Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Kegiatan Pemanenan Kayu (Studi Kasus di Areal HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Desa Hutagalung, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara)
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU
(Studi Kasus di Areal HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Desa Hutagalung, Kecamatan Harian Boho,
Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara)
HASIL PENELITIAN
Oleh :
YULI YANTI NANI KHAIRANI NASUTION
031203005/ Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Labour safety and health in logging at HTI
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate. Under supervised by Arif Nuryawan,
S.Hut, M.Si and Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si.
Wood harvesting activity was one of combination work between human, tools and
the environment. The unstability between one of it could cause a work accident.
This research aimed to calculate the rate of work accident frequency, the rate of
work accident seriousness and safe-T-score and analyze of descriptive about the
condition of labour safety and health in logging at HTI PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Tele estate. Logging activity at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate causes
such a work disease. It is caused by noise and trill logging eguipment. The Rate of
work accidents frequency and the rate of work accident seriousness was
unstabilized 3,571; 10,612; and 2,324. Safe-T-Score was 1,642 and -0,754, and
indicates there is no significance change of labour health and safety.
Keyword: wood harvesting, health, safety, accident, disease.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Keselamatan dan kesehatam kerja dalam
kegiatan pemanenan kayu. Dibawah bimbingan Arif Nuryawan, S. Hut, M.si dan
Luthfi Hakim, S. Hut, M.si.
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu hubungan kerja antara manusia,
peralatan dan lingkungan kerja. Ketidakseimbangan hubungan antara ketiga hal
tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, safe-T-score dan menganalisis
secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Sektor Tele. Kegiatan pemanenan kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
menyebabkan terjadinya penyakit kerja. Ini disebabkan oleh kebisingan dan
getaran mekanis yang disebabkan oleh alat–alat pemanenan. Angka frekuensi
kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan kerja yang didapat tidak stabil, yaitu
3,571; 10,612 dan 2,324. Safe-T-Score nilainya adalah 1,642 dan -0,754 yang
nenunjukkan bahwa tidak ada perubahan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
yang berarti.
Kata kunci: Pemanenan kayu, kesehatan, keselamatan, kecelakaan, penyakit.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution dilahirkan di Jayapura pada tanggal 5
Juli 1985 dari Ayah Drs. Pardamean Nasution dan Ibu Linni Elfina Hasibuan,
penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Perumnas 2 Waena
Jayapura, tamat tahun 1997. Selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
1 Barumun, tamat tahun 2000 dan kemudian SMU Negeri 1 Barumun, tamat
tahun 2003. Pada tahun 2001 penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur
SPMB pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti beberapa
organisasi intra maupun ekstra kampus, antara lain anggota Himpunan Sylva USU
(HIMAS), staff bidang pendidikan dan teknologi Sylva Indonesia (SI) dan
anggota Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL).
Selama menjalani pendidikan di Departemen Kehutanan Universitas
Sumatera Utara penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan
(P3H) di hutan mangrove Bandar Khalipah dan di hutan pegunungan Taman
Hutan Raya (TAHURA) Sibolangit. Tahun 2007, penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT.Toba Pulp Lestari Tbk sektor Tele.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan berkah-Nya kepada penulis sehingga penelitian
yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan Pemanenan
Kayu (Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Desa
Hutagalung, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara)” ini
dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Nuryawan, S.Hut,
M.Si dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan-masukan dalam proses penyelesaian penelitian
ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Edy Batara
Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca. Diharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Mei 2009
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ............................................................................................
i
ABSTRAK .............................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kayu..............................................................................
Ergonomi ..........................................................................................
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja ................
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................................................
Lingkungan Kerja ............................................................................
Kecelakaan Kerja ............................................................................
Evaluasi dan Pengawasan Penyakit Akibat Kerja ............................
Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga kerja ........................
3
3
6
7
13
14
17
20
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
Alat dan Objek Penelitian ................................................................
Pengumpulan Data ...........................................................................
Data Primer .............................................................................
Data Sekunder .........................................................................
Pengolahan Data ...............................................................................
Analisis Data ....................................................................................
21
21
21
21
22
22
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................
Persentase Tingkat Pendidikan, Klasifikasi Usia dan Tingkat
Pendapatan Responden......................................................................
25
31
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia dan Jenis Pekerjaan
Statistik Kecelakaan Kerja ................................................................
Analisis SWOT .................................................................................
Penyakit Akibat Kerja .......................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................
Saran ..................................................................................................
33
36
39
42
46
46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
1. Angka Frekuensi Kecelakaan dan Safe-T-Score Tahun 2006-2008 ...
36
2. Angka Keparahan Kerja ......................................................................
37
3. Analisis SWOT Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan
Pemanenan Kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele .............
39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi Barak Pekerja di Lapangan ....................................................
26
2. Beberapa Jenis Fasilitas Penunjang K3 yang Terdapat di PT. TPL
Sektor Tele ...........................................................................................
29
3. Persentase Klasifikasi Umur Responden ...........................................
31
4. Persentase Tingkat Pendidikan Responden .........................................
32
5. Persentase Jumlah Pendapatan Responden Per Bulan ........................
33
6. Grafik Penyebaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia ....................
33
7. Grafik Penyebaran Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............
35
8 Jenis Kebiasaan Responden ................................................................
43
9. Grafik Gangguan Kesehatan yang Terdapat pada Responden
Akibat Kegiatan Pemanenan kayu .......................................................
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Mengenai K3 untuk Pimpinan Perusahaan ........................
47
2. Kuisioner Mengenai K3 untuk Pekerja Lapangan ..............................
50
3 Penggologan Data Jumlah Kecelakaan dalam Kegiatan Pemanenan
55
4. Penghitungan Safe-T-Score .................................................................
58
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Labour safety and health in logging at HTI
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate. Under supervised by Arif Nuryawan,
S.Hut, M.Si and Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si.
Wood harvesting activity was one of combination work between human, tools and
the environment. The unstability between one of it could cause a work accident.
This research aimed to calculate the rate of work accident frequency, the rate of
work accident seriousness and safe-T-score and analyze of descriptive about the
condition of labour safety and health in logging at HTI PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Tele estate. Logging activity at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate causes
such a work disease. It is caused by noise and trill logging eguipment. The Rate of
work accidents frequency and the rate of work accident seriousness was
unstabilized 3,571; 10,612; and 2,324. Safe-T-Score was 1,642 and -0,754, and
indicates there is no significance change of labour health and safety.
Keyword: wood harvesting, health, safety, accident, disease.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Keselamatan dan kesehatam kerja dalam
kegiatan pemanenan kayu. Dibawah bimbingan Arif Nuryawan, S. Hut, M.si dan
Luthfi Hakim, S. Hut, M.si.
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu hubungan kerja antara manusia,
peralatan dan lingkungan kerja. Ketidakseimbangan hubungan antara ketiga hal
tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, safe-T-score dan menganalisis
secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Sektor Tele. Kegiatan pemanenan kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
menyebabkan terjadinya penyakit kerja. Ini disebabkan oleh kebisingan dan
getaran mekanis yang disebabkan oleh alat–alat pemanenan. Angka frekuensi
kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan kerja yang didapat tidak stabil, yaitu
3,571; 10,612 dan 2,324. Safe-T-Score nilainya adalah 1,642 dan -0,754 yang
nenunjukkan bahwa tidak ada perubahan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
yang berarti.
Kata kunci: Pemanenan kayu, kesehatan, keselamatan, kecelakaan, penyakit.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya kegiatan pemanenan hutan dicirikan oleh kombinasi
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh
salah satu faktor dapat menyebabkan resiko yang berbahaya dan akhirnya dapat
menyebabkan kecelakaan. Faktor-faktor yang saling berhubungan tersebut adalah
manusia, peralatan dan lingkungan kerja, manusia sebagai salah satu faktor
penggeraknya merupakan satu-satunya faktor hidup yang sangat rentan dengan
bahaya kecelakaan. Oleh karena itu
pembangunan sektor kehutanan selain
bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang lestari juga terhadap
sumberdaya manusia yang terlibat langsung dalam proses pengelolaan hutan.
Sehingga
pemeliharaan
dan
pengembangan
sumberdaya
manusia
juga
memerlukan perhatian khusus disamping perhatian terhadap faktor lainnya.
Demikian pula dengan yang disebutkan dalam penelitian Fibriyanti (2005),
yang menyatakan bahwa dalam kegiatan dalam industri kehutanan banyak yang
menyebabkan kecelakaan kerja, khususnya dalam kegiatan pemanenan kayu di
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sebagai salah satu perusahaan besar di bidang
kehutanan yang telah mengutamakan teknologi dalam hal ini alat-alat berat di
bidang kehutanan khususnya dalam bidang teknologi pemanenan hasil hutan yang
belum memiliki data mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Maka dari itu
perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut, dan penelitian ini mengambil
topik ”keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan pemanenan kayu”.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, angka keparahan kecelakaan
kerja dan Safe-T-Score.
2. Menganalisis secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam kegiatan pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk.
