Kekaisaran Principate Romawi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Sebelum menjadi negara dengan bentuk kekaisaran, Romawi merupakan
negara berbentuk Republik oligharkis. Saat itu pemerintahan Republik Romawi
membagi penduduknya ke dalam dua golongan utama, yaitu kelompok Patricia
yang terdiri dari para bangsawan maupun orang yang memiliki tanah luas dan
kelompok Pebea yang terdiri dari penduduk kelas rendahan. Perubahan Romawi
kekaisaran dimulai pada saat Oktavianus berkuasa atas seluruh wilayah Romawi
setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya termasuk Antonius, kakak iparnya
sendiri.
Julius Caesar adalah pemimpin dari Republik Romawi terakhir yang
paling sukses karena dapat menaklukan seluruh Gaul sebelum akhirnya Republik
ini runtuh dan berubah menjadi pemerintahan kekaisaran. Oktavianus sendiri
merupakan ahli waris yang ditunjuk oleh Caesar sebelum kematianya. Ia adalah
anak angkat dari Julius Caesar yang sejak dini sudah diajarkan tentang kehidupan
politik. Octavianus kemudian naik tahta menjadi kaisar Romawi pada tahun 27
SM dan bergelar kaisar Augustus. Pada masa pemerintahan kaisar Oktavianus
Augustus, Romawi mencapai masa kejayaan.
B. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Kekaisaran Principat?
2. Bagaimana keadaan Romawi pada masa Kekaisaran Octavianus dan
penerusnya?
3. Apa saja kemajuan yang terjadi pada masa Kekaisaran principat?

C. Tujuan.
1. Mengetahui latar belakang terbentuknya Kekaisaran Principat.
1

2. Memahami keadaan Romawi pada masa Kekaisaran Octavianus dan
penerusnya.
3. Mengetahui kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa Kekaisaran
Principat.

BAB II
PEMBAHASAN
2

1. Latar Belakang Terbentuknya Kekaisaran Principat.
Pada masa Republik Romawi pembagian penduduk didasarkan atas dua

golongan yaitu: Patricia dan Plebea.1 Patricia berasal dari bahasa latin, yakni
patres yang berarti ayah, sedangkan Lebea berasal dari kata Plebs yang berarti
orang banyak. Golongan Patricia merupakan golongan penduduk dari kalangan
pemilik tanah yang luas atau orang yang secara turun-temurun merupakan orang
dari kelas aristokrat (bangsawan). Golongan ini dianggap sebagai warga negara
secara penuh. Orang-orang dari golongan patricia memegang kedudukan dalam
lembaga-lembaga politik yaitu Konsul, Senat dan Majelis atau Asembly. Berbeda
dengan golongan Patricia yang dianggap secara penuh sebagai warga negara,
orang-orang dari golongan Plebea dianggap sebagai warga negara secara tidak
penuh. Akan tetapi golongan Plebea masih mendapatkan hak berpolitik dan hak
untuk mengumpulkan kekayaan.
Pada awal pemerintahan, Republik Romawi merupakan suatu oligarkhis
karena yang menduduki posisi penting dalam pemerintahan adalah sekelompok
kecil orang-orang dari golongan Patricia. Pada perkembangkan selanjutnya demi
memberi kesempatan terhadap golongan Plebea duduk dalam lembaga-lembaga
pemerintahan dibuatlah Undang-Undang pertama Romawi yang tertulis tahun 449
SM, yang kemudian dikenal sebagai Dua Belas Tabel.

Untuk memperkuat


pertahanannya selain mengembangkan pemerintahan yang teratur, Romawi juga
meningkatkan angkatan perangnya.
Republik Romawi mewajibkan seluruh warganya untuk masuk dinas
ketentaraan. Sampai dengan 265 SM, Romawi berhasil menduduki Jazirah
Apenina termasuk koloni Yunani.2 Romawi terlibat Perang Punisia (Punic War)
yang berlangsung sampai tiga kali. Karena Perang Punisia merupakan permintaan
1My.

