PERAN PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PROVINSI LAMPUNG
ABSTRACT
THE ROLE OF SUPERVISORY OF EMPLOYEE CARING FOR THE
SAFETY AND HEALTH IN LAMPUNG
BY
MithaFebrianti S
Caring for the safety and health, the government tried to create the great role that
was given to the supervisory of employee cared for. Thelawin number 13, 2003,
about the employee on Paragraphs86 ayat (1) and (2), there are:
Ayat (1) the employee have the right to get the protection for the safety, health,
morality, and decency and also treatment that appropriated with dignity as human
being and religion aspects.
Ayat (2) protecting the safety the employee to create the optimality works
productivity was did effort the safety and health. The safety and health is
important to get attention, so the government tried create the effective role of
monitoring, implementation and taking action against either the private enterprise
or state owned by government in monitoring the safety and health in Lampung.
The problems of the research was how to the cumberer of roles and factors of
supervisory of employee monitoring the workers safety and health in Lampung
The close of the research was nearing in empiric normative aspect. The source of
the data was primary and secondary data that was done with the studying of the
book and practice.
Based on the research, implementation the norm of safety and health, showing the
problems, there were: the enterprises have not the committee of the workers safety
and health (P2K3), implemented the safety and health in workers area, has the
experts of the workers safety and health yet, there was no appropriate between the
number of employees and the enterprise in Lampung, also infirming the
punishment in law number 1, 1970.
Based on this discussion, the researcher give the suggestion, there are : the local
government should give the policy to add the fund that is allocated to The
Employees Department of Bandar Lampung, especially to add the number of
supervisory of employee in order to they works optimally, more investigating the
law number 1, 1970 about the workers safety and health containing the
punishment is not appropriate anymore. The law should be explicit and appr opriate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peran
Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti,
pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan.
Peranan adalah mencangkup tindakan ataupun perilaku yang dilaksanakaan oleh
seseorang yang menempati suatu posisi di dalam suatu social. (Margono Selamet,
1985).
Menurut Soejono Soekanto Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila
seseorang
telah
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
sesuai
dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan sesuatu peranan, tak ada peranan tanpa
kedudukan suatu kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Seseorang
menduduki
suatu
posisi
dalam
masyarakat
serta
menjalankan
suatu
peranan.(Soerjono Soekanto, 1993:268).
Soejono Soekanto mengatakan bahwa peranan mencakup 3 (tiga) hal yaitu:
a. Pernah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
b. peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
c. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai sesuatu organisasi.
d. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu penting bagi struktur organisasi
kemasyarakatan. (Soejono Soekanto, 1993:269).
Gross, Mason, McEachem, mendefinisikan peranan adalah seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Sedangkan Margon Slamet,
berpendapat bahwa peranan adalah mencakup tindakan atau perilaku yang perlu dilaksanakan
oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam status sosial. (M. Linggar Anggoro, 2002 :
79).
Peranan merupakan seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat atau bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (Surayani, 2007:427).
Berdasarkan uraian pendapat di atas pendapat di atas dapat diketahui bahwa peran merupakan
seperangkat norma atau aturan yang berisi kewajiban yang dimiliki oleh seseorang dalam
menjalankan dan melaksanakan tugas serta kedudukannya pada tingkat sosial masyarakat.
Perkaitan dengan penelitian ini maka peran yang dimaksud yaitu peran pegawai pengawas dalam
pengawasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di provinsi lampung.
2.2 Pengawasan
Untuk melakukan pengawasan atau pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh Direktur
Pengawasan Perburuhan dan Keselamatan Tenaga Kerja, pegawai pengawasan dan ahli
keselamatan kerja. (Dewan Prints:2000, 216). Pasal 1 ayat (1) keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia tentang pokok-pokok Pengawasan di Bidang
ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Nomor : KEP.23/MEN/2002 menyebutkan pengawasan
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan berjalan dengan
rencana, ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melakukan pengawasan atau pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh Direktur Pengawas
Perburuhan dan keselamatan tenaga kerja. Pengawasan langsung dilakukan oleh pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja pihak yang dapat menerima keputusan Direktur dapat
mengajukan permohonan kerja kepada panitia undang-undang.
Penjelasan ini harus dilakukan secara berlaku kepada yang dituju misalnya sesuai Pasal 9
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Pegawai diwajibkan menjalankan kepada tiap tenaga
kerja baru tentang :
a) Kondisi dan bahaya yang timbul dalam tempat kerjanya
b) Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya
c) Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d) Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan seseorang tenaga kerja, tenaga
kerja dapat diperkerjakan, apabila ia telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.
2.3 Pengertian Pengawasan Ketenagakerjaan
Untuk menjamin terlaksananya peraturan ketenagakerjaan maka perlu ada suatu sistem
pengawasan guna mengawasi pelaksanaan perundang-undangan ketenagakerjaan. Tugas tersebut
adalah menjamin tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini departemen tenaga kerja untuk
melaksanakannya. (Darwin Prinst, 2000 : 143).
Pemerintah melalui pengawas perburuhan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948
Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan diberikan wewenang
:
1. Mengawasi berlakunya Undang-undang dan Peraturan-peraturan perburuhan pada khususnya
2. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan
perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat Undang-undang dan peraturanperaturan perburuhan
3. Menjalankan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Lulu
Husni, 2003 : 121).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER.