3. Memberikan alternatif terhadap permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan upaya memperbaiki
kecelakaan kerja kepada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk khususnya kecelakaan kerja
dalam kegiatan pemanenan hutan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kayu
Berdasarkan jenis peralatannya, kegiatan pemanenan kayu dapat
dibedakan ke dalam dua sistem pemanenan, yaitu sistem manual dan sistem
mekanis. Sistem mnual dicerminkan oleh penggunaan alat-alat pemungutan kayu
tradisional yang melibatkan teknologi sederhana. Sedangkan kegiatan pemanenan
kayu secara mekanis dicirikan dengan penggunaan mesin dengan teknologi yang
lebih maju (Rusmana, 2003).
Pemanenan kayu adalah satu bagian yang dominan dari manajemen hutan
secara keseluruhan, oleh karena itu feed back-nya terhadap kesuksesan maupun
kegagalan pengelolaan hutan yang lestari dalam jangka panjang adalah sangat
penting. Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam
tegakan berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang
ditetapkan, kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah,
pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan
pengangkutan kayu bulat dari tempat pengumpulan (TPn) ke tempat penimbunan
kayu (TPk) (Departemen Kehutanan, 1993).
Ergonomi
Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas
yang memperhitungkan kemampuan tubuh manusia dengan tugas kerja termasuk
penggunaan alat dan kondisi lingkungan, hal ini disebut ergonomi. Jadi dalam
Universitas Sumatera Utara
aktivitas gerak apapun sebaiknya dilakukan dengan gerakan yang alamiah, agar
tidak menimbulkan accident atau incident. Namun, justru tujuan ergonomis adalah
dalam aktivitas gerak apapun dapat lebih nyaman, aman, tidak melelahkan,
produktivitas kerja meningkat secara optimal (Santoso, 2004).
Pendekatan
ergonomis
mengusahakan
semua
alat
dan
peralatan
disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan alat atau
peralatan. Oleh karena itu, segala produk dari hasil suatu produksi harus
memperhitungkan ergonomis. Saat ini di bidang manufacture telah banyak
didesain atau redesain segala hasil produksi dengan memperhitungkan ergonomis,
karena segala yang diperbuat terutama bertujuan bagi kesehatan dan keselamatan
kerja (Santoso, 2004).
Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat
selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan.
Dalam kaitan inilah, diperlukan kemampuan pengelolaan sumber daya perusahaan
secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahan.
Untuk menumbuhkan wawasan bagaimana seharusnya pengelolaan perusahaan itu
dilakukan dengan baik, terutama skala kecil dan menengah antara lain melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja
perusahaan dapat meningkat apabila kondisi dan suasana kerja mendukung. Oleh
karena itu guna mempelajari sebab-sebab rendahnya produktivitas tenaga kerja
dan upaya perbaikannya sehingga produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat
mencapai hasil yang optimal, maka pembina maupun pengelola perusahaan perlu
mengetahui penerapan ilmu ergonomi (www.dephut.go.id).
Universitas Sumatera Utara
Gani (1990), menyatakan ergonomi, memiliki tujuan untuk penyesuaian
persyaratan kerja bagi manusia serta menyusun petunjuk umum yang dapat
diterapkan untuk penyelenggaraan kerja. Lebih lanjut Gani (1990) menjelaskan
tujuan dari pengukuran ergonomi adalah untuk menentukan kemampuan puncak
ketegangan jasmani yang disebabkan oleh berbagai kegiatan pada berbagai
keadaan.
Kerja hutan adalah kegiatan kehutanan yang berat, disebabkan kondisi
lingkungan kerja dan kondisi teknologi tinggi. Kerja hutan salah satunya meliputi
proses dengan teknologi pada kegiatan produksi yang melibatkan sumberdaya
hutan sejak manusia mengenal kerja untuk kenyamanan hidup dan kehidupannya.
Keterkaitan sumberdaya manusia dengan sumberdaya hutan menyebabkan
perhatian tidak saja ditujukan pada kegiatannya saja, akan tetapi juga kepada
kondisi lingkungannya (Gani, 1990).
Kegiatan pemanenan hutan pada umumnya dicirikan oleh kombinasi
faktor antara manusia, peralatan dan lingkungan kerja. Masing-masing faktor
memiliki fungsi tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Apabila faktorfaktor tersebut berfungsi dengan baik dan benar serta berinteraksi secara selaras,
maka pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan baik dan dapat menciptakan
efisiensi dan prestasi kerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya (Rusmana, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja
Menurut Wigbjosoebroto (1989), banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor diri. Faktor ini datang dari dalam diri si pekerja dan sudah ada sebelum
ia mulai bekerja. Faktor diri tersebut antara lain: attitude, sikap, karakteristik
fisik, minat, motivasi, usia, kelamin, pendidikan, pengalaman, dan sistem nilai
2. Faktor situasional. Faktor ini datang dari luar si pekerja dan hampir
sepenuhnya dapat diatur dan diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga
disebut juga faktor-faktor manajemen, yang antara lain :
1) Faktor sosial dan keorganisasian seperti karakteristik perusahan,
pendidikan dan latihan, pengawasan, pengupahan dan lingkungan sosial.
2) Faktor fisik antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan kerja,
metode kerja.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kerja
bukannya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tersebut,
tetapi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadangkadang mengikuti suatu mekanismeyang sangat kompleks. Dengan demikian
pimpinan perusahaan harus dapat mengatur semua faktor-faktor tersebut sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan menjalinnya dengan faktor-faktor dari
pekerja untuk menciptakan keberhasilan yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/
metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
(http://www. departemen kesehatan.go.id/index.php, 2008)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/
metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
(http://www.departemenkesehatan.go.id.index.php?,2007).
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri.
Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan: “ suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur
dari suatu aktivitas”. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab
musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini, dimana ada
4 faktor penyebabnya yaitu:
1. Faktor manusianya
2. Faktor materialnya/ bahannya/ peralatannya
3. Faktor bahaya/ sumber bahaya, ada dua sebab :
a) Perbuatan berbahaya; misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna, dan sebagainya.
b) Kondisi/ keadaan bahaya; yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/
peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan
4. Faktor yang dihadapi; misalnya kurangnya pemeliharaan/ perawatan mesinmesin/ peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna (Husni, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Husni (2000), disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga
akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain;
a) Kerusakan/ kehancuran mesin
b) Biaya pengobatan dan perawatan korban
c) Tunjangan kecelakaan
d) Hilangnya waktu kerja
e) Menurunnya jumlah maupun mutu produksi
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya bersifat penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang
bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/ cedera berat maupun luka
ringan.
Sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja, adalah:
1. Faktor fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi, getaran
mekanis, tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauan di
tempat kerja, kelembaban udara
2. Faktor kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal
dan mentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun
3. Faktor biologis, yang dapat berupa; bakteri virus, jamur, cacing dan serangga,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan kerja
4. Faktor faal, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja,
peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang
Universitas Sumatera Utara
senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,
beban kerja yang melampaui batas kemampuan
5. Faktor psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang
tidak sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang idak menyenangkan,
pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja
yang tidak sesuai, pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan
kecelakaan
(Husni, 2000).
Kecelakaan kerja yakni peristiwa yang tidak diinginkan/ diharapkan, tidak
diduga, tidak disengaja terjadi dalam hubungan kerja, umumnya diakibatkan oleh
berbagai faktor dan meliputi juga peristiwa kebakaran, peledakan, penyakit akibat
kerja serta pencemaran pada lingkungan kerja. Berbagai potensi bahaya di tempat
kerja senantiasa dijumpai. Mengenai potensi bahaya industrial merupakan langkah
awal dalam mewujudkan upaya pencegahan kecelakaan kerja (Husni, 2000).
Suma’mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan
kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2
permasalahan pokok, yakni:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas
lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada
saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari
tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan
menjadi 2, yakni :
1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya
2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety
condition, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang
terbuka, dan sebagainya.
Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan
faktor manusia ini.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat
kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a) Terjatuh
b) Tertimpa benda
c) Tertumbuk atau terkena benda-benda
d) Terjepit oleh benda
e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f) Pengaruh suhu tinggi
g) Terkena arus listrik
h) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian
kayu, dan sebagainya.
b) Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.
c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah
tanah).
f) Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a) Patah tulang/ dislokasi (keseleo)
b) Regang otot (urat)
c) Memar dan luka dalam yang lain
d) Amputasi
e) Luka di permukaan
f) Geger dan remuk
g) Luka bakar
h) Keracunan-keracunan mendadak
i) Pengaruh radiasi
j) Lain-lain
Universitas Sumatera Utara
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
g) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak karena pada kenyataannya
kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor tetapi banyak faktor
(http://www.geocities.com/klinikikm/kesehatan-kerja/kecelakaan-kerja.htm,
2007).
