Materi Bimtek BOS SMA 16 Sep'16

(1)

Mekanisme Pengawasan

Dalam Pelaksanaan BOS SMA

Disampaikan pada

Bimbingan Teknis Penatausahaan

BOS SMA Tahun 2016

Tanggal 16 September 2016

Oleh : Wahyunta


(2)

A. Pendahuluan

1. Dasar Hukum

a. UU Nomor 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

b. PP Nomor 19 Tahun 2015 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

c. PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan.

d. PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

e. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomo 4 Tahun 2015.


(3)

Lanjutan Dasar Hukum

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

g. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah untuk Sekolah Menengah Atas Tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2016.


(4)

2. Pengertian BOS SMA

a. Program pemerintah untuk mendukung

terwujudnya pelaksanaan rintisan program wajib belajar 12 tahun.

b. Program pemberian dana langsung SMA

Negeri dan Swasta membantu memenuhi biaya operasional non-personalia sekolah dan lainnya menunjang proses pembelajaran.

c. Wujud keperpihakan terhadap siswa miskin

atas pemberian dana BOS SMA.

d. Besaran dana BOS SMA dihitung berdasar

jumlah siswa sekolah dan satuan biaya (unit cost) yang ditetapkan.


(5)

3. Tujuan BOS SMA

a. Membantu biaya operasional sekolah

non-personalia.

b. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Siswa SMA.

c. Mengurangi angka putus sekolah SMA.

d. Wujud keberpihakan pemerintah bagi siswa

miskin.

e. Memberikan kesempatan yanag setara bagi

siswa miskin SMA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

f. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran


(6)

4. Sasaran Program dan Besaran

Bantuan

Sasaran program BOS SMA adalah semua SMA baik negeri maupun swasta di seluruh indonesia yang sudah terdata dalam sistem Dapodikdasmen.

Besaran bantuan per SMA diperhitungkan dari jumlah siswa yang memiliki NISN yang valid dan satuan biaya BOS SMA sebesar RP1.400.000,00/siswa/pertahun.


(7)

5. Waktu Penyaluran Dana

Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan (triwulan) yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember kecuali wilayah yang secara goegrafis sangat sulit penyaluran dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester.


(8)

6. Implementasi BOS SMA

1. Sekolah Penerima BOS SMA

2. Program BOS SMA dalam mendukung

Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun

3. Program BOS SMA dan Menajemen

Berbasisi Sekolah (MBS).

4. Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan

SMA oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.


(9)

7. Prosedur Pelaksanaan BOS SMA

a. Pendataan

b. Penetapan Alokasi BOS SMA untuk

Penganggaran Dalam APBD.

c. Penetapan Alokasi BOS SMA tiap Sekolah.

d. Persiapan Penyaluran Dana Bos SMA di

Daerah.

e. Penyaluran Dana BOS SMA. f. Pemberian Dana


(10)

8. Penggunaan Dana BOS SMA

Penggunaan dana BOS SMA harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim manajemen BOS sekolah, dewan guru, komite sekolah. Hasil kesepakatan tersebut harus dituangkan dalam BA rapat yang ditandatangani oleh peserta rapat


(11)

9. Komponen Pembiayaan Dana BOS SMA

1) Pengadaan Buku Teks Pelajaran dan Buku

Bacaan.

2) Pembiayaan Pengelolaan Sekolah.

3) Pengadaan Alat Habis Pakai Praktikum

Pembelajaran.

4) Pengadaan Bahan Habis Pakai Praktikum

pembelajaran.

5) Langganan Daya dan Jasa.

6) Penyelenggaraan Evaluasi Pembelajaran.

7) Kegiatan Pembelajaran/Intra Kurikuler dan


(12)

Lanjutan Penggunaan

8) Pemeliharaan dan Perawatan

Sarana/Prasaraana Sekolah.

9) Kegiatan Penerimaan Siswa Baru

10)Pembiayaan Kegiatan Peningkatan Kualitas

Pembelajaran dan Manajemen Sekolah

11)Pengelolaan Data Individual SMA melalui

Dapodikdasmen.