Sri Wuryaningsih, “Peradaban Kuno Eropa”, academia.edu, Gita

Ratih Prima Santi, September 2016, hlm. 28.
2Wahyudi

Djaja, “Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa

Modern”, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 28.
3

Raja Syracusa dari Sisilia terhadap Romawi untuk membantu menghadapi
ekspansi Kartago. Pada awal abad ke-2 SM, Romawi dapat mengalahkan

Makedonia dan Syiria. Setelah berhasil menaklukan daratan di sekitar Laut
Tengah. Bangsa Romawi menganggap Laut Tengah sebagai miliknya. Laut
Tengah disebut Mare Nostrum atau Laut Kita.
Keberhasilan Julius Caesar sebagai penguasa Romawi menimbulkan iri
hati para musuhnya antara lain Brutus dan Cassius. Pada Februari tahun 44 SM,
kelas penguasa –dengki dengan keberhasilan dan kekuasaan Caesar dan takut
terhadap ambisinya– menjadi sangat gusar ketika kediktatoranya yang sementara
diubah menjadi jabatan seumur hidup. Aritokrasi melihat peristiwa ini sebagai
akhir dari pemerintahan senatorial dan pemerintahan mereka, yang mereka
samakan dengan kemerdekaan, dan sebagai permulaan suatu tipe monarki
Hellenistik. Pada 15 Maret, sekelompok aristokrat, yang memandang diri mereka
sebagai pembela tradisi Republk yang berusia lebih dari empat setengah abad,
membunuh Caesar.3
Kematian Caesar kembali menjerumuskan Romawi pada perang saudara
yang berlangsung sampai abad tahun 31 SM.4 Dua letnan terpercaya Caesar, Mark
Antonius dan Lepidus, bergabung dengan Octavianus, putera angkat Caesar, dan
mengalahkan pasukan Brutus dan Casius, para konspirator di dalam
persekongkolan melawan Caesar. Octavianus, Lepidus, dan Antonius segera
membagi kekuasaan. Lepidus di Afrika Utara, Octavianus menguasai wilayah
barat yang berkedudukan di Romawi, sedangkan Antonius menguasai wilayah

timur yang berkedudukan di Mesir yang saat itu diperintah oleh Ratu Cleopatra.
Mesir mempunyai kedudukan yang strategis antara lain sebagai gudang gandum
untuk Romawi. Antonius kemudian mulai terpikat dan menikahi Cleopatra.
3Perry,

Marvin, “Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman

Pencerahan”, terjemahan Saut Pasaribu, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2014),
hlm. 134.
4Hayes,

Cartlon J.H dkk, “History of Europe”, (New York: The

Macmillan Company, 1956), hlm. 42.
4

Antonius dan Cleopatra mempunyai keinginan yang sama yakni untuk
membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi. Hal ini menimbulkan kemarahan
Octavianus sehingga terjadilah peperangan. Antonius dan Octavianus saling
bertempur, untuk memperebutkan Romawi.

Pada 31 SM, di pertempuran angkatan laut di Actium, Yunani Barat,
Octavianus meremukkan pasukan Antonius dan istrinya, Ratu Mesir Cleopatra.
Octavianus muncul sebagai penguasa Romawi dan empat tahun kemudian, pada
hakikatnya menjadi kaisar pertama di Romawi. Secara militer dan material
Antonius seharusnya dapat memenangkan pertempuran di Actium. Ia adalah
seorang yang sangat hebat yang di usianya sudah memimpin infanteri dan kavaleri
dengan Octavianus. Dia juga merupakan pemimpin dari armada terbesar dan
terkuat yang pernah ada pada saat itu. 5 Republik Romawi, yang telah menumpuk
kekuasaan hingga pada derajat yang belum pernah dikenal di dunia kuno, hancur
bukan oleh serbuan asing tetapi oleh kelemahan dalam negeri: merosotnya
kepemimpinan senatorial, dan keinginan para politisi menggunakan kekerasan,
pembentukan pasukan-pasukan pribadi, yang di dalamnya para tentara memberi
kesetiaan kepada komandan mereka ketimbang kepada Romawi; transformasi
petani yang percaya diri menjadi pengacau kota yang dimiskinkan dan
dimerosotkan moralnya; dan kemerosotan kebijakan-kebijakan kuno yang dulu
adalah sumber vitalitas negara.

