KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN BAPAK PRESIDEN YANG TERHORMAT KARYA AGUS NOOR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMA

(1)

Desi Nurul Anggraini

ABSTRAK

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN

BAPAK PRESIDEN YANG TERHORMAT KARYA AGUS NOOR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN

SASTRA INDONESIA DI SMA

Oleh

DESI NURUL ANGGRAINI

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kandungan kritik sosial dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dilihat dari faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah-masalah sosial dan cara pengarang menyampaikan kritik sosial serta kelayakannya sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kandungan kritik sosial yang terdapat dalam sepuluh cerpen yang dianalisis serta untuk mengetahui kelayakannya guna dijadikan alternatif bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor. Obyek penelitian difokuskan pada sepuluh cerpen. Sepuluh cerpen tersebut adalah Bapak Presiden yang Terhormat, Pesan Seorang Pembunuh, Musuh, Dzikir Sebutir Peluru, Bulan, Seorang Pejuang Menenteng


(2)

Desi Nurul Anggraini

Kepala, Kepala di Bawah Purnama, Kematian Kurta, Celeng, dan Dilarang Bermimpi Jadi Presiden.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah sosial sebagai ekspresi kritik sosial dalam sepuluh cerpen yang dianalisis adalah faktor ekonomi, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor kebudayaan. Kritik sosial yang berlatar belakang faktor ekonomi adalah masalah kemiskinan, penggusuran, kejahatan korupsi, dan bunuh diri. Kritik sosial yang berlatar belakang faktor biologis adalah masalah perkosaan. Kritik sosial yang berlatar belakang faktor psikologis adalah masalah kejahatan pembunuhan dan bunuh diri. Kritik sosial yang berlatar belakang faktor kebudayaan adalah masalah kejahatan, birokrasi, dan fenomena/gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Pengarang mengungkapkan kritik sosial secara tersurat dan tersirat. Sepuluh cerpen yang dianalisis layak untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA, baik dilihat dari segi bahasa, psikologi, latar belakang budaya, maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini.


(3)

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN

BAPAK PRESIDEN YANG TERHORMAT KARYA AGUS NOOR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN

SASTRA INDONESIA DI SMA

(skripsi)

Oleh

Desi Nurul Anggraini 0613041003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG


(4)

DAFTAR ISI ABSTRAK HALAMAN JUDUL RIWAYAT PENDIDIKAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN Halaman I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Cerpen ... 9

B. Kritik Sosial ... 10

1. Syarat-Syarat Kritik dalam Sastra ... 11

2. Jenis-Jenis Kritik ... 12

C. Cara Pengarang Menyampaikan Kritik Sosial ... 12

1. Bentuk Penyampaian Secara Tersurat ... 13

2. Bentuk Penyampaian Secara Tersirat ... 13

D. Masalah Sosial ... 15

1.Faktor yang Menyebabkan Munculnya Masalah Sosial ...16

E. Pendekatan Sosiologi Sastra ... 20

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28

G. Kelayakan Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35


(5)

B. Sumber Data ... 34

C. Prosedur Penelitian ... 35

D. Teknik Analisis Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... .. 39

4.2Pembahasan... ... 52

4.2.1 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Masalah Sosial... 53

4.2.1.1. Faktor Ekonomi ... …53

4.2.1.2. Faktor Biologis ... …58

4.2.1.3. Faktor Psikologis ... …60

4.2.1.4. Faktor Kebudayaan ... …65

4.2.2. Cara Pengarang Menyampaikan Kritik Sosial ... …73

4.2.21. Kritik Secara Tersurat ... …73

4.2.2.2. Kritik Secara Tersirat ... …80

4.3Kelayakan Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA ... …85

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ….95

B. Saran ... .…96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

3.1 Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 21 3.2Indikator dan Deskriptor Kemampuan Memerankan Tokoh

dalam Drama ... 24 3.3Pendekatan Acuan Patokan Tolok Ukur Kemampuan Siswa

dalam Memerankan Drama ... 27 4.1 Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama ... 29 4.2 Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

untuk Indikator Artikulasi ... 31 4.3Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

untuk Indikator Intonasi ... 34 4.4Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

untuk Indikator Mimik ... 36 4.5 Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

untuk Indikator Direct Movement ... 38 4.6Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama ... 41 4.7Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

Ditinjau dari Indikator Artikulasi ... 43 4.8Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 46 4.9Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

Ditinjau dari Indikator Mimik ... 48 4.10 Hasil Tes Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama

Ditinjau dari Indikator Direct Movement ... 51 4.11 Tingkat Kemampuan Memerankan tokoh dalam drama

Bunga Rumah Makan” pada siswa Kelas XI


(7)

MOTTO

” Dan, hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal” (QS. Al-Maidah: 23). Karena itu, serahkan semua urusan kepada-Nya. Kembalikan semua masalah hanya kepada-Nya semata. Terimalah semua karunia-Nya dengan penuh keridhaan, dan tenanglah dengan semua penjagaan-Nya (La Tahzan: 541).