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja melakukan
kegiatan yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Ada beberapa
golongan lingkungan kerja, antara lain:
Lingkungan fisik, misalnya kualitas cahaya, pertukaran udara, tekanan, suhu
dan kelembaban udara, serta berbagai perangkat kerja (mesin dan bukan
mesin)
Lingkungan kimia, misalnya bahan baku, bahan jadi dan bahan sisa yang ada
hubungannya dengan kegiatan perusahaan, terutama sekali bahan kimia
yang mempunyai sifat fisiko-kimia radiasi dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan biologi, misalnya flora dan fauna yang ada hubungannya dengan
kegiatan perusahaan
Lingkungan sosial, misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
gangguan kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja, merupakan salah satu
faktor penyebab penyakit kerja dan kecelakaan kerja (Dainur, 1992).
Kecelakaan Kerja
Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu
dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila
perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul
seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan
melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya
kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang
langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan
dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak
ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
baik,
penghentian
alat
produksi,
dan
hilangnya
waktu
kerja
(http://inparametric.com/bhinablog/archives/62, 2003)
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga maksudnya tidak dilatorbelakangi unsur kesengajaan, dan tidak
direncanakan, karena peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar ruang
lingkup kecelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling
berat (Dainur, 1992).
Menurut Dainur (1992), sesungguhnya kecelakaan akibat kerja meliputi
penyakit akibat kerja, namun yang terakhir ini, mempunyai ruang lingkup
berbeda, baik dari segi hygiene perusahaan maupun dari segi kesehatan kerja.
Terdapat 3 kelompok kecelakaan kerja :
1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan.
2. Kecelakaan lalu lintas.
3. Kecelakaan di rumah.
Kerugian yang disebabkan kecelakaan kerja, mengakibatkan 5 jenis
kerugian yaitu:
1. Kerusakan.
2. Kekacauan organisasi.
3. Keluhan dan kesedihan.
4. Kelainan dan cacat.
5. Kematian.
(Dainur, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Banyak teori tentang penyebab kecelakaan, namun secara operasional
dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1. Kegagalan komponen, misalnya: desain yang tidak memadai, bahan korosif,
kegagalan mekanik, kegagalan pompa kompresor, kegagalan sistem kontrol,
kegagalan sistem
2. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, misalnya: kegagalan memonitor
proses, kegagalan prosedur (start up atau shut down)
3. Human error, misalnya: kesalahan operator, mencampur bahan berbahaya,
label tidak jelas, kesalahan komunikasi
4. Faktor luar, misalnya: sarana transportasi, faktor alam, angin, banjir, petir
(Rusmana, 2003).
Kejadian kecelakaan kerja, tidak hanya akibat dari satu penyebab
melainkan akibat kombinasi berbagai faktor. Dalam teori modern sering
dinyatakan bahwa kecelakaan kerja merupakan akibat kesalahan dalam sistem
manajemen yang belum atau cenderung kurang peduli terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja serta kurangnya partisipasi dan tanggung jawab semua pihak
(Rusmana, 2003).
Secara hierarki ada 3 macam penyebab kecelakaan kerja yaitu:
1. Penyebab Langsung adalah sebab–sebab yang secara langsung mengakibatkan
terjadinya sebuah kecelakaan. Penyebab Langsung biasanya dibedakan ke
dalam 2 kriteria, yaitu:
a) Tindakan tidak aman, contoh tindakan tidak aman adalah mengoperasikan
alat tanpa izin, mengoperasikan alat di atas batas kecepatan maksimum,
menggunakan alat yang tidak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
b) Kondisi tidak aman, contoh kondisi tidak aman adalah alat atau perkakas
yang rusak, rambu-rambu tidak lengkap, kurangnya lampu penerangan,
temperatur yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
2
Penyebab Dasar, adalah hal-hal yang mengakibatkan atau mendorong
Penyebab Langsung. Penyebab Dasar dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:
a) Faktor personal, adalah faktor-faktor di dalam diri pekerja/ korban yang
mendorong dirinya untuk melakukan tindakan tidak aman.
b) Faktor Pekerjaan, contoh faktor pekerjaan adalah kepemimpinan yang
kurang, peralatan dan material kurang, standar kerja kurang.
c) Kurang kendali (Lack of Control), kurang kendali dapat diterjemahkan
sebagai kegagalan manajemen dalam memenuhi dan menegakan standar
yang ada di dalam Perusahaan. Contohnya adalah pelatihan yang kurang,
tidak terjadwalnya inspeksi terencana, atau analisa kecelakaan yang salah.
(http://www.aryanugraha.wordpress.com/2006/07/31/tinjauan-penyebabkecelakaan).
Evaluasi atau Pengawasan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
dimana pekerjaan dilakukan, dan terjadi sewaktu menjalankan pekerjaan di tempat
kerja ataupun di luar tempat kerja yang ada hubungannya dengan pekerjaan di
perusahaan (Dainur, 1992).
Menurut Dainur (1992), ditinjau dari faktor penyebab, penyakit akibat
kerja mempunyai kesamaan dengan kecelakaan akibat kerja, namun ruang lingkup
keduanya sangat berbeda, terutama dalam aspek pengelolaannya. Penyakit akibat
Universitas Sumatera Utara
kerja mempunyai aspek teknik, oleh karena itu penyakit kerja dikelola oleh
seorang dokter atau ahli kesehatan, sedangkan kecelakaan kerja dikelola oleh ahli
keselamatan kerja (safety engineering).
Evaluasi/ pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan
evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif:
Pengamatan semua bahan/ material serta keadaan lingkungan kerja yang
mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.
Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan.
Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri:
a) Pemakaian alat pelindung/ pengaman: jenis, kualitas, kuantitas, ukuran dan
komposisi bahan alat pelindung
b) Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)
c) Jenis, konsentrasi/ unsur-unsur bahan baku, pengolahan dan penyimpanan
bahan baku
d) Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan,
ventilasi, intensitas suara/ bising, getaran).
Cara-cara pengawasan:
a) Mengganti/ substitusi bahan baku yang berbahaya dengan bahan lain yang
kurang berbahaya bagi kesehatan
b) Mengganti atau mengubah cara pengolahan atau mengurangi bahaya dari
bahan sisa
c) Menyediakan rambu-rambu/ tanda pengaman, serta alat pengaman lainnya
d) Mengisolasi tenaga kerja dari keadaan-keadaan yang membahayakan
kesehatannya
Universitas Sumatera Utara
e) Menyerap bahan/ keadaan yang membahayakan/ mengganggu kesehatan
tenaga kerja
f) Pengamatan dan pengawasan terus menerus perlengkapan bangunan
perusahaan, fasilitas sanitasi, fasilitas penyediaan air minum dan makanan,
kamar amndi, tempat cuci tangan, serta alat pengaman bangunan
g) Evaluasi, pengamatan dan pengawasan:
1) Proses pekerjaan, alat-alat
2) Posisi pada saat melakukan kerja
3) Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari
4) Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit dengan
bahan baku atau bahan jadi.
h) Pengamatan pertauran giliran kerja (shift/ rotation) dari setiap tenaga kerja
i) Penyuluhan dan latihan bagi karyawan
j) Pengawasan, pengamatan dan surveillance medis
k) Pengamatan dan pengawasan hygiene perorangan
l) Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
baku serta bahan jadi
m) Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku tenaga kerja
sewaktu melakukan pekerjaan
(Dainur, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja
Perlindungan tenaga kerja mempunyai aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan agama. Perlindungan bertujuan agar
tenaga kerja aman melakukan pekerjaan sehari-hari, untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas nasional (Dainur, 1992).
Tenaga kerja harus dilindungi dari berbagai masalah di sekitarnya dan
pribadi, karena dapat mengganggu dirinya dan pelaksanaan pekerjaannya. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa keselamatan kerja merupakan salah satu segi
penting dari perlindungan tenaga kerja (Dainur, 1992).
Untuk mewujudkan perlindungan kerja tersebut maka pemerintah
melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian
pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan, dan
pengawasan norma itu sendiri. Hal ini secara tegas dinyatakan pada pasal 9
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama”
(Husni, 2000).
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di areal HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor
Tele, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan data
dilaksanakan selama bulan bulan April-Mei tahun 2008.
Alat dan Objek Penelitian
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah perlengkapan tulis
menulis, kuisioner, kamera dan kalkulator.
Objek penelitian adalah semua pekerja dalam unit produksi di HTI PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk. Bidang pemanenan yang meliputi kegiatan penebangan,
pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan perbengkelan.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan dengan metode kuisioner
berdasarkan usia pekerja dengan kriteria usia 40
tahun. Banyaknya kuisioner ialah sesuai dengan ketentuan yang disebutkan
oleh Arikunto (1998), misalnya bila subjeknya kurang dari 100 akan diambil
semua, tapi jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil
antara10-15% dan 20-25% metode ini disebut sebagai purposive sampling.