09/MEN/V/2005
tentang Tata Cara Penyampaian
Laporan Pelaksanaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat (1) pengawas ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peratuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan berbunyi pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi
dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Berdasarkan uraian di atas pengawasan ketenagakerjaan berguna untuk mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2.4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus ditetapkan dan
dilaksanakan di setiap tempat kerja.
Sebagaimana diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi
tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya di samping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medis.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dilakukan secara bersama-sama
oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Sedangkan yang bertugas
mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan Perundang-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja ini adalah :
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus
dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(Sendjun H. Manulang : 2001, 83-84).
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja diberlakukan
pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang keselamatan kerja.
Dalam Undang-Undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban perusahaan, kewajiban dan hak
tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86 ayat (1) setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Ayat (2) berbunyi untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87 ayat (1) menyatakan setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
Ditinjau dari segi keilmuaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Tunggal, Setia Hadi, 2007 : 56).
Berdasarkan uraian di atas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan
dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau
pihak lainnya yang terkait. (Soehatman Ramli, 2010 : 11).
Guna pemasyarakatan keselamatan kerja, maka Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk
panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuannya untuk memperkembangkan kerja
sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
ditempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja. (Darwan Prinst, 2000:217).
2.5 Kewajiban Perusahaan dalam Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kewajiban pengusaha atau pimpinan perusahaan atau pengurus tempat kerja/perusahaan atau
pengusaha dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
1. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, ia mewajibkan :
1.1 Menunjukkan dan menjelaskan tentang
1.1.1. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;
1.1.2. Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan;
1 1.3. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.
1.2. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Terhadap tenaga kerja yang telah/sedang dipekerjakan, ia berkewajiban:
2.1 Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan, penanggulangan kebakaran,
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan peningkatan usaha
keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.
2.2 Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara berkala.
3. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk tempat
kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga kerja.
4. Memasang gambar dan undang-undang keselamatan kerja serta bahan pembinaan lainnya di
tempat kerja sesuai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan
kerja.
5. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat
kerja yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.
6. Membayar biaya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja ke Kantor Perbendaharaan
Negara setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat.
7. Mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja baik yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.
Untuk itu perusahaan/majikan wajib mengadakan pembicaraan bagi buruhnya untuk:
a. Pencegahan kecelakaan/pemberantasan kecelakaan
b. Pemberantasan kecelakaan
c. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. (Darwin Prinst, 2000 : 217).
2.6 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hakekat dan tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu bahwa faktor K3
berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja pada tenaga kerja dan juga berpengaruh
terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan, sehingga dengan demikian mempengaruhi
tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi
para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif sehingga upaya pencapaian produktivitas yang
semaksimalnya dari suatu perusahaan dapat lebih terjamin.
Upaya peningkatan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan pencegahan kecelakaan
karena pencegahan kecelakaan merupakan program utama keselamatan kerja di suatu
perusahaan. Adapun tujuau dari keselamatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi atas produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi terpakai secara umum dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan
atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat berharga dan
merupakan unsur penting dalam proses produksi disamping unsur lain seperti material, mesin
dan lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina dan dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitasnya. Perlindungan tenaga kerja yang menyangkut perlindungan
keselamatannya sangat penting dipehatikan karena itu merupakan hak pekerja/buruh.
Tujuan keselamatan kerja menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan kerja, sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik ataupun phisikis,
peracunan, infeksi, dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyelenggaraan udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, cara dan proses kerjanya serta
lingkungan kerja
n. Mengamankan dan mempelancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan mempelancar pekerja bongkar muatan, pelakuan dan penyimpanan
barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya kecelakaan
menjadi lebih tinggi.
2.7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuan
dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen adalah kegiatan
manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi. (htty://safety4abipraxa.files.wordpress.com)
Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 menyebutkan bahwa SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, Prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi Pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Pasal 3 Permenaker Nomor 05/MEN/1996 menentukan bahwa setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja wajib menerapkan SMK3.
Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola Total Loss Control, yaitu suatu kebijakan untuk
menghindarkan kerugian bagi perusahaan, properti, personil di perusahaan dan lingkungan
melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan,
Proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu
Planning, Do, check dan Improvement (Rudiyanto, 2003 :145).
Menurut Pasal 4 ayat (1) Permenaker Nomor 05/MEN/ 1996, bahwa dalam penerapan SMK3
perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut .
a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
c. Menerapkan kebijakan yang secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan K3.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.