(8)

Judul Skripsi : KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN BAPAK PRESIDEN YANG

TERHORMAT KARYA AGUS NOOR DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Nama Mahasiswa : Desi Nurul Anggraini

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613041003

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Karomani, M.Si. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. NIP 19611230 1988031002 NIP 19620203 1988111 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004


(9)

RIWAYAT PENDIDIKAN

Desi Nurul Anggraini dilahirkan di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung pada 22 Desember 1987, putri pertama dari dua bersaudara buah hati Bapak Muhtarudin dan Ibu Rosilawati.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Korpri Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 1994. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri II Sukarame Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Kautsar Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Universitas Lampung pada tahun 2006 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.


(10)

SANWACANA

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kemampuan Memerankan Tokoh dalam Drama Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010”.

Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Sebagai wujud rasa hormat penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Dwiyana Hapsary, S. Sn. M. Hum., Pembimbing I, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

2. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., Pembimbing II dan Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Lampung yang telah membantu membenahi skripsi ini, memberikan saran, dan nasihat yang begitu berharga bagi penulis.

3. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., Penguji Utama, yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat.

4. Dra. Warnidah Akhyar, Pembimbing Akademik, yang telah memberikan nasehat dan arahannya.


(11)

5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd.,Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung.

6. Drs. Imam Rejana, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung.

7. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., Dekan FKIP Universitas Lampung, beserta stafnya.

8. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

9. Guru bidang Studi Bahasa Indonesia SMA Negeri 9 Bandar Lampung. 10.Ayah dan Ibuku tersayang yang selalu memberi semangat dan doa kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan studi.

11.Kakak penulis, Idha Mulyani, S.Pd.I. dan kakak iparku Zaini, S.E., adikku tersayang Melia Triana, keponakanku tersayang Putri Aulia.

12.Bapak dan Ibu guru di SMA Negeri 1 Tumijajar.

13.Sahabat terbaikku Rona Amnita dan Yuni Latifa yang selalu memberikan semangat.

14.Mamasku tersayang yang selalu meluangkan waktu dan perhatiannya serta dengan sabar menemani dan membantu dalam setiap kesulitan, dan selalu ada dalam hatiku.

15.Teman-teman kosanku, Desi, Sri, Evi, Fima, mba Ambar, mba Berti, Kitti. 16.Teman-temanku tersayang, Melda Herlita, Ovin Nurun Nisa, Citra

Wulandini, Destiyani, Desi Nurul A, Rika Puspita, Setiyorini, Sepdika Sukma Kirana, Siska Mega Diana, SM Wardatul F, Silvia Marfianti, Kesia, Ari Pristiani, Iis Eka, Luciana, Setyorini, Fistin Lidanti, Windi


(12)

Prawati, Laila Rahmawati, Yulita Anlisia, Susi Desita Wika, Mega Sari, Turmiyatun, Atik, Kak Maya Dika, Kak Yuni, Kak Agus, Kak Sulis, dan Angkatan 2006 yang sangat penulis banggakan.

17.Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini tanpa terkecuali.

Semoga Allah membalas kebaikan dan pengorbanan Bapak, Ibu, Kakak, dan teman-teman. Harapan penulis semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita.

Bandarlampung, Mei 2010 Penulis,


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi. Dalam proses interaksi tersebut adakalanya timbul permasalahan, baik itu masalah pribadi maupun masalah umum. Masalah pribadi adalah masalah yang dialami, dihadapi, dan diselesaikan oleh manusia sebagai individu (pribadi). Sedangkan disebut masalah umum jika semua warga masyarakat ikut merasakan pengaruh masalah tersebut (www.crayonpedia.org). Masalah yang bersifat umum perlu diselesaikan secara bersama-sama dan untuk memecahkan masalah yang bersifat umum diperlukan masukan, saran, serta kritikan yang bersifat membangun. Dalam hal ini diperlukan peranan protes atau kritik sosial sebagai salah satu bentuk partisipasi manusia sebagai warga masyarakat.

