabel 1). Sedangkan untuk
perlakuan penambahan BJ 11 (19) dan
kompos serta perlakuan hanya penambahan
kompos tanpa mendapat perlakuan inokulan
BJ masing-masing terjadi kenaikan pH
sebesar 0,62 dan 0,68.
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan
terhadap
pertumbuhan
tanaman dilakukan pada tiga waktu yang
berbeda yaitu 15 HST, 45 HST, dan 90 HST.
Pemilihan ketiga waktu tersebut didasarkan
pada hari muncul bintil akar (15 HST), hari
muncul bunga (45 HST), dan hari saat panen
biji kedelai (90 HST).
Perlakuan
dengan
menggunakan
penambahan BJ 11 (wt) dan kompos
mempunyai tinggi yang cenderung lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi
tidak berbeda nyata dengan penambahan BJ
11 (19) dan kompos, dan berbeda nyata
dengan penambahan BJ 11 (wt), BJ 11 (19),
serta kontrol (Tabel 2). Rata-rata tinggi

3

tanaman yang dihasilkan sebesar 19,44 cm
pada 15 HST (Lampiran 5.1).
Perlakuan
dengan
menggunakan
penambahan inokulan BJ 11 (wt) dan kompos
mengalami peningkatan tinggi tanaman pada
45 HST. Perlakuan tersebut memiliki rata-rata
yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya yaitu 32,01 cm
(Lampiran 5.2). Hasil ini tidak berbeda nyata
dengan penambahan BJ 11 (19) dan kompos,
dan penambahan kompos tanpa inokulan.
Hasil tersebut berbeda nyata dengan perlakuan
BJ 11 (wt), BJ 11 (19) dan kontrol tanpa ada
penambahan kompos (Tabel 2). Demikian
juga tinggi tanaman untuk 90 HST.
Parameter yang diamati ketika tanaman
berumur 45 HST, yaitu: jumlah cabang, dan
daun. Perlakuan dengan menggunakan
penambahan kompos tanpa penambahan
inokulan menghasilkan nilai yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan penambahan
inokulan BJ 11 (wt) disertai penambahan
kompos (Tabel 3). Hasil dari perlakuan
tersebut masing-masing sebesar 30 cabang per
tanaman (Lampiran 5.3), dan 154 daun per
tanaman (Lampiran 5.4).
Produksi bunga dengan menggunakan
penambahan inokulan BJ 11 (wt) dan kompos
menghasilkan sebanyak 246 bunga per
tanaman (Lampiran 5.5). Hasil tersebut
berbeda nyata dengan perlakuan-perlakuan
lainnya (Tabel 3).
Parameter yang diamati saat 90 HST,
yaitu: tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah
biji, bobot biji, dan pH tanah akhir. Perlakuan
dengan menambahkan inokulan BJ 11 (wt)
atau BJ 11 (19) dan kompos memberikan hasil
rata-rata tinggi kedelai yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemberian kompos
(Lampiran 5.6). Namun tidak berbeda nyata
pada perlakuan yang hanya diberikan kompos
saja (Tabel 2).