2. Romawi Memasuki Masa Kekaisaran Principat.
Perang saudara yang panjang telah selesai, dan Octavianus diberi
kesempatan untuk mereorganisasi pemerintahan Romawi dan memimpin kerajaan.

Octavianus, yang lebih dikenal sebagai Augustus –gelar yang diberikan oleh
orang-orang kepadanya– sangat cocok untuk mengurus reorganisasi kerajaan. Ia
5Yeo,

Heichelheim, “A History of Roman People”, (Kentucky: Caney

College, 1964), hlm. 262-263.
5

adalah seorang pemimpin yang baik meskipun sedang sakit, ia akan terus-menerus
bekerja. Octavianus adalah sosok yang berani, tegas dalam bertindak meskipun
pada dasarnya ia memiliki watak yang kurang sabar. Selama masa kekuasaannya
(27 SM – 14 M) revolusi terwujud dan sistem pemerintahan yang ia rancang
bertahan selama hampir tiga ratus tahun. Awal kekaisaran Romawi dimulai dari
masa pemerintahannya.6
Setelah pasukan Octavianus berhasil mengalahkan pasukan Antonius dan
Cleopatra di pertempuran Actium, tidak ada lagi musuh yang berani
menentangnya. Abad perang saudara, pembunuhan politis, korupsi, salah
manajemen telah meletihkan dunia Mediterania, yang merindukan ketertiban.
Seperti Caesar sebelum dirinya, Octavianus menyadari bahwa hanya monarki

yang kuatlah yang dapat menyelamatkan Romawi dari perang saudara dan
anarkis. Tetapi belajar dari pembunuhan Caesar, ia juga tahu bahwa cita-cita
Republiken belumlah mati. Melaksanakan kekuasaan otokratis secara terbuka raja
Hellenistik, akan membangkitkan permusuhan dari kelas penguasa Romawi, yang
bantuan dan kemauan baiknya diinginkan oleh Octavianus.
Caesar dibunuh karena ingin menghapus pemerintahan Republik Romawi
dan menggantikannya dengan Kekaisaran Romawi. Tetapi di tahun 30 SM,
sesudah bertahun bergelimang perang saudara dan pemerintah sistem Republik tak
membawa faedah, umumnya orang Romawi tidak keberatan menerima sistem
pemerintahan despot yang bijak dan tidak terlalu keras serta asal secara formalitas
sistem Republik tetap berjalan.
Tahun 27 SM, untuk mencari perhatian senat, Octavianus mengumumkan
akan membangun kembali sistem Republik dan menyatakan bersedia untuk
mundur dari kekuasaannya. Senator kemudian membujuk Octavianus untuk
menerima kekuasaan prokonsul selama sepuluh tahun di atas propinsi tunggal
yang besar dan secara geografis terpisah dari Spanyol, Gaul, dan Suriah, di mana
sebagian besar legiun ditempatkan.

6Ibid,


hlm. 43.
6

Dalam divisi baru kekuasaan, senat kembali mengontrol Roma dan Italia
dan provinsi Sisilia, Sardinia dan Corsica, Ilirikum, Macedonia, Yunani, Asia,
Bitinia, Crete-Kirene, dan Afrika. Augustus memerintah provinsi kekaisaran
melalui utusan sendiri atau deputi, sedangkan senat menguasai ‘provinsi senator’
melalui gubernur (prokonsul).7 Octavianus tetap mempertahankan pengendalian
efektif atas gubernur provinsi senator demi mempertahankan apa yang disebutnya
sebagai pembangunan Republik.
Dengan tindakan ini, Octavianus dapat mengklaim sebagai penguasa
konstitusional yang sah yang memimpin suatu pemerintahan berdasarkan hukum,
bukan despotisme yang tidak berdasarkan hukum, yang begitu dibenci oleh
mentalitas

Romawi.

