Prosedur dan Perkembangan Penyusunan KPHP

1. Informasi Kawasan Kawasan hutan Indonesia seluas 120,35 juta ha, telah ditunjuk oleh Menteri seluas 109,9 juta ha, dan sisanya seluas 10,95 juta masih dalam proses penunjukan. Kawasan hutan tersebut terdiri dari: hutan konservasi seluas 23,21 juta ha; hutan lindung seluas 29,04 juta ha; dan hutan produksi seluas 57,70 juta ha hutan produksi terbatas 16,21 juta ha, hutan produksi 27,82 juta ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi 13,67 juta ha. 2. Hutan Konservasi. Hutan konservasi dibedakan menjadi Kawasan Suaka Alam KSA, Kawasan Pelestarian Alam KPA, dan Taman Buru TB. Terhadap kawasan tersebut Pemerintah telah menetapkan Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi KPHK di daratan dan perairan; Rencana Pengelolaan di masing-masing Unit; serta Pengelola Unit Balai TN dan Balai KSDA yang secara operasioanl telah berlangsung di lapangan. Unit-unit tersebut meliputi: a. Di daratan: KSA, yakni 214 unit Cagar Alam CA, 63 unit Suaka Margasatwa SM; KPA, yakni 39 unit Taman Nasional TN, 104 unit Taman Wisata Alam TWA, 17 unit Taman Hutan Raya TAHURA; dan 14 unit Taman Buru TB, b. Di perairan: KSA, yakni: 9 unit CA, dan 6 unit SM; KPA, yakni 18 unit TWA, dan 6 unit TN. 3. Hutan Lindung Sejauh ini campur tangan pemerintah pada hutan lindung relatif kurang dibanding terhadap fungsi pokok lainnya. Hampir semua yang berkaitan dengan keberadaan dan kualitas hutan lindung berlangsung alamiah diserahkan pada alam. 4. Hutan Produksi a. Hutan produksi di Indonesia seluas 57,70 juta ha, kurang lebih 33,16 juta ha dimanfaatkan dalam bentuk Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Sisanya kurang lebih 24,54 juta ha merupakan hutan produksi yang tidak dibebani ijin karena telah dicabut dan pengawasannya diserahkan kepada Gubernur. b. Pembentukan unit pengelolaan di hutan produksi atau KPHP, dilakukan pada semua hutan produksi. Prioritas pembentukan pada tahun 2005 ini akan diarahkan pada hutan produksi yang tidak dibebani ijin.

E. Prosedur dan Perkembangan Penyusunan KPHP

1. Prosedur pembentukan KPHP diatur dalam keputusan Menhut No 230Kpts-II2003 tentang Pembentukan KPHP yang lebih lanjut dari aspek kawasan diatur dalam keputusan Kepala Badan Planologi Kehutanan No 14VII-PW2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembentukan KPHP. Penyusunan meliputi empat tahap, yakni: Rancang Bangun Daerah-Gubernur; Arahan Pencadangan Pusat-Menteri; Pembentukan Daerah-BupatiWalikota-Gubernur; dan Penetapan Pusat-Menteri yang merupakan satu kesatuan sebagai berikut: a. Rancang Bangun merupakan rancangan makro KPHP yang dibentuk di tingkat provinsi yang secara fisik berupa Buku dan Peta. Peta menginformasikan spasial masing-masing KPHP sedangkan buku secara garis besar menggambarkan Arah Pengembangan-Rencana Pengelolaan KPHP dan Pengelola KPHP. b. Arahan Pencadangan merupakan hasil kajian Eselon I Dephut terhadap tiga hal, yakni: unit kawasan, arah pengembangan pengelolaan rencana, dan pengelola institusi yang ada di dokumen Rancang Bangun. Arahan akan berkisar bahwa: unit tergantung situasi lapangan; penyusunan rencana pengelolaan tidak harus menunggu Rencana Kehutanan Prov-Kab-Kota tetapi langsung dimulai dari lapangan; dan institusi pengelola berperan sebagai “manajer” berada di bawah instansi kehutanan daerah yang perumusannya dikoordinir Gubernur. c. Pembentukan merupakan pendetilan ketiga hal, yakni: unit, rencana pengelolaan, dan institusi pengelola di masing-masing kabupatenkota. Pendetilan dapat dilakukan per unit atau KabKota tergantung kesiapan masing-masing KabKota ditinjau dari sisi: kawasan, rencana pengelolaan, dan institusi pengelola. d. Penetapan merupakan terwujudnya unit, rencana pengelolaan, dan institusi pengelola di lapangan. Usulan penetapan KPHP oleh Gubernur tidak harus menunggu sampai seluruh KPHP di KabupatenKota terbentuk, tetapi tergantung kesiapan masing-masing KabupatenKota ditinjau dari sisi: kawasan, rencana pengelolaan, dan institusi pengelola. Penetapan KPHP oleh Menteri dapat dilakukan per unit KPHP yang ada di KabupatenKota. 2. Perkembangan ke-4 tahap penyusunan KPHP adalah sebagai berikut: a. Rancang Bangun selesai disusun di 11 provinsi, yakni: Sumatera Utara; Sumatera Selatan; Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan; Bali; Nusa Tenggara Barat; Sulawesi Utara; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tenggara; Sulawesi Selatan; dan Papua. Sementara yang masih dalam proses di 11 provinsi, yakni: Nanggroe Aceh Darussalam; Sumatera Barat; Lampung; Bengkulu; Bangka Belitung; Kalimantan Tengah; Kalimantan Timur; Gorontalo; Nusa Tenggara Timur; Maluku; dan Maluku Utara. b. Arahan Pencadangan yang telah dibuat di 11 provinsi, yakni: Sumatera Utara; Sumatera Selatan; Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan; Bali; Nusa Tenggara Barat; Sulawesi Utara; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tenggara; Sulawesi Selatan; dan Papua. Sedangkan yang masih dipersiapkan terkait dengan Rancang Bangun yang masih dalam proses di 11 provinsi, yakni: Nanggroe Aceh Darussalam; Sumatera Barat; Lampung; Bengkulu; Bangka Belitung; Kalimantan Tengah; Kalimantan Timur; Gorontalo; Nusa Tenggara Timur; Maluku; dan Maluku Utara. c. Pembentukan masih dalam proses di 3 provinsi, yakni: Papua; Sulawesi Utara; dan Kalimantan Selatan. Provinsi Papua di 5 lima Kabupaten; Sulawesi Utara di semua KabupatenKota; dan Kalimantan Selatan 1 satu Kabupaten. d. Penetapan per Unit di KabupatenKota maupun seluruh Unit di KabupatenKota; yang ada di Provinsi tertentu masih belum ada.

F. Relevansi Unit Pengelolaan Hutan dan Pemantapan Kawasan Hutan