Polong yang dihasilkan dengan perlakuan
penambahan kompos tanpa pemberian
inokulan B. japonicum memiliki hasil yang
cenderung
lebih
tinggi
dibandingkan
perlakuan lainnya dengan menghasilkan ratarata 83 polong per tanaman (Lampiran 5.7).
Hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan
perlakuan yang menggunakan penambahan
inokulan BJ 11 (wt) dan kompos (Tabel 3).
Jika dilihat dari pengamatan jumlah biji,
perlakuan dengan penambahan BJ 11 (wt) dan
kompos memberikan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya dengan
menghasilkan rata-rata 144 biji per tanaman
(Lampiran 5.8). Jumlah biji pada perlakuan ini
tidak berbeda nyata dengan penambahan BJ
11 (19) dan kompos, serta penambahan
kompos tanpa inokulan. Tetapi hasil tersebut
berbeda nyata dengan penambahan BJ 11 (wt)
dan BJ 11 (19) tanpa kompos (Tabel 3).
Pada perhitungan bobot per 100 biji,
perlakuan penambahan inokulan BJ 11 (wt)
atau BJ 11 (19) serta penambahan kompos
memberikan hasil bobot biji yang tidak
berbeda nyata dengan penambahan BJ 11 (19)
dan kompos, serta perlakuan yang mendapat
kompos saja. Tetapi hasil tersebut berbeda
nyata dengan perlakuan yang hanya mendapat
penambahan BJ 11 (wt) dan BJ 11 (19) tanpa
kompos (Tabel 4). Perhitungan bobot biji,
berdasarkan bobot (g) per petak pengamatan 2
m2, bobot biji tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan BJ 11 (wt) ditambah kompos,
meskipun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan penambahan kompos tanpa
inokulan dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya (Tabel 4). Hasil dari perlakuan
tersebut yaitu masing-masing sebesar 9,52 g
per 100 biji (Lampiran 5.9), dan 41,13 g per
petak (2 m2) (Lampiran 5.10).

Tabel 1 pH tanah sebelum dan setelah mendapat perlakuan inokulan B. japonicum toleran asam
aluminium
pH Tanah
Perlakuan
Awal
Akhir
Kontrol
BJ 11 (19)
BJ 11 (wt)
BJ 11 (19) + K
BJ 11 (wt) + K
Kompos
Keterangan : K = Kompos

(sebelum tanam & diberi perlakuan)
4,14
4,14
4,14
4,14
4,14
4,14

(sesudah tanam & diberi perlakuan)
4,36
4,61
4,64
4,76
4,87
4,82

4

Tabel 2 Respon pemberian inokulan B. japonicum toleran asam aluminium terhadap tinggi
tanaman kedelai varietas Wilis

Tinggi Tanaman 15
Tinggi Tanaman 45
Tinggi Tanaman 90
HST (cm)
HST (cm)
HST (cm)
Kontrol
13,95±1,71bc
23,15±3,00b
29,48±2,17b
BJ 11 (19)
13,31±1,63c
22,34±1,31b
28,32±1,06b
c
b
BJ 11 (wt)
12,47±0,70
20,35±0,92
27,13±0,17b
BJ 11 (19) + K
17,62±4,26ab
28,22±4,58a
37,23±2,76a
a
a
BJ 11 (wt) + K
19,44±1,70
32,01±1,84
39,28±2,81a
Kompos
17,36±0,50ab
27,93±0,14a
38,02±0,90a
Keterangan : K = Kompos; Angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Data rataan diambil dari tiga kali ulangan untuk
setiap perlakuan ± Standar Deviasi (SD)
Pelakuan

Tabel 3 Pengaruh pemberian inokulan B. japonicum toleran asam aluminium pada jumlah cabang,
daun, dan biji tanaman kedelai varietas Wilis saat 90 HST
Pelakuan

Jumlah Cabang
Per tanaman

Jumlah Daun
Per tanaman

Jumlah Bunga
Per tanaman

Jumlah Polong
Per tanaman

Jumlah Biji
Per tanaman

Kontrol
11±0,58b
119±0,58c
64±2,52d
38±1,73bc
63±3,06b
BJ 11 (19)
9±0,58b
110±1,53d
47±1,15d
31±1,53c
51±0,58b
BJ 11 (wt)
10±0,58b
102±1,53e
41±1,00d
27±1,53c
46±1,15b
a
b
c
ab
BJ 11 (19) + K
24±0,58
138±1,53
108±2,52
58±1,53
112±1,00a
BJ 11 (wt) + K
29±1,00a
147±2,00a
246±3,21a
78±1,15a
144±1,73a
b
a
a
a
Kompos
199±1,53
139±4,58a
30±1,00
154±1,00
83±1,73
Keterangan : K = Kompos; Angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (DMRT). Data rataan diambil dari tiga kali ulangan untuk setiap perlakuan ± SD.
Tabel 4 Pengaruh pemberian inokulan B. japonicum toleran asam aluminium pada bobot biji