12)Pengembangan Website Sekolah

13)Biaya Asuransi Keamanan dan Keselamatan

Sekolah Serta Penanggulangan Bencana

14)Pembelian Peralatan Komputer

Pembelajaran


(13)

9. Ketentuan Penggunaan Dana BOS

SMA

a. Untuk kegiatan operasional sekolah non

personalia sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah

b. Biaya transportasi lokal, konsumsi, upah,

dan jasa profesi harus mengikuti batas kewajaran.

c. Bunga bank/jasa giro akibat adanya dana di

rekening sekolah menjadi milik sekolah dan digunakan untuk keperluan sekolah (SE Ditjen Perbendaharaan Nomor S-5965/PB/2010 tanggal 10 Agustus 2010).


(14)

9. Larangan Penggunaan Dana BOS SMA a. Disimpan untuk dibungakan.

b. Dipinjamkan kepada pihak lain.

c. Membeli Sofware untuk pelaporan keuangan BOS SMA atau Sofware sejenis.

d. Kegiatan yang bukan prioritas sekolah dan perlu biaya besar.

e. Membayar iuran kegiatan yg diselenggarakan oleh UPTD.

f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru

g. Membiayai akomodasi kegiatan (sewa hotel, sewa ruangan sidang dll.)


(15)

Lanjutan Larangan

h. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi

siswa/guru untuk kepentingan probadi (bukan inventaris).

i. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan

berat.

j. Membangun Gedung/ruangan baru.

k. Membeli LKS dan bahan/peralatan yang

tidak mendukung proses pembelajaran.

l. Menanamkan saham.

m. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai

sumber lain.

n. Membiayai keg. Penunjang yg tidak


(16)

Lanjutan Larangan

o. Membiayai kegiatan dalam rangka

mengikuti pelatihan/sosialisasi terkait BOS SMA yg diselenggarakan lembaga di luar SKPD pendidikan pusat/provinsi maupun kabupaten.

p. Membayar honorarium kepada guru dana

tenaga kependidikan atas tugas/kegiatan yang merupakan tugas pokok dan fungsi yg diatur dlm peraturan perundangan.


(17)

10. Mekanisme Pengadaan

Barang/Jasa di Sekolah

1. Mengunakan prinsip keterbukaanm

ekonomis dalam menentukan barang/jasa dan tempat pembelian.

2. Kegiatan yang tidak mek. lelang dgn cara

membandingkan penawaran dgn harga pasar dan melakukan negosiasi.

3. Dengan mek. Lelang procurement dan

e-prochasing (e-catalogue).

4. Menggunakan mek. Pembayaran non tunai. 5. Memperhatikan kualitas barang/jasa,


(18)

Lanjutan Pengadaan Barang/Jasa

6. Membuat laporan singkat tertulis tentang

penetapan penyedia barang/jasa.

7. Diketahui oleh komite sekolah.

8. Pemeliharaan dan perawatan sarpras

sekolah perlu membuat rencana kerja dan memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dgn upah sesuai standar.


(19)

11. Pencatatan Barang Inventaris

BI yang telah dibeli wajib dicatat berupa penerimaan, penyimpanan dan penggunaan. Sekolah negeri menjadi aset pemerintah sekolah swasta menjadi aset yayasan. Terdiri :

1. Penerimaan : BI yang diterima harus sesuai

dengan SPK dan pesanan, sesaui diterima jika tidak sesuai ditangguhkan dan diberi catatan.

2. Penhimpanan dan penggunaan : Seluruh BI

dicatat dalam buku inventaris berfungsi untuk melihat kuantitas barang yang


(20)

12. Monitoring dan Supervisi

Komponen yang dimonitor antara lain :

a. Alokasi dana sekolah penerima bantuan b. Penyaluran dan penggunaan dana

c. Pelaksanaan program BOS SMA

d. Penerapan kebijakan Fee waive dan

discount fee

e. Pelayanan dan penanganan pengaduan f. Pelaporan, kesesuaian perencanaan dan

realisasi.

