Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Di Sekolah

613.1
Ind 


(j 
13.1  

Ind 

セ@

PETUNJUK TEKNIS
PENGENOALIAN FAKTOR RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN
OISEKOLAH

(' 

n  LJ  •  L( 

(cJf!> . { 


.  S3/(/( -20/.J

11K!






I










.. . . .. . -...

._

--

.:2j ­ (/(-20/.["'
.  . . -

t... .•• ••::::.: .:.:'::': :..._

Kementerian Keseha
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Cetakan Tahun 2014

Katalog  Dalam  Terbitan  Departemen  Kesehatan  RI 
613.1
Ind 


Indonesia.  Departemen  Kesehatan.  Direktorat Jederal Pengendaliaan 
Penyakit dan  Penyehatan  Lingkungan, 



Petunjuk Teknis  pengendalian  faktor  risiko  kesehatan  lingkungan 
di  sekolah_Jakarta  :  Departemen  Kesehatan  RI,  2012 

1. Judul :  1.  ENVIRONMENTAL  HEALTH  LAW  AND  REGULATION 

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN ( PP& PL)
DEPARTEMEN KESEHATAN
NOMOR: HK.03.05ID/I.4/2870.2007
TENTANG
PETUNJUK. TEKNIS
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN
LINGKUNGAN DI SEKOLAH
DIREKTUR JENDERAL PP & PL


Menimbang : a. bahwa untuk menindaklanjuti Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Keseha tan
Lingkungan Sekolah serta dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan sarana dan prasarana sekolah,
dipandang perlu dilakukan pengendalian faktor risiko
kesehatan lingkungan di sekolah;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengendaliaan
faktor risiko lingkungan di sekolah sebagaimana
diuraikan huruf a di atas, perlu di susun Petunjuk
Teknis Pengedaliaan Faktor Risiko Kesehatan
Lingkungan di Sekolah yang ditetapkan dengan
keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan;
Mengingat:

1. U ndang-undang N omor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3237)

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (LembaranN egaraTahun 1992 N omor 100,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
3. U ndang-undang N omor 23 Tahun 1997 ten tang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1997 N omor 68, Tambahan Lembaran N egara
Nomor 3699);
iii 

4. Undang-undang nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3447);
6. Peraturan Pemerintah N omor 38 Tahun 2007 tentang
Distribusi U rusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor

8737);
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2004-2009;
8. Peraturan Presiden N omor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
9. Keputusan Menteri KesehatanNomor 876 Tahun 2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan;
10. SKB Menteri Pendidikan N asional, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam .
NegeriNomor l!u/SKBI2003, 1067 IMenkes/SKBI
VII/2003, MA12301 A12003, Nomor 26 Tahun 2003
tentang Pembinaan dan Pengembangan U saha
Kesehatan Sekolah;
11. Keputusan Menteri Kesehatan N omor 416/Menkesl
SK/VIII2003 tentang Persyaratan Air Bersih;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 942 IMenkesl
SK/VII/2003 TENTANG Pedoman Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan;

iv 

13.Peraturan Menteri Kesehatan N omor 15751
MENKES/per/XI12005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkesl
SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1468/Menkesl
SK/XII/2006 tentang Rencana PeIhbangunari
Kesehatan 2005-2009.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama
KEPUTUSAN DlREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN

LINGKUNGAN DI SEKOLAH

Kedua

Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan
Lingkungan sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

Ketiga

Petunjuk Teknis sebagaimana Diktum Kedua keputusan
ini merupakan acuan bagi petugas kesehatan lintas program, lintas sektor, serta instansi dan para pihak terkait,
dalam rangka penyelenggaraan penyehatan lingkungan
sekolah untuk mendukung terwujudnya sekolah sehat.

Keempat

Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan, dengan
ketentuan akan diadakan perbaikan apabila terdapat
kekeliruan.
Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal

dセ・イ]FplG@
If Dr. I Nyoman Kandun, MPH
NIP :  140066762

DAFTARISI

Halaman
Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP & PL) Departemen Kesehatan
Nomor:
HK 03.05/DIlA1287012007 Tentang
Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan
Lingkungan di Sekolah
...................................................................

111

Daftarisi


V11

Bab I

Bab

n

Pendaholoan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Sasaran
4. Landasan Hukum
5. Pengertian

5

Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan dan Potensi
Gangguan yang di Hindari .........................................................


7

1
1

3
3
3

Bab ill Pokok Kegiatan

13

Bab IV Pembinaan, Pengawasan dan Penilaian ............................
1. Pembinaan dan Pengawasan
............... ..............................
2. P e n i l a i a n ................................... ...............................

21
21
22

Bah V Penutop .

