Jurnal Kreatif Industri (JIK), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam
Jurnal Kreatif Industri (JIK), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam
Analisis Kebutuhan Tenaga Penera Provinsi
108 Kepulauan Riau
Gambar 2 Illustrasi Lama Pelayanan Tenaga Penera
3. Biaya finansial dari pendidikan dan pelatihan tenaga penera selama enam bulan, mencakup biaya akomodasi, uang saku, biaya-biaya pelatihan dan biaya-biaya lainnya, dengan asumsi sebesar maksimum 60 juta rupiah.
4. Setelah selesai pendidikan dan pelatihan, maka biaya yang akan dikeluarkan untuk mempekerjakan penera untuk gaji, tunjangan-tunjangan dan hal lainnya sebesar 74,6 juta rupiah setahun. Dimana setiap tahun gaji yang dinaikkan mengimbangi inflasi yang diasumsikan sebesar 6 persen.
Asumsi-Asumsi Manfaat
Komponen manfaat/pengembalian dari penambahan tenaga penera yang dipertimbangkan dalam analisis ini adalah komponen langsung, yakni komponen manfaat adalah peningkatan restribusi (PAD) dari kegiatan kemetrologian, dimana seiring peningkatan jumlah tenaga penera akan memberikan manfaat peningkatan PAD sebesar 36% didapat dari estimasi perhitungan jumlah beban kerja dari tenaga penera ideal yang pada tahun 2010 di asumsikan sudah memiliki tenaga penera sebanyak 17 penera (hasil perhitungan berdasarkan waktu kebutuhan tenaga penera tahun 2010 provinsi Kepulauan Riau) dalam memberikan pelayanan yang optimal, maka pada tahun 2011 berdasarkan peramalan terhadap perkembangan jumlah UTTP di provinsi Kepulauan Riau maka total tenaga penera pada tahun 2011 menjadi 18 tenaga penera maka perlunya dilakukan penambahan. Apabila dilakukan penambahan
1 tenaga penera didapatkan penambahan pelayanan terhadap UTTP sebanyak 1.803 unit yang berdampak terhadap peningkatan pemasukan daerah dari restribusi terhadap pelayanan kemetrologian pada tahun tersebut dan tahun-tahun berikutnya.
Analisis
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa indikator ekonomi yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) dan PBP (Pay Back Period). Sehubungan dengan tingkat ketidakpastian ekonomi yang sangat besar di Indonesia saat ini, maka indikator ekonomi IRR akan merupakan indikator yang paling sesuai digunakan, dimana besarnya nilai tingkat diskon yang mampu menyeimbangkan antara benefit versus cost menjadi ukuran kelayakan rencana penambahan tenaga penera ini. Dalam perhitungan menggunakan tingkat diskon 10 persen.
Tabel 11 Indikator Kelayakan Ekonomi Penambahan Tenaga Penera Peningkatan Restribusi PAD Provinsi Kepulauan Riau
Dari Tabel 11 diatas, terlihat bahwa nilai IRR penambahan jumlah tenaga penera dari kondisi saat ini menjadi kondisi ideal dalam arti melakukan penambahan tenaga penera masih memberikan manfaat yang sangat besar. Hal ini disebabkan penambahan tenaga penera akan memberikan manfaat secara ekonomi yang besar karena berdampak terhadap produktifitas dari industri-industri yang menggunakan pengukuran disamping itu dengan tingkat kepercayaan terhadap alat ukur akan menimbulkan dampak secara langsung terhadap transaksi perdagangan yang dilakukan sehingga
Agustus 2017 | Vol. 1 | No. 1 | ISSN : 2597-8950
Wibowo
109 secara otomatis memiliki nilai tambah terhadap perekonomian daerah tersebut.