Monitoring dan supervisi dilakukan oleh tim manajemen BOS pusat, provinsi dan kabupaten/kota.


(21)

13. Pelaporan dan

Pertanggungjawaban Keuangan

Pelaporan Tingkat Sekolah :

a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(Formulir BOS-K1 dan BOS-K2)

b. Pembukuan

c. Realisasi penggunaan dana tiap sumber

dana (formulir BOS-K7)

d. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana

BOS SMA (Formulir BOS-K7a)

e. Opname Kas (Formulir BOS-K7b) dan BAP

Kas (formulir BOS-K7c)

f. Bukti Pengeluaran g. Pelaporan


(22)

14. Pengawasan, Pemeriksaan dan

Sanksi

a. Pengawasan

1)Pengawasan melekat oleh pimpinan

masing-masing instansi

2)Pengawasan fungsional (Irjen

Kementerian, Inspektorat provinsi dan kab/kota

3)Pengawasan oleh BPKP 4)Pengawasan oleh BPK

5)Pengawasan oleh masyarakat dalam


(23)

Lanjutan Pengawasan

b. Sanksi

1) Penerapan sanksi kepegawaian 2) Penerapan TPTGR

3) Penerapan proses hukum 4) Penundaan pencairan dana

5) Pemblokiran dan penghentian sementara

seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada provinsi/kab /kota/sekolah


(24)

FUNGSI INSPEKTORAT DALAM

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Tugas dan Fungsi Inspektorat DIY (Perdais DIY Nomor 3 Th 2015) :

Tugas Inspektorat :

 Melakukan Pengawasan terhadap

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota.


(25)

Fungsi Inspektorat :

 Penyusunan program kerja;

 Perumusan kebijakan dan fasilitasi

pengawasan;

 Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan

penilaian tugas pengawasan;

 Pengawasan terhadap pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah;

 Pengawasan pelaksanaan urusan

keistimewaan;

 Pembinaan atas penyelenggaraan

pemerintahan Kabupaten/Kota, dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota;

 Penyusunan laporan pelaksannaan tugas

Inspektorat; dan


(26)

Mekanisme Pemeriksaan

Aspek dalam pemeriksaan reguler adalah

tugas fungsi, keuangan, SDM, Sarpras dan SPI.

Pemeriksaan Khusus.

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Permendagri Nomor 4 tahun 2008 :

Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota melaksanakan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Dalam Reviu atas LKPD melihat 2 unsur yaitu


(27)

B. Permasalahan

 Berdasarkan pengamatan di lapangan, serta

membandingkan banyak berita di media massa.   Sementara ini, pihak sekolah mengeluh dengan mekanisme pertanggungjawaban dana BOS.   Mereka memandang mekanismenya terlalu rumit, sehingga kadang mengganggu konsentrasi dalam proses belajar mengajar.  Bahkan ada salah satu sekolah yang menolak menerima dana BOS, atau menerima dengan terpaksa karena kesulitan membuat laporan pertanggungjawaban.


(28)

Permasalahan

(Lanjutan)

 Para penanggungjawab sekolah memandang

prosedur pelaporan dan

pertanggungjawaban dan BOS adalah hal baru yang sulit bagi mereka.  Alasan lain adalah, karena pertanggungjawaban BOS adalah mekanisme yang terpisah atau bukan bidang tugas kependidikan atau belajar mengajar. 


(29)

C. Mekanisme pertanggungjawaban

Sistem penganggaran berbasis kinerja menuntut kepatuhan dari hulu ke hilir dari

proses perencanaan sampai

pertanggungjawaban.  Lahirnya kebijakan Dana BOS bukan berarti behentinya permasalahan pendidikan, namun memunculkan masalah baru terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan pengelolan dana BOS.   Tujuan baik pemerintah, tidak diimbangi dengan sistem yang ada, sehingga menjadi bumerang dan menghasilkan masalah baru.