Dalam

rangka


meneruskan

kebijakannya

tetap

mempertahankan tampilan luar Republik tradisional, Octavianus menolak disebut
sebagai raja atau bahkan seperti Caesar. Sebagai gantinya ia menyamarkan
pemerintahan otokratisnya dengan mengambil gelar yang tidak bersifat penyerang
Princeps (Warga Negara Pertama); pemerintahan Octavianus diacu sebagai
Principate. Senat juga menganugerahkan padanya nama semi religius dan dipuja
yaitu Augustus.8
Augustus yang baru ini telah dihormati oleh senat dan semakin bertambah
kekuatannya. Ia memulihkan keuangan publik, dengan menciptakan uang yang
terbuat dari emas dan perak. Untuk pertama kalinya dalam sejarah senat menjadi
Mahkamah Agung untuk menilai kasus pemerasan di provinsi senator dan
mendengar banding dari Italia dan provinsi lainnya. Meskipun ia tetap mengakui
majelis sebagai badan legislatif, ia diizinkan senat untuk mengeluarkan dekrit
yang memiliki kekuatan hukum tanpa ratifikasi oleh orang-orang. Secara resmi

senat telah menjadi mitra penuh dalam pemerintahan.
Octavianus memperlihatkan kejeniusan politisnya dengan menekunkan
monarki militernya pada lembaga-lembaga Republik. Ia memegang kekuasaan
absolut tanpa memutuskan secara terburu-buru, belajar dari masa lalu saat
7Yeo,

Heichelheim, Ibid, hlm. 270.

8Perry,

Marvin, Ibid, hlm. 136.
7

pemerintahan Republik dulu. Dengan mempertahankan bagian muka Republik,
Octavianus menyamarkan kekuasaan absolutnya dan mencegah perlawanan
senatorial, yang sudah diperlemah oleh kematian para bangsawan terkemuka di
dalam pertempuran atau pembersihan yang dilakukan Octavianus terhadap
musuh-musuhnya.
Pemerintahan Augustus menandai berakhirnya Republik Romawi dan
permulaan Kekaisaran Romawi, pengakhiran politik aristokratis dan kemunculan
penguasa tunggal. Akan tetapi meskipun ia memperkenalkan pemerintahan
otokratis, Augustus bukanlah seorang tiran yang memikirkan diri sendiri,
melainkan seorang pemimpin yang kreatif. Sebagai ahli waris dari tradisi Romawi
dalam hal tugas kewarganegaraan, ia memandang kekuasaannya sebagai
kepercayaan publik yang didelegasikan padanya oleh rakyat Romawi. Ia setia
dengan cita-cita klasik bahwa negara harus mendorong kehidupan yang baik
dengan melindungi peradaban dari barbarisme dan kebodohan, dan ia harus
menyelamatkan dunia Romawi yang sedang sekarat.
3. Kemajuan Romawi Pada Masa Kekaisaran Principat (Octavianus).
Kebangkitan agama memberikan kontribusi nyata pada program
pembangunan yang dilakukan oleh Augustus. Salah satu prestasi Octavianus
adalah adanya pembangunan pelayanan umum yang mulai dikerjakan sejak masa
kekuasaannya meskipun masih belum sepenuhnya selesai hingga kematiannya. Ia
tidak membatasi pembangunan bangunan-bangunan keagamaan, ia juga
membangun banyak keperluan umum, seperti dermaga, lumbung padi, pusat
perbelanjaan, saluran air, dan lain-lain. Secara keseluruhan itu adalah kinerja
nyata yang dilakukan oleh Augustus. Sejauh yang diketahui, tidak ada program
perencanaan kota yang matang di Roma, meskipun ada, seperti di Italia, Augusta
Praetoria (Aosta). Di ibukota perencanaan yang telah dicoba adalah rangkaian kuil
dan bangunan publik yang serupa. Berdasarkan Res Gestae, Augustus telah
memugar delapan puluh dua kuil, dan ia juga membangun kuil-kuil baru lainnya.9
9Salmon,

