11 Keuntungan Kondom
65 95.6
3 4.4
12 Kerugian Kondom
59 86.8
9 13.2
13 Indikasi Kondom
35 51.5 33
48.5 14 Kontraindikasi
28 41.2 40
58.8 15
Efek Samping Kondom 55
80.9 13
19.1 16 Pengertian Vasektomi Kontrasepsi Mantap Pria
MOP 67
98.5 1
1.5 17 Tujuan
Vasektomi 26
38.2 42 61.8
18 Keuntungan Vasektomi
19 27.9
49 72.1
19 Cara Pelaksanaan Vasektomi
37 54.4
31 45.6
20 Kerugian Vasektomi
40 58.8
28 41.2
21 Indikasi Vasektomi
24 35.3 44
64.7 22 Syarat
Vasektomi 66
97.1 2 2.9
23 Komplikasi
4 5.9
64 94.1
5.2 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB meliputi pengetahuan, kualitas pelayanan KB,
dukungan istri terhadap KB, aksebilitas pelayanan KB, dan budaya.
5.2.1 Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara
pengetahuan baik dengan pengetahuan cukup yaitu pengetahuan baik 50 dan pengetahuan cukup 48.5, dari 34 responden yang berpengetahuan baik yang
berpendidikan terakhir SMA sebanyak 26 orang dan 8 orang PT. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Universitas Sumatera Utara
Purwoko 2000, mengemukakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang
yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-
usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan- perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga
Berencana KB. Namun hal itu berdeda dari hasil analisis lanjut SDKI 1997, pendidikan ternyata berpengaruh negatif terhadap pemakaian vasektomi, yang artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah kesertaan MOP. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas. Dengan pengetahuan yang baik tidak dapat membuat seseorang berprilaku
sampai pada tahap adoption adaptasi tetapi hanya sampai tahap interest merasa tertarik atau evaluation menimbang-nimbang Notoatmojdo,2007. Sama seperti
penelitian ini, pria yang berpengetahuan baik tidak menjamin untuk ikut berpartisipasi dalam KB. Dimana seharusnya responden yang memiliki pengetahuan
baik, mau ikut serta menjadi akseptor KB.
5.2.2 Kualitas Pelayanan KB
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa kualitas pelayanan KB mayoritas baik
92,6. Pelayanan yang baik yang sudah pernah mereka dapat selama ini adalah pelayanan untuk berobat, karena dari segi tempat untuk ber kb yang sulit untuk di
jangkau. Dalam penelitian Harnani 2012 bahwa kualitas pelayanan KB juga berhubungan terhadap sosial budaya. Pria yang tidak mandapat dukungan sosial
budaya lebih beresiko 4 kali tidak berpartisipasi dalam keluarga berencana dibandingkan pria yang mendapat dukungan.
Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna, mengetahui apakah kontrasepsi yang
dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat menentukan pemilihan alat
kontrasepsi yang dipilih, sehingga informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipakai.
Bruce dalam Ekarini 2008 menjelaskan bahwa dampak dari kualitas pelayanan adalah pengetahuan klien, kepuasan klien, kesehatan klien, penggunaan
kontrasepsi, penerimaan, dan kelangsungannya.
5.2.3 Dukungan Istri terhadap Suami dalam KB