(30)

D. Temuan pengelolaan dana BOS

tidak akuntabel

a. Konsumsi UN/UAS  (makan & minum). Nilai

nominal di RKAS dengan SPJ berbeda), tidak ada daftar hadir penerima konsumsi, kwitansi tidak wajar, tanggal di kwitansi dengan tanggal pelaksanaan tidak sesuai.

b. Biaya praktek ujian renang. Nilai nominal

tidak sesuai, les renang 3 juta tidak ada tiket masuk berapa, yang ikut berapa, hanya glondongan saja.

c. Pembelian bahan buku bacaaan dengan

satuan paket sehingga kesulitan dalam mencatat dalam Kartu Inventaris Kantor (KIB).


(31)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

d. Rapat pembelian buku. Daftar hadir kosong

dan berita acara tidak ada.

e. Penggandaan naskah soal ujian sekolah.

Tanggal penawaran penggandaan soal naskah, penerimaan naskah soal dan pelaksanaan tidak sesuai.

f. Honorarium tenaga honorer. Jumlah

penerimaan tidak wajar, honor kepala sekolah, guru dan satpamnya sama.

g. Pembelian rak buku. Kwitansi dari penyedia

tidak wajar-toko reklame menyediakan rak buku.


(32)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

h. Sebagian besar tidak mencantumkan kode

mata anggaran, nomor bukti tidak ada, sehingga susah dilacak.

i. Ketidaksesuaian antara buku kas umum

dengan bukti pengeluaran.

j. Banyak pengeluaran yang tidak ada

kwitansinya.

k. Jumlah anggaran ATK dan FC di RKAS

selama 3 bulan sejumlah Rp.39.517.900. ATK dalam PPDB ini mereka banyak membeli kertas HVS, 70gram 10rim, HVS warna, HVS buram 10 rim, padahal itu hanya butuh formulir. Kemudian ada juga fotocopy sampai 2juta.


(33)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

l. Ada 2 nota dalam sekali pembelanjaan yang

dipertanyakan, karena nota lembar pertama total jumlahnya salah, jumlah nota 2 ditulis ke nota 1 begitupun sebaliknya.

m. PPN 10% dari alat tulis ATK dan dicatat

dalam nota toko.

n. Dalam nota tidak dilengkapi dengan

tanggal.

o. Tanda tangan dalam daftar hadir

dipertanyakan.

p. Dimungkinkan manipulasi dalam buku kas

umum, karena dalam satu bulan, saldo  berbeda, tetapi pengeluaran sama.


(34)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

q. Pencairan anggaran tidak sesuai dengan

aliran kas.

r. Bendahara memegang uang kas melebihi

ketentuan (dilihat BA penutupan Kas).

s. Dalam juknis menyebutkan, bahwa uang

lelah guru yang bertugas di luar jam mengajar hanya menyebut batas kewajaran, tidak ada regulasi tentang batas kewajaran (tidak sesuai SHBJ).

t. Dalam juknis disebutkan bahwa BOS boleh

diperuntukkan peningkatan profesi guru, sementara di dana APBD juga ada untuk peningkatan profesi guru, dan peningkatan sertifikasi pun ada sendiri.


(35)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

u. Triwulan I: kwitansi No.15 nota pendukung

tidak bertanggal, dan nama pembeli.

v. Kwitansi No. 16 dan No,17, kwitansi tidak

ada materai dan tidak ada nota pendukungnya.

w. Pencairan dari Bank tidak masuk dalam buku

kas umum.

x. Di dalam kas umum ada pinjaman dari

keuangan sekolah dan tidak jelas pengembaliannya.

y. Saldo di buku kas umum hampir selalu nol.

z. Saldo April 18 juta. Tapi bulan Mei ada nota

pengeluaran untuk pembayaran pinjaman bulan sebelumnya kwitansi No.3 laporan triwulan II.