Saini K.M. (1994: 3) mengemukakan bahwa kritik sosial berarti sikap berprihatin, menyanggah, berontak, mengutuk, serta tidak membatasi sasaran kritik hanya pada hubungan perorangan atau kelompok, melainkan juga terhadap hubungan sosial antarmasyarakat. Kritik sosial diangkat ketika kehidupan dinilai tidak selaras dan tidak harmonis, ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan sosial mengarah kepada dampak-dampak disosiatif dalam masyarakat. Bentuk penyampaian kritik sosial itu sendiri dapat menggunakan berbagai media,


(14)

2

salah satunya menggunakan media sastra. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Aminuddin, 1987: 7). Sastra menggunakan bahasa untuk menampilkan gambaran kehidupan yang terrefleksi melalui karya sastra. Sebuah karya sastra mampu melukiskan keadaan dan kehidupan sosial masyarakat, peristiwa, serta nilai-nilai yang diamanatkan pengarang lewat tokoh cerita. Di dalam penciptaan karya sastra apa yang pernah dilihat, didengar, dan dirasakan pengarang akan dituangkannya dalam bentuk tulisan

Karya sastra merupakan bahan dalam pembelajaran sastra di sekolah. Cerpen yang merupakan salah satu jenis karya sastra prosa fiksi sangat baik diajarkan di sekolah khususnya di SMA. Apabila dibandingkan dengan karya sastra prosa fiksi yang lain pembelajaran sastra dengan menggunakan bahan ajar cerpen memberikan keuntungan praktis dalam penyajiannya. Hal ini dimungkinkan karena keuntungan cerpen, yaitu kesederhanaan ceritanya serta penyajian persoalan yang bernada tunggal. Dengan demikian, pembahasannya pun dapat diselesaikan dalam satu kali tatap muka. Cerpen merupakan variasi bacaan yang diharapkan mampu menarik minat siswa karena kisahnya singkat sehingga tidak menyita waktu dan membuat jenuh saat membacanya. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dituliskan berdasarkan fakta sosial. Hal itu dimungkinkan terjadi karena cerpen sebagai bagian dari sastra berpotensi untuk mengungkapkan realitas yang tidak bisa diungkapkan sebagai berita di media massa. Cerpen oleh pengarang digunakan untuk mengungkapkan kritik (protes)


(15)

3

sosial yang terjadi. Pengarang yang didukung oleh kreativitasnya mampu menghasilkan karya sastra yang bermuatan kritik sosial.

Agus Noor salah satu pengarang yang dikategorikan oleh Korie Layun Rampan sebagai sastrawan angkatan 2000, merupakan penulis yang sebagian besar karyanya berupa cerpen. Kehebatannya dalam menulis cerpen tidak perlu diragukan , hal ini terbukti dengan banyaknya penghargaan yang ia terima. Penghargaan yang beliau terima antara lain, tahun 1991 memenangkan juara I penulisan cerpen pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) I dan mendapat penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) IV tahun 1992. Sementara tahun 2009 meraih penghargaan sastra dari pusat bahasa untuk buku kumpulan cerpennya Potongan Cerita di Kartu Pos. Agus Noor, sering menyatakan bahwa menulis baginya ialah cara untuk menyelamatkan diri dari kegilaan. Menulis prosa ialah dunia ganjil yang membuat beliau mampu bertahan di tengah lingkungan dan situasi yang juga ganjil. (www.penakencana.com/tentang).

Buku-buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit antara lain, Memorabilia (Yayasan untuk Indonesia, 1999), Bapak Presiden yang Terhormat (Pustaka Pelajar, 2000), Selingkuh Itu Indah (Galang Press, 2001), Rendezvous: Kisah Cinta yang Tak Setia (Galang Press, 2004), Potongan Cerita di Kartu Pos (Penerbit Buku Kompas, 2006), dan Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia (Penerbit Buku Kompas, Februari 2010), dan buku kumpulan monolog Matinya Toekang Kritik (Lamalera, 2006) (www.penakencana.com/tentang).


(16)

4

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menelti cerpen yang memilki kandungan kritik sosial dan menentukan kelayakannya pada bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Selain itu, alasan penulis memilih judul “Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dan Kelayakannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Indonesia di SMA” sebagai berikut.

Penulis setuju dengan kritik sosial yang dilontarkan oleh Agus Noor melalui cerpennya yang menyoroti kehidupan dan permasalahan sosial di masyarakat. Diantara keenam buku kumpulan cerpennya yang telah terbit, penulis memilih buku Bapak Presiden yang Terhormat (Pustaka Pelajar, 2000) sebagai bahan penelitian. Hal itu dikarenakan pada buku kumpulan cerpen tersebut banyak menghimpun tema kritik sosial. Buku Bapak Presiden yang Terhormat adalah antologi cerpennya yang memuat cerpen-cerpen yang ditulis dalam rentang waktu sepuluh tahun proses kreatifnya terutama ketika beliau masih menjadi mahasiswa di Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Cerpen-cerpen dalam buku Kumpulan Cerpen Bapak Presiden yang Terhormat pernah dipublikasikan di pelbagai media surat kabar, seperti: KOMPAS (Bapak Presiden yang Terhormat, Kecoa, Sukab, Musuh,Bulan, Jerangkong), MEDIA INDONESIA (Pesan Seorang Pembunuh, Bapak Termangu di Beranda, Seorang Pejuang Menenteng Kepala, Celeng, Pepes Bayi Buat Baginda Raja), REPUBLIKA (Dzikir Sebutir Peluru, Wajah Setangkai Sunyi) , SUARA MERDEKA (Kabut Sebuah Taman, Patung dan Burung-Burung..), BERNAS (BH, Gadis Membawa Pisau) SOLOPOS (Gupala), BISNIS INDONESIA (Kematian Kurta), SUARA PEMBARUAN (Celurit), JAWA


(17)

5

POS ( Palasik, Serigala di Rahim Ibu, Dilarang Bermimpi Jadi Presiden, Kepala di Bawah Purnama).