Data primer didapat juga dari wawancara dan pengamatan langsung di
Universitas Sumatera Utara
lapangan mengenai kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, yang ditujukan
untuk:
a) Perusahaan (pimpinan perusahaan)
b) Pekerja lapangan
Data sekunder
Data sekunder adalah arsip data yang diperoleh dari perusahaan tempat
dilakukannya penelitian, yang terdiri atas:
a) Data kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas, keadaan lapangan,
tegakan, sarana dan prasarana)
b) Data jumlah tenaga kerja
c) Data kasus kecelakaan, penyebab dan akibatnya
d) Data audit manajemen K3
Pengolahan Data
Data langsung mengenai kecelakaan kerja dikelompokkan berdasarkan
jenis kecelakaan, letak luka, kerugian (hari orang kerja). Selanjutnya dianalisa
secara deskriptif tentang kondisi K3 di lingkungan perusahaan. Menurut Idris dan
Soemarmo (1988), kecelakaan dikelompokkan menjadi:
a) Kecelakaan kecil, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja
tidak dapat masuk kerja kurang dari tiga hari.
b) Kecelakaan besar, yaitu jenis kecelakaan kerja yang mengakibatkan
pekerja tidak dapat masuk kerja lebih dari tiga hari.
c) Kecelakaan yang menyebabkan meninggal.
Universitas Sumatera Utara
Menghitung angka-angka kecelakaan menurut Dainur (1992), yang meliputi:
a) Angka frekuensi kecelakaan kerja (Frequency Rate)
FR = Banyaknya kecelakaan x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
b) Angka keparahan kecelakaan kerja (Safety Rate)
SR = Jumlah hari kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah seluruh jam kerja manusia
Dimana: Jumlah hari kerja yang hilang ditentukan dengan menggunakan
Standar Nasional Indonesia oleh Departemen Tenaga Kerja RI tahun
2001.
c) Safe-T-score (STS)
Safe-T-Score = FR (n)-FR (n-1)
FR (n-1)
Keterangan: FR (n) = Angka frekuensi kecelakaan kerja kini
FR (n-1) = Angka frekuensi kecelakaan kerja lampau
Safe-T-score adalah angka yang tidak memiliki dimensi, arti angka SafeT-Score positif menunjukkan keadaan yang memburuk, dan sebaliknya
jika angka Safe-T-Score negatif menunjukkan keadaan membaik.
a. STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti
b. STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
c. STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis SWOT, yaitu dengan menganalisa tentang masalah keselamatan dan
kesehatan kerja dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan
data yang sudah diperoleh dari lapangan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta tata cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1987).
Dalam kegiatan pemanenan atau yang biasa disebut harvesting di PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele ini terdiri atas beberapa macam kegiatan yaitu:
penebangan, pembagian batang, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan dan
perbengkelan. Masing-masing kegiatan tersebut memiliki peluang masing-masing
untuk mengalami kecelakaan kerja, antara lain:
1. Penebangan
Hal-hal yang menyebabkan kecelakaan kerja saat melakukan kegiatan
penebangan adalah kegiatan saat merebahkan pohon yang akan ditebang, ini
karena banyak faktor-faktor unsafety atau tidak aman seperti; sikap kurang
teliti saat membuat takik yang dibuat agar arah rebahnya sesuai dan aman
terhadap operator, kurang lengkapnya alat-alat pengaman yang dipakai
operator, dan arah angin yang dilihat dari kondisi alam Tele yang berangin
yang sewaktu-waktu dapat merubah arah rebah pohon yang dimaksudkan.
Kondisi tempat berlindung di lapangan juga yang kurang memadai dapat
memacu tidak sehatnya kondisi tubuh pekerja, karena tempat tinggal yang
dianggap masih kurang layak.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kondisi Barak Pekerja di Lapangan
Barak biasanya digunakan sebagai tempat berlindung para pekerja di
lapangan, biasanya untuk tempat istirahat dan makan bagi pekerja seperti
operator chainsaw.
2. Penyaradan
Saat
melakukan
penyaradan
operator
excavator
harus
melakukan
pengangkutan kayu dengan kapasitas sesuai, karena jika jumlah kayu yang
diangkut overload akan berakibat fatal terhadap operator yang tugasnya
menumpuk kayu karena kayu bisa jatuh dan menimpa operator lainnya.
Pengangkutan juga harus dikondisikan pada tempat yang aman (tidak terdapat
orang pada tumpukan kayu yang akan diangkut).
3. Pembagian Batang
Pada saat melakukan kegiatan pembagian batang hal yang paling utama
dilakukan adalah memeriksa kerja alat (chainsaw), karena rusaknya chainsaw
atau tidak optimalnya kerja alat dapat mengakibatkan kesalahan terhadap
ukuran kayu yang dipotong. Penggunaan peralatan safety seperti boot, sarung
Universitas Sumatera Utara
tangan, pelindung telinga dan helm juga wajib untuk meminimalisir
kecelakaan kerja karena terkena chainsaw.
4. Muat Bongkar
Susunan kayu di dalam logging truck harus rapi dan melintang, penahan
susunan kayu dibelakang truk harus kayu yang kuat untuk menghindar
jatuhnya kayu atau kecelakaan. Setelah selesai muat segera diikat dengan
rantai yang standar. Semua truk tidak boleh melebihi muatan (over load)
karena akan membahayakan sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. Pengangkutan
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengangkutan adalah:
Rantai pengikat log dua buah.
Tonase logging truck yang tidak melampaui batas (overload).
Kayu yang diangkut bersih dari sampah/ daun-daunan.
Tanda batas kayu di bagian truk dengan warna oranye.
Jika hal-hal tersebut di atas tidak dilakukan maka dapat menyebabkan
kecelakaan seperti kayu yang jumlahnya overload dan pengikat log yang
kurang atau bahkan tidak diikat.
6. Perbengkelan (workshop)
Di workshop para pekerjanya menggunakan alat pelindung tambahan selain
helm, sarung tangan dan sepatu boot, yaitu kacamata pelindung. Kacamata
pelindung ini dipakai oleh pekerja yang bersinggungan dengan kegiatan
menyolder agar tidak terjadi kecelakaan dalam pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Adanya kegiatan pelaksanaan pemantauan keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele secara resmi dimulai pada tahun
2006. Secara resmi pula dibentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3), yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa usulan
perbaikan atau pencegahan penyakit akibat kerja dari dokter perusahaan
dijalankan di tempat kerja.
Pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terdapat sebuah departemen yang
bartanggungjawab terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu
Environtment, Fire, Safe and Security Department yang bukan hanya
bertanggungjawab terhadap penanggulangan masalah K3 di perusahaan tetapi
juga bertanggung jawab terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan
pengamanan aset bergerak dan tidak bergerak.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele memiliki beberapa fasilitas yang
disediakan oleh perusahaan sebagai wujud upaya perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja para pekerjanya antara lain:
1) fasilitas klinik beserta medis dan ambulance
2) Perumahan untuk pegawai
3) lapangan olahraga
4) petugas keamanan
5) alat-alat pelindung kerja seperti; helm, sarung tangan, masker serta
pelindung telinga.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Beberapa Jenis Fasilitas Penunjang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang Terdapat Pada PT. TPL sektor
Tele
Selain itu juga para pekerja harus mentaati peraturan-pertauran yang
dibuat oleh perusahaan dalam kaitannya dengan keselamatan diri dalam setiap
melakukan pekerjaan, ini diatur dalam Standard Operating System (SOP).
Meskipun dalam praktik sehari-harinya masih banyak pekerja yang tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bahkan, sebagian
besar dari pekerja hanya melakukan pekerjaan dengan pelindung seadanya.
Karena pekerjaan terasa lebih mudah dan cepat selesai jika tidak menggunakan
pelindung karena dianggap mempersulit kerja.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil kuisioner pada 100 responden yang diwawancarai dapat
diketahui persentase penggunaan alat pelindung diri adalah sebagai berikut: helm
pelindung 91%, sepatu pengaman (boot) 95%, sarung tangan 3%, sedang tidak
dijumpai penggunaan masker pelindung mata dan penyumbat telinga. Pengamatan
di lapangan juga menyebutkan angka-angka yang sama untuk penggunaan helm
dan sepatu pengaman memang hampir seluruh pekerja menggunakan, tetapi untuk
alat pelindung yang lain sangat minim. Karena dianggap membatasi ruang gerak
saat bekerja.
Persentase Tingkat Pendidikan, Klasifikasi Usia Responden dan Tingkat
Pendapatan Responden
Dari 100 orang responden yang diwawancarai, terdiri dari semua bidang
kegiatan yang tedapat dalam departemen harvesting (pemanenan) dan rata-rata
memiliki latar belakang pendidikan dan usia yang relatif sama. Hal ini dapat
dilihat dari Gambar 3 berikut ini:
60%
52%
persentase
50%
40%
37%
30%
20%
7%
10%
4%
0%
< 25
25-40
> 40
Lain-lain
klasifikasi umur
Gambar 3. Persentase Klasifikasi Umur Responden
Universitas Sumatera Utara
Dapat dijelaskan bahwa klasifikasi usia paling banyak menjadi responden
yaitu klasifikasi umur 25-40 tahun. Dapat disimpulkan dalam usia ini adalah
masa-masa produktif dalam melakukan pekerjaan, dan pekerja dapat lebih
konsentrasi dengan pekerjaannya juga tidak ceroboh dalam melakukan tugasnya
yang biasa dilakukan oleh klasifikasi umur
DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU
(Studi Kasus di Areal HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Desa Hutagalung, Kecamatan Harian Boho,
Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara)
HASIL PENELITIAN
Oleh :
YULI YANTI NANI KHAIRANI NASUTION
031203005/ Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Labour safety and health in logging at HTI
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate. Under supervised by Arif Nuryawan,
S.Hut, M.Si and Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si.