Pada dasarnya proses analisis kelayakan biaya manfaat ini dilakukan untuk menghitung kelayakan terhadap penambahan tenaga penera dengan membandingkan antara jumlah biaya (cost) terhadap pendapatan/pengembalian (revenue) yang ditimbulkan sepanjang masa pelayanan kemetrologian yang diberikan penera sampai ia pensiun. Dengan kata lain analisis ekonomi ini dilakukan dengan membentuk arus nilai uang (cash flow) dari penambahan tenaga penera tersebut. Dalam hal indikator ekonomi yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) dan PBP (Pay Back period). Penambahan tenaga penera dalam peningkatan pendapatan asli daerah sangat layak untuk dilakukan dimana terlihat dari nilai yang didapat NPV > 0 pada tiap tingkatan diskonto atau pada tingkat diskonto yang disepakati yakni sebesar 10 persen, nilai BCR > 1 juga menandakan tingkat pengembalian dari biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang didapat lebih besar, nilai IRR > dari suku bunga yang ditetapkan sehingga keuntungan dalam pelaksanaan proyek ini sangat mengutungkan dan pengembalian investasi diperkirakan hanya dalam dua tahun sembilan bulan dan delapan hari berdasarkan hasil perhitungan pay back period yang dinyatakan dalan angka sebesar 2,98. Sehingga penambahan tenaga penera dikatakan sangat layak untuk dilaksanakan dengan melihat nilai indikator yang didapatkan diatas. Namun begitu potensi dari manfaat yang dapat diberikan oleh restribusi dapat dioptimalkan karena nilai dari restribusi yang dibebankan terhadap alat ukur saat ini masih sangat rendah. Dalam perhitungan manfaat yang digunakan dalam perhitungan dimana angka rata-rata restribusi yang digunakan hanyalah Rp. 66.500/UTTP hal ini yang berdampak terhadap sangat minimalnya jumlah penerimaan dari restribusi metrologi, meskipun begitu manfaat dari pelayanan kemetrologian dalam menciptakan keakuratan pengukuran dapat meningkat, dan hal inilah yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan kemetrologian dalam mewujudkan tertib ukur, dampak perwujudan dari pelayanan yang dilakukan akan secara otomatis berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Namun begitu biaya restribusi yang apabila dilihat sangat kecil namun nominal yang dibayarkan oleh pemilik UTTP untuk beberapa jenis UTTP justru sangat besar, dalam hal ini biaya yang harus dikeluarkan untuk memanggil tenaga penera untuk melakukan pengujian terhadap UTTP yang dimilikinya, hal ini berlaku terhadap UTTP yang tidak dapat dipindah-pindahkan atau posisinya tetap. Sebagai contoh untuk jenis UTTP Dispenser pada SPBU dimana biaya restribusi untuk 1 unit dispenser hanya sebesar Rp 15.000 sedangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik SPBU apabila memanggil tenaga penera untuk melakukan peneraan berdasarkan peraturan yang berlaku maka tiap penera yang berangkat tugas untuk melakukan pengujian akan diberikan dana transportasi
dan uang harian oleh yang meminta sesuai dengan peraturan yang berlaku 10 . Apabila posisi SPBU berada di kota Tanjungpinang dan SPBU tersebut memiliki 10 unit dispenser maka total dana yang dikeluarkan oleh pemilik SPBU adalah sebesar Rp 150.000 untuk restribusi dan Rp 1.200.000 untuk dana transportasi dan dana harian 2 orang tenaga penera, sehingga total biaya untuk peneraan menjadi sebesar Rp 1.350.000/tahun. Simulasi ini masih terhadap UTTP yang berada di kota Tanjungpinang dan bagaimana biaya yang timbul terhadap UTTP yang tetap dan berlokasi di luar wilayah kota Tanjungpinang seperti Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas maka biaya yang akan dikeluarkan semakin besar. Dari ilustrasi diatas apabila biaya yang dikeluarkan oleh pemilik UTTP dalam mendapatkan pelayanan kemetrologian dapat dikatakan merupakan bagian dari pendapatan daerah dan bukan pendapatan individu dalam hal ini tenaga penera, maka akan semakin meningkatnya manfaat yang dapat diberikan terhadap pelayanan kemetrologian yang dilakukan. Dari hasil pada tabel 11 di atas dapat dikatakan bahwa proyek peningkatan jumlah tenaga penera Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal Provinsi Kepulauan Riau sangat layak untuk dilakukan dan peningkatan tenaga penera ini harus dilakukan secara berkesinambungan dengan melihat dari manfaat secara ekonomi dan peningkatan pelayanan yang akan diberikan oleh tenaga penera provinsi Kepulauan sehingga terwujudnya tertib ukur di wilayah provinsi Kepulaun Riau.
10 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2012 tentang Jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementrian perdagangan. pasal 3 ayat 2.