25

Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik dan warga,
sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar, dengan demikian
kondisi bangunan sekolah yang tidak sehat dapat berpengaruh
terhadap kesehatan peserta didik maupun warga sekolah.
Kondisi sekolah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
merupakan ancaman bagi peserta didik dan warga sekolah untuk
terkena gangguan kesehatan dan penyakit menular (penyakit
menular tersebut antara lain Demam Berdarah, Cacingan, TBC,
Diare, dsb.).
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah, baik
kualitas maupun kuantitas harus diupayakan secara terus menerus
termasuk perawatan dan pemeliharaannya dengan melibatkan semua
potensi yang ada di lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah yang sehat sangat diperlukan, selain dapat
mendukung proses pembelajaran diharapkan juga dapat
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak hanya pada
peserta didik, tetapi diharapkan dapat meluas pada keluarga dan
masyarakat sekitar.
Survei pendahuluan terhadap bahaya dan risiko kesehatan di gedung
sekolah pada tahun 2004 yang dilaksanakan oleh Direktorat
Penyehatan Lingkungan bekerja sarna dengan FKM-UI di
Kabupaten Sernarang, Kab.Gresik, Kab. Bantul, DKI Jakarta
rnengindikasikan bahwa risiko kesehatan pada umurnnya disebabkan
oleh aspek kualitas udara ruang (ventilasi kurang baik), dan aspek
sanitasi ( toilet yang tidak bersih, kurangnya ketersediaan air bersih,
pengelolaan limbah yang kurang memadai dan PSN yang tidak baik.
Sedangkan keluhan yang dirasakan oleh pengguna gedung sekolah
antara lain mudah lelah, nyeri punggung dan leher, mudah

n  

2. Tujuan
1. Umum
Terselenggaranya penyehatan lingkungan sekolah dalam
mendukung terwujudnya sekolah sehat.
2. Khusus
a. Diperolehnya informasi risiko kesehatan yang terkait dengan
kondisi higiene sanitasi sekolah yang kurang baik.
b. Terselenggaranya upaya penyehatan lingkungan sekolah oleh
warga sekolah.
c. Terselenggaranya upaya pembinaan dan pengawasan
kesehatan lingkungan sekolah oleh instansi terkait.

3. Sasaran
Sasaran pedoman umum ini adalah pihak-pihak yang berkompeten
dalam pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan di sekolah,
yang meliputi antara lain;
1) Petugas kesehatan yang melakukan pembinaan maupun
penilaian terhadap pengendalian faktor risiko kesehatan
lingkungan di sekolah.
2) Warga sekolah sebagai penyelenggara pengendalian faktor risiko
kesehatan lingkungan di sekolah.
3) Tim pembina UKS dan Tim Pelaksana UKS.
4) Instansi/Lintas sektor dan lintas program terkait yang
melakukan perencanaan, pembinaan, pengawasan dan penilaian
terhadap pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan di
sekolah.

4. Landasan Hukum

1) Undang-undang N 0.23 tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran
Negara Th.1992 No.IOO, tambahan Lembaran Negara No.3495).
3

2) Undang-undang NO.32 tahun 2004 ten tang Pemerintah Daerah.
3) Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 ten tang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi
(Lembaran Negara Tahun 2000 No.54, Tambahan Lembaran
Negara No.3952).
4) Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara th.2001 No.4,Tambahan Lembaran Negara
No.4090).
5) Keputusan Menteri Kesehatan No.1277 IMenkes/SK/X/2001
ten tang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6) SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Da1am Negeri No. lIU IS K B/2003, 1067 I
Menkes/SKB/VII/2003, MA/230A/2003, No.26 th.2003,
tangga1 23 Juli 2003, tentang: Pembinaan dan Pengembangan
U saha Kesehatan Sekolah.
7) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/XI
2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.
8) Kepurusan Menteri Kesehatan RI NO.942/Menkes/SK/VIII
2003,tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan
Jajanan.
9) KeputUsan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/SK/VIII
2003, tentang Persyaratan Air Bersih.
10)Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.1457/Menkes/SK/XI
2003, tentang KWSPM.

5. Pengertian
Beberapa pengertian yang dirnaksud dalam pedoman ini adalah :
1) Faktor risiko kesehatan lingkungan adalah kekuatan bahan, zat,
benda, atau perilaku hewan maupun manusia yang dapat
memiliki potensi menyebabkan atau memperberat timbulnya
gangguan kesehatan pad a penduduk.
2) Risiko adalah "probability" seseorang atau penduduk untuk
mendapatkan gangguan kesehatan, setelah mengalami, memiliki
atau terpapar terhadap faktor risiko.
3). Bangunan Sekolah: adalah bangunan yang dipakai sebagai
fasilitas pelaksanaan pendidikan formal baik diselenggarakan
oleh pemerintah maupun swasta.
4) Sekolah

SD, MI, SMP, MTS, SMA

5) Peserta didik

adalah semua anak yang mengikuti
pendidikan di sekolah.