Wood harvesting activity was one of combination work between human, tools and
the environment. The unstability between one of it could cause a work accident.
This research aimed to calculate the rate of work accident frequency, the rate of
work accident seriousness and safe-T-score and analyze of descriptive about the
condition of labour safety and health in logging at HTI PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Tele estate. Logging activity at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate causes
such a work disease. It is caused by noise and trill logging eguipment. The Rate of
work accidents frequency and the rate of work accident seriousness was
unstabilized 3,571; 10,612; and 2,324. Safe-T-Score was 1,642 and -0,754, and
indicates there is no significance change of labour health and safety.
Keyword: wood harvesting, health, safety, accident, disease.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Keselamatan dan kesehatam kerja dalam
kegiatan pemanenan kayu. Dibawah bimbingan Arif Nuryawan, S. Hut, M.si dan
Luthfi Hakim, S. Hut, M.si.
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu hubungan kerja antara manusia,
peralatan dan lingkungan kerja. Ketidakseimbangan hubungan antara ketiga hal
tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, safe-T-score dan menganalisis
secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Sektor Tele. Kegiatan pemanenan kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
menyebabkan terjadinya penyakit kerja. Ini disebabkan oleh kebisingan dan
getaran mekanis yang disebabkan oleh alat–alat pemanenan. Angka frekuensi
kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan kerja yang didapat tidak stabil, yaitu
3,571; 10,612 dan 2,324. Safe-T-Score nilainya adalah 1,642 dan -0,754 yang
nenunjukkan bahwa tidak ada perubahan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
yang berarti.
Kata kunci: Pemanenan kayu, kesehatan, keselamatan, kecelakaan, penyakit.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution dilahirkan di Jayapura pada tanggal 5
Juli 1985 dari Ayah Drs. Pardamean Nasution dan Ibu Linni Elfina Hasibuan,
penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Perumnas 2 Waena
Jayapura, tamat tahun 1997. Selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
1 Barumun, tamat tahun 2000 dan kemudian SMU Negeri 1 Barumun, tamat
tahun 2003. Pada tahun 2001 penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur
SPMB pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti beberapa
organisasi intra maupun ekstra kampus, antara lain anggota Himpunan Sylva USU
(HIMAS), staff bidang pendidikan dan teknologi Sylva Indonesia (SI) dan
anggota Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL).
Selama menjalani pendidikan di Departemen Kehutanan Universitas
Sumatera Utara penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan
(P3H) di hutan mangrove Bandar Khalipah dan di hutan pegunungan Taman
Hutan Raya (TAHURA) Sibolangit. Tahun 2007, penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT.Toba Pulp Lestari Tbk sektor Tele.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan berkah-Nya kepada penulis sehingga penelitian
yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan Pemanenan
Kayu (Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Tele, Desa
Hutagalung, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara)” ini
dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Nuryawan, S.Hut,
M.Si dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan-masukan dalam proses penyelesaian penelitian
ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Edy Batara
Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca. Diharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Mei 2009
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ............................................................................................
i
ABSTRAK .............................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kayu..............................................................................
Ergonomi ..........................................................................................
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja ................
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................................................
Lingkungan Kerja ............................................................................
Kecelakaan Kerja ............................................................................
Evaluasi dan Pengawasan Penyakit Akibat Kerja ............................
Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga kerja ........................
3
3
6
7
13
14
17
20
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
Alat dan Objek Penelitian ................................................................
Pengumpulan Data ...........................................................................
Data Primer .............................................................................
Data Sekunder .........................................................................
Pengolahan Data ...............................................................................
Analisis Data ....................................................................................
21
21
21
21
22
22
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................
Persentase Tingkat Pendidikan, Klasifikasi Usia dan Tingkat
Pendapatan Responden......................................................................
25
31
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia dan Jenis Pekerjaan
Statistik Kecelakaan Kerja ................................................................
Analisis SWOT .................................................................................
Penyakit Akibat Kerja .......................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................
Saran ..................................................................................................
33
36
39
42
46
46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
1. Angka Frekuensi Kecelakaan dan Safe-T-Score Tahun 2006-2008 ...
36
2. Angka Keparahan Kerja ......................................................................
37
3. Analisis SWOT Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan
Pemanenan Kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele .............
39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi Barak Pekerja di Lapangan ....................................................
26
2. Beberapa Jenis Fasilitas Penunjang K3 yang Terdapat di PT. TPL
Sektor Tele ...........................................................................................
29
3. Persentase Klasifikasi Umur Responden ...........................................
31
4. Persentase Tingkat Pendidikan Responden .........................................
32
5. Persentase Jumlah Pendapatan Responden Per Bulan ........................
33
6. Grafik Penyebaran Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia ....................
33
7. Grafik Penyebaran Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............
35
8 Jenis Kebiasaan Responden ................................................................
43
9. Grafik Gangguan Kesehatan yang Terdapat pada Responden
Akibat Kegiatan Pemanenan kayu .......................................................
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Mengenai K3 untuk Pimpinan Perusahaan ........................
47
2. Kuisioner Mengenai K3 untuk Pekerja Lapangan ..............................
50
3 Penggologan Data Jumlah Kecelakaan dalam Kegiatan Pemanenan
55
4. Penghitungan Safe-T-Score .................................................................
58
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Labour safety and health in logging at HTI
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate. Under supervised by Arif Nuryawan,
S.Hut, M.Si and Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si.
Wood harvesting activity was one of combination work between human, tools and
the environment. The unstability between one of it could cause a work accident.
This research aimed to calculate the rate of work accident frequency, the rate of
work accident seriousness and safe-T-score and analyze of descriptive about the
condition of labour safety and health in logging at HTI PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Tele estate. Logging activity at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Tele estate causes
such a work disease. It is caused by noise and trill logging eguipment. The Rate of
work accidents frequency and the rate of work accident seriousness was
unstabilized 3,571; 10,612; and 2,324. Safe-T-Score was 1,642 and -0,754, and
indicates there is no significance change of labour health and safety.
Keyword: wood harvesting, health, safety, accident, disease.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Yuli Yanti Nani Khairani Nasution. Keselamatan dan kesehatam kerja dalam
kegiatan pemanenan kayu. Dibawah bimbingan Arif Nuryawan, S. Hut, M.si dan
Luthfi Hakim, S. Hut, M.si.
Kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu hubungan kerja antara manusia,
peralatan dan lingkungan kerja. Ketidakseimbangan hubungan antara ketiga hal
tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, safe-T-score dan menganalisis
secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Sektor Tele. Kegiatan pemanenan kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
menyebabkan terjadinya penyakit kerja. Ini disebabkan oleh kebisingan dan
getaran mekanis yang disebabkan oleh alat–alat pemanenan. Angka frekuensi
kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan kerja yang didapat tidak stabil, yaitu
3,571; 10,612 dan 2,324. Safe-T-Score nilainya adalah 1,642 dan -0,754 yang
nenunjukkan bahwa tidak ada perubahan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
yang berarti.
Kata kunci: Pemanenan kayu, kesehatan, keselamatan, kecelakaan, penyakit.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya kegiatan pemanenan hutan dicirikan oleh kombinasi
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh
salah satu faktor dapat menyebabkan resiko yang berbahaya dan akhirnya dapat
menyebabkan kecelakaan. Faktor-faktor yang saling berhubungan tersebut adalah
manusia, peralatan dan lingkungan kerja, manusia sebagai salah satu faktor
penggeraknya merupakan satu-satunya faktor hidup yang sangat rentan dengan
bahaya kecelakaan. Oleh karena itu
pembangunan sektor kehutanan selain
bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang lestari juga terhadap
sumberdaya manusia yang terlibat langsung dalam proses pengelolaan hutan.
Sehingga
pemeliharaan
dan
pengembangan
sumberdaya
manusia
juga
memerlukan perhatian khusus disamping perhatian terhadap faktor lainnya.
Demikian pula dengan yang disebutkan dalam penelitian Fibriyanti (2005),
yang menyatakan bahwa dalam kegiatan dalam industri kehutanan banyak yang
menyebabkan kecelakaan kerja, khususnya dalam kegiatan pemanenan kayu di
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sebagai salah satu perusahaan besar di bidang
kehutanan yang telah mengutamakan teknologi dalam hal ini alat-alat berat di
bidang kehutanan khususnya dalam bidang teknologi pemanenan hasil hutan yang
belum memiliki data mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Maka dari itu
perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut, dan penelitian ini mengambil
topik ”keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan pemanenan kayu”.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung besarnya frekuensi kecelakaan kerja, angka keparahan kecelakaan
kerja dan Safe-T-Score.
2. Menganalisis secara deskriptif kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam kegiatan pemanenan kayu di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk.
