BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Permasalahan
1. Latar Belakang
Budaya merupakan salah satu aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap hal yang diciptakan oleh manusia mencerminkan
tentang unsur-unsur yang terkandung dalam budayanya. Setiap masyarakat tertentu hidup bersama dengan budayanya. Hal ini tercermin dalam berbagai
aspek sepeti misalnya dalam makanan, pakaian, pendidikan, teknologi sampai dalam bidang hiburan.
Mendengarkan lagu merupakan hiburan yang dapat memberikan efek senang maupun sedih sesuai dengan suasana sebuah lagu. Pada sebuah lagu
biasanya digunakan bahasa yang cenderung puitis, pilihan kata yang digunakan biasanya adalah kata-kata yang estetis. Selain itu juga digunakan majas atau
bahasa kias dalam menggambarkan suasana di dalam lagu. Halimah 2008:78 menyatakan bahwa pemakaian majasbahasa kias pada lirik lagu menjadikan
sebuah lirik atau bahasa lirik lagu lebih estetis dan membuat maksud isi sebuah lirik lagu lebih jelas sehingga dapat diresapi oleh penikmat lagu.
Pembentukan kata-kata yang dipilih dalam menggambarkan sebuah lagu tidak lepas dari budaya pengarang lagu tersebut. Kata-kata yang dipakai
merupakan kata-kata yang dekat dengan kehidupan pengarang lagu serta mewakili latar kehidupan budaya pengarang lagu. Hermintoyo 2013:89 menyatakan
bahwa tidak ada karya sastra yang lahir atas kekosongan budaya, sebagaimana bahasa dalam karya sastra itu sendiri merupakan produk masyarakat yang
mempunyai makna yang didasarkan pada konvensi masyarakat sehubungan dengan laku budayanya.
Melalui lagu, sang pengarang lagu dapat menyampaikan perasaannya dengan pilihan kata-kata yang tercantum dalam lirik lagunya serta diiringi dengan
lantunan musik. Istilah lirik dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
2013:835 diartikan sebagai karya satra puisi yang berisi curahan perasaan pribadi juga
diartikan sebagai susunan kata sebuah nyanyian. Pada zaman modern sekarang ini, dengan perkembangan teknologi yang
sangat pesat menciptakan lagu sudah bisa dilakukan tanpa harus merekamnya di studio. Di Jepang telah berhasil dikembangkan teknologi
singer synthesizer
yang disebut
Vocaloid ,
sebuah
software
yang membuat komputer menyanyi
.
Seperti tertulis dalam artikel berjudul Arata Na On‟gaku Shiin Wo
Hiraku Vocaloid
yang dimuat oleh majalah
Niponica
No.9 2013:17, 初音
日曓 楽器
開 音声合
用 場 人 物
少 女 用
売 響
使 歌詞
入 力
思 通
楽 曲
[hatsune miku] wa, nihon no gakki meekaa ga kaihatsushita onseigousei shisutemu [bookaroido] no shisutemu wo saiyoushi, pakkeeji ni anime no
toujoujinbutsu no youna shoujo no irasuto wo mochiite hanbaishita koto de hankyou wo yonda sofutouea no koto. Konpyuuta wo tsukatte kashi to
merodi wo nyuuryokusuru to, omoi doori ni bookaru ya koorasu ni yoru gakkyoku wo tsukuru koto ga dekiru.
Hatsune Miku adalah sebuah
software
yang mendapat perhatian karena menggunakan sistem menyanyi sintesis
singing synthesizer system
yang
disebut
Vocaloid
yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan instrumen Jepang dan mempunyai sebuah gambar dari seorang perempuan yang
terlihat seperti karakter utama dari sebuah
anime
pada pak bungkusnya. Dengan meng-
input
lirik dan melodi ke komputer, para pengguna dapat menciptakan musik dengan vokal yang tepat dan
chorus
yang diinginkan. Dengan suara yang menyamai suara manusia,
Vocaloid
ini digemari seperti halnya penyanyi pada umumnya. Hal ini tampak dari telah dirilisnya
album kompilasi lagu-lagu
Vocaloid
serta konser dari karakter
Vocaloid
yang telah diadakannya bukan hanya di Jepang tetapi juga diluar Jepang. Salah satu
karakter
virtual singer
yang paling terkenal adalah Hatsune Miku. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Hatsune Miku dapat diterima dengan baik dan digemari oleh
masyarakat Jepang bahkan sampai ke luar Jepang. Berikut ini adalah salah satu contoh lirik lagu yang dinyanyikan oleh
Hatsune Miku, 千曓桜
夜 紛
君 声
Senbonzakura yoru ni magire kimi no koe mo todokanai yo
Ribuan pohon sakura kacau di malam hari suaramu pun tidak tersampaikan
Senbonzakura
千曓桜 Lirik lagu di atas termasuk mengandung metafora dengan kategori
being
ke-ada-an mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri dari kategori ini adalah prediksi ada, meskipun tidak dapat dihayati langsung oleh
indra manusia. Pada data 千 曓 桜
夜 紛
君 声
senbonzakura yoru ni magire kimi no koe mo todokanai yo
yang artinya ribuan pohon sakura kacau di malam hari suaramu pun tidak
tersampaikan, penanda metafora dengan kategori
being
ke-ada-an yaitu pada kata y
oru
夜 malam.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia
2008:867 malam adalah waktu setelah
matahari terbenam hingga matahari terbit. Metafora y
oru
夜 malam pada data di atas merupakan simbolisme dari
tenang, sunyi, sepi, damai, gelap, dingin. Metafora di atas menggambarkan tentang maksud hati yang tidak dapat tersampaikan karena adanya kekacauan
yang mengusik kedamaian. Dengan melihat sisi budaya yang terkandung dari suatu lirik lagu, dapat
dipahami tentang budayanya, dalam hal ini yaitu tentang budaya Jepang.
2. Permasalahan