kedelai varietas Wilis yang ditanam setelah panen 90 HST
Bobot Biji
Perlakuan
g/100 biji
Kontrol
7,48±0,44b
BJ 11 (19)
7,83±0,69b
BJ 11 (wt)
7,46±0,15b
BJ 11 (19)+K
8,91±0,64a
BJ 11 (wt)+K
9,52±0,51a
Kompos
9,39±0,34a

g/2 m2
13,79±4,27c
11,75±1,29c
10,14±1,90c
29,84±3,15b
41,13±8,93a
38,64±7,98ab

Keterangan : K = Kompos; Angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (DMRT). Data rataan diambil dari tiga kali ulangan untuk setiap perlakuan ± SD.

PEMBAHASAN
Koloni
B.
japonicum
mensintesis
eksopolisakarida yang merupakan lendir pada
permukaan selnya yang disekresikan dalam
jumlah besar ke dalam media yang
mengandung manitol (Lampiran 6) (Parveen
et al. 1997). Eksopolisakarida yang disintesis
merupakan pertahanan B. japonicum terhadap
kondisi lingkungan cekaman asam (Lounch &
Miller 2001).
Kondisi area tanam kedelai yang
digunakan dalam penelitian ini sebelum
dilakukan penanaman dan diberi perlakuan
merupakan tanah asam dengan pH rendah
sekitar 4,14. Tanah dengan pH rendah tersebut
merupakan salah satu kendala yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
kedelai maupun B. japonicum yang
bersimbiosis dengan tanaman kedelai tersebut.

Tanah mineral yang bersifat asam dengan pH
4,0-4,5 diketahui mempunyai kandungan
unsur-unsur Fosfor (P), Kalsium (Ca), dan
Molibdenum (Mo) yang rendah serta
konsentrasi Aluminium (Al), Mangan (Mn),
dan Ferrum (Fe) yang tinggi sehingga dapat
bersifat racun (Salisbury & Ross 1995).
Perlakuan pemberian kompos sebagai
bahan
organik
pada
tanah
dapat
mempengaruhi perkembangan akar sehingga
efisien dalam menyerap air, meningkatkan
stabilitas struktur tanah, meningkatan pH
tanah (Bertham 2002). Selain itu, pemberian
bahan organik berupa kompos juga mampu
meningkatkan kandungan unsur hara dalam
tanah, meningkatkan ketersediaan N dan
mengurangi hilangnya N dari tanah (Ma et al.
1999). Hal ini disebabkan kompos
mengandung sebagian besar unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman melalui proses

5

dikomposisi dan mineralisasi (Yuwono 2006).
Kompos yang digunakan dalam penelitian
mengandung bakteri pelarut fosfat dan tidak
mengandung bakteri bintil akar (data tidak
dipublikasikan). Peranan bakteri pelarut fosfat
selain dapat meningkatkan ketersediaan fosfat,
tetapi juga dapat menghasilkan zat pengatur
tumbuh. Beberapa bakteri pelarut fosfat juga
dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat
meningkatkan
kesehatan
akar
dan
pertumbuhan tanaman melalui proteksinya
terhadap penyakit (Arshad & Frankenberger
1993).
Penambahan kompos yang disertai juga
dengan penambahan inokulan B. japonicum
akan menambah kandungan mikrob di dalam
tanah. Bahan organik yang terkandung dalam
kompos merupakan sumber karbon sebagai
substrat pertumbuhan mikrob (Barea et al.
2005), sehingga aktivitas mikrob akan
meningkat. Peningkatan aktivitas mikrob
tersebut akan berdampak positif terhadap
proses mineralisasi unsur hara sehingga
ketersediaan unsur hara bagi tanaman
meningkat (Yasyifun 2008).
Perlakuan dengan penambahan inokulan
B. japonicum serta penambahan bahan
organik berupa kompos tidak hanya
berpengaruh pada kondisi area tanam,
melainkan juga terhadap pertumbuhan
kedelai.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada 15
HST
pertumbuhan
kedelai
dengan
penambahan inokulan B. japonicum dan
kompos memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya
(Tabel 1). Bakteri tersebut melakukan proses
penambatan N2 bebas dari udara yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
nitrogen dalam tanah, membentuk bintil dan
menambat N2 secara simbiotik dengan
tanaman kedelai (Habibah 2008).
Pertumbuhan
tanaman
hari
ke-45
menunjukkan adanya peningkatan tinggi
tanaman. Hal ini menunjukkan adanya
manfaat simbiosis tanaman kedelai dengan
BBA dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman. N2 bebas yang difiksasi oleh bakteri
bintil akar dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan organ-organ tanaman kedelai,
seperti: jumlah cabang, jumlah daun, dan
jumlah bunga (Situmorang 2008). Di dalam
bintil akar, BBA mengubah N2 menjadi
amonia sebagai suplai nitrogen bagi
pertumbuhan tanaman (Atlas & Bartha 1998).
Selain
penambahan
inokulan
B.
japonicum, penambahan kompos ke dalam
tanah mampu meningkatkan pembentukan

