1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah bagaimana mengimplementasikan algoritma RSA dan Triple DES dalam hal lama proses dekripsi
diantara kedua algoritma tersebut.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan perbandingan Algoritma RSA dan Triple DES dilakukan beberapa batasan sebagai berikut:
1. Pada skripsi ini tidak membahas mengenai sulitnya dan cara-cara untuk memecahkan
mekanisme penyandian. 2.
File teks yang akan digunakan adalah file dokumen teks .txt. 3.
Perbandingan yang dilakukan berdasarkan lama proses dekripsi diantara kedua algoritma tersebut, didalam implementasinya dalam suatu program sederhana.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan lama proses dekripsi file teks dari implementasi algoritma RSA dan Triple DES.
1.5 Kontribusi Penelitian
Dengan membandingkan metode RSA dan Triple DES, kita dapat mengetahui metode mana yang lebih mudah digunakan untuk menghindari pencurian, penyadapan, dan pemalsuan
informasi. Dimana kedua metode tersebut digunakan untuk mengamankan data dari kejadian - kejadian tersebut maka diperlukan penyandian terhadap data yang akan dikirim.
1.6 Metode Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyusunan tulisan ini, penulis menggunakan tahapan sebagai berikut: 1.
Membahas karakteristik Algoritma RSA dan Triple DES. 2.
Mengimplementasikan Algoritma RSA dan Triple DES kedalam suatu program. 3.
Melakukan analisa untuk membandingkan kinerja setiap algoritma berdasarkan lama proses dekripsinya.
1.7 Tinjauan Pustaka
Rinaldi Munir, 2006 dalam buku yang berjudul Kriptografi memberikan penjelasan bahwa kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan
dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas data, serta otentikasi. Algoritma RSA dibuat oleh 3 orang peneliti dari MIT Massachussets Institute of
Technology pada tahun 1976, yaitu: Ron Rivest, Adi Shamir, dan Leonard Adleman. Keamanan algoritma RSA terletak pada sulitnya memfaktorkan bilangan yang besar menjadi
faktor-faktor prima. Pemfaktoran dilakukan untuk memperoleh kunci privat. Selama pemfaktoran bilangan besar menjadi faktor-faktor prima belum ditemukan algoritma yang
mangkus, maka selama itu pula keamanan algoritma RSA tetap terjamin. Pada RSA, masalah pemfaktoran berbunyi: Faktorkan n menjadi dua faktor primanya, p dan q, sedemikian
sehingga n = p . q. Sekali n berhasil difaktorkan menjadi p dan q, maka φn = p - 1 q - 1
dapat dihitung. Selanjutnya, karena kunci enkripsi e diumumkan tidak rahasia, maka kunci dekripsi d dapat dihitung dari persamaan
e . d ≡ 1 mod φn. DES Data Encryption Standart adalah algortima cipher blok yang populer karena dijadikan standart algoritma
enkripsi kunci-simetris. Algoritma DES dikembangkan di IBM dibawah kepemimpinan W.L. Tuchman pada tahun 1972. DES beroperasi pada ukuran blok 64 bit. DES mengenkripsikan
64 bit plainteks menjadi 64 bit cipherteks dengan menggunakan 56 bit kunci internal internal key atau upa-kunci subkey.
Wahana komputer yang diterbitkan ANDI Yogyakarta, 2003 dalam buku yang berjudul Memahami Model Enkripsi dan Security Data menjelaskan bahwa enkripsi adalah
sebuah proses yang melakukan perubahan sebuah kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa dimengerti tidak terbaca. Enkripsi dapat diartikan sebagai kode
atau chiper. Isu-isu yang terkait dengan keamanan dan kerahasiaan data adalah privacy kerahasiaan, integrity keutuhan, authenticity keaslian, non-repudiation pembuktian
yang tak tersangkal. Algoritma DES dirancang untuk menulis dan membaca berita blok data
Universitas Sumatera Utara
yang terdiri dari 64 bit dibawah kontrol kunci 64 bit. Dalam pembacaan berita harus dikerjakan dengan menggunakan kunci yang sama dengan waktu menulis berita, dengan
penjadualan alamat kunci bit yang diubah sehingga proses membaca adalah kebalikan dari proses menulis.
Dony Ariyus, 2006 dalam buku yang berjudul Kriptografi Keamanan Data dan Komunikasi memberikan penjelasan bahwa RSA algoritma melakukan pemfaktoran bilangan
yang sangat besar, oleh karena alasan tersebut RSA dianggap aman. Untuk membangkitkan kedua kunci, yang dipilih dua bilangan prima acak yang besar. Algoritma DES merupakan
salah satu proposal yang terbaik pada tahun 1977, tidak ada kritik yang datang dari kalangan ilmuan tentang panjang kunci yang digunakan dan S-Box yang merupakan bagian internal
dari DES. DES merupakan keamanan dasar yang digunakan diseluruh dunia, oleh karena itu, ada kemungkinan DES akan tetap dilanjutkan penelitiannya sehingga menjadi suatu sistem
enkripsi yang kuat, baik dari segi password, store data, dan sistem akses control. Tino Dwiantoro, 2008 dalam situsnya di
www.dwiantoro.com menjelaskan bahwa
enkripsi adalah bentuk dari chriptography yang mengacak plaintext ke ciphertext yang tidak dapat dipahami atau tidak mudah dibaca.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Kriptografi