6) Instansi terkait

adalah Lembaga Pemerintah yang
memiliki tugas melakukan pembinaan
terhadap Sekolah dan Madrasah.

7) Penyakit berbasis
lingkungan

adalah penyakit yang penyebaran dan
penularannya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.

8) Kontainer

Tempat-tempat yang berisi air, seperti
tempayan, bak penampung air, vas
bunga, tempat min urn burung, dan
seJemsnya.

9) Kontainer Indek

Jumlah kontainer yang positif jentik
dibagijurnlah kontainer yang diperiksa
dikalikan 100%.

5

4. Kondisi Tangga
Tangga (kemiringan, lebar injakan, tinggi anak tangga, lebar tangga,
pegangan tangga) yang tidak me menuhi persyaratan kesehatan
berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi peserta didik.
5. Pencahayaan
Pencahayaan alam di ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan mendukung berkembang biaknya mikroorganisme,
seperti: kuman penyakit dan jamur. Kondisi ini berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan (Mis: reaksi alergi) dan
penyebaran penyakit menular, antara lain: TBC, ISPA dsb. Selain
itu pencahayaan yang kurang, ruang menjadi gelap sehingga
disenangi nyamuk untuk beristirahat (resting habit).

Kesilauan di kelas dapat ditimbulkan oleh pencahayaan alami
maupun penerangan buatan. Kesilauan menyebabkan kelelahan
mata sehingga mengganggu proses belajar mengajar dan berpotensi
menurunkan prestasi belajar peserta didik.
6. Ventilasi
Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar sehingga
menjadi pengap dan lembab.

Kondisi ini mengakibatkan berkembang biaknya bakteri,virus dan
jamur yang berpotensi menyebarkan penyakit antara lain, TBC,
ISPA, Cacar air, Campak. Selain itu secara langsung dapat
menimbulkan kelelahan dan ketidaknyamanan sehingga dapat
mengganggu proses belajar mengajar.
7. Kepadatan Kelas
Perbandingan jurnlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan menurunnya prosentase
ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini 
akan menirnbulkan rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar,
selain itu juga meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit
ISPA, Campak, Cacar air.

8. Jarak Papan Tulis
Jarak papan tulis dengan murid yang kurang dari 2,5 m eter
mengakibatkan debu kapur atau spidal beterbangan dan terhiru p
ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka lama akan
berpengaruh terhadap fungsi paru . Bila jarak papan tulis dengan
murid yang duduk paling belakang lebih dari 9 meter aka n
menyebabkan gangguan kansentrasi belajar.
9. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan
Tangan yang katar berpatensi menularkan penyakit. Kebiasaan cuci
tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare
±  30 cacingan. Tersedianya temp at cuci tangan yang dilengkapi
sabun bertujuan untuk menjaga kebersihan diri dan melatih
kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan
dan sesudah buang air besar serta setelah melakukan kegiatan yang
menyebabkan tangan menjadi katar.

10.Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar
lingkungan sekalah ataupun dari dalam lingkungan sekalah itu
sendiri. Suara bising dapat mengganggu kamunikasi sehingga dapat
mengurangi kansentrasi belajar, dan dapat menimbulkan stress.
11. Air Bersih
Ketersediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak
diperlukan untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain:
Diare, Khalera , Desentri, Hepatitis, Penyakit Kulit, Penyakit Mata,
dU. 
12.Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir)

I) Kamar Mandi
Bak penampung air dapat menjadi tempat berkembang bialmya
nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaan dan
penerangannya kurang memenuhi syarat menjadi tempa
peristirahatan nyamuk.
Kandisi ini menyebabkan sekalah berpatensi menyebarkan
penyakit menular yang ditularkan melalui gigitan nyamu k
seperti: Demam berdarah, malaria, kaki gajah (Filariasis).

2)

we  dan urinoir
Tinja (faeces) dan urine merupakan sumber penularan penyaki
per ut (se perti D iare d a n cac ingan), hepati tis A.  Penyakitpenyakit ini dapat di tularkan rnelalui air,  tangan,  makanan dan 
lalat,  selain mengakibatkan gangguan estetika.  Oleh karena itu 
tinja  dan  urine  harus  dilokatisir / ditampung  dalarn  septic tank,
agar  tidak  mencemari  sumber  air  tanah  (sumu r)  dan  tanah di 
sekola h.  we dan urinoir yang tidak memenuhi syarat kesehata 
berpo tensi  menularkan  dan  menyebarkan  penyakit  tersebut 
diatas. 

3)   Toilet  yang  penca hayaan  dan  penerangannya  kurang,  dapa t 
menjadi  tempat  peristirahatan  nyamuk. 