organ vegetatif tanaman seperti cabang, daun,
dan bunga (Tabel 3). Pembentukan organ
vegetatif ini akan mempengaruhi fotosintesis.
Proses tersebut kemudian akan mempengaruhi
pembentukan polong, serta produksi biji.
Penambahan inokulan B. japonicum dapat
meningkatkan kemampuan akar tanaman
untuk mengabsorbsi unsur hara yang
dibutuhkan. Sistem perakaran yang lebih luas
lebih berguna bagi tanaman yang tumbuh
pada tanah dengan kadar N yang terbatas
(Srivastava & Singh 1999). Oleh karena itu,
dengan perakaran yang panjang, tanaman
kedelai dapat menyerap unsur hara sehingga
pertumbuhan menjadi lebih baik.
Pembentukan polong pada perlakuan
hanya
dengan
penambahan
kompos
mempunyai
hasil
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil
ini berbanding terbalik dengan hasil
pembentukan bunga. Perlakuan dengan
penambahan inokulan BJ 11 (wt) dan kompos
memberikan hasil yang cenderung lebih baik
dari perlakuan lainnya. Pada dasarnya
peningkatan pembentukan bunga akan
berjalan lurus dengan pembentukan polong.
Hal ini dapat disebabkan berbagai macam
faktor, di antaranya bunga mengalami
kerontokan sebelum berhasil membentuk
polong. Kerontokan ini kemungkinan dapat
disebabkan pengaruh dari kondisi sekitar area
tanam di lingkungan, antara lain angin,
aktivitas hama, juga pengaruh cuaca.
Jika dilihat dari pengamatan pembentukan
biji,
perlakuan
dengan
menggunakan
penambahan inokulan BJ 11 (wt) serta
kompos memberikan hasil yang lebih baik
dari perlakuan lainnya. Hasil ini bertentangan
dengan jumlah polong yang dibentuk.
Perlakuan hanya dengan penambahan kompos
memberi hasil yang lebih baik dalam
pembentukan polong. Hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan bahwa jumlah biji sangat
ditentukan oleh jumlah dan ukuran polong,
sehingga semakin banyak polong maka
jumlah biji yang ada semakin banyak pula
(Harun & Ammar 2001). Hasil seperti ini
dapat disebabkan karena polong yang
dihasilkan
dengan
perlakuan
hanya
penambahan kompos saja banyak berupa
polong kosong. Apabila kandungan N yang
tersedia dalam tanah tidak mencukupi saat
pembentukan polong, maka pada saat
pembentukan biji tanaman kedelai tidak dapat
berproduksi
dengan
baik.
Adanya
penambahan bakteri penambat N2 seperti B.
japonicum dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan N kedelai. Hal tersebut yang