Langkah-langkah dalam mengembangkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Peraturan Perundang-undangan dan Standar
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundangundangan dan standar
K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk
mendokumentasikan peraturan perundang- undangan dan standar di bidang K3. Praktek pada
banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku
saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut
harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga
kerja.
b. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan
Yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang
menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua
ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan
kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stakeholder lainnya seperti pelanggan dan
pemasok.
c. Mengorganisasikan
Untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan
manajemen dan pekerja. Bagaimana Top Manajemen menempatkan organisasi K3 di
perusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap
K3.
d. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
e. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai
sesuai sistem manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.
f. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang
didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifai proaktif, karena didasarkan
kepada upaya dari keseluruhan sistem.
g. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeleluruh
2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Pengawas
Perundang-undangan untuk melindungi buruh hanya akan mempunyai arti, bila pelaksanaannya
diawasi oleh sesuatu ahli yang harus mengunjungi tempat kerja pada waktu-waktu tertentu,
untuk dapat menjalankan tiga tugas pokok, yaitu:
1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apalah ketentuan-ketentuan dalam
perundang-undangan dilaksanakan dan jika tidak demikian halnya, mengambil tindakantindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu
2. Membantu baik buruk maupun pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan teknis
dan nasihat yang mereka perlukan agar mereka memahami apakah yang dimintakan oleh
peraturan dan bagaimanakah pelaksanaannya
3. Menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk
penyusunan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk penyusunan perundangundangan ketenagakerjaan dan menetapkan kebijakan pemerintah. (Iman Soepomo,
1999:59).
Fungsi pengawas ketenagakerjaan, yaitu:
1. Mengawasi pelaksanaan undang-undang atau ketentuan-ketentuan hukum dibidang
ketenagakerjaan
2. Memberi pencerahan teknis serta nasihat kepada perusahaan dan tenaga kerja tentang hal-hal
yang dapat menjamin pelaksanaan efektif dari peraturan-peraturan ketenagakerjaan
3. Melaporkan kepada yang berwenang kecurangan dan penyelewengan dalam bidang
ketenagakerjaan yang tidak jelas diatur dalam perungang-undangan.
Yang melaksanakan tugas-tugas serta fungsi pengawasan di bidang ketenagakerjaan ini disebut
pegawai pengawas yaitu pegawai teknis berkeahlian kusus dari Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja (Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan dan kesehatan Kerja). (Sedjun H Manulang. 1995:125).
Tugas dan fungsi pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan Pasal 137 Peraturan Gubernur
Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada
Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan
1) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan norma ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penindakan
terhadap pelanggaran upah.
2) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
3) Untuk menyelenggarakan dan melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang
Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai fungsi :
a) Pembinaan Norma Ketenagakerjaan terhadap pengawasan ketenagakerjaan pada
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota
b) Pengawasan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di perusahaan
c) Penindakan terhadap upah minimum
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Pasal 138 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan:
1) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, membawahi :
a) Seksi Bina Norma Ketenagakerjaan
b) Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c) Seksi Penindakan.
2) Masing-masing Seksi pada Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab pada
Kepala bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Tertera dalam Pasal 140 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian,
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung :
1) Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mempunyai tugas pembinaan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Rincian tugas Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah sebagai berikut :
a) Menyusun bahan pembinaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b) Melaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
pelaksanaan perundang-undangan
2.9 Ruang Lingkup Pengawasan
Pemerintah (depnaker) melalui pengawas ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1948 Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
diberikan wewenang :
1) Mengawasi berlakunya undang-undang dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan pada
khususnya
2) Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan
tenaga kerja dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang
peraturan ketenagakerjaan lainnya
3) Menjalankan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undang.
peraturan-
Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan dengan melakukan kunjungan ke perusahaan-perusahaan
untuk mengamati, mengawasi pelaksanaan hak-hak normative pekerja. Jika hak pekerja belum
dipenuhi oleh pengusaha, pegawai pengawas dapat melakukan teguran agar hak-hak pekerja
diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, jika tidak dilaksanakan
pegawai pengawas yang merupakan penyidik pegawai negeri sipil dibidang ketenagakerjaan
dapat menyidik pengusahaa/perusahaan tersebut untuk selanjutnya dibuatkan berita acara
pemeriksaan untuk diproses lebih lanjut ke pengadilan. (Lalu Husni,2000:89).
Ada pun ruang lingkup tugas-tugas pengawas ketenagakerjaan ini adalah :
1) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
mengenai norma perlindungan tenaga kerja
2) Melaksanakan pembinaan dalam usaha penyempurnaan norma kerja dan pengawasan
3) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang menyangkut perlindungan tenaga kerja
4) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma dibidang ketenagakerjaan. (Sendjun H
Manulang,1995:125).
2.10 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1948 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang
Pengawasan Perburuan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Republik
Indonesia
Nomor
Per.09/MEN/V/2005 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Nomor : KEP. 23/MEN/2002 tentang
Pokok-pokok Pengawasan di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung.
PERAN PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DALAM MELAKSANAKAN
PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PROVINSI
LAMPUNG
OLEH :
Mitha Febrianti S
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
i
ii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian................................
5
1.2.1 Permasalahan Penelitian.....................................................
5
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian..................................................
6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................
6
1.3.1 Tujuan Penelitian ...............................................................
6
1.3.2 Kegunaan Penelitian...........................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
2.1 Pengertian Peran.............................................................................
7
2.2 Pengawasan ....................................................................................
9
2.3 Pengertian Pengawasan Ketenagakerjaan ......................................
10
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................
11
2.5 Kewajiban Perusahaan dalam Melaksanakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja .............................................................................
13
2.6 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................................
15
2.7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)...
17
2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawai Pengawas ..............................
21
2.9 Ruang Lingkup Pengawasan ..........................................................
24
2.10 Dasar Hukum Pengawasan dan Kesehatan Kerja .......................
25
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................