13. Sampah
Penanganan  sampah  yang  tidak m e m enuhi  syarat,  dapat menjadi 
tempat berkembang biaknya vektor penyakit, seperti lalat, nyam uk, 
tikus  dan  kecoa.  Selain  itu  dapat juga  menyebabkan  pencemaran 
tanah dan  menimbulkan gangguan ke nyam anan  dan  estetika. 
14. Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi  persyaratan 
ataupun yang  tidak dipelihara  (air  limbah  harus  mengal ir  dengan 
lancar,  tidak  men imb ulkan  genangan)  aka n  menimbulkan  bau, 
mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan nyamuk dan 
bersar an gnya  ti kus.  Kondi si  ini  berpotensi  menyeba r  da n 
menularkan penyakit leptospiros is dan Filariasis (kaki gajah) khusus 
didaerah  endemis  Filariasis. 
IS. Vektor
1)   Tikus 

Tikus merupakan vektor penyaki t pes,  Leptospirosis  dU , selain 
sebagai vektor penyakit,  tiku  juga dapat merusak bangu nan dan 
instalasi  listrik.  Hal  ini  akan  meningkatkan  risiko  penularan 
penyakit  tersebut diatas juga  berisiko  menimbulkan  terj adinya 
arus  pondek  pada  aliran  Iist rik  yang  dapat  m enimbulkan 
kebakaran. 

10 

2) Nyamuk
Merupakan vektor penyakit, jenis nyamuk tertentu menularkan
junto penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti dapat
menyebabkan penyakit Demam Berdarah. Anak-anak usia
sekolah merupakan kelompok risiko tinggi terjangkit penyakit
Demam Berdarah. Nyamuk demam berdarah, senan g
berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air maupun
non penampungan air. Beberapa tempat perindukan yang harus
diwaspadai antara lain: bak air, saluran air, talang, vas bunga,
barang-barang bekas, air buangan dispenser, kulkas, dsb. Penyakit
lain yang ditularkan oleh nyamuk adalah malaria, fIlariasis.
3) Lalat
Keberadaan lalat menunjukan bahwa lingkungan sekolah tidak
bersih dan mengganggu estetika . Lalat berkembang biak
ditimbunan sampah yang membusuk. Secara mekanis lalat
menyebarkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen
seperti diare, disentri, typoid dan penyakit gastroenteritis
lainnya.

16. Kantin/Warung Sekolah
Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk
temp at memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat
beristirahat. Makanan jajanan yang disajikan tersebut harus
memenuhi syarat kesehatan, karena pengelolaan makanan jajanan
yang tidak baik akan menimbulkan penyakit bawaan makanan
berpengaruh terhadap kesehatan sehingga akan mempengaruhi
proses belajar mengajar.
17. Kondisi Halaman Sekolah
Halaman Sekolah
1) Halaman sekolah berdebu pada musim kemarau akan
menyebabkan debu beterbangan sehingga berpotensi
menirnbulkan penyakit ISPA. Dan pada musim hujan halaman
menjadi becek dan berpotensi menirnbulkan kecelakaan seperti
terpeleset/jatuh.
2) Halaman sekolah kotor (sampah berserakan), dapat mengganggu
estetika dan menjadi temp at berkembang biaknya nyamuk, tikus,
11

lalat sehingga berpotensi menyebarkan penularan penyakit :
DBD, Leptospirosis dan Diare.
3) Halaman sekolah yang ada genangan air akan menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk sehingga berpotensi menyebarkan
penularan penyakit: Malaria, Filaria, Leptospirosis.
4) Tanaman/tumbuhan yang tidak terawat dapat menjadi temp at
berkembang biak dan peristirahatan nyamuk.
18. Kondisi meja dan kursi belajar bagi peserta didik
Desain meja dan kursi bagi peserta didik disesuaikan dengan lama
penggunaan dan perkembangan usia peserta didik. Meja bagi
peserta didik yang tidak memenuhi syarat ergonomis dapat
menyebabkan ketegangan otot leher, bahu, dan punggung sehingga
akan mengganggu konsentrasi belajar. Bila kondisi ini berlangsung
bertahun-tahun dapat menimbulkan keluhan sakit kepala dan nyeri
leher.
19. Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi
terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah merupakan
tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan diri
berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan risiko
terkena penyakit tertentu. Beberapa prilaku hidup bersih dan sehat
antara lain: tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, buang
air besar di we,  minum air yang telah dimasak, menjaga
kebersihan diri, cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
dan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain.

BABll
POKOK KEGIATAN

Kegiatan pengelolaan faktor risiko diselenggarakan oleh pihak sekolah .

1. IDENTIFIKASI
Identifikasi faktor risiko dapat dilakukan secara pengamatan
visual dengan menggunakan check list (seperti terlampir), bila perlu
dilakukan pengukuran lapangan maupun pemeriksaan
laboratorium. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran dibandingkan dengan standar. Analisa hasil
dikelompokkan dalam skala : rendah, menengah dan tinggi.
Penentuan prioritas masalah berdasarkan prediksi potensi besarnya
gangguan yang di timbulkan, tingkat keparahan dan pertimbangan
lain yang diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.
2. PERENCANAAN
Mulai dari perencanaan hendaknya sudah melibatkan seluruh stake
holder yang meliputi : murid, orang tua murid, komite sekolah,
LSM, instansi terkait, TP-UKS, dU.