6

menyebabkan perlakuan dengan penambahan
inokulan B. japonicum serta kompos dapat
menghasilkan biji yang lebih banyak
dibandingkan perlakuan yang hanya dengan
penambahan kompos saja.
Jika dilihat dari hasil pengamatan tehadap
bobot biji, maka perlakuan dengan
penambahan inokulan B. japonicum serta
penambahan kompos memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Aplikasi pupuk hayati yang
mengandung
B.
japonicum
mampu
mempengaruhi bobot 100 biji kedelai (Sutarto
& Saraswati 2000). Pada penelitian ini bobot
biji kedelai varietas Wilis per 100 biji sebesar
9,52 g. Tanaman kedelai varietas Wilis
umumnya memiliki bobot biji sebesar 8,9-11
g per 100 biji (Balitkabi 2008).
Bradyrhizobium japonicum merupakan
bakteri tumbuh lambat karena tumbuh pada
media setelah tujuh hari inkubasi. Berbeda
halnya dengan Rhizobium yang merupakan
bakteri tumbuh cepat. Rhizobium memiliki
ciri-ciri tumbuh cepat pada medium garam
yang mengandung manitol dengan waktu
inkubasi 3-5 hari (Elfiati 2006).
Penggunaan tanah dan kompos yang tidak
disterilkan menyebabkan mikrob asli tanah
maupun kompos bercampur dengan mikrob
yang diinokulasikan. Hal tersebut menjadi
kendala untuk mengetahui mikrob yang
diinokulasikan efektif atau tidak. Adanya
mikrob asli tanah maupun kompos
ditunjukkan dengan terbentuknya bintil akar
yang efektif pada tanaman kedelai, hal ini
terjadi pada petak percobaan dengan
perlakuan yang ditambahkan kompos.

KESIMPULAN
Kedelai varietas Wilis yang diinokulasi
menggunakan
inokulan
Bradyrhizobium
japonicum galur 11 (wt) dan ditambahkan
kompos dapat meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman serta menghasilkan produk
yang cenderung lebih baik dibandingkan
menggunakan
inokulan
Bradyrhizobium
japonicum galur 11 (19) atau hanya dengan
penambahan kompos saja.

DAFTAR PUSTAKA
Arshad M, Frankenberger WT. 1993.
Microbial production of plant growth
regulator. Di dalam: Metting FB,
editor. Soil Microbial Ecology. New
York: Marcel Dekker, Inc. Pr. hlm 307347.

Arsyad et al. 2004. Pembentukan varietas
unggul kedelai toleran lahan kering
asam. Laporan Teknik Pertanian Tahun
2003.
Jakarta:
PAATP-Balitkabi,
Litbang Pertanian.
Atlas RM, Bartha R. 1998. Microbial
Ecology,
Fundamentals
and
Application. Ed ke-4. Melo Park:
Addison Wesley Longman, Inc.
[BPS] Balai Pusat Statistik. 2009. Press
release production of paddy, maize, and
soybean,
2008.
Jakarta.
http://www.bps.go.id. [20 November
2009].
Balitkabi. 2008. Deskripsi varietas unggul
kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Malang.
171 hlm.
Barea JM, Pozo MJ, Azoon, Aguilar CA.
2005. Microbial co-operation in the
rhizosphere. J Exp Botan 56 (417):
1761-1778.
Bertham YH. 2002. Respon tanaman kedelai
[Glycine max (L.) Merill] terhadap
pemupukan fosfor dan kompos jerami
pada tanah ultisol. J Ilmu Pertan
Indones 4(2): 78-83.
Endarini T, Wahyudi AT. Tedja-Imas. 1995.
Seleksi
galur
Bradyrhizobium
japonicum indigenous toleran media
asam-aluminium. Hayati 2:74-79.
Elfiati D, Anas I, Gunarto L. 2006.
Improvement
of
paraserianthes
seedling growth on acid minerals soil
by using rhizobium inocula. J
Microbiol Indones 11: 15-19.
Habibah H. 2008. Efektivitas simbiotik
beberapa
galur
Bradyrhizobium
japonicum toleran asam-alumunium
pada tanaman kedelai [tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Harun MU, Ammar M. 2001. Respon kedelai
(Glycine
max)
terhadap
Bradyrhizobium japonicum strain
Hup+ pada tanah asam. J Pertan
Indones 3:111-115.
Indrasumunar A, Dart PJ, Menzies NW. 2000.
Root colonization and symbiotic
effectiveness of acid tolerant and acid
sensitive of Bradyrhizobia in acid
soils. J Mikrobiol Indones 5:24-28.
Lounch AH, Miller KJ. 2001. Synthesis of
low-molecular-weight
form
of
exopolysaccharide by Bradyrhizobium
japonicum USDA 110. Appl Environ
Microbiol 2:1011-1014.