3.1 Pendekatan Masalah.......................................................................
27
3.2 Sumber Data...................................................................................
27
3.3 Prosedur Pengumpulan Data..........................................................
28
3.4 Prosedur Pengolahan Data .............................................................
29
3.5 Analisis Data..................................................................................
29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
4.1 Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung...............
4.1.1
30
Tugas Pokok dan Fungsi Umum Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Lampung..............................................................
32
4.1.2
Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung ......
32
4.1.3
Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang ....................
33
4.2 Peran Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dalam
Melaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Provinsi Lampung......................................................................
35
4.3 Faktor Yang Menjadi Penghambat Dalam
Pelaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Provinsi Lampung......................................................................
39
BAB V. PENUTUP.........................................................................................
5.1Kesimpulan .....................................................................................
40
5.2Saran ...............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Husni, Lalu. 2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Manulang, H. Sendjun. 1995. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Manulang, H. Sendjun. 2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Prints, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dian Rakyat.
Soepomo,Iman.1999.Pengantar Hukum Perburuhan.Djambatan. Jakarta
Tunggal, Setia Hadi. 2007. Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Keselamatan Kerja. Harvarindo. Jakarta.
B. Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1948 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951
tentang Pengawasan Perburuan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.09/MEN/V/2005 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 Tentang Sistem
Menejemen Keselamatan danKesehatan Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Nomor : KEP.
23/MEN/2002 tentang Pokok-pokok Pengawasan di Bidang Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung.
MOTTO
Kesuksesan saya bukanlah milik saya sendiri melainkan milik orang tua saya, keluarga saya serta
pasangan saya.
(Mitha Febrianti S)
: Peran Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dalam
Melaksanakan Pengawasan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja di Provinsi Lampung.
Nama Mahasiswa
: Mitha Febrianti S
No. Pokok Mahasiswa
: 0912011343
Bagian
: Hukum Administrasi Negara
Fakultas
: Hukum
Menyetujui
1. Komisi Pembimbing
Elman Eddy Patra, S.H., M.H
NIP. 196007141986031002
Eka Deviani, S.H., M.H
NIP. 197310202005012002
2. Ketua Bagian HAN
Nurmayani, S.H., M.H
NIP. 196112191988032002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Elman Eddy Patra, S.H., M.H
…………….
Sekertaris
: Eka Deviani, S.H., M.H
…………….
Penguji Utama : Sri Sulastuti, S.H., M.H
…………….
2. Pj. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S
Tanggal Lulus Ujian Skripsi
: 17 Januari 2013
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan skripsi ini kepada :
1. Mama dan Papa tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang dan senantiasa mendoakan
keberhasilan anak-anaknya baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang, serta
sebagai penyemangat untuk mencapai kesuksesanku
2. Saudara-saudaraku tersayang Miyuki Marcia Sudarman, Wahyu Agusti Sudarman, dan
Yulianti Wulandari Sudarman yang selalu memberi dukungan, mendoakan serta menanti
keberhasilanku
3. My honey Hardiansyah Putra yang selalu mendukung, menemani, mendoakan dan menjadi
penyemangatku
4. Bangsa, Negara dan Agamaku
5. Almamaterku .
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Palembang pada tanggal 24 Februari 1991. Anak kedua dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Sudarman dan Ibu Minius.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan tahun 2003 di SD Al-Azhar I Bandar Lampung, Sekolah
Menengah Pertama diselesaikan tahun 2006 di SMP Negeri 29 Bandar Lampung, Sekolah
Menengah Atas diselesaikan tahun 2009 pada SMA Negeri 15 Bandar Lampung.
Pada tahun 2009, peneliti terdaftar dan diterima sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas
Lampung Jurusan Hukum Administrasi Negara.
SAN WANCANA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan Dalam Melaksanakan Pengawasan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja di Provinsi Lampung”, yang diajukan sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana di bagian Hukum Administrasi negawa Pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Peneliti menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan peneliti,
karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Allah SWT, karena berkat rahmat dan nikmatnya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Mama dan Papa, orang tua yang selalu mendoakan kesuksesan, memberikan
semangat dan bantuan materil, moril sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Saudara-saudaraku
yang mendoakan dan mendukung peneliti
menyelesaikan skripsi ini.
untuk
4. Hardiansyah putra yang mendokan dan memberikan semangat sehingga sekripsi ini
teselesaikan.
5. Bapak Heriyandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara.
7. Ibu Upik Hamida S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara.
8. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan dalam penelitian
skripsi ini.
9. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah penuh kesabaran telah
meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan sehingga skrispsi
ini dapat terselesaikan.
10. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I sekaligus penguji utama yang telah
memberikan masukan serta arahan dalam skripsi ini.
11. Bapak Nurul Fajri, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang juga telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
12. Segenap staf pengajar Fakultas Hukum dan Segenap karyawan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
13. Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung beserta staf yang telah banyak memberikan
bantuan selama mengadakan penelitian skripsi ini.
14. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan nama satu per satu.
15. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Peneliti berharap saran dan kritik membengun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Bandar Lampung, Maret 2013
Peneliti
Mitha Febrianti S
THE ROLE OF SUPERVISORY OF EMPLOYEE CARING FOR THE
SAFETY AND HEALTH IN LAMPUNG
BY
MithaFebrianti S
Caring for the safety and health, the government tried to create the great role that
was given to the supervisory of employee cared for. Thelawin number 13, 2003,
about the employee on Paragraphs86 ayat (1) and (2), there are:
Ayat (1) the employee have the right to get the protection for the safety, health,
morality, and decency and also treatment that appropriated with dignity as human
being and religion aspects.
Ayat (2) protecting the safety the employee to create the optimality works
productivity was did effort the safety and health. The safety and health is
important to get attention, so the government tried create the effective role of
monitoring, implementation and taking action against either the private enterprise
or state owned by government in monitoring the safety and health in Lampung.
The problems of the research was how to the cumberer of roles and factors of
supervisory of employee monitoring the workers safety and health in Lampung
The close of the research was nearing in empiric normative aspect. The source of
the data was primary and secondary data that was done with the studying of the
book and practice.
Based on the research, implementation the norm of safety and health, showing the
problems, there were: the enterprises have not the committee of the workers safety
and health (P2K3), implemented the safety and health in workers area, has the
experts of the workers safety and health yet, there was no appropriate between the
number of employees and the enterprise in Lampung, also infirming the
punishment in law number 1, 1970.
Based on this discussion, the researcher give the suggestion, there are : the local
government should give the policy to add the fund that is allocated to The
Employees Department of Bandar Lampung, especially to add the number of
supervisory of employee in order to they works optimally, more investigating the
law number 1, 1970 about the workers safety and health containing the
punishment is not appropriate anymore. The law should be explicit and appr opriate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peran
Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti,
pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan.
Peranan adalah mencangkup tindakan ataupun perilaku yang dilaksanakaan oleh
seseorang yang menempati suatu posisi di dalam suatu social. (Margono Selamet,
1985).
Menurut Soejono Soekanto Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila
seseorang
telah
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
sesuai
dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan sesuatu peranan, tak ada peranan tanpa
kedudukan suatu kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Seseorang
menduduki
suatu
posisi
dalam
masyarakat
serta
menjalankan
suatu
peranan.(Soerjono Soekanto, 1993:268).
Soejono Soekanto mengatakan bahwa peranan mencakup 3 (tiga) hal yaitu:
a. Pernah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
b. peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
c. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai sesuatu organisasi.
d. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu penting bagi struktur organisasi
kemasyarakatan. (Soejono Soekanto, 1993:269).
Gross, Mason, McEachem, mendefinisikan peranan adalah seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Sedangkan Margon Slamet,
berpendapat bahwa peranan adalah mencakup tindakan atau perilaku yang perlu dilaksanakan
oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam status sosial. (M. Linggar Anggoro, 2002 :
79).
Peranan merupakan seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat atau bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (Surayani, 2007:427).
Berdasarkan uraian pendapat di atas pendapat di atas dapat diketahui bahwa peran merupakan
seperangkat norma atau aturan yang berisi kewajiban yang dimiliki oleh seseorang dalam
menjalankan dan melaksanakan tugas serta kedudukannya pada tingkat sosial masyarakat.
Perkaitan dengan penelitian ini maka peran yang dimaksud yaitu peran pegawai pengawas dalam
pengawasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di provinsi lampung.
2.2 Pengawasan
Untuk melakukan pengawasan atau pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh Direktur
Pengawasan Perburuhan dan Keselamatan Tenaga Kerja, pegawai pengawasan dan ahli
keselamatan kerja. (Dewan Prints:2000, 216). Pasal 1 ayat (1) keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia tentang pokok-pokok Pengawasan di Bidang
ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Nomor : KEP.23/MEN/2002 menyebutkan pengawasan
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan berjalan dengan
rencana, ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melakukan pengawasan atau pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh Direktur Pengawas
Perburuhan dan keselamatan tenaga kerja. Pengawasan langsung dilakukan oleh pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja pihak yang dapat menerima keputusan Direktur dapat
mengajukan permohonan kerja kepada panitia undang-undang.
Penjelasan ini harus dilakukan secara berlaku kepada yang dituju misalnya sesuai Pasal 9
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Pegawai diwajibkan menjalankan kepada tiap tenaga
kerja baru tentang :
a) Kondisi dan bahaya yang timbul dalam tempat kerjanya
b) Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya
c) Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d) Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan seseorang tenaga kerja, tenaga
kerja dapat diperkerjakan, apabila ia telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.
2.3 Pengertian Pengawasan Ketenagakerjaan
Untuk menjamin terlaksananya peraturan ketenagakerjaan maka perlu ada suatu sistem
pengawasan guna mengawasi pelaksanaan perundang-undangan ketenagakerjaan. Tugas tersebut
adalah menjamin tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini departemen tenaga kerja untuk
melaksanakannya. (Darwin Prinst, 2000 : 143).
Pemerintah melalui pengawas perburuhan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948
Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan diberikan wewenang
:
1. Mengawasi berlakunya Undang-undang dan Peraturan-peraturan perburuhan pada khususnya
2. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan
perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat Undang-undang dan peraturanperaturan perburuhan
3. Menjalankan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Lulu
Husni, 2003 : 121).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER.