T. Edwards, “A History of The Roman World: From 30 B.C to

A.D 138”, (London: Methuen & CO LTD, 1944), hlm. 29-30.
8

Kuil-kuil yang didirikan dan juga dorongan dari Augustus, membuat rakyat
menjadi taat pada agama.
Augustus benar-benar seorang administator dengan kemampuan yang
nyaris tak terbandingkan dalam hal mengatur urusan pemerintahan sipil dan
pelayanan masyarakat. Ia merombak sistem perpajakan dan sistem keuangan
Romawi, menata kembali angkatan bersenjata dan membangun angkatan laut
permanen. Ia juga membangun pasukan pengawal pribadi, meletakkan dasar
komandan pengawal kaisar yang di abad-abad mendatang memegang peranan
penting dalam hal pemilihan dan pemberhentian kaisar-kaisar. Diaturnya
peraturan tentang perkawinan, aturan pada bidang pendidikan, dan bagaimana
mengasuh anak-anak.
Pembaharuan-pembaharuan dan perbaikan-perbaikan juga dilakukan di
seantero Kekaisaran. Ia memperbarui tentara untuk mencegah kemunculan
kembali para jenderal yang ambisius seperti mereka yang saling bersaing dan
pasukan-pasukan pribadi yang telah merusak Republik. Ia mempertahankan
kesetiaan para prajuritnya dengan menjamin bahwa para veteran akan mendapat
hadiah-hadiah yang berarti dan tanah di Italia atau di provinsi-provinsi. Untuk
kota Romawi, Augustus membangun pipa air raksasa dan saluran-saluran air yang
mengalirkan air ke sebagian besar rumah-rumah Romawi. Ia menciptakan
pasukan pemadam api yang menyusutkan bahaya kebakaran besar di distrikdistrik yang padat dengan rumah petak, dan ia mengorganisir suatu pasukan polisi
untuk mencegah kekerasan. Ia memperbaiki penyaluran gandum gratis bagi kaum
melarat yang termiskinkan, dan membiayai pertarungan-pertarungan gladiatorial
populer dari dananya sendiri.
Di Italia, Augustus memperbaiki jalan-jalan, mendukung pekerjaanpekerjaan publik, dan mengatur orang-orang Italia untuk memainkan peran yang
lebih penting di dalam penyelenggaraan Kekaisaran. Ia mendapat rasa terimakasih
penduduk provinsi berkat perbaikan penyalahgunaan pajak dan usahanya
melawan korupsi serta pemerasan, dan juga karena perbaikan kualitas para
gubernur dan memampukan provinsi yang dirugikan untuk mengajukan tuntutan
terhadap para pejabat Romawi. Suatu birokrasi kekaisaran, yang memampukan

