B. Permasalahan
Berdasarkan pengamatan di lapangan, serta membandingkan banyak berita di media
massa. Sementara ini, pihak sekolah mengeluh
dengan mekanisme
pertanggungjawaban dana BOS. Mereka memandang mekanismenya terlalu rumit,
sehingga kadang mengganggu konsentrasi dalam proses belajar mengajar. Bahkan ada
salah satu sekolah yang menolak menerima dana BOS, atau menerima dengan terpaksa
karena
kesulitan membuat
laporan pertanggungjawaban.
Lanjutan
Para penanggungjawab sekolah memandang prosedur
pelaporan dan
pertanggungjawaban dan BOS adalah hal baru yang sulit bagi mereka. Alasan lain
adalah, karena pertanggungjawaban BOS adalah mekanisme yang terpisah atau bukan
bidang tugas kependidikan atau belajar mengajar.
C. Mekanisme pertanggungjawaban
Sistem penganggaran
berbasis kinerja
menuntut kepatuhan dari hulu ke hilir dari proses
perencanaan sampai
pertanggungjawaban. Lahirnya
kebijakan Dana
BOS bukan
berarti behentinya
permasalahan pendidikan,
namun memunculkan masalah baru terkait dengan
penyelewengan dana
BOS, dan
ketidakefektifan pengelolan dana BOS. Tujuan baik pemerintah, tidak diimbangi dengan
sistem yang ada, sehingga menjadi bumerang dan menghasilkan masalah baru.
tidak akuntabel
a.
Konsumsi UNUAS makan minum. Nilai nominal di RKAS dengan SPJ berbeda, tidak
ada daftar hadir penerima konsumsi, kwitansi tidak wajar, tanggal di kwitansi
dengan tanggal pelaksanaan tidak sesuai.
b.
Biaya praktek ujian renang. Nilai nominal tidak sesuai, les renang 3 juta tidak ada
tiket masuk berapa, yang ikut berapa, hanya
glondongan saja.
c.
Pembelian bahan buku bacaaan dengan satuan paket sehingga kesulitan dalam
mencatat dalam Kartu Inventaris Kantor KIB.
lanjutan
d.
Rapat pembelian buku. Daftar hadir kosong dan berita acara tidak ada.
e.
Penggandaan naskah soal ujian sekolah. Tanggal penawaran penggandaan soal
naskah, penerimaan naskah soal dan pelaksanaan tidak sesuai.
f.
Honorarium tenaga
honorer. Jumlah
penerimaan tidak wajar, honor kepala sekolah, guru dan satpamnya sama.
g.
Pembelian rak buku. Kwitansi dari penyedia tidak wajar-toko reklame menyediakan rak
buku.
lanjutan
h.
Sebagian besar tidak mencantumkan kode mata anggaran, nomor bukti tidak ada,
sehingga susah dilacak.
i.
Ketidaksesuaian antara buku kas umum dengan bukti pengeluaran.
j.
Banyak pengeluaran yang tidak ada kwitansinya.
k.
Jumlah anggaran ATK dan FC di RKAS selama 3 bulan sejumlah Rp.39.517.900.
ATK dalam PPDB ini mereka banyak membeli kertas HVS, 70gram 10rim, HVS
warna, HVS buram 10 rim, padahal itu hanya butuh formulir. Kemudian ada juga
fotocopy sampai 2juta.
lanjutan
l.
Ada 2 nota dalam sekali pembelanjaan yang dipertanyakan, karena nota lembar pertama
total jumlahnya salah, jumlah nota 2 ditulis ke nota 1 begitupun sebaliknya.
m.
PPN 10 dari alat tulis ATK dan dicatat dalam nota toko.
n.
Dalam nota tidak dilengkapi dengan tanggal.
o.
Tanda tangan
dalam daftar
hadir dipertanyakan.
p.
Dimungkinkan manipulasi dalam buku kas umum, karena dalam satu bulan, saldo
berbeda, tetapi pengeluaran sama.
lanjutan
q.
Pencairan anggaran tidak sesuai dengan aliran kas.
r.