Dalam perencanaan masing-masing kegiatan sudah terurai secara
rinci volume kegiatan, besarnya biaya, sumber biaya, waktu
pelaksanaan, pelaksana dan penanggung jawab.
Dalam perencanaan sudah dimasukan rencana monitoring dan
evaluasi dan indikator keberhasilan.
3. INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan tergantung besamya dampak yang akan
ditimbulkan oleh faktor risiko disesuaikan dengan sumber daya
yang tersedia. Intervensi tersebut meliputi antara lain :

13

1. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan secara berjenjang seperti :
a . Petugas kesehatan menyuluh guru dan kader kesehatan
(petugas UKS dan anggota PMR).
b. Guru dan Kader Kesehatan (petugas UKS dan anggota PMR
di sekolah) menyuluh peserta didik.
c. Guru dan Kader Kesehatan (petugas UKS dan anggota PMR
di sekolah) menyuluh pengelola makananjajanan di sekolah.
2. Perbaikan
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan
ditemukan hal yang tidak sesuai dengan standar teknis, maka
pedu segera dilakukan perbaikan fisiko
3. Pengendalian
Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan
lingkungan di sekolah, berbagai upaya pengendalian pedu
dilakukan terhadap faktor risiko. U paya pengendalian terhadap
faktor risiko tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,
antara lain sebagai berikut :

a. Pemeliharaan rnang bangunan
a. Atap dan talang dibersihkan secara berkala 1 bulan sekali
dari sampah Ikotoran yang dapat menimbulkan
genangan au.
b. Pembersihan ruang sekolah dan halaman harus dilakukan
minimal sehari sekali.
C. Pembersihan ruang sekolah harus mempergunakan kain
pel basah untuk menghilangkan debu.
d . Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan
desinfektan.
e. Pembersihan, lantai harus dilakukan minimal sehari
sekali.
f. Pembersihan lantai harus mempergunakan, kain pel basah
untuk menghilangkan debu.
g. Sebelum dilakukan pengepelan lantai, maka lantai harus
disapu dulu untuk mencapai hasil yang maksimal.
h. Membersihkan lantai sebaiknya dengan menggunakan
larutan desinfektan untuk membunuh kuman .
14 

Dinding ruang sekolah harus dicat ulang apabila sudah
kotor atau catnya pudar.
J. Pembersihan dinding sekolah harus mempergunakan
kain pel basah untuk menghilangkan debu .
k. Dinding ruang sekolah harus dicat ulang apabila sudah
kotor atau catnya pudar.
1. Bila ditemukan kerusakan pad a tangga (tempat injakan
dan pegangan tangga) segera diperbaiki un tuk
menghindari kecelakaan.
1.

b. Pencahayaan dan kesilauan
a. Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium
dan perpustakaan harus mempunyai intensitas yang
cukup dan merata sesuai dengan fungsinya.
b. Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium
dan perpustakaan harus dilengkap dengan penerangan
buatan.
c. Untuk mengupayakan agar tidak silau, maka
pencahayaan maupun penerangan diruangan disesuaikan
dengan tata letak papan tulis dengan posisi bangku peserta
didik.
d. Gunakan papan tulis yang terbuat dari bahan yang
menyerap cahaya.
c. Ventilasi
a. Ventilasi ruang sekolah harus mempergunakan cara silang
agar udara segardapat menjangkau setiapsudut ruangan.
b. Pada ruang yang mempergunakan AC harus disediakan
jendela yang dapat dibuka!ditutup.
c. Agar terjadi penyegaran udara pada ruang ber AC, jendela
perlu dibuka sekurang-kurangnya 1 jam sebelum ruangan
yang bersangkutan dimanfaatkan.
c. Fliter AC harus di cuci secara periodik minimal 3 bulan
sekali.

d. Kepadatan kelas
Jurnlah murid dalam kelas harus disesuaikan dengan luas
ruang kelas, perbandingannya :1,75 m!murid. Rotasi temp at
duduk murid perlu dilakukan secara berkala.

e. Jarak papan tulis
a. Jarak minimal papan rulis dengan peserta didik paling
depan 2,5 m.
b. Jarak maksimal papan tulis dengan peserta didik paling
belakang 9 m.
c. Petugas penghapus papan tulis harus menggunakan
masker untuk menutup hidungnya pada saat menghapus
papan tulis sedangkan bapaklibu gum menjauh dari
papan tulis.