9

orang yang berbakat dan berbakti untuk melayani negara, berangsur-angsur
berkembang.
Sejak tahun 30 SM keadaan di Romawi aman tenteram di bawah
kekuasaan Augustus. Karena itulah pada masa ini dikenal istilah Pax Ramona
(Kedamaian Romawi). Sumber-sumber alam memberikan kemakmuran besar
untuk rakyat. Seni budaya pun berkembang dengan pesatnya sehingga masa
pemerintahan Augustus merupakan zaman emas bagi kesusastraan. Penyair
terbesar Romawi, Virgil, hidup dalam masa ini, begitu pula pengarang-pengarang
terbesar termasuk Horacc dan Livy. Sedangkan budayawan Ovid yang
menimbulkan rasa tidak senang Augustus, diusir dari Romawi.10
4. Para Penerus Kaisar Augustus.
a. Tiberius
Tiberius lahir pada tahun 42 SM, ia menghabiskan dua tahun pertama
dalam hidupnya dengan pengasingan politik bersama kedua orangtuanya. Ibunya,
Livia Drusilla bercerai dengan ayahnya dan kemudian menikah dengan
Octavianus. Pengalaman-pengalaman itu membuat Tiberius menjadi seseorang
yang suram, sinis dan marah. Masa kekuasaan Tiberius dimulai dengan eksekusi
yang dilakukan terhadap Agrippa Postumus, cucu dari Octavianus yang brutal dan
keras yang telah diasingkan ke pulau tandus oleh Octavianus sendiri pada tahun 7
SM.
Tiberius adalah seorang kaisar yang bagus setidaknya pada sepuluh tahun
pertama masa kekuasaannya. Ia memperlakukan senat dengan baik dan berbeda:
ia menghadiri semua pertemuan, mengizinkan orang-orang merdeka untuk
berbicara dan berpendapat, dan diterima sebagai mitra sejati dalam pemerintah. 11
Ia membuat pengadilan tertinggi terutama untuk persidangan orang berpengaruh
yang dituduh berkhianat dan dalam kasus gubernur provinsi, administrasi
kekaisaran serta senator, atau pemerasan dan korupsi di provinsi mereka. Ia juga
10Hart,

Michael, “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam

Sejarah”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1992), hlm. 59-60.
11Yeo,

Heichelheim, Ibid, hlm. 310.
10

berkonsultasi dengan senat untuk semua urusan keuangan negara, pekerjaan
umum, peningkatan, dan disposisi tentara untuk pertahanan kekaisaran,
pengangkatan jenderal dan gubernur, dan urusan luar negeri. Singkatnya, senat
menerima kesempatan terakhirnya untuk berperan secara efektif dalam
pemerintahan.
b. Caligula.
Kaisar selanjutnya adalah Gaius, atau Gaius Caesar Augustus Germanicus
yang lebih dikenal dengan Caligula. Ia adalah keturunan dari tiga keluarga yang
terkenal, Claudian, Julian dan Antonian: ayahnya, Germanicus adalah seorang
Claudian, ibunya, Agrippina, seorang Julian, dan salah satu dari kakek buyutnya
adalah Augustus, lainnya Marcus Antonius, sehingga dalam darahnya mengalir
darah dari pemenang dan seorang yang kalah dari peperangan Actium.12
Pada awalnya Caligula disanjung sebagai tokoh yang poluler karena ia
mengampuni lawan politiknya, meniadakan tukang lapor, mengurangi pajak, dan
mendukung keuangan berbagai macam kegiatan olahraga. Tetapi selanjutnya
Caligula menyerukan kekuasaan Princeps yang tak terbatas, ia juga menuntut agar
dirinya disebut sebagai dewa dan mengusulkan agar kudanya sebagai konsul.
Akibat kehidupanya yang serba mewah, Roma mengalami kebangkrutan, untuk
itu ia memaksa orang kaya mewariskan hartanya kepada negara dengan terlebih
dahulu mengancam hukuman mati dan penyitaan harta benda mereka. Tindakanya
yang kejam dan pikiranya yang selalu berubah-ubah hingga gila membuat seluruh
Roma marah, bahkan pengawal Pretorianya menjadi marah. Pada tahun 41 M
Caligula dibunuh oleh parwira pengawalnya sendiri dan langsung dikuburkan di
kota Roma. Pada saat kematianya, Caligula baru berusia 30 tahun sehingga belum
menentukan kaisar yang akan mengantinya.
c. Claudius.