3. Memberikan alternatif terhadap permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan upaya memperbaiki
kecelakaan kerja kepada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk khususnya kecelakaan kerja
dalam kegiatan pemanenan hutan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Kayu
Berdasarkan jenis peralatannya, kegiatan pemanenan kayu dapat
dibedakan ke dalam dua sistem pemanenan, yaitu sistem manual dan sistem
mekanis. Sistem mnual dicerminkan oleh penggunaan alat-alat pemungutan kayu
tradisional yang melibatkan teknologi sederhana. Sedangkan kegiatan pemanenan
kayu secara mekanis dicirikan dengan penggunaan mesin dengan teknologi yang
lebih maju (Rusmana, 2003).
Pemanenan kayu adalah satu bagian yang dominan dari manajemen hutan
secara keseluruhan, oleh karena itu feed back-nya terhadap kesuksesan maupun
kegagalan pengelolaan hutan yang lestari dalam jangka panjang adalah sangat
penting. Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam
tegakan berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang
ditetapkan, kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah,
pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan
pengangkutan kayu bulat dari tempat pengumpulan (TPn) ke tempat penimbunan
kayu (TPk) (Departemen Kehutanan, 1993).
Ergonomi
Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas
yang memperhitungkan kemampuan tubuh manusia dengan tugas kerja termasuk
penggunaan alat dan kondisi lingkungan, hal ini disebut ergonomi. Jadi dalam
Universitas Sumatera Utara
aktivitas gerak apapun sebaiknya dilakukan dengan gerakan yang alamiah, agar
tidak menimbulkan accident atau incident. Namun, justru tujuan ergonomis adalah
dalam aktivitas gerak apapun dapat lebih nyaman, aman, tidak melelahkan,
produktivitas kerja meningkat secara optimal (Santoso, 2004).
Pendekatan
ergonomis
mengusahakan
semua
alat
dan
peralatan
disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan alat atau
peralatan. Oleh karena itu, segala produk dari hasil suatu produksi harus
memperhitungkan ergonomis. Saat ini di bidang manufacture telah banyak
didesain atau redesain segala hasil produksi dengan memperhitungkan ergonomis,
karena segala yang diperbuat terutama bertujuan bagi kesehatan dan keselamatan
kerja (Santoso, 2004).
Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat
selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan.
Dalam kaitan inilah, diperlukan kemampuan pengelolaan sumber daya perusahaan
secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahan.
Untuk menumbuhkan wawasan bagaimana seharusnya pengelolaan perusahaan itu
dilakukan dengan baik, terutama skala kecil dan menengah antara lain melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja
perusahaan dapat meningkat apabila kondisi dan suasana kerja mendukung. Oleh
karena itu guna mempelajari sebab-sebab rendahnya produktivitas tenaga kerja
dan upaya perbaikannya sehingga produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat
mencapai hasil yang optimal, maka pembina maupun pengelola perusahaan perlu
mengetahui penerapan ilmu ergonomi (www.dephut.go.id).
Universitas Sumatera Utara
Gani (1990), menyatakan ergonomi, memiliki tujuan untuk penyesuaian
persyaratan kerja bagi manusia serta menyusun petunjuk umum yang dapat
diterapkan untuk penyelenggaraan kerja. Lebih lanjut Gani (1990) menjelaskan
tujuan dari pengukuran ergonomi adalah untuk menentukan kemampuan puncak
ketegangan jasmani yang disebabkan oleh berbagai kegiatan pada berbagai
keadaan.
Kerja hutan adalah kegiatan kehutanan yang berat, disebabkan kondisi
lingkungan kerja dan kondisi teknologi tinggi. Kerja hutan salah satunya meliputi
proses dengan teknologi pada kegiatan produksi yang melibatkan sumberdaya
hutan sejak manusia mengenal kerja untuk kenyamanan hidup dan kehidupannya.
Keterkaitan sumberdaya manusia dengan sumberdaya hutan menyebabkan
perhatian tidak saja ditujukan pada kegiatannya saja, akan tetapi juga kepada
kondisi lingkungannya (Gani, 1990).
Kegiatan pemanenan hutan pada umumnya dicirikan oleh kombinasi
faktor antara manusia, peralatan dan lingkungan kerja. Masing-masing faktor
memiliki fungsi tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Apabila faktorfaktor tersebut berfungsi dengan baik dan benar serta berinteraksi secara selaras,
maka pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan baik dan dapat menciptakan
efisiensi dan prestasi kerja yang tinggi, begitu juga sebaliknya (Rusmana, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja
Menurut Wigbjosoebroto (1989), banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor diri. Faktor ini datang dari dalam diri si pekerja dan sudah ada sebelum
ia mulai bekerja. Faktor diri tersebut antara lain: attitude, sikap, karakteristik
fisik, minat, motivasi, usia, kelamin, pendidikan, pengalaman, dan sistem nilai
2. Faktor situasional. Faktor ini datang dari luar si pekerja dan hampir
sepenuhnya dapat diatur dan diubah oleh pimpinan perusahaan sehingga
disebut juga faktor-faktor manajemen, yang antara lain :
1) Faktor sosial dan keorganisasian seperti karakteristik perusahan,
pendidikan dan latihan, pengawasan, pengupahan dan lingkungan sosial.
2) Faktor fisik antara lain mesin, peralatan, material, lingkungan kerja,
metode kerja.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kerja
bukannya sekedar hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tersebut,
tetapi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor tersebut, dan kadangkadang mengikuti suatu mekanismeyang sangat kompleks. Dengan demikian
pimpinan perusahaan harus dapat mengatur semua faktor-faktor tersebut sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan menjalinnya dengan faktor-faktor dari
pekerja untuk menciptakan keberhasilan yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/
metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
(http://www. departemen kesehatan.go.id/index.php, 2008)
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/
metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
(http://www.departemenkesehatan.go.id.index.php?,2007).
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri.
Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan: “ suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur
dari suatu aktivitas”. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab
musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini, dimana ada
4 faktor penyebabnya yaitu:
1. Faktor manusianya
2. Faktor materialnya/ bahannya/ peralatannya
3. Faktor bahaya/ sumber bahaya, ada dua sebab :
a) Perbuatan berbahaya; misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna, dan sebagainya.
b) Kondisi/ keadaan bahaya; yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/
peralatan-peralatan, lingkungan, proses, dan sifat pekerjaan
4. Faktor yang dihadapi; misalnya kurangnya pemeliharaan/ perawatan mesinmesin/ peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna (Husni, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Husni (2000), disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga
akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain;
a) Kerusakan/ kehancuran mesin
b) Biaya pengobatan dan perawatan korban
c) Tunjangan kecelakaan
d) Hilangnya waktu kerja
e) Menurunnya jumlah maupun mutu produksi
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya bersifat penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang
bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/ cedera berat maupun luka
ringan.
Sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja, adalah:
1. Faktor fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi, getaran
mekanis, tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauan di
tempat kerja, kelembaban udara
2. Faktor kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal
dan mentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun
3. Faktor biologis, yang dapat berupa; bakteri virus, jamur, cacing dan serangga,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan kerja
4. Faktor faal, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja,
peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang
Universitas Sumatera Utara
senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,
beban kerja yang melampaui batas kemampuan
5. Faktor psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang
tidak sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang idak menyenangkan,
pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja
yang tidak sesuai, pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan
kecelakaan
(Husni, 2000).
Kecelakaan kerja yakni peristiwa yang tidak diinginkan/ diharapkan, tidak
diduga, tidak disengaja terjadi dalam hubungan kerja, umumnya diakibatkan oleh
berbagai faktor dan meliputi juga peristiwa kebakaran, peledakan, penyakit akibat
kerja serta pencemaran pada lingkungan kerja. Berbagai potensi bahaya di tempat
kerja senantiasa dijumpai. Mengenai potensi bahaya industrial merupakan langkah
awal dalam mewujudkan upaya pencegahan kecelakaan kerja (Husni, 2000).
Suma’mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan
kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2
permasalahan pokok, yakni:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas
lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada
saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari
tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan
menjadi 2, yakni :
1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya
2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety
condition, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang
terbuka, dan sebagainya.
Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan
faktor manusia ini.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat
kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a) Terjatuh
b) Tertimpa benda
c) Tertumbuk atau terkena benda-benda
d) Terjepit oleh benda
e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f) Pengaruh suhu tinggi
g) Terkena arus listrik
h) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian
kayu, dan sebagainya.
b) Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.
c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah
tanah).
f) Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a) Patah tulang/ dislokasi (keseleo)
b) Regang otot (urat)
c) Memar dan luka dalam yang lain
d) Amputasi
e) Luka di permukaan
f) Geger dan remuk
g) Luka bakar
h) Keracunan-keracunan mendadak
i) Pengaruh radiasi
j) Lain-lain
Universitas Sumatera Utara
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
g) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak karena pada kenyataannya
kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor tetapi banyak faktor
(http://www.geocities.com/klinikikm/kesehatan-kerja/kecelakaan-kerja.htm,
2007).
