jalur yang telah ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan hukum dan
kepastian hukum bagi masyarakat.
3. Manfaat dan Norma serta Etika Pengawasan a. Manfaat Pengawasan
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pengawasan yang telah disebut di atas maka jelaslah bahwa manfaat pengawasan secara
umum adalah untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang obyek yang diawasi, apakah sesuai dengan yang
semestinya atau tidak. Jika dikaitkan dengan masalah penyimpangan, manfaat
pengawasan adalah untuk mengetahui terjadi atau tidak terjadinya penyimpangan, dan bila terjadi perlu diketahui sebab-sebab terjadinya
penyimpangan tersebut.
26
Selain itu, pengawasan berfungsi pula sebagai bahan baku untuk melakukan perbaikan-perbaikan di waktu
yang akan datang, setelah pekerjaan suatu kegiatan dilakukan pengawasan oleh pengawas.
b. Norma Pengawasan
26
Sujamto, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983. hal 64
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata norma dijelaskan sebagai “ukuran untuk menentukan sesuatu, urgeren
27
kata “norma” berasal dari Bahasa Belanda, norm yang oleh wojowasito diberi arti
sebagai norma aturan, ukuran nilai.
28
Jadi norma pengawasan adalah patokan, kaidah atau ukuran yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki.
29
c. Etika Pengawasan
Kata “etika “ atau “etik” diperoleh dari bahasa asing. Dalam bahasa Belanda dikenal kata “ethiek atau ethica” yang artinya dijelaskan
sebagai “falsafah tenang moral, ilmu moral, etika”.
30
Untuk melengkapi gambaran tentang arti kata ethics dalam bahasa Inggris ada baiknya diambil dari The Harper Dictionary of
Modern Thought yang dikutip oleh Sujamto dalam bukunya berjudul “Norma dan Etika Pengawasan” menyatakan : The branch of
PHILOSOPHY that investigate morality and particular, the varities of thinking by whom human conduct is guided and may be appraised. Its
spesial concern is with the MEANING and justification of utterencas about the rightness or wrongnes of actions, the virtue or vice of the
27
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta ; Balai Pustaka, 1976, hal. 20
28
S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1978, hal 428
29
Sujamto, Norma dan Etika Pengawasan, Jakarta : Sinar Grafika, 1989, hal 18
30
Ibid, hal. 19.
motives which prompt them, the praiseworthness or blame worthiness of the agents who perform them, and the goodness or badness of the
consequneces to which they give rise Terjemahannya : Suatu Cabang FILSAFAT yang menyelidiki moralis dan khususnya, keragamaan
pemikiran dengan mana perilaku manusia dituntun dan dinilai. Perhatian utamanya adalah tentang MAKNA dan pertimbangan akan pertanyaan-
pertanyaan tentang benar atau salahnya tindaka-tindakan, kemuliaan atau kenistaan motif-motif yang mendasari tindakan-tindakan tersebut,
kepatutan dan ketidakpatutan para pelaku tindakan tersebut, serta kebaikan atau keburukan akibat-akibat yang timbul dari tindakan-
tindakan tersebut.
31
Secara etimologis, kata ethics dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin ethicus dan kata Yunani ethikos, yang berarti moral. Jadi pada
dasarnya, etika adalah suatu cabang filsafat yang obyek penyelidikannya adalah moral atau tingkah laku manusia.
Kedudukan etika dalam filsafat, secara singkat dijelaskan oleh Poedjawijatna sebagai berikut :
32
“Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar
yang sedalam-dalamnnya. Sebagai tugas tertentu bagi Etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia. Ada yang
menyebut Etika itu filsafat kesusilaan, ini sama, karena Etika hendak mencari ukuran, mana yang susila itu, artinya, tindakan
manusia manakah yang baik”.
4. Tata Cara Pengawasan Notaris