12Ibid,

hlm. 315.
11

Penganti Caligula akhirnya ditentukan sendiri oleh pasukan Preutoria,
Claudius yang merupakan paman Caligula diangkat menjadi kaisar pada usia 50
tahun. Claudius digambarkan sebagai orang yang bodoh dan tidak mempunyai
sopan santun, akan tetapi pada masa kekaisaranya kepamongprajaan lebih
diluaskan lagi serta dijadikan lebih berdaya guna, dan kekuatan-kekuatan baru
dilimpahkan kapada para gubernur di Provinsi luar. Pemerintahan yang dipimpin
oleh kekaiasaran Augustus ini dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang sangat
resah, karena selama ia berkuasa banyak muncul kota-kota provinsi menjadi
sebuah pusat industri yang hampir sama dengan kota Roma sehingga kota-kota
tersebut menuntut peranan yang lebih besar dari pemerintahan Roma. Claudius
sendiri banyak meninggalkan garis kebijakan yang diterapkan oleh Augustus yaitu
tentang batas-batas geografis dan politik Romawi, bahkan Claudius memberikan
hak kewarganegaraan Roma kepada seluruh penduduk provinsi, seperti arah
kebijaksanaan yang dianut pada masa Caesar.
Akibat arah kebijaksanaan tersebut muncul banyak ketegangan di sekitar
Romawi, bahkan ketika Claudius meninggal pada tahun 54 M, kata Latin tidak
lagi mempunyai arti Geografis karena banyak kota yang mempunyai hak Latin .
Hak Latin ini sangat didambakan oleh setiap kota karena dengan hak itu, kota
memiliki status tertentu dalam berurusan dengan Roma melalui para pejabatnya.
Hal inipun diberikan kepada kota-kota disekitar Alpen dan kota-kota di Spanyol
yang dikuasai Roma. Claudius sendiri maninggal karena diracun oleh istrinya
yang ke-empat bernama Agrippia. Sebelum meracuni Claudius, Agrippia
membujuknya agar mengadopsi dan menyerahkan tahta kekaisaran kepada Nero
anak dari Agrippia dan bukan kepada Britannicus, anak dari Claudius sendiri.
d. Nero.
Nero, adalah kaisar terakhir dari masa Kekaisaran Principat JulioClaudian. Nero naik tahta pada usia 16 tahun, dan belum sampai satu tahun
pemerintahanya ia membunuh Britannicus dengan racun. Di kemudian hari ia juga
mengambil keputusan bahwa ibunya juga harus dibunuh, berbagai usaha untuk
membunuh Agrippia ini mengalami kegagalan. Akhirnya Nero mengambil
12

tindakan lengsung yaitu menuduh ibunya berkomplot untuk melawan kaisar dan
segera menyuruh orang untuk membunuhnya. Kebakaran besar yang melanda
Roma pada tahun 64 M menjadikan Nero disangka sebagai orang dibalik
peristiwa tersebut, terlebih setelah ia menggunakan dalih kebakaran tersebut untuk
kembali mebangun kota Roma atas nama kemasyuranya sendiri.
Untuk kembali mengembalikan kepercayaan rakyat Roma Nero membuka
Campus Martius, gedung umum, dan tamannya sendiri untuk menampung korban
kebakaran tersebut. Sarana kehidupan juga didatangkan dari Ostria dan kota-kota
tetangga, bahkan harga gandum pun diturunkan. Akan tetapi, semua tindakan
tersebut tidak mendapatkan simpati rakyat karena muncul desasdesus bahwa saat
terjadi kebakaran Roma, Nero menaiki mimbar pribadinya untuk membandingkan
dengan kehancuran Troya. Guna mengalihklan perhatian rakyat terhadap dirinya
atas tuduhan pembakaran kota Roma, ia menyalahkan orang-orang Kristen dan
kemudian ratusan orang Kristen dibantai.
Kaum tradisional Roma juga menyimpan kemarahan pada kaisar Nero
karena ia selalu menghayalkan diri sebagai seniman dan selalu mendesak agar
dapat tampil di mimbar umum untuk bernyanyi dan memainkan lira. Padahal hal
itu adalah aib bagi seorang bangsawan. Perbuatan Nero yang telah melampaui
batas tersebut menimbulkan ketidakpuasan dimana-mana. Pada tahun 65 M
komplotan rahasia yang didalangi oleh senat berusaha untuk melawan Nero,
namun tindakan ini dapat diketahui dan dihancurkan oleh Nero. Semenatar itu
Nero banyak menghadapi berbagai kekacauan antara lain di Armenia, Britania,
Yudea, dan pada akhirnya harus menghadapi pemberontakan dari dalam bala
tentaranya sendiri. Komandan pasukan Romawi di Gallia, Afrika, dan Spanyol
berusaha merebut kekuasaan di provinsi mereka masing-masing. Akibat tantangan
yang semakin besar, akhirnya Nero lari meningggalkan kota Roma dan ia
akhirnya dijatuhi hikuman mati oleh Senat.