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja melakukan
kegiatan yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan. Ada beberapa
golongan lingkungan kerja, antara lain:
Lingkungan fisik, misalnya kualitas cahaya, pertukaran udara, tekanan, suhu
dan kelembaban udara, serta berbagai perangkat kerja (mesin dan bukan
mesin)
Lingkungan kimia, misalnya bahan baku, bahan jadi dan bahan sisa yang ada
hubungannya dengan kegiatan perusahaan, terutama sekali bahan kimia
yang mempunyai sifat fisiko-kimia radiasi dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan biologi, misalnya flora dan fauna yang ada hubungannya dengan
kegiatan perusahaan
Lingkungan sosial, misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
gangguan kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja, merupakan salah satu
faktor penyebab penyakit kerja dan kecelakaan kerja (Dainur, 1992).
Kecelakaan Kerja
Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu
dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila
perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul
seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan
melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya
kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang
langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan
dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak
ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
baik,
penghentian
alat
produksi,
dan
hilangnya
waktu
kerja
(http://inparametric.com/bhinablog/archives/62, 2003)
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga maksudnya tidak dilatorbelakangi unsur kesengajaan, dan tidak
direncanakan, karena peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar ruang
lingkup kecelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling
berat (Dainur, 1992).
Menurut Dainur (1992), sesungguhnya kecelakaan akibat kerja meliputi
penyakit akibat kerja, namun yang terakhir ini, mempunyai ruang lingkup
berbeda, baik dari segi hygiene perusahaan maupun dari segi kesehatan kerja.
Terdapat 3 kelompok kecelakaan kerja :
1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan.
2. Kecelakaan lalu lintas.
3. Kecelakaan di rumah.
Kerugian yang disebabkan kecelakaan kerja, mengakibatkan 5 jenis
kerugian yaitu:
1. Kerusakan.
2. Kekacauan organisasi.
3. Keluhan dan kesedihan.
4. Kelainan dan cacat.
5. Kematian.
(Dainur, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Banyak teori tentang penyebab kecelakaan, namun secara operasional
dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1. Kegagalan komponen, misalnya: desain yang tidak memadai, bahan korosif,
kegagalan mekanik, kegagalan pompa kompresor, kegagalan sistem kontrol,
kegagalan sistem
2. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, misalnya: kegagalan memonitor
proses, kegagalan prosedur (start up atau shut down)
3. Human error, misalnya: kesalahan operator, mencampur bahan berbahaya,
label tidak jelas, kesalahan komunikasi
4. Faktor luar, misalnya: sarana transportasi, faktor alam, angin, banjir, petir
(Rusmana, 2003).
Kejadian kecelakaan kerja, tidak hanya akibat dari satu penyebab
melainkan akibat kombinasi berbagai faktor. Dalam teori modern sering
dinyatakan bahwa kecelakaan kerja merupakan akibat kesalahan dalam sistem
manajemen yang belum atau cenderung kurang peduli terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja serta kurangnya partisipasi dan tanggung jawab semua pihak
(Rusmana, 2003).
Secara hierarki ada 3 macam penyebab kecelakaan kerja yaitu:
1. Penyebab Langsung adalah sebab–sebab yang secara langsung mengakibatkan
terjadinya sebuah kecelakaan. Penyebab Langsung biasanya dibedakan ke
dalam 2 kriteria, yaitu:
a) Tindakan tidak aman, contoh tindakan tidak aman adalah mengoperasikan
alat tanpa izin, mengoperasikan alat di atas batas kecepatan maksimum,
menggunakan alat yang tidak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
b) Kondisi tidak aman, contoh kondisi tidak aman adalah alat atau perkakas
yang rusak, rambu-rambu tidak lengkap, kurangnya lampu penerangan,
temperatur yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
2
Penyebab Dasar, adalah hal-hal yang mengakibatkan atau mendorong
Penyebab Langsung. Penyebab Dasar dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:
a) Faktor personal, adalah faktor-faktor di dalam diri pekerja/ korban yang
mendorong dirinya untuk melakukan tindakan tidak aman.
b) Faktor Pekerjaan, contoh faktor pekerjaan adalah kepemimpinan yang
kurang, peralatan dan material kurang, standar kerja kurang.
c) Kurang kendali (Lack of Control), kurang kendali dapat diterjemahkan
sebagai kegagalan manajemen dalam memenuhi dan menegakan standar
yang ada di dalam Perusahaan. Contohnya adalah pelatihan yang kurang,
tidak terjadwalnya inspeksi terencana, atau analisa kecelakaan yang salah.
(http://www.aryanugraha.wordpress.com/2006/07/31/tinjauan-penyebabkecelakaan).
Evaluasi atau Pengawasan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
dimana pekerjaan dilakukan, dan terjadi sewaktu menjalankan pekerjaan di tempat
kerja ataupun di luar tempat kerja yang ada hubungannya dengan pekerjaan di
perusahaan (Dainur, 1992).
Menurut Dainur (1992), ditinjau dari faktor penyebab, penyakit akibat
kerja mempunyai kesamaan dengan kecelakaan akibat kerja, namun ruang lingkup
keduanya sangat berbeda, terutama dalam aspek pengelolaannya. Penyakit akibat
Universitas Sumatera Utara
kerja mempunyai aspek teknik, oleh karena itu penyakit kerja dikelola oleh
seorang dokter atau ahli kesehatan, sedangkan kecelakaan kerja dikelola oleh ahli
keselamatan kerja (safety engineering).
Evaluasi/ pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan
evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif:
Pengamatan semua bahan/ material serta keadaan lingkungan kerja yang
mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.
Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan.
Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri:
a) Pemakaian alat pelindung/ pengaman: jenis, kualitas, kuantitas, ukuran dan
komposisi bahan alat pelindung
b) Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)
c) Jenis, konsentrasi/ unsur-unsur bahan baku, pengolahan dan penyimpanan
bahan baku
d) Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan,
ventilasi, intensitas suara/ bising, getaran).
Cara-cara pengawasan:
a) Mengganti/ substitusi bahan baku yang berbahaya dengan bahan lain yang
kurang berbahaya bagi kesehatan
b) Mengganti atau mengubah cara pengolahan atau mengurangi bahaya dari
bahan sisa
c) Menyediakan rambu-rambu/ tanda pengaman, serta alat pengaman lainnya
d) Mengisolasi tenaga kerja dari keadaan-keadaan yang membahayakan
kesehatannya
Universitas Sumatera Utara
e) Menyerap bahan/ keadaan yang membahayakan/ mengganggu kesehatan
tenaga kerja
f) Pengamatan dan pengawasan terus menerus perlengkapan bangunan
perusahaan, fasilitas sanitasi, fasilitas penyediaan air minum dan makanan,
kamar amndi, tempat cuci tangan, serta alat pengaman bangunan
g) Evaluasi, pengamatan dan pengawasan:
1) Proses pekerjaan, alat-alat
2) Posisi pada saat melakukan kerja
3) Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari
4) Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit dengan
bahan baku atau bahan jadi.
h) Pengamatan pertauran giliran kerja (shift/ rotation) dari setiap tenaga kerja
i) Penyuluhan dan latihan bagi karyawan
j) Pengawasan, pengamatan dan surveillance medis
k) Pengamatan dan pengawasan hygiene perorangan
l) Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
baku serta bahan jadi
m) Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku tenaga kerja
sewaktu melakukan pekerjaan
(Dainur, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja
Perlindungan tenaga kerja mempunyai aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan agama. Perlindungan bertujuan agar
tenaga kerja aman melakukan pekerjaan sehari-hari, untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas nasional (Dainur, 1992).
Tenaga kerja harus dilindungi dari berbagai masalah di sekitarnya dan
pribadi, karena dapat mengganggu dirinya dan pelaksanaan pekerjaannya. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa keselamatan kerja merupakan salah satu segi
penting dari perlindungan tenaga kerja (Dainur, 1992).
Untuk mewujudkan perlindungan kerja tersebut maka pemerintah
melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian
pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan, dan
pengawasan norma itu sendiri. Hal ini secara tegas dinyatakan pada pasal 9
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama”
(Husni, 2000).
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di areal HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor
Tele, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan data
dilaksanakan selama bulan bulan April-Mei tahun 2008.
Alat dan Objek Penelitian
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah perlengkapan tulis
menulis, kuisioner, kamera dan kalkulator.
Objek penelitian adalah semua pekerja dalam unit produksi di HTI PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk. Bidang pemanenan yang meliputi kegiatan penebangan,
pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan perbengkelan.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan dengan metode kuisioner
berdasarkan usia pekerja dengan kriteria usia 40
tahun. Banyaknya kuisioner ialah sesuai dengan ketentuan yang disebutkan
oleh Arikunto (1998), misalnya bila subjeknya kurang dari 100 akan diambil
semua, tapi jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil
antara10-15% dan 20-25% metode ini disebut sebagai purposive sampling.
