48
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor. Hal ini dilakukan agar sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat
dikurangi sehingga dapat menghemat biaya operasional untuk pengelolaan sampah Dekpes RI, 2004.
Tietjen dan Bossemeyer 2004 mengatakan bahwa maksud pengelolaan sampah rumah sakit ialah :
1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan;
2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan;
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya;
4. Membuang bahan-bahan berbahaya bahan toksin dan radioaktif dengan
aman.
2.7.2 Tahapan Penanganan Sampah Medis
Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Widiartha 2012, penanganan limbah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut:
1 Pemilahan sampah
Secara umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari sumbernya, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menjelaskan bahwa pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat Depkes RI, 2004.
49
Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah pemilahan dan identifikasi sampah. Pemilahan merupakan tanggung jawab yang
dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkanya sampah. Cara yang tepat untuk
mengidentifikasi kategori sampahlimbah adalah adalah dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang digunakan
WHO, 2005. Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan sampah Depkes RI, 2004.
Tabel 2.1
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya
Kategori Warna
Tempat kantong plastik
pembungkus sampah
Lambang Keterangan
1. Radioaktif
Merah Kantong
boksimbale dengan simbol
radioaktif
Infeksius Kuning
Kantong plastik kuat, anti bocor,
atau kontainer yang dapat
disterilisasi dengan otoklaf
Sitotoksis Ungu
Kontainer plastik kuat dan
anti bocor
Sampah Kimia dan
Farmasi Cokelat
Kantong plastik atau kontainer
Sumber : Depkes RI, 2004
50
2 Pengumpulan sampah
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan limbah jarum suntik
tidak dianjurkan untuk untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai disposable, limbah jarum suntik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi Permenkes RI, 2004.
Tempat-tempat penampungan sampah hendaknya memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut Depkes RI, 2004 :
a. bahan tidak mudah karat ;
b. kedap air, terutama untuk menampung sampah basah ;
c. bertutup rapat ;
d. mudah dibersihkan ;
e. mudah dikosongkan atau diangkut ;
f. tidak menimbulkan bising ;
g. tahan terhadap benda tajam dan runcing.
Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah:
1. Limbah harus dikumpulkan setiap hari atau sesuai frekuensi yang
ditetapkan dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan. 2.
Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat keterangan lokasi produksi rumah sakit dan bangsal atau bagian-
bagiannya dan isinya.
51
3. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer
baru dari jenis yang sama WHO, 2005. 3
Pengangkutan Pengangkutan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah medis
ke tempat penampungan sementara menggunakan troli khusus yang tertutup. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam Permenkes RI, 2004.
Pengangkutan sampah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang Depkes. RI, 2004.
a.
Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke
insinerator, atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:
1.
Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2.
Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong
berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3.
Diletakkan pada tempat keringmudah dikeringkan, lantai tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4.
Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
52 5.
Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah. b.
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan bisa digolongkan dalam sampah medis dapat data tampungan bersama sampah
lain sambil menunggu pengangkutan. 4
Penanganan Akhir Pembuangan dan Pemusnahan Dalam metode penanganan sampah sebelum dibuang untuk sampah yang
berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan agar limbah infeksius dapat dibuang ke landfill yakni dalam Siahaan, 2010:
1. Autoclaving
Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume
sampahyang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving
sterilisasi tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan mikroorganisme lain yang bisa
membahayakan penjamah sampah. Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak
tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan kantong autoclaving. Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita autoclave
yang menunjukkan bahwa kantong telah mengalami perlakuan panas yang cukup
. Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah
biologis harus diuji minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang optimal.
53
2. Disinfeksi dengan Bahan Kimia
Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh
tumpahan dan mencuci kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan jumlah kecil dapat didesinfeksi membunuh mikroorganisme tapi tidak membunuh
spora bakteri dengan bahan kimia seperti hypochloite atau permanganate. Limbah dapat menyerap cairan disinfeksi sehingga akan menambah masalah
penanganan. Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut: a.
Sanitary Landfill Metode sanitary landfill dapat mencegah kontaminasi tanah dan air
permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau serta kontak langsung dengan masyarakat umum WHO, 2005. Beberapa unsur penting
dalam desain dan penerapan sanitary landfill, antara lain WHO, 2005: 1
Akses ke lokasi dan area kerja dapat dijangkau oleh kendaraan pengantar dan pengangkut limbah medis.
2 Keberadaan petugas di tempat yang mampu mengontrol secara efektif
kegiatan operasional setiap hari. 3
Pembagian lokasi mejadi fase-fase yang dapat ditangani dan dipersiapkan dengan tepat sebelum landfill mulai dioperasikan.
4 Penutupan yang adekuat bagian dasar dan sisi lubang di lokasi untuk
meminimalkan pergerakan cairan dari sampah leachate keluar lokasi.
54
5 Mekanisme yang adekuat untuk penampungan leachate dan sistem
pengolahan yang memadai jika perlu. 6
Pembuangan limbah yang terkelola disebuah lokasi yang kecil, memungkinkan limbah untuk disebar merata. Dipadatkan dan ditimbun
ditutup dengan tanah setiap hari. 7
Selokan kecil untuk menampung air permukaan di sekitar perbatasan lokasi pembuangan.
8 Konstruksi lapisan penutup paling atas untuk meminimalkan masuknya
air hujan jika setiap fase landfill sudah selesai. b.
Incinerator Incinerator merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi. Proses ini
biasanya dipilih untuk mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill WHO, 2005.
Incinerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah klinis Depkes RI, 2002. Perlengkapan incinerator harus dipilih dengan cermat berdasarkan
sarana dan prasarana yang tersedia dan situasi setempat. Insinerator bervariasi mulai dari yang sangat canggih bersuhu tinggi,
sampai kepada unit dasar yang beroperasi dengan suhu lebih rendah. Semua jenis incinerator dapat membunuh mikroorganisme dalam sampah menjadi abu,
jika dikerjakan dengan benar Tietjen dan Bossemeyer, 2004.
2.8 Petugas Cleaning Service