13

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan.
Kekaisaran Principat Romawi dimulai saat masa pemerintahan Republik
Romawi runtuh. Terbunuhnya Julius Caesar juga menjadi awal dari perang
14

saudara yang menimpa Mark Antonius dan Octavianus Caesar, putera angkat
Julius Caesar. Pada pertempuran angkatan laut di Actium tahun 31 SM,
Octavianus berhasil mengalahkan pasukan Antonius beserta Ratu Mesir Cleopatra,
istrinya. Octavianus kemudian muncul sebagai penguasa Romawi dan empat
tahun kemudian, pada hakikatnya menjadi kaisar pertama di Romawi. Ketika
Octavianus menjadi penguasa Romawi, sistem pemerintahan Romawi beralih
menjadi kekaisaran. Selama masa kekuasaan Octavianus, dikenal istilah Pax
Ramona atau Perdamaian Romawi.
Pada saat kekuasaannya dapat dikatakan ia berhasil membuat Romawi
berada dalam masa emasnya. Berbagai kebutuhan rakyat dapat dipenuhi dengan
baik. Octavianus benar-benar seorang administator dengan kemampuan yang
nyaris tak terbandingkan dalam hal mengatur urusan pemerintahan sipil dan
pelayanan masyarakat. Kekaisaran Romawi terkenal dengan keantikannya, dan
memang kenyataannya begitu. Romawi bukan hanya titik puncak kebudayaan
purba tetapi sekaligus penyalur utama gagasan dan hasil besar kebudayaan
bangsa-bangsa beradab seperti Mesir, Babylon, Yahudi, Yunani dan lainnya ke
Eropa Barat.
Paska berakhirnya masa kekuasaan Octavianus, Kekaisaran Principat
dilanjutkan oleh Julio-Claudian diantaranya Tiberius, Caligula, Claudius, dan
yang terakhir adalah Kaisar Nero.

DAFTAR PUSTAKA

Hayes, Cartlon J.H dkk, “History of Europe”, New York: The Macmillan
Company, 1956.

15

Hart, Michael, “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah”,
Jakarta: Pustaka Jaya, 1992.
My. Sri Wuryaningsih, “Peradaban Kuno Eropa”, academia.edu, Gita Ratih
Prima Santi, September 2016.
Perry, Marvin, “Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno sampai Zaman
Pencerahan”, terjemahan Saut Pasaribu, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2014.
Salmon, T. Edwards, “A History of The Roman World: From 30 B.C to A.D 138”,
London: Methuen & CO LTD, 1944.
Wahyudi Djaja, “Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern”,
Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.
Yeo, Heichelheim, “A History of Roman People”, Kentucky: Caney College,
1964.

Lampiran.

16

Gambar 1.1 Kaisar Augustus, Romawi.
Foto dari philophilosopher. The Metropolitan Museum of Art, New York City,
Rogers Fund, 1908 (08.258.47)

17

Gambar 2.1 Livia Drussila – Istri Augustus Caesar.
wikipedia.com

Gambar 3.1 Peta kekuasaann Augustus Caesar
wikipedia.com

18

Gambar 4.1 Patung dari Kaisar Nero
Wikimedia.org

Gambar 5.1 Patung dari Kaisar Claudius
Tinypict.com

19

Gambar 6.1 Potret Lukisan Kaisar Tiberius
Timesonline.typepad.com

20