(36)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

z. Pembayaran pajak di bulan Mei atas transaksi

di bulan Januari.

aa. Bentuk nota dan tulisan sama, tapi stempel

berbeda-beda.

ab. Daftar hadir siswa komplit/tidak ada yang

absen, dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk gurunya.

ac. Daftar hadir tidak sesuai dengan periode

laporan.

ad. Penggelembungan volume (tidak sesuai

dengan jumlah peserta. Misal daftar hadir: 30 orang, 2 kali kegiatan, tapi pembelian konsumsinya 139 box itu (23 Oktober).

ae. Barang yg dibeli kurang spesifik dituliskan


(37)

Temuan pengelolaan dana BOS tidak

akuntabel

(lanjutan)

af. Nota yang tidak lazim: penggandaan LKS

Remedial No.6 (triwulan IV) sebesar Rp. 2.311.000,- Penggandaan LKS remedial untuk 40 kali kegiatan dengan seluruh siswa. (biasanya memang untuk semua siswa, sekalian remedial seluruh siswa).

ag. Ekstrakurikuler bahasa Inggris dobel honor,

satu untuk guru 3 orang, satunya untuk narasumber. Daftar hadirnya 18, honornya 20 kali. Sekali hadir 75 kali.

ah. Pengadaan barang jumlah tidak sesuai antara


(38)

Dari 33 fakta di atas dapat di ambil 4

contoh sebagai berikut : 

1. Biaya praktek ujian renang. Nilai nominal

tidak sesuai, les renang 3 juta tidak ada tiket masuk berapa, yang ikut berapa, hanya glondongan saja.

2. Pembelian bahan bangunan. SPJ pada

kwitansi nama toko merujuk toko bangunan akan tetapi isi kwitansi (transaksi) berupa foto kopi.

3. Rapat pembelian buku. Daftar hadir kosong

dan berita acara tidak ada.

4. Terkait dengan pelaporan pajak, dan


(39)

Permasalahan

Mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi.  Apakah kesengajaan, ketidaktahuan, atau motif lain yang belum terungkap ? 


(40)

Permasalahan

(Lanjutan)

Terlepas dari kekeliruan sistem atau kualitas sumber daya manusianya, temuan tersebut akan mempengaruhi proses berikutnya, yaitu

pelaporan dan

pertanggungjawaban.   Penanggungjawab

dana BOS di level provinsi berkewajiban membuat laporan realisasi penyaluran pada setiap akhir periode.  Dengan deretan penyimpangan sebagaimana disampaikan di atas, mengakibatkan seringnya terjadi keterlambatan penyajian laporan. 


(41)

Rujukan Pertangungjawaban Dana

BOS

Undang-undang No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 21(1) menerangkan bahwa Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang/jasa diterima.


(42)

(43)

D. Alternatif Pemecahan Masalah

 Pasal 1 UU 15 tahun 2004 dijelaskan bahwa Tanggung Jawab Keuangan Negara merupakan kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

 Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang kuasa terhadap orang atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dari kegiatan operasional suatu instansi.


(44)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Dikemukakan oleh Hapwood dan Tomkins juga Elwood yang diterjemahkan oleh Mahmudi dalam bukunya”Manajemen Sektor Publik”, bahwa:

”Dimensi akuntabilitas yang harus

dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut antara lain: 

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran 2. Akuntabilitas Manajerial

3. Akuntabilitas Program 4. Akuntabilitas Kebijakan


(45)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Seyogyanya dapat diambil dua kebijakan menjadi titik temu.  Dari pihak sekolah misalnya, perlu penyempurnaan pengaturan yaitu transparansi, dengan kewajiban mengumumkannya secara terbuka.  Ini akan memicu “rasa” tanggung jawab dari penyandang Dana BOS.  Pengawasan dari masyarakat akan lebih bermanfaat mendidik dari pada pengawasan dari aparat pengawas pemerintah (KPK, BPK, BPKP, Irjen dan Inspektorat).