09/MEN/V/2005
tentang Tata Cara Penyampaian
Laporan Pelaksanaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat (1) pengawas ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peratuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan berbunyi pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi
dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Berdasarkan uraian di atas pengawasan ketenagakerjaan berguna untuk mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2.4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus ditetapkan dan
dilaksanakan di setiap tempat kerja.
Sebagaimana diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi
tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya di samping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medis.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dilakukan secara bersama-sama
oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Sedangkan yang bertugas
mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan Perundang-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja ini adalah :
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus
dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(Sendjun H. Manulang : 2001, 83-84).
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja diberlakukan
pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang keselamatan kerja.
Dalam Undang-Undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban perusahaan, kewajiban dan hak
tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86 ayat (1) setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Ayat (2) berbunyi untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87 ayat (1) menyatakan setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
Ditinjau dari segi keilmuaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Tunggal, Setia Hadi, 2007 : 56).
Berdasarkan uraian di atas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan
dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau
pihak lainnya yang terkait. (Soehatman Ramli, 2010 : 11).
Guna pemasyarakatan keselamatan kerja, maka Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk
panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuannya untuk memperkembangkan kerja
sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
ditempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja. (Darwan Prinst, 2000:217).
2.5 Kewajiban Perusahaan dalam Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kewajiban pengusaha atau pimpinan perusahaan atau pengurus tempat kerja/perusahaan atau
pengusaha dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
1. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, ia mewajibkan :
1.1 Menunjukkan dan menjelaskan tentang
1.1.1. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;
1.1.2. Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan;
1 1.3. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.
1.2. Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Terhadap tenaga kerja yang telah/sedang dipekerjakan, ia berkewajiban:
2.1 Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan, penanggulangan kebakaran,
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan peningkatan usaha
keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.
2.2 Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara berkala.
3. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk tempat
kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga kerja.
4. Memasang gambar dan undang-undang keselamatan kerja serta bahan pembinaan lainnya di
tempat kerja sesuai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan
kerja.
5. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat
kerja yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.
6. Membayar biaya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja ke Kantor Perbendaharaan
Negara setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat.
7. Mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja baik yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.
Untuk itu perusahaan/majikan wajib mengadakan pembicaraan bagi buruhnya untuk:
a. Pencegahan kecelakaan/pemberantasan kecelakaan
b. Pemberantasan kecelakaan
c. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. (Darwin Prinst, 2000 : 217).
2.6 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hakekat dan tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu bahwa faktor K3
berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja pada tenaga kerja dan juga berpengaruh
terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan, sehingga dengan demikian mempengaruhi
tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi
para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif sehingga upaya pencapaian produktivitas yang
semaksimalnya dari suatu perusahaan dapat lebih terjamin.
Upaya peningkatan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan pencegahan kecelakaan
karena pencegahan kecelakaan merupakan program utama keselamatan kerja di suatu
perusahaan. Adapun tujuau dari keselamatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi atas produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi terpakai secara umum dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan
atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat berharga dan
merupakan unsur penting dalam proses produksi disamping unsur lain seperti material, mesin
dan lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina dan dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitasnya. Perlindungan tenaga kerja yang menyangkut perlindungan
keselamatannya sangat penting dipehatikan karena itu merupakan hak pekerja/buruh.
Tujuan keselamatan kerja menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan kerja, sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik ataupun phisikis,
peracunan, infeksi, dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyelenggaraan udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, cara dan proses kerjanya serta
lingkungan kerja
n. Mengamankan dan mempelancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan mempelancar pekerja bongkar muatan, pelakuan dan penyimpanan
barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya kecelakaan
menjadi lebih tinggi.
2.7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuan
dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen adalah kegiatan
manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi. (htty://safety4abipraxa.files.wordpress.com)
Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 menyebutkan bahwa SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, Prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi Pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Pasal 3 Permenaker Nomor 05/MEN/1996 menentukan bahwa setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja wajib menerapkan SMK3.
Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola Total Loss Control, yaitu suatu kebijakan untuk
menghindarkan kerugian bagi perusahaan, properti, personil di perusahaan dan lingkungan
melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan,
Proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu
Planning, Do, check dan Improvement (Rudiyanto, 2003 :145).
Menurut Pasal 4 ayat (1) Permenaker Nomor 05/MEN/ 1996, bahwa dalam penerapan SMK3
perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut .
a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
c. Menerapkan kebijakan yang secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan K3.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.