f. Tempat cud tangan
Air cuci tangan hams menggunakan air yang mengalir, air
terse but bisa didapat dengan :
a . Menggunakan sistem perpipaan.
b. Menggunakan air dari alat pancuran yang sederhana.
Ditempat cuci tangan tersebut agar disediakan sabun.
g. Kebisingan
Untuk menghindari kebisingan sehingga dapat mencapai
ketenangan dalam proses belajar mengajar dapat dicapai
dengan cara :
a. Lokasi sekolah jauh dari keramaian (misalnya : pasar,
terminal, mall, gedung bioskop, dll).
b. Disekitar sekolah hams ditanam pohon besar untuk
penghijauan dan berguna untuk mengurangi kebisingan.
h.  Air bersih
a. Agar air memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis,
maka pada saat membangun Sarana Air Bersih (SAB)
hams diperhatikan hal-hal yan bisa mempengaruhi
(seperti: jarak SAB denga SPAL, jarak SAB dengan Septic tank, jarak SAB dengan tempat pembuangan sampah,
dU). Bila terjadi keretakan pada lantai sumur, dinding
sumur dan saluran pembuangannya segera dilakukan
perbaikan agar tidak tercemar.
b. Untuk menjaga kualitas air, maka bak dan reservoar air
hams dikuras secara berkala.

16

1.

Toilet
a. Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau .
b. Terdapat slogan atau peringatan untuk menjaga kebersihan
c. Pengurasan bak penampung air dilakukan paling lama 2
kali seminggu.
d. Bila bak air tidak akan dipergunakan dalam jangka waktu
lama (misalnya pada saat musim liburan panjang), maka
bak air harus dikosongkan.
e. Menggunakan desinfektan untuk membersihkan lantai dan .
closet serta urinoir.
f.   Menyediakan sabun untuk cuci tangan .

j. Sampah
Sarana pembuangan sampah:
a. Tempat sampah disediakan di setiap ruangan.
b. Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap
hari dan di buang ke TPS.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah
ke TPA, maka dapat dilakukan pemusnahan sampah
dengan cara dikubur atau dibakar setiap 3 hari sekali.
k.  Sarana pembuangan air limbah
Bila ada saluran pembuangan air lirnbah di halaman, maka
secara rutin 1 minggu sekali melakukan pembersihan saluran,
agar air lirnbah dapat mengalir dengan lancar, sehingga tidak
menjadi perindukan nyamuk dan menimbulkan bau .
l. Vektor
Agar lingkungan sekolah terbebas dari nyamuk demam
berdarah atau nyamuk lainnya :
a. Melakukan kerja bakti secara rutin 1 minggu sekali dalam
rangka PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
b. Menguras bak penampung air secara rutin 1 kali dalam
semmggu.
c. Mengosongkan bak penampung air bila masa liburan tiba.
d . Bila ada kolam ikan dirawat sedemikian rupa agar tidak
ada jentik nyamuk, serta menghindarkan kolam ikan
menjadi tempat istirahatnya nyamuk.

e. Pengamatan jentik nyamuk Aedes Aegypti dilakukan
secara teratur disetiap sarana penampungan air dan
tempat/wadah yang berpotensi adanya jentik nyamuk
Aedes Aegypti minimal seminggu sekali untuk
mengetahui adanya atau keadaan populasi jentik
nyamuk. Hasil kegiatan pengamatan jentik nyamuk
tersebut kemudian dicatat (karena kegiatan pencatatan
ini ada hubungannya dengan menghitung kontainer
indek).

m. Kantin/warung sekolah
a. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan
terbungkus dan atau tertutup (terlindung dari lalat atau
binatang lain dan debu).
b. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus
dalam keadaan baik dan tidak kadaluwarsa.
c. Tempat penyirnpanan makanan yang dijual pada warung
sekolah/kantin harus selalu terpelihara dan selalu dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, terhindar dari
bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
d. Tempat pengolahanldapur atau penyiapan makana harus
bersih dan memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
ketentuan yang berlaku.
e. Perala tan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih
dan dengan sabun.
f.   Peralatan yang sudah bersih harus disimpan ditempat
yang bebas pencemaran .
g. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikan makanan jajanan harus sesuai dengan
peruntukannya.
h. Dilarang menggunakan kembali perala tan yang dirancang
hanya untuk sekali pakai.
1. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan sebelum
memasak atau dari toilet.
Bila tidak tersedia kantin di sekolah , maka perlu dilakukan
pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif oleh
pihak sekolah maupun jajaran kesehatan kepada pedagang
jajanan yang berjualan disekitar sekolah. Pembina an dan
18
1

pengawasan tersebut meliputi : jenis makanan/minuman
yang dijual, penyajian, cara mengemas makanan
minuman dan penggunaan bahan pengawet, pewarna dan
penyedap.
n. Halaman
Untuk mengurangi potensi timbulnya gangguan di halaman
sekolah perlu dilakukan berbagai upaya, seperti :
a. Untuk mengurangi debu dapat dilakukan penghijauan.
b. Melakukan kerja bakti membersihkan halaman sekolah
secara berkala satu minggu sekali.
c. Menghilangkan genangan air di halaman dengan cara
menutup/mengurung genangan dengan pasir/kerikil.
d. Melakukan pemangkasan secara berkala terhadap
tanaman/tumbuhan yang ada di halaman sekolah.
e. Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap
memperhatikan aspek keindahan.