Data primer didapat juga dari wawancara dan pengamatan langsung di
Universitas Sumatera Utara
lapangan mengenai kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, yang ditujukan
untuk:
a) Perusahaan (pimpinan perusahaan)
b) Pekerja lapangan
Data sekunder
Data sekunder adalah arsip data yang diperoleh dari perusahaan tempat
dilakukannya penelitian, yang terdiri atas:
a) Data kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas, keadaan lapangan,
tegakan, sarana dan prasarana)
b) Data jumlah tenaga kerja
c) Data kasus kecelakaan, penyebab dan akibatnya
d) Data audit manajemen K3
Pengolahan Data
Data langsung mengenai kecelakaan kerja dikelompokkan berdasarkan
jenis kecelakaan, letak luka, kerugian (hari orang kerja). Selanjutnya dianalisa
secara deskriptif tentang kondisi K3 di lingkungan perusahaan. Menurut Idris dan
Soemarmo (1988), kecelakaan dikelompokkan menjadi:
a) Kecelakaan kecil, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja
tidak dapat masuk kerja kurang dari tiga hari.
b) Kecelakaan besar, yaitu jenis kecelakaan kerja yang mengakibatkan
pekerja tidak dapat masuk kerja lebih dari tiga hari.
c) Kecelakaan yang menyebabkan meninggal.
Universitas Sumatera Utara
Menghitung angka-angka kecelakaan menurut Dainur (1992), yang meliputi:
a) Angka frekuensi kecelakaan kerja (Frequency Rate)
FR = Banyaknya kecelakaan x 1.000.000
Jumlah total jam kerja
b) Angka keparahan kecelakaan kerja (Safety Rate)
SR = Jumlah hari kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah seluruh jam kerja manusia
Dimana: Jumlah hari kerja yang hilang ditentukan dengan menggunakan
Standar Nasional Indonesia oleh Departemen Tenaga Kerja RI tahun
2001.
c) Safe-T-score (STS)
Safe-T-Score = FR (n)-FR (n-1)
FR (n-1)
Keterangan: FR (n) = Angka frekuensi kecelakaan kerja kini
FR (n-1) = Angka frekuensi kecelakaan kerja lampau
Safe-T-score adalah angka yang tidak memiliki dimensi, arti angka SafeT-Score positif menunjukkan keadaan yang memburuk, dan sebaliknya
jika angka Safe-T-Score negatif menunjukkan keadaan membaik.
a. STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti
b. STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
c. STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis SWOT, yaitu dengan menganalisa tentang masalah keselamatan dan
kesehatan kerja dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan
data yang sudah diperoleh dari lapangan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta tata cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1987).
Dalam kegiatan pemanenan atau yang biasa disebut harvesting di PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele ini terdiri atas beberapa macam kegiatan yaitu:
penebangan, pembagian batang, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan dan
perbengkelan. Masing-masing kegiatan tersebut memiliki peluang masing-masing
untuk mengalami kecelakaan kerja, antara lain:
1. Penebangan
Hal-hal yang menyebabkan kecelakaan kerja saat melakukan kegiatan
penebangan adalah kegiatan saat merebahkan pohon yang akan ditebang, ini
karena banyak faktor-faktor unsafety atau tidak aman seperti; sikap kurang
teliti saat membuat takik yang dibuat agar arah rebahnya sesuai dan aman
terhadap operator, kurang lengkapnya alat-alat pengaman yang dipakai
operator, dan arah angin yang dilihat dari kondisi alam Tele yang berangin
yang sewaktu-waktu dapat merubah arah rebah pohon yang dimaksudkan.
Kondisi tempat berlindung di lapangan juga yang kurang memadai dapat
memacu tidak sehatnya kondisi tubuh pekerja, karena tempat tinggal yang
dianggap masih kurang layak.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kondisi Barak Pekerja di Lapangan
Barak biasanya digunakan sebagai tempat berlindung para pekerja di
lapangan, biasanya untuk tempat istirahat dan makan bagi pekerja seperti
operator chainsaw.
2. Penyaradan
Saat
melakukan
penyaradan
operator
excavator
harus
melakukan
pengangkutan kayu dengan kapasitas sesuai, karena jika jumlah kayu yang
diangkut overload akan berakibat fatal terhadap operator yang tugasnya
menumpuk kayu karena kayu bisa jatuh dan menimpa operator lainnya.
Pengangkutan juga harus dikondisikan pada tempat yang aman (tidak terdapat
orang pada tumpukan kayu yang akan diangkut).
3. Pembagian Batang
Pada saat melakukan kegiatan pembagian batang hal yang paling utama
dilakukan adalah memeriksa kerja alat (chainsaw), karena rusaknya chainsaw
atau tidak optimalnya kerja alat dapat mengakibatkan kesalahan terhadap
ukuran kayu yang dipotong. Penggunaan peralatan safety seperti boot, sarung
Universitas Sumatera Utara
tangan, pelindung telinga dan helm juga wajib untuk meminimalisir
kecelakaan kerja karena terkena chainsaw.
4. Muat Bongkar
Susunan kayu di dalam logging truck harus rapi dan melintang, penahan
susunan kayu dibelakang truk harus kayu yang kuat untuk menghindar
jatuhnya kayu atau kecelakaan. Setelah selesai muat segera diikat dengan
rantai yang standar. Semua truk tidak boleh melebihi muatan (over load)
karena akan membahayakan sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. Pengangkutan
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengangkutan adalah:
Rantai pengikat log dua buah.
Tonase logging truck yang tidak melampaui batas (overload).
Kayu yang diangkut bersih dari sampah/ daun-daunan.
Tanda batas kayu di bagian truk dengan warna oranye.
Jika hal-hal tersebut di atas tidak dilakukan maka dapat menyebabkan
kecelakaan seperti kayu yang jumlahnya overload dan pengikat log yang
kurang atau bahkan tidak diikat.
6. Perbengkelan (workshop)
Di workshop para pekerjanya menggunakan alat pelindung tambahan selain
helm, sarung tangan dan sepatu boot, yaitu kacamata pelindung. Kacamata
pelindung ini dipakai oleh pekerja yang bersinggungan dengan kegiatan
menyolder agar tidak terjadi kecelakaan dalam pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Adanya kegiatan pelaksanaan pemantauan keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele secara resmi dimulai pada tahun
2006. Secara resmi pula dibentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3), yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa usulan
perbaikan atau pencegahan penyakit akibat kerja dari dokter perusahaan
dijalankan di tempat kerja.
Pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terdapat sebuah departemen yang
bartanggungjawab terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu
Environtment, Fire, Safe and Security Department yang bukan hanya
bertanggungjawab terhadap penanggulangan masalah K3 di perusahaan tetapi
juga bertanggung jawab terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan
pengamanan aset bergerak dan tidak bergerak.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele memiliki beberapa fasilitas yang
disediakan oleh perusahaan sebagai wujud upaya perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja para pekerjanya antara lain:
1) fasilitas klinik beserta medis dan ambulance
2) Perumahan untuk pegawai
3) lapangan olahraga
4) petugas keamanan
5) alat-alat pelindung kerja seperti; helm, sarung tangan, masker serta
pelindung telinga.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Beberapa Jenis Fasilitas Penunjang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang Terdapat Pada PT. TPL sektor
Tele
Selain itu juga para pekerja harus mentaati peraturan-pertauran yang
dibuat oleh perusahaan dalam kaitannya dengan keselamatan diri dalam setiap
melakukan pekerjaan, ini diatur dalam Standard Operating System (SOP).
Meskipun dalam praktik sehari-harinya masih banyak pekerja yang tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bahkan, sebagian
besar dari pekerja hanya melakukan pekerjaan dengan pelindung seadanya.
Karena pekerjaan terasa lebih mudah dan cepat selesai jika tidak menggunakan
pelindung karena dianggap mempersulit kerja.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil kuisioner pada 100 responden yang diwawancarai dapat
diketahui persentase penggunaan alat pelindung diri adalah sebagai berikut: helm
pelindung 91%, sepatu pengaman (boot) 95%, sarung tangan 3%, sedang tidak
dijumpai penggunaan masker pelindung mata dan penyumbat telinga. Pengamatan
di lapangan juga menyebutkan angka-angka yang sama untuk penggunaan helm
dan sepatu pengaman memang hampir seluruh pekerja menggunakan, tetapi untuk
alat pelindung yang lain sangat minim. Karena dianggap membatasi ruang gerak
saat bekerja.
Persentase Tingkat Pendidikan, Klasifikasi Usia Responden dan Tingkat
Pendapatan Responden
Dari 100 orang responden yang diwawancarai, terdiri dari semua bidang
kegiatan yang tedapat dalam departemen harvesting (pemanenan) dan rata-rata
memiliki latar belakang pendidikan dan usia yang relatif sama. Hal ini dapat
dilihat dari Gambar 3 berikut ini:
60%
52%
persentase
50%
40%
37%
30%
20%
7%
10%
4%
0%
< 25
25-40
> 40
Lain-lain
klasifikasi umur
Gambar 3. Persentase Klasifikasi Umur Responden
Universitas Sumatera Utara
Dapat dijelaskan bahwa klasifikasi usia paling banyak menjadi responden
yaitu klasifikasi umur 25-40 tahun. Dapat disimpulkan dalam usia ini adalah
masa-masa produktif dalam melakukan pekerjaan, dan pekerja dapat lebih
konsentrasi dengan pekerjaannya juga tidak ceroboh dalam melakukan tugasnya
yang biasa dilakukan oleh klasifikasi umur