Langkah-langkah dalam mengembangkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Peraturan Perundang-undangan dan Standar
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundangundangan dan standar
K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk
mendokumentasikan peraturan perundang- undangan dan standar di bidang K3. Praktek pada
banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku
saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut
harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga
kerja.
b. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan
Yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang
menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua
ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan
kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stakeholder lainnya seperti pelanggan dan
pemasok.
c. Mengorganisasikan
Untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan
manajemen dan pekerja. Bagaimana Top Manajemen menempatkan organisasi K3 di
perusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap
K3.
d. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
e. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai
sesuai sistem manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.
f. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang
didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifai proaktif, karena didasarkan
kepada upaya dari keseluruhan sistem.
g. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeleluruh
2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Pengawas
Perundang-undangan untuk melindungi buruh hanya akan mempunyai arti, bila pelaksanaannya
diawasi oleh sesuatu ahli yang harus mengunjungi tempat kerja pada waktu-waktu tertentu,
untuk dapat menjalankan tiga tugas pokok, yaitu:
1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apalah ketentuan-ketentuan dalam
perundang-undangan dilaksanakan dan jika tidak demikian halnya, mengambil tindakantindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu
2. Membantu baik buruk maupun pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan teknis
dan nasihat yang mereka perlukan agar mereka memahami apakah yang dimintakan oleh
peraturan dan bagaimanakah pelaksanaannya
3. Menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk
penyusunan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk penyusunan perundangundangan ketenagakerjaan dan menetapkan kebijakan pemerintah. (Iman Soepomo,
1999:59).
Fungsi pengawas ketenagakerjaan, yaitu:
1. Mengawasi pelaksanaan undang-undang atau ketentuan-ketentuan hukum dibidang
ketenagakerjaan
2. Memberi pencerahan teknis serta nasihat kepada perusahaan dan tenaga kerja tentang hal-hal
yang dapat menjamin pelaksanaan efektif dari peraturan-peraturan ketenagakerjaan
3. Melaporkan kepada yang berwenang kecurangan dan penyelewengan dalam bidang
ketenagakerjaan yang tidak jelas diatur dalam perungang-undangan.
Yang melaksanakan tugas-tugas serta fungsi pengawasan di bidang ketenagakerjaan ini disebut
pegawai pengawas yaitu pegawai teknis berkeahlian kusus dari Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja (Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan dan kesehatan Kerja). (Sedjun H Manulang. 1995:125).
Tugas dan fungsi pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan Pasal 137 Peraturan Gubernur
Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada
Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan
1) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan norma ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penindakan
terhadap pelanggaran upah.
2) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
3) Untuk menyelenggarakan dan melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang
Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai fungsi :
a) Pembinaan Norma Ketenagakerjaan terhadap pengawasan ketenagakerjaan pada
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota
b) Pengawasan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di perusahaan
c) Penindakan terhadap upah minimum
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Pasal 138 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan:
1) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, membawahi :
a) Seksi Bina Norma Ketenagakerjaan
b) Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c) Seksi Penindakan.
2) Masing-masing Seksi pada Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab pada
Kepala bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Tertera dalam Pasal 140 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian,
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung :
1) Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mempunyai tugas pembinaan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Rincian tugas Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah sebagai berikut :
a) Menyusun bahan pembinaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b) Melaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
pelaksanaan perundang-undangan
2.9 Ruang Lingkup Pengawasan
Pemerintah (depnaker) melalui pengawas ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1948 Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
diberikan wewenang :
1) Mengawasi berlakunya undang-undang dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan pada
khususnya
2) Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan
tenaga kerja dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang
peraturan ketenagakerjaan lainnya
3) Menjalankan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undang.
peraturan-
Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan dengan melakukan kunjungan ke perusahaan-perusahaan
untuk mengamati, mengawasi pelaksanaan hak-hak normative pekerja. Jika hak pekerja belum
dipenuhi oleh pengusaha, pegawai pengawas dapat melakukan teguran agar hak-hak pekerja
diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, jika tidak dilaksanakan
pegawai pengawas yang merupakan penyidik pegawai negeri sipil dibidang ketenagakerjaan
dapat menyidik pengusahaa/perusahaan tersebut untuk selanjutnya dibuatkan berita acara
pemeriksaan untuk diproses lebih lanjut ke pengadilan. (Lalu Husni,2000:89).
Ada pun ruang lingkup tugas-tugas pengawas ketenagakerjaan ini adalah :
1) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
mengenai norma perlindungan tenaga kerja
2) Melaksanakan pembinaan dalam usaha penyempurnaan norma kerja dan pengawasan
3) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang menyangkut perlindungan tenaga kerja
4) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma dibidang ketenagakerjaan. (Sendjun H
Manulang,1995:125).
2.10 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1948 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang
Pengawasan Perburuan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Republik
Indonesia
Nomor
Per.09/MEN/V/2005 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Nomor : KEP. 23/MEN/2002 tentang
Pokok-pokok Pengawasan di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung.
PERAN PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DALAM MELAKSANAKAN
PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PROVINSI
LAMPUNG
OLEH :
Mitha Febrianti S
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
i
ii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian................................
5
1.2.1 Permasalahan Penelitian.....................................................
5
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian..................................................
6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................
6
1.3.1 Tujuan Penelitian ...............................................................
6
1.3.2 Kegunaan Penelitian...........................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
2.1 Pengertian Peran.............................................................................
7
2.2 Pengawasan ....................................................................................
9
2.3 Pengertian Pengawasan Ketenagakerjaan ......................................
10
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................
11
2.5 Kewajiban Perusahaan dalam Melaksanakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja .............................................................................
13
2.6 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................................
15
2.7 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)...
17
2.8 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawai Pengawas ..............................
21
2.9 Ruang Lingkup Pengawasan ..........................................................
24
2.10 Dasar Hukum Pengawasan dan Kesehatan Kerja .......................
25
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................
