2 13 dalam penerapan SPM bidang kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah
daerah, khususnya Dinas Kesehatan dalam menerapkan SPM untuk manajemen pelayanan publik khususnya pada perencanaan, penganggaran, implementasi, serta monitoring dan evaluasi di
tingkat dinas, daerah, dan unit layanan Puskesmas secara lebih partisipatif, transparan, akuntabel, dan responsif. Oleh karena itu, penguatan kapasitas dimaksud tidak terbatas pada penguatan
aspek teknis, tetapi juga dalam pelibatan partisipasi masyarakat dan media dalam mempromosikan dan mengawasi isu perbaikan tata kelola pelayanan kesehatan.
Pendekatan USAID-KINERJA pada Pendampingan Penerapan SPM Kesehatan
Pendekatan Program Kinerja dalam meningkatkan tata kelola pelayanan publik berbasis standar layanan dilakukan melalui tiga pilar penting, yaitu:
1. Insentif
– Memperkuat sisi permintaan meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih
baik.
2. Inovasi
– Memanfaatkan praktik- praktik
inovatif yang
ada dan
mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan menerapkan pendekatan-
pendekatan pelayanan publik yang menjanjikan; dan
3. Replikasi
–Memperkuat keberhasilan inovasi secara nasional dan mendukung
lembaga-lembaga perantara untuk menyelenggarakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.
Dalam pendampingan penerapan SPM bidang Kesehatan, pendekatan pelaksanaan bantuan teknis meliputi 1 Sosialisasi konsep dan pentingnya SPM Kesehatan kepada seluruh stakeholder terkait
baik dari pembuat kebijakan, lintas sektor, dan masyarakat. Tercakup dalam masyarakat sipil antara
3 13 lain, organisasi masyarakat sipil, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh
masyarakat, dan media; 2 Evaluasi diri terhadap penerapan SPM dan kebijakan; 3 Penguatan multi pihak yang relevan, peduli, dan berkepentingan dalam pengelolaan SPM pada Pemerintah
Daerah dan pengawasan pelaksanaanya; 4 Pengembangan instrument pendampingan bagi penyedia layanan pemerintah daerahdinasunit layanan serta referensi dan instrument advokasi
dan pengawasan bagi masyarakat sipil dan media; 5 Pengintegrasian SPM bidang Kesehatan ke dalam proses perencanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi; dan 6 Konsolidasi proses
dan hasil menuju kesiapan replikasi dalam rangka keberlanjutan pendekatan Program Kinerja. Pendampingan tersebut dilakukan melalui delapan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM Kesehatan; bertujuan untuk mensosialisasikan konsep dan pentingnya SPM Kesehatan kepada seluruh stakeholder
terkait baik dari pembuat kebijakan, lintas sektor, dan masyarakat. 2. Studi banding praktek baik dalam penerapan SPM bidang kesehatan
—khususnya yang relevan dengan Paket Program USAID KINERJA pada daerah mitra dan non mitra
—serta penyusunan rencana aksi adopsi penerapannya di daerah; bertujuan untuk promosi dan
advokasi melalui bukti nyata dan testimony dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang telah melaksanakan praktik baik.
3. Review, pembaharuan renewal dan penyusunan kebijakan penerapan SPM pada Pemerintah
KabupatenKota mitra;
bertujuan untuk
memperkuat dukungan
kebijakanregulasi dalam upaya pencapaian target SPM berdasarkan ‘gap’ kebijakan hasil reviewkajian.
4. Penyusunan data untuk perhitungan status pencapaian SPM; bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan atas definisi operasional setiap indikator SPM, data-data
yang harus tersedia, cara menghitung capaian SPM, dan mengukur status capaian SPM tingkat kabupatenkota.
5. Analisis kesenjangan capaian terhadap target SPM, prioritisasi penyebab kesenjangan, identifikasi program dan kegiatan intervensi, serta strategi Penanganan; bertujuan untuk
menyusun target dan kurun waktu pencapaian SPM kabupaten kota dan untuk memperoleh
4 13 daftar program dan kegiatan prioritas berdasarkan kesenjangan capaian terhadap target
SPM yang ditetapkan pemerintah. 6. Penghitungan kebutuhan anggaran untuk mengurangi kesenjangan capaian dan
pelaksanaan programkegiatan; bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan anggaran atas daftar program dan kegiatan prioritas pencapaian target SPM kabupaten kota dan
mengindikasikan sumber anggarannya. 7. Integrasi target SPM dan kebutuhan anggaran pencapaian target SPM ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran daerah; bertujuan untuk memasukkan target capaian, rencana program dan kegiatan prioritas pencapaian SPM menjadi target kinerja, program,
dan kegiatan yang dimuat dalam dokumen perencanaan dan dokumen anggaran, untuk membantu
memastikan program
dan kegiatan
pencapaian SPM
tersebut dilaksanakandirealisasikan.
8. Monitoring dan evaluasi penerapan SPM; bertujuan untuk memantau kemajuan penerapan dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun berkenaan.
Evaluasi capaian SPM dan umpan balik bagi proses perencanaan berikutnya; bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan hasil pencapaian target SPM yang disusun kabupaten kota dan kemajuan
kinerja kabupatenkota terhadap pencapaian target SPM yang ditetapkan secara nasional. Hasil evaluasi ini selanjutnya digunakan sebagai proses perencanaan dan penganggaran berikutnya.
Potret Penerapan SPM Kesehatan di KabKota
Pendampingan SPM bidang Kesehatan yang dilakukan USAID-KINERJA di kabupaten kota dampingan telah berkontribusi pada tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
pencapaian SPM costing SPM, terintegrasinya kegiatan pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, dan peningkatan capaian sejumlah indikator SPM
kesehatan. Sebagai contoh adalah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Tulung Agung berikut ini.
5 13 Pengalaman USAID-KINERJA di daerah dampinganbinaan memberikan sejumlah catatan
penting, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan data, teknis kebijakan SPM, dan tata kelola penerapan SPM keterlibatan dan pengawasan masyarakat sipil. Selengkapnya dapat
dilihat dalam uraian sebagai berikut :
1.
Pengelolaan Data SPM
Data dasar untuk pengukuran capaian indikator SPM tidak selalu tersedia, lengkap,dan
akurat, serta belum disepakatinya penanggung jawab untuk data-data tersebut di antara Puskesmas, layanan kesehatan swasta, dan Dinas Kesehatan;
6 13
2. Alur dan jadwal pengumpulan dan pelaporan data dari Puskesmas, layanankesehatan,