MEKANGKANG, nama jenis bahan besi untuk membuat keris, ada dua macam yaitu Mekangkang

MEKANGKANG, nama jenis bahan besi untuk membuat keris, ada dua macam yaitu Mekangkang

Lanang dan Wadon, tuah dari Mekangkang Lanang baik untuk prajurit, bisa menambah waibawa, warnanya hitam keunguan dan jika diamati teliti seakan mempunyai semacam urat urat halus tetapi kalau diraba permukaannya halus lumer dan kalu dijentik berbunyi dengung yang panjang. Untuk Mekangkang Wadon warnanya ungu tua kebiruan, pada permukaannya seolah tersebar kristal kecil yang membiaskan warna kebiruan, jika dijentik berbunyi dengung pendek. Konon baik untuk pegawai agar disayang atasan.

MELATI RINONCE, pamor yang bentuknya mirip untaian bunga melati yang diuntai dengan benang mulai ujung pangkal sampai ujung bilah, tergolong pamor rekan dan tidak memilih. Dipercaya baik untuk mencari rejaki.

MELATI RINENTENG, sebutan lain melati rinonce.

MELATI SINEBAR, pamor berbentuk kumpulan bulatan menyebar berurutan dari ujung bilah sampai pangkal, penampang bulatan terluar sekitar 1 cm, biasanya ada 6 atau 8 lapis bulatan. Bukan pamor pemilih, disukai pengusaha dan pedagang, termasuk pamor rekan.

MENDAK, perlengkapan hiasan pada sebilah keris, bentuknya seperti cincin melingkar pada pangkal pesi sebilah keris. Terbuat dari logam perak, emas atau suasa/kuningan. Seringkali ditambah permata, intan berlian atau batu mulia lainnya, harganya bisa bervariasi dan menentukan status social pemakainya.

MENDARANG, atau Mundarang, dapur keris lurus berukuran sedang. Memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng lengkap.

MENDUNG, EMPU, empu yang hidup didaerah Blambangan pada jaman Majapahit. Tanda keris buatannya, bentuknya sedang, kesannya ramping dan manis namun keras berwibawa, besinya umumnya hitam dengan tempaan matang namun ada kesan glugut seperti berbulu halus. Jika memakai sogokan biasanya dangkal dan agak pendek. Kalau memakai luk biasanya dalam dan rengkol memberi kesan padat. Pamornya umumnya merata penuh tetapi tidak mubyar.

MESEM, keris lurus dengan panjang bilah sedang. Memakai kembang kacang, lambe gajah satu.

METUK, merupakan bagian tombak yang bentuknya seperti cincin. Letaknya tepat dibawah sor-soran. Kegunaannya untuk menahan bilah tombak apabila ada benturan masuk kedalam tangkainya. Sering dihias dengan ukiran berbagai motif seperti limaran, teratai.

MIJI TIMUN keras diujungnya, maka bilah tombak tidak, lihat Wiji Timun.

MINETTE, jenis mineral besi berwarna coklat terdiri dari trioksida besi terikat air dengan rumus kimia Fe2O3H2O.

MINYAK KERIS, campuran beberapa jenis minyak digunakan untuk pewangi dan pengawet tosan aji, umumnya campuran minyak cendana, melati, kenanga dan lainnya, sebagai pencampur umumnya minyak klentik atau sekarang banyak dipakai minyak Singer. Minyak yang kurang baik akan menyebabkan bau tengik, mengakibatkan jamur dan merusak bilah.

MLOYOGATI, EMPU, nama empu yang kurang terkenal dari Blambangan dijaman Majapahit. Kerisnya berbilah kecil agak tebal tetapi ramping. Besinya seringkali berwarna hitam kelam pada tempaannya. Banyak membuat pamor miring. Ganjanya sering model Mbatok Mengkurep, secara keseluruhan kerisnya memberi kesan tangkas, terpercaya dan manis dipandang.