o. Meja dan kursi peserta didik
Untuk mencegah terjadinya ketegangan otot leher,punggung
dan bahu, konstruksi meja dan kursi murid harus memenuhi
persyaratan ergonomis yang mengacu pada "ketentuan
pembakuan bangunan dan perabot sekolah" yang diterbitkan
oleh Dep.Diknas. (permukaan bangku siswa miring kearah
siswa dengan sudut 10- atau kemiringan 15%).
p. Perilaku

U ntuk menanarnkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
aspek kesehatan lingkungan perlu dilakukan upaya berikut
Illl:

a. U ntuk mendorong peserta didik agar berperilaku hidup
bersih dan sehat, diperlukan keteladanan dari pendidik
misalnya tidak merokok di lingkungan sekolah.
b. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
c. Membiasakan cuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar.
d. Membiasakan cuci tangan setelah menulis di papan tulis .
e. Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat
(makanan tertutup rapi, minuman tidak berwarna yang
cerah/warna tekstil, dU).

f.   Melakukan pemeriksaan kebersihan dan secara berkala,

antara lain: Kebersihan gigi, kuku, rambut dan telinga.
g. Memasang slogan, poster, stiker tentang menjaga
kebersihan.

20

BABIV
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN
PENILAIAN
1. Pembinaan dan Pengawasan
U ntuk menjaga dan menjamin agar kondisi kesehatan lingkungan
benar-benar dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan, maka
perl u dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh pihak terkait secara
terus menerus dan berkesinambungan.
Dinas Kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan teknis
kesehatan lingkungan, melakukan identifikasi faktor risiko
lingkungan dalam rangka pengawasan, dan melakukan intervensi
sebagai tindak lanjut pengawasan kualitas kesehatan lingkungan.
Tim pembinaUKS, mensosialisasikan pedoman, melaksanakan dan
pengembangan UKS, melakukan intervensi, melaksanakan penilaian
tingkat risiko, serta monitoring dan evaluasi.
Sedangkan tim pelaksana UKS, melakukan pembinaan lingkungan
sehat, menjalin kerjasama dengan orang tua murid, instansi terkait
dan masyarakat dalam pelaksanaan pengendalian faktor risiko,
melakukan identifikasi faktor risiko lingkungan di sekolah,
menetapkan prioritas pengendalian, melakukan pemeliharaan dan
perbaikan sesuai kemampuan, serta menginformasikan kelintas
sektor/program terkait atau masyarakat guna tindak lanjut.
Selain itu Dinas Kesehatan beserta seluruh jajarannya termasuk
Puskesmas mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan
pengawasan sekolah yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
standar pelayanan minimal dan kewenangan wajib antara lain
meliputi:
1. Inspeksi kesehatan lingkungan
a. Pengamatan fisik
b.  Pengukuran kualitas kesehatan lingkungan bila diperlukan
c. Pengolahan dan analisa data
21

d. Laporan kepada atasan langsung
e. Rekomendasi kepada pihak sekolah sektor terkait dan
pemerintah daerah.
2. Pengawasan
a. Pengumpulan data faktor risiko
b. Melakukan pemeriksaan faktor risiko
c. Melakukan pembinaan terhadap pengelola
d. Pengolahan dan analisa data
e. Laporan
3. Sosialisasi
Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelola, lintas
program dan lintas sektor terkait.
4. Advokasi dan Kemitraan
a. Melakukan advokasi terhadap pengambilan keputusan baik
ditingkat Kabupaten/Kota maupun tingkat Kecamatan.
b. Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor
maupun pengelola sekolah.

2. Penilaian
Pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan di sekolah perlu
dilakukan penilaian oleh sekolah sendiri dan jajaran kesehatan
setempat bersama sektor terkait. Penilaian ini diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi dan peningkatan kondisi kesehatan
lingkungan sekolah. Hasil penilaian ini sebagai dasar upaya
peningkatan kondisi kesehatan lingkungan dan merupakan salah
satu aspek penilaian dari lomba sekolah dasar.
1. Indikator penilaian oleh sekolah
a. Indikator penilaian yang digunakan adalah tidak
ditemukannya jentik Aedes Aegypti di lingkungan sekolah
(kontener indeknya = 0 selama 40 minggu/tahun).
b. Ketersediaan air bersih cukup (tersedia air bersih 15 liter I
orang/hari).

C.