(46)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Dari sisi Kuasa Bendahara Umum Negara, pertanggungjawaban dana BOS cukup sederhana.  Pelaporan penyaluran dengan penjelasan jumlah yang disalurkan dan penerimanya.  Bila lebih disetor ke Kas Negara. Bila kurang, pemerintah telah menyiapkan dana cadangan (Buffer Fund) untuk itu.  Nampaknya perlu dibuat penyederhanaan pertanggungjawaban dana BOS di tingkat Kuasa PA. Bayangkan bila 50 Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta menolak menerima dana BOS, maka bukan hanya terjadi penyerapan anggaran yang tidak optimal.  Tetapi juga tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa berada dalam masalah.


(47)

Kesimpulan :

 Dalam sebuah sistem, semua komponen

pasti terkait.   Perlu ketelitian dalam membuat kebijakan yang memiliki dampak langsung terhadap sistem.  Dana BOS menjadi topik pembicaraan seru pada lembaga-lembaga pendidikan, serta insan yang terkait.  Kita tidak bisa memandang bahwa Dana BOS hanya masalah yang terkait dengan sekolah atau pendidikan.  Faktanya, proses penyalurannya memberi dampak terhadap laporan keuangan pemerintah.

 Kedepan perlu dirancang pengaturan yang

bersinergi, tujuan mencerdaskan bangsa terwujud, pelaporan keuangan lebih akurat dan akuntabel.


(48)

Selesai


(1)

D. Alternatif Pemecahan Masalah

 Pasal 1 UU 15 tahun 2004 dijelaskan

bahwa Tanggung Jawab Keuangan Negara

merupakan kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

 Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban atas segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang kuasa terhadap orang atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dari kegiatan operasional suatu instansi.


(2)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Dikemukakan oleh Hapwood dan Tomkins juga Elwood yang diterjemahkan oleh Mahmudi dalam bukunya”Manajemen Sektor Publik”, bahwa:

”Dimensi akuntabilitas yang harus

dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut antara lain: 

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran 2. Akuntabilitas Manajerial

3. Akuntabilitas Program 4. Akuntabilitas Kebijakan


(3)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Seyogyanya dapat diambil dua kebijakan menjadi titik temu.  Dari pihak sekolah misalnya, perlu penyempurnaan pengaturan yaitu transparansi, dengan kewajiban mengumumkannya secara terbuka.  Ini akan memicu “rasa” tanggung jawab dari penyandang Dana BOS.  Pengawasan dari masyarakat akan lebih bermanfaat mendidik dari pada pengawasan dari aparat pengawas pemerintah (KPK, BPK, BPKP, Irjen dan Inspektorat).


(4)

Alternatif Pemecahan Masalah

(Lanjutan)

Dari sisi Kuasa Bendahara Umum Negara, pertanggungjawaban dana BOS cukup sederhana.  Pelaporan penyaluran dengan penjelasan jumlah yang disalurkan dan penerimanya.  Bila lebih disetor ke Kas Negara. Bila kurang, pemerintah telah menyiapkan dana cadangan (Buffer Fund) untuk itu.  Nampaknya perlu dibuat penyederhanaan pertanggungjawaban dana BOS di tingkat Kuasa PA. Bayangkan bila 50 Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta menolak menerima dana BOS, maka bukan hanya terjadi penyerapan anggaran yang tidak optimal.  Tetapi juga tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa berada dalam masalah.


(5)

Kesimpulan :

 Dalam sebuah sistem, semua komponen

pasti terkait.   Perlu ketelitian dalam membuat kebijakan yang memiliki dampak langsung terhadap sistem.  Dana BOS menjadi topik pembicaraan seru pada lembaga-lembaga pendidikan, serta insan yang terkait.  Kita tidak bisa memandang bahwa Dana BOS hanya masalah yang terkait dengan sekolah atau pendidikan.  Faktanya, proses penyalurannya memberi dampak terhadap laporan keuangan pemerintah.

 Kedepan perlu dirancang pengaturan yang

bersinergi, tujuan mencerdaskan bangsa terwujud, pelaporan keuangan lebih akurat dan akuntabel.


(6)

Selesai