3.1 Pendekatan Masalah.......................................................................
27
3.2 Sumber Data...................................................................................
27
3.3 Prosedur Pengumpulan Data..........................................................
28
3.4 Prosedur Pengolahan Data .............................................................
29
3.5 Analisis Data..................................................................................
29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
4.1 Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung...............
4.1.1
30
Tugas Pokok dan Fungsi Umum Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Lampung..............................................................
32
4.1.2
Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung ......
32
4.1.3
Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang ....................
33
4.2 Peran Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dalam
Melaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Provinsi Lampung......................................................................
35
4.3 Faktor Yang Menjadi Penghambat Dalam
Pelaksanakan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Provinsi Lampung......................................................................
39
BAB V. PENUTUP.........................................................................................
5.1Kesimpulan .....................................................................................
40
5.2Saran ...............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Husni, Lalu. 2000. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Manulang, H. Sendjun. 1995. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Manulang, H. Sendjun. 2001. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Prints, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dian Rakyat.
Soepomo,Iman.1999.Pengantar Hukum Perburuhan.Djambatan. Jakarta
Tunggal, Setia Hadi. 2007. Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Keselamatan Kerja. Harvarindo. Jakarta.
B. Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1948 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951
tentang Pengawasan Perburuan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.09/MEN/V/2005 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 Tentang Sistem
Menejemen Keselamatan danKesehatan Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Nomor : KEP.
23/MEN/2002 tentang Pokok-pokok Pengawasan di Bidang Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Rincian, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pada Pemerintah Provinsi Lampung.
MOTTO
Kesuksesan saya bukanlah milik saya sendiri melainkan milik orang tua saya, keluarga saya serta
pasangan saya.
(Mitha Febrianti S)
: Peran Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dalam
Melaksanakan Pengawasan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja di Provinsi Lampung.
Nama Mahasiswa
: Mitha Febrianti S
No. Pokok Mahasiswa
: 0912011343
Bagian
: Hukum Administrasi Negara
Fakultas
: Hukum
Menyetujui
1. Komisi Pembimbing
Elman Eddy Patra, S.H., M.H
NIP. 196007141986031002
Eka Deviani, S.H., M.H
NIP. 197310202005012002
2. Ketua Bagian HAN
Nurmayani, S.H., M.H
NIP. 196112191988032002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Elman Eddy Patra, S.H., M.H
…………….
Sekertaris
: Eka Deviani, S.H., M.H
…………….
Penguji Utama : Sri Sulastuti, S.H., M.H
…………….
2. Pj. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S
Tanggal Lulus Ujian Skripsi
: 17 Januari 2013
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan skripsi ini kepada :
1. Mama dan Papa tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang dan senantiasa mendoakan
keberhasilan anak-anaknya baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang, serta
sebagai penyemangat untuk mencapai kesuksesanku
2. Saudara-saudaraku tersayang Miyuki Marcia Sudarman, Wahyu Agusti Sudarman, dan
Yulianti Wulandari Sudarman yang selalu memberi dukungan, mendoakan serta menanti
keberhasilanku
3. My honey Hardiansyah Putra yang selalu mendukung, menemani, mendoakan dan menjadi
penyemangatku
4. Bangsa, Negara dan Agamaku
5. Almamaterku .
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Palembang pada tanggal 24 Februari 1991. Anak kedua dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Sudarman dan Ibu Minius.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan tahun 2003 di SD Al-Azhar I Bandar Lampung, Sekolah
Menengah Pertama diselesaikan tahun 2006 di SMP Negeri 29 Bandar Lampung, Sekolah
Menengah Atas diselesaikan tahun 2009 pada SMA Negeri 15 Bandar Lampung.
Pada tahun 2009, peneliti terdaftar dan diterima sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas
Lampung Jurusan Hukum Administrasi Negara.
SAN WANCANA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan Dalam Melaksanakan Pengawasan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja di Provinsi Lampung”, yang diajukan sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana di bagian Hukum Administrasi negawa Pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Peneliti menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan peneliti,
karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Allah SWT, karena berkat rahmat dan nikmatnya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Mama dan Papa, orang tua yang selalu mendoakan kesuksesan, memberikan
semangat dan bantuan materil, moril sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Saudara-saudaraku
yang mendoakan dan mendukung peneliti
menyelesaikan skripsi ini.
untuk
4. Hardiansyah putra yang mendokan dan memberikan semangat sehingga sekripsi ini
teselesaikan.
5. Bapak Heriyandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.
6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara.
7. Ibu Upik Hamida S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara.
8. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan dalam penelitian
skripsi ini.
9. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah penuh kesabaran telah
meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan sehingga skrispsi
ini dapat terselesaikan.
10. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I sekaligus penguji utama yang telah
memberikan masukan serta arahan dalam skripsi ini.
11. Bapak Nurul Fajri, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang juga telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
12. Segenap staf pengajar Fakultas Hukum dan Segenap karyawan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
13. Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung beserta staf yang telah banyak memberikan
bantuan selama mengadakan penelitian skripsi ini.
14. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan nama satu per satu.
15. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Peneliti berharap saran dan kritik membengun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Bandar Lampung, Maret 2013
Peneliti
Mitha Febrianti S