Tersedia toilet dengan proporsi :
a. 1 WC/urinoir untuk 40 siswa
b. 1 WC untuk 25 orang siswi

2. Indikator penilaian oleh instansi
Penilaian dilakukan dengan menggunakan form penilaian
terlampir atau yang telah disesuaikan dengan keadaan
setempat. Hasil penilaian ini dapat dipakai sebagai bahan
penilaian Kabupaten/Kota, dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal
khususnya pelayanan kesehatan lingkungan (institusi yang
dibina dalam hal ini adalah sekolah), mengacu Keputusan
Menteri Kesehatan RI NO . 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang standar pelayanan minimal bidangkesehatan di
Kabupaten/Kota.

Persentase (%) sekolah yang dibina =  
L Sekolah yang  dibina  
­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ ­ X  100%  
L Sekolah yang  ada di  Kabupaten/Kota  

23

Bila ingin mengetahui kondisi kesehatan lingkungan sekolah
suatu wilayah kerja Puskesmas/Kabupaten/Kota, maka dapat
menggunakan kriteria dibawah ini.
Indikator penilaian yang digunakan adalah "sekolah dengan
lingkungan sehat", kriteria hasil penilaian sebagai berikut:

24

No

Persentase (%) FR kesling tidak
berpotensi timbulkan gangguan

Kriteria kondisi
kesling

l. 

80% - 100%

Sangat baik

2.

60% - 79%

Baik

3.

40% - 59%

Cukup

4.

20% - 39%

Buruk

5.

0% - 19%

Sangat buruk

BABV
PENUTUP
Upaya mewujudkan kesehatan lingkungan sehat memerlukan
komitmen semua pihak yang terkait sesuai fungsi dan peran masingmasing yang saling menunjang. Komunikasi antar pihak secara
berkesinambungan diperlukan untuk menumbuhkan partisipasi aktif.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah merupakan suatu
siklus kegiatan yang harus dilakukan terus menerus.
Dengan adanya pedoman pengendalian faktor risiko di sekolah
diharapkan dapat menghindarkan penularan penyakit bagi warga
sekolah.

INSTRUMEN INSPEKSI FAKTOR RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.

NAMA SEKOLAH
ALAMAT SEKOLAH/No.TELP
NAMA PIMPINAN PENANGGUNG JAWAB SEKOLAH
JUMLAH MURlD
JUMLAH GURU
NAMA PEMERlKSAAN

Berilah tanda silang (X) pada kondisi yang sesuai pada kolom (4) atau (6)
No 

Faktor Risiko

Kondlsi
Tidak berpotensi

1


2
Atap dan Talang

3

Berpotensi

4

5

Memenuhi syarat 

Tidak memenuhi syarat 

Minimal memenuhi aspek 
(a) dan salah  satu  aspek 
(b)/(c)/(d) 

Bila hanya  memenuhi 
1 aspek saja  atau  lebih 
dari satu  aspek tanpa 
aspek (a) 

6

Kemiringan  cukup dan  tidak 
ada genangan  air tidak bocor 
tidak kotor 

2. 

Dlndlng


a.  Bersih,  kuat tidak retak 
tidak pecah 
b.  Permukaan  yang  selalu 
kontak dengan air,  kedap  air 
c.  Permukaan  bagian dalam 
mudah dibersihkan 
d.  Berwarna terang 

3. 

Lantai

I Minimal memenuhi aspek 
(a) dan  salah  satu  aspek 
(b)/(c)/(d) 

Bila hanya  memenuhi 
1 aspek sala  atau  lebih 
dari satu  aspek tanpa 
aspek (a) 

a.  Bersih 
b.  KedapAir 
c.  Tidak Licin 

26







6

7



9
10 
11 
12 

13 

セU@

14 

Tangga 

Semua  aspek terpenuhi 

a. Lebar injakan tangga > 30 em 

Semua  aspek terpenuhi 

b. TInggi anak tangga max 20 em 
e. Ada pegangan tangan 
d.  Lebar tangga  >150 em 
Peneahayaan ruang  kelas 
dapat untuk membaea buku 
dengan jelas tanpa  bantuan 
penerangan pada  siang  hari 
Peneahayaan  ruang  perpustakaan 
dapat untuk membaea buku 
dengan jelas tanpa  bantuan 
penerangan  pada siang  hari 
Peneahayaan ruang  laboratorium 
dapat untuk membaea buku 
dengan jelas tanpa  bantuan 
oeneranaan  Dada siana  hari 
Ventilasi 
a.  80% R.  Kelas  yang  pakai AC 
luas ventilasi ruang  kelas  >20% 
atau 
b.  80%  R.  Kelas yang  pakai AC 
berjendela dan tidak tercium 
bau  apek 
Kepadatan  Kelas 
Jarak papan  tulis dengan  murid 
terdepan  > 2,5  m 
Jarak papan tulis dengan  murid 
paling belakang