MINYAK RASE, bahan pembuat minyak keris dari binatang Rase, sejenis Musang, didekat alat kelaminnya. Sudah jarang dipakai karena populasi Rase yang tinggal sedikit.

MRANGGI, orang yang punya keahlian membuat warangka keris, tombak atau sarung pedang. Biasanya juga sebagai tukang mewarangi. Ia harus bisa memahami watak pemesannya agar bentuk warangkanya sesuai dengan sifat orang tersebut. Selain itu mengetahui sifat kayu dan jenisnya agar menghasilkan bentuk warangka yang artistic, baik dan tahan lama.

MRAMBUT, bentuk pamor menyerupai garis yang membujur dari pangkal keujung bilah. Garis ini bukan garis yang utuh melainkan terputus-putus, sepintas lalu seperti pamor Adeg, bedanya pamor Adeg garisnya tidak terputus. Tuahnya menangkal segala sesuatu yang tidak diingini, pamor ini pemilih.

MRUTUSEWU, salah satu bentuk pamor dengan gambaran merupakan kumpulan garis-garis dan bulatan yang saling berdekatan sehingga tampak ruwet, sepintas mirip pamor Sisik Sewu. Tersebar dari pangkal sampai ujung bilah. Termasuk pamor mlumah, tidak pemilih dan tuahnya untuk pergaulan.

MULYAKUSUMA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta, dapur Pendawa Cinarita, luk 5 dengan warangka dari Cendana. Pendoknya jenis blewahan serta dari suasa. Keris ini didapat sebagai hadiah untuk Sri Sultan Hamengku Buwono II ketika ditawan di Pulau Penang.

MURMA MALELA, Salah satu keris dapur luk 7 dengan luk makin kearah pucuk makin rapat. Ricikannya, kembang kacang dan lambe gajah dua, tergolong dapur langka.

MUNGGUL, PAMOR, bentuknya seperti bisul, menonjol dari permukaan bilah sebesar biji kacang hijau atau lebih besar sedikit. Pamor ini sangat keras dan tidak hilang dikikir dengan kikir baja karena terbuat dari bahan titanium yang keras. Dianggap pamor yang baik dan sukar dicari, sering selain pada keris Jawa , pamor ini terdapat di badik badik buatan Bugis dan Luwu.

MUTIH KERIS, satu tahapan dari membersihkan serta mewarangi keris. Biasanya direndam air kelapa basi baru disikat perlahan lahan dilarutan jeruk nipis berkali-kali sampai sisa warangan dan minyak hilang sama sekali dan keris tampak putih seperti pisau dapur yang baru diasah.

NABI SULAIMAN , nama pamor yang letaknya didaerah sor- soran, merupakan pamor titipan, pamor yang dibentuk kemudian setelah bilah keris selesai dikerjakan. Bentuk pamor menyerupai bintang segi enam, tuahnya baik terutama dalam keadaan darurat tetapi pamor ini pemilih dan katanya hanya raja atau keturunannya yang bisa memilikinya.

NAGA GAJAH , keris luk 7, gandik keris diukir kepala gajah lengkap dengan telinga dan belalai tetapi tanpa badan. Ricikan lain adalah sraweyan, ri pandan dan greneng. Kadang memakai gusen, selain itu tak ada ricikan lain. Keris ini tergolong langka, seandainya ada kemungkinan bikinan baru atau tangguh muda, adapun pecinta keris menyebutnya Naga Liman.

NAGA KIKIK , lihat GANA KIKIK.

NAGA KIKIK LUK LIMA , liaht Naga Salira.

NAGA LIMAN, lihat NAGA GAJAH.

NAGA PASA , lihat NAGA TAPA.

NAGA PENGANTEN , salah satu dapur luk 9, keris ini gandiknya kembar depan belakang dan diukir kepala Naga dengan badan saling membelit mengikuti kelokan luk pada bilah keris. Bagian ganja memakai greneng, pada umumnya dihiasi kinatah emas. Seringkali pada moncong dua Naga tersebut dijejali dengan butiran emas atau berlian. Tujuannya untuk meredam sifat galak dari penampilan Naganya.