7

Ma BL, Dwyer LM, Gregorich EG. 1999. Soil
nitrogen amendment effect on seasonal
nitrogen mineralization and nitrogen
cycling in maize production. J Agron
91: 1003-1009.
Monasari D. 2007. Konstruksi mutan
Bradyrhizobium japonicum kedelai
toleran
asam-aluminium
untuk
meningkatkan efektivitas simbiotik
melalui
mutagenesis
transposon
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Parveen X, Webb DT, Borthakur D. 1997.
The
symbiotic
phenotypes
of
exopolysaccharide defective mutants of
Rhizobium sp. strain TAL1145 do not
differ
on
determinate
and
indeterminate nodulating tree legume.
Microbiol 143:1959-1967.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Perkembangan
Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan.
Fisologi Tumbuhan. Edisi ke-1.
Bandung : ITB Press.
Situmorang ARF. 2008. Penggunaan inokulan
Bradyrhizobium japonicum toleran
asam-aluminium untuk pertumbuhan
tanaman kedelai pada tanah masam
[skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Somasegaran P, Hoben HJ. 1994. Methods in
Legume Rhizobium Technology. New
York : United States Agency for
International Development.
Srivastava HS, Singh RP. 1999. Nitrogen
Nutrition and Plant Growth. New
Hampshire : Science Publishers, Inc.
Sutarto V, Saraswati R. 2000. Pengaruh
pemberian Rhizo-Plus pada kedelai. J
Microbiol Indones 5: 19-23.
Thornton FC, Davey CB. 1983. Acid
tolerance of Rhizobium trifolii in
culture media. Soil Sci Soc Am J.
47:496-501.
Yasyifun N. 2008. Respon pertumbuhan,
serapan hara dan efisiensi penggunaan
hara tanaman kedelai (Glycine max)
dan jagung (Zea mays) terhadap
kompos yang diperkaya mikrob
aktivator [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.

Yuliar. 1995. Telaah eksopolisakarida galurgalur
Bradyrhizobium
japonicum
toleran asam-Al [skripsi]. Bogor :
Fakultas Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Yuwono D. 2006. Kompos. Jakarta: Penebar
Swadaya.

8

LAMPIRAN

9

Lampiran 1 Area tanam kedelai di lahan percobaan Cikabayan sebelum ditanami kedelai

10

Lampiran 2 Penanaman kedelai pada setiap petak (1 m x 2 m) perlakuan penelitian

Tanah Asam (Kontrol tanpa perlakuan)

Tanah Asam + BJ 11 (19)

Tanah Asam + BJ 11 (wt)

Tanah Asam + BJ 11 (19) + Kompos

Tanah Asam + BJ 11 (wt) + Kompos

Kompos

11

Lampiran 3 Uji ANOVA untuk tinggi tanaman (15, 45, dan 90 HST), Jumlah cabang, jumlah
daun, jumlah bunga, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji (g/100 biji dan g/2 m2).
3.1. Tinggi tanaman 15 HST
Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error