Bendahara memegang uang kas melebihi ketentuan dilihat BA penutupan Kas.
s.
Dalam juknis menyebutkan, bahwa uang lelah guru yang bertugas di luar jam
mengajar hanya menyebut batas kewajaran, tidak ada regulasi tentang batas kewajaran
tidak sesuai SHBJ.
t.
Dalam juknis disebutkan bahwa BOS boleh diperuntukkan peningkatan profesi guru,
sementara di dana APBD juga ada untuk peningkatan profesi guru, dan peningkatan
sertifikasi pun ada sendiri.
lanjutan
u.
Triwulan I: kwitansi No.15 nota pendukung tidak bertanggal, dan nama pembeli.
v.
Kwitansi No. 16 dan No,17, kwitansi tidak ada
materai dan
tidak ada
nota pendukungnya.
w.
Pencairan dari Bank tidak masuk dalam buku kas umum.
x.
Di dalam kas umum ada pinjaman dari keuangan
sekolah dan
tidak jelas
pengembaliannya.
y.
Saldo di buku kas umum hampir selalu nol.
z.
Saldo April 18 juta. Tapi bulan Mei ada nota pengeluaran untuk pembayaran pinjaman
bulan sebelumnya kwitansi No.3 laporan triwulan II.
lanjutan
z.
Pembayaran pajak di bulan Mei atas transaksi di bulan Januari.
aa.
Bentuk nota dan tulisan sama, tapi stempel berbeda-beda.
ab.
Daftar hadir siswa komplittidak ada yang absen,
dalam kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk gurunya.
ac.
Daftar hadir tidak sesuai dengan periode laporan.
ad.
Penggelembungan volume tidak sesuai dengan jumlah peserta. Misal daftar hadir: 30
orang, 2 kali kegiatan, tapi pembelian konsumsinya 139 box itu 23 Oktober.
ae.
Barang yg dibeli kurang spesifik dituliskan dalam nota.
lanjutan
af.
Nota yang tidak lazim: penggandaan LKS Remedial No.6 triwulan IV sebesar Rp.
2.311.000,- Penggandaan LKS remedial untuk 40 kali kegiatan dengan seluruh
siswa. biasanya memang untuk semua siswa, sekalian remedial seluruh siswa.
ag.
Ekstrakurikuler bahasa Inggris dobel honor, satu untuk guru 3 orang, satunya untuk
narasumber. Daftar hadirnya 18, honornya 20 kali. Sekali hadir 75 kali.
ah.
Pengadaan barang jumlah tidak sesuai antara SPK dengan realisasinya.
1.
Biaya praktek ujian renang. Nilai nominal tidak sesuai, les renang 3 juta tidak ada
tiket masuk berapa, yang ikut berapa, hanya
glondongan saja.
2.
Pembelian bahan bangunan. SPJ pada kwitansi nama toko merujuk toko bangunan
akan tetapi isi kwitansi transaksi berupa foto kopi.
3.
Rapat pembelian buku. Daftar hadir kosong dan berita acara tidak ada.
4.
Terkait dengan pelaporan pajak, dan lain- lain
Permasalahan
Mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi. Apakah kesengajaan, ketidaktahuan, atau
motif lain yang belum terungkap ?
Lanjutan
Terlepas dari kekeliruan sistem atau kualitas sumber daya manusianya, temuan tersebut
akan mempengaruhi proses berikutnya, yaitu pelaporan
dan pertanggungjawaban. Penanggungjawab
dana BOS di level provinsi berkewajiban membuat laporan realisasi penyaluran pada
setiap
akhir periode.
Dengan deretan
penyimpangan sebagaimana disampaikan di atas,
mengakibatkan seringnya
terjadi keterlambatan penyajian laporan.
Undang-undang No.12004
tentang Perbendaharaan
Negara Pasal
211 menerangkan bahwa Pembayaran atas beban
APBNAPBD tidak boleh dilakukan sebelum barangjasa diterima.
Dampak Penyimpangan Dana BOS
D. Alternatif Pemecahan Masalah