NAGA KERAS , salah satu dapur keris luk 7, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan. Ada yang mengatakan gandiknya dibuat dengan bentuk kepala Naga dengan ekornya meliuk mengikuti belokan luk sampai keujung. Keris ini memakai greneng, tetapi menurut buku lama keris ini dinamakan Naga Sasra luk 7.

NAGA PUSPITA, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, dapurnya tidak jelas, ada yang mengatakan berdapur Sengkelat tetapi ada yang mengatakan berdapur Naga Sastra. Warangkanya kayu Trembalo, pendok dari emas bertahta intan permata, dibuat di jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II, tempat pembuatannya di Pulo Gedong, Taman Sari. Setelah selasai diberikan pada Gusti Raden Mas Surojo yang kemudian menjadi Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.

NAGA, KANGJENG KYAI, salah satu Pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Pasopati, pamor Kembang Pala, warangka kayu Timoho jenis bosokan, dengan pendok Emas Rajawarna. Dibuat di Tamanan Kraton, dimasa pemerintahan Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.

NAGA RANGSANG, bentuk pamor yang mirip dengan Blarak Ngirid, perbedaan hanya pada arah garis yang menyerupai daun kelapa, pada Blarak Ngirid arahnya keujung sedang Naga Rangsang sebaliknya. Tuahnya menambah wibawa, tetapi pamornya pemilih.

NAGA RANGSANG, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Jalak dengan Gandik Naga, keterangannya tidak jelas, mungkin dapurnya Naga Tapa, Warangkanya kayu Cendana, pendok dari emas bertahtakan permata, semula milik Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.

NAGA SALIRA, salah satu dapur keris luk 5, bentuknya ada 2 macam.

Yang pertama : Gandik keris ini diukir dengan bentuk Serigala duduk, kadang dinamakan Naga Kikik luk 5, sumber lain mengatakan mirip dengan Naga Siluman, jadi pada gandik diukir kepala Naga bukan Srigala, bedanya pada bagian badan lengkap dengan sisiknya sedang Naga Siluman tidak.

NAGASASTRA , salah satu dapur luk 13, bagian gandik diukir dengan kepala Naga sedang badan mengikuti luk ditengah bilah sampai keujung, ricikan lain kruwingan, ri pandan dan greneng, pada dapur Nagasastra yang baik biasanya dilapisi dengan logam emas (Kinatah mas), dapur Nagasastra ada yang luk nya 9 dan 11 sehingga harus disebut luknya.

NAGA SILUMAN (1), salah satu dapur keris luk 7, bagian gandik ada ukiran Naga dengan mulut menganga lalu badan naga menghilang dibagian bilah, selain itu terdapat sraweyan, ri pandan dan greneng. Dapur ini tergolong popular.

NAGA SILUMAN (2), salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilah sedang, bagian gandik diukir kepala Naga dan badan menghilang menyatu dengan bilah, ganja nya biasanya Kelap Lintah.

NAGA SINGA , lihat Singa Barong.

NAGA TAPA, salah satu dapur keris lurus dengan bilah sedang, gandik diukir Kepala Naga sedang badan Naga ditengah bilah sampai ujung. Biasanya memakai greneng lengkap, sebagian menyebutkan keris ini berdapur Naga Pasa.

NEM-NEMAN, sebutan untuk keris atau tombak yang belum lama dibuatnya, berlaku di Surakarta, Yogyakarta dan sekitar dijaman Sunan Pakubuwono IX dan X serta Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan VIII.

NGADAL METENG, penamaan terhadap bentuk permukaan bilah keris atau tombak jika permukaan itu cembung dan menyerupai punggung binatang kadal yang sedang mengandung sehingga disebut Ngadal