5
12

118,932
54,993

23,786
4,583

5,19

Total

18

4.608,548

Sumber Keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

292,798
72,142
12227,047

58,56
6,012

9,741

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

452,935
44,527
20392,267

90,587
3,711

24,413

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

1487,611
290,667
8013

297,522
24,222

12,283

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

6741,333
244,667
301898

1348,267
20,389

66,128

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

103014,667
3185,333
345632

20602,933
265,444

77,617

*

3.2. Tinggi tanaman 45 HST
*

3.3. Tinggi tanaman 90 HST
*

3.4. Jumlah cabang
*

3.5. Jumlah daun
*

3.6. Jumlah bunga
*

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

12

Lampiran 3 (lanjutan)
3.7. Jumlah polong
Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

8917,111
2394,667
60192

1783,422
199,556

8,937

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

29898,444
5260,667
188248

5979,689
438,389

13,64

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan

5

13,618

2,724

10,954

Error
Total

12
17

2,984
1296,276

0,249

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F Hitung

Perlakuan
Error
Total

5
12
17

2964,133
354,127
13873,82

592,827
29,511

20,089

*

3.8. Jumlah biji
*

3.9. Bobot biji (g/100 biji)
*

3.10. Bobot biji (g/2 m2)
*

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

F Tabel
(α=0,05)
3,11

Lampiran 4 Analisis senyawa dan unsur kimia media tanam yang digunakan

Jenis
Tanah
Tanah
Asam
(Jasinga)

pH
H2O

KCl

Ca

4,14

4

5,54

Kation (cmol/kg)
Mg
Al
K

Na

2,18

0,05

2,01

0,08

Bahan Organik (%)
C
N
2,74

0,2

13

Lampiran 5 Perbandingan hasil untuk masing-masing parameter pada setiap perlakuan
5.1. Tinggi tanaman 15 HST (cm)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol

13,95

17,36

15,66

BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

12,47
13,31

19,44
17,62

15,96
15,47

Rata-rata

13,24

18,14

5.2. Tinggi tanaman 45 HST (cm)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata
25,54
26,18
25,28

Kontrol
BJ 11 (wt)
Bj 11 (19)

23,15
20,35
22,34

27,93
32,01
28,22

Rata-rata

21,95

29,39

5.3. Jumlah cabang (per tanaman)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol
BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

11
10
9

30
29
24

20,5
19,5
16,5

Rata-rata

10,00

27,67

5.4. Jumlah daun (per tanaman)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol
BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

119
102
110

154
147
138

136,5
124,5
124

Rata-rata

110,33

146,33

5.5. Jumlah bunga (per tanaman)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata
131,5
143,5
77,5

Kontrol
BJ 11 (wt)
Bj 11 (19)

64
41
47

199
246
108

Rata-rata

50,67

184,33

14

Lampiran 5 (lanjutan)
5.6. Tinggi tanaman 90 HST (cm)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol

29,48

38,02

33,75

BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

27,13
28,32

39,28
37,23

33,21
32,78

Rata-rata

28,31

38,18

5.7. Jumlah polong (per tanaman)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata
60,5
52,5
44,5

Kontrol
BJ 11 (wt)
Bj 11 (19)

38
27
31

83
78
58

Rata-rata

32,00

73,00

5.8. Jumlah biji (per tanaman)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol
BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

63
46
51

139
144
112

101
95
81,5

Rata-rata

53,33

131,67

5.9. Bobot biji (g/100 biji)
Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol
BJ 11 (wt)
Bj 11 (19)

7,48
7,46
7,83

9,39
9,52
8,91

8,44
8,49
8,37

Rata-rata

7,59

9,27

Kompos (-)

Kompos (+)

Rata-rata

Kontrol
BJ 11 (wt)
BJ 11 (19)

13,79
10,14
11,75

38,64
41,13
29,84

26,22
25,64
20,80

Rata-rata

11,89

36,54

5.10. Bobot biji (g/2 m2)

15

Lampiran 6 Pertumbuhan koloni Bradyrhizobium japonicum pada media Yeast Manitol Agar

1,6 cm

Kontrol

1,6 cm

BJ 11 (wt)

1,6 cm

BJ 11 (19)