Hasil dan Pembahasan jenny hal 21 28

D INAMIKA Jurnal Il miah Teknik Mesin 25 Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Satu set alat pengukur kavitasi dengan spesifikasi: 2. Motor Penggerak Pompa 3. Pompa Sentrifugal 4. Pompa vakum 5. Heater 6. Alat ukur tekanan sepanjang sudu arah radial 7. Kamera digital untuk memvisualisasi kavitasi 8. Kontrol temperatur otomatis 9. Alat ukur tekanan pada tangki hisap 10. Flow meter doppler.

3. Hasil dan Pembahasan

Temperatur berpengaruh terhadap besar tekanan uap fluida yang menyebabkan angka kavitasi bervariasi akibat perubahan temperatur. Perngaruh temperatur terhadap angka kavitasi diperlihatkan pada Gambar 8. berikut: Gambar 7. Pengaruh temperatur terhadap angka kavitasi. Pada Gambar 8. menunjukkan hubungan antara temperatur terhadap angka kavitasi. Angka kavitasi semakin rendah jika temperatur naik. Hal ini disebabkan oleh kenaikan tekanan uap jenuh fluida. Walaupun pengaruh temperatur tidak berpengaruh signifikan terhadap disitribusi tekanan sepanjang sudu arah radial, akan tetapi temperatur sangat berpengaruh terhadap nilai angka kavitai. Visualisasi Aliran Fluida Variasi Temperatur Kenaikan temperatur mempengaruhi densitas dan tekanan uap jenuh fluida. Semakin tinggi temperatur fluida, harga densitasnya semakin menurun akan tetapi tekanan uap jenuhnya meningkat. Seperti yang telah dibahas bahwa kenaikan densitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tekanan kearah radial, sehingga yang memegang pengaruh terhadap kavitasi adalah kenaikan tekanan uap jenuhnya. Pada Gambar dibawah ini memperlihatkan pengaruh kenaikan temperatur terhadap intensitas kavitasi. Gambar 8. Pola Aliran Fluida pada Sudu Tekanan Hisap -22 cmHg putaran 1000 rpm Temperatur 30 o C Kenaikan temperatur fluida juga berpengaruh terhadap viskositasnya. Vikositas air akan menurun jika temperatur air dinaikkan. Viskositas fluida yang rendah akibat efek pemanasan menyebabkan kavitasi mudah terjadi, karena fase pembentukan uapnya semakin cepat. Viskositas semakin rendah cenderung menaikkan intensitas, hal ini dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Pada temperatur rendah intensitas kavitasi lebih kecil disebabkan viskositas lebih besar. Viskositas rendah juga mendorong tegangan permukaan menjadi lebih kecil yang menyebabkan fluida semakin mudah pecah dan mendorong terjadinya intensitas kavitasi yang lebih besar. Gambar 9. Pola Aliran Fluida pada Sudu Tekanan Hisap -22 cmHg putaran 1000 rpm Temperatur 45 o C Effek viskositas terhadap proses perkembangan gelembung adalah kekentalan yang lebih besar akan menghasilkan penguapan diameter cavity lebih besar pula dan mengurangi kecepatan pertambahan gelembungnya. Sehingga gelembung yang terjadi pada temperatur yang lebih tinggi menyebabkan ukuran 14 15 16 17 18 19 20 21 22 25 30 35 40 45 50 55 60 65 tem peratur o C an gk a ka vi ta si σ tekanan hisap 0 cmHg tekanan hisap -5 cmHg tekanan hisap -10 cmHg tekanan hisap -15 cmHg D INAMIKA Jurnal Il miah Teknik Mesin 26 gelembung lebih kecil yang disebabkan turunnya viskositas fluida. Sangat sulit menentukan energi yang dikeluarkan akibat kekentalan didalam fluida yang mempunyai tegangan permukaan, sebab kekuatan kekentalan adalah tidak hanya merupakan fungsi dari kekentalan itu saja tapi juga fungsi dari kecepatan alirannya. Kehilangan energi sangat tergantung pada kecepatan pertumbuhan gelembung, mengempisnya gelembung, dan kekentalan spesifik fluidanya. Seperti hasil penelitian Keller 1992, bahwa kenaikan kekentalan menaikkan susceptibility cavitation S eff yang mengakibatkan angka kavitasi semakin besar yang menyebabkan intensitas kavitasi semakin besar. Sehingga walaupun kenaikan temperatur tidak dominan menaikkan distribusi tekanan sudu arah radial, akan tetapi kenaikan temperatur justru meningkatkan intensitas kavitasi seperti yang terjadi pada Gambar 8 dan Gambar 9. Pengaruh Kavitasi Terhadap Karakteristik Pompa Kavitasi pada pompa ditandai dengan harga angka kavitasi. Semakin kecil angka kavitasi, akan semakin mudah terjadi kavitasi. Angka kavitasi juga menunjukkan intensitas kavitasi, semakin kecil angka kavitasi maka intensitas kavitasi semakin besar. Disamping terjadinya kavitasi dan intensitas kavitasi, angka kavitasi juga berpengaruh terhadap head koefisien. Head koefisien merupakan angka tak berdimensi yang menyatakan kemampuan pompa untuk merubah energinya energi mekanik menjadi head pompa. Gambar 10. Grafik hubungan antara angka kavitasi dengan head koefisien. Gambar 10 menunjukkan hubungan antara angka kavitasi dengan head koefisien, dan terlihat bahwa semakin rendah angka kavitasi semakin rendah pula head koefisien. Head koefisien akan turun semakin drastis untuk angka kavitasi dibawah angka 13 yang disebabkan mulainya terjadi kavitasi pada angka kavitasi tersebut. Untuk angka kavitasi yang lebih rendah lagi kavitasi intensitasnya meningkat yang mengakibatkan head coeffiecient menjadi turun secara drastis, dan berarti pompa tidak mampu lagi menaikkan tekanan dan mengalirkan fluida. Dari Gambar 10 angka kavitasi yang didapat pada penelitian ini nilainya lebih besar dibandingkan dari hasil penelitian yang dilakukan Friedrichs dan Kosyna 2002. Hal ini disebabkan oleh perbedaan alat ukur yang digunakan dan karakteristik pomapa yang digunakan. Pada penelitian ini alat ukur tekanan tidak mampu membaca tekanan fasa campuran air dan gelembung uap yang menyebabkan tekanan tidak bisa terbaca sewaktu terjadi kavitasi. Disamping itu alat ukur kapasitas juga menjadi kendala utama, karena alat ukur dalam penelitian ini hanya mampu membaca kecepatan fluida yang lebih besar dari kecepatan 0,25 ms. Walaupun demikian trend kurva hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Medvitz dkk 2002 dan Friedrichs dan Kosyna 2002.

4. Kesimpulan dan Saran