Berdasarkan pengalaman penulis pada waktu duduk di bangku SMA maupun pada waktu menjadi guru ketika PPL, bahan yang digunakan dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMA, khususnya pada materi cerita pendek, jarang mempergunakan bahan cerpen dengan tema kritik sosial. Padahal cerpen dengan tema kritik sosial akan memberikan gambaran kepada siswa mengenai cara menyampaikan atau menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat. Sebagai salah satu jenis karya sastra cerpen dapat dijadikan media penyampaian aspirasi rakyat kepada pemerintah. Jadi maksud implikasi pada judul adalah untuk memberikan alternatif bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA sehingga nantinya proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini juga dipertegas dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA, program pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terkait dengan kandungan kritik sosial dalam cerita pendek terdapat pada kelas XI semester 1.

Standar Kompetensi : Berbicara yaitu membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

Kompetensi Dasar : Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen melalui kegiatan diskusi.

Melalui kegiatan mendiskusikan cerpen, siswa dapat menghayati dan menyimpulkan nilai-nilai dari cerita tersebut Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran sastra Indonesia yang dimuat dalam silabus KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pada jenjang SMA yakni pembelajaran sastra


(18)

6

disampaikan untuk mempertajam perasaan, penalaran dan daya khayal, meningkatkan kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dilihat dari faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah sosial ?

2. Bagaimanakah kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dilihat dari cara pengarang mengungkapkan kritik sosial ?

3. Bagaimanakah kelayakan buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dilihat dari segi bahasa, psikologi, latar belakang budaya, maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kandungan kritik sosial yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor .

2. Mendeskripsikan apakah kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor layak dijadikan alternatif bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA.


(19)

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Memberi pengetahuan kepada guru dan pembaca tentang kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor.

2. Membantu guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mendapatkan alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA, khususnya pada bahan ajar cerita pendek.

3. Memberikan alternatif bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dengan bidang kajian yang berbeda dan dapat meneliti aspek kajian kritik sosial namun dengan menggunakan sumber data yang berbeda Sehingga akan diperoleh hasil bervariasi dan dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini meliputi.

1. Kritik sosial dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor .Untuk menganalisis kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen ini penulis mengacu kepada pendapat Soekanto (2007: 315) dengan menganalisis faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah-masalah sosial (faktor ekonomi, biologis, psikologis, dan kebudayan) dan menganalisis cara pengarang menyampaikan kritik sosial.


(20)

8

2. Kelayakan pada bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Cara menentukan kelayakan buku kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengan menggunakan teori Rahmanto yang meninjau dari tiga aspek, yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.


(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Whitney (dalam Nazir, 1988:63) metode deskriptif kualitatif adalah metode yang dapat digunakan peneliti untuk menganalisis dengan melakukan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan konteks. Jadi apabila menggunakan teknik sampling harus disesuaikan dengan tujuan. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata, tabel atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 1990:24).

Pendekatan yang dugunakan untuk menganalisis kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor adalah pendekatan sosiologi sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra..

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor. Kumpulan cerpen ini diterbitkan kali pertama


(22)

36

pada bulan Maret tahun 2000 oleh Pustaka Pelajar dan dicetak ulang pada bulan September tahun 2002 dengan tebal buku 260 halaman, memuat 25 cerita pendek.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dari 25 cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor sebanyak sepuluh cerpen. sampel yang diambil disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu memilih cerpen yang bertema kritik sosial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dan disesuaikan juga dengan kriteria pemilihan kelayakan bahan ajar. Kesepuluh cerita pendek tersebut adalah sebagai berikut.

1) “Bapak Presiden yang Terhormat” 2) “Pesan Seorang Pembunuh

3) “Musuh”

4) “Dzikir Sebutir Peluru” 5) “Bulan

6) “Seorang Pejuang Menenteng Kepala” 7)Kepala di Bawah Purnama”

8) “Kematian Kurta”

9) “Celeng”

10) “Dilarang Bermimpi Jadi Presiden

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca cerpen secara keseluruhan dan cermat


(23)

37

2. Memilih cerpen yang akan dikaji.

3. Mencari teori yang sesuai dan mendukung tujuan penelitian (mengadakan studi kepustakaan untuk mengumpulkan bahan).

4. Melakukan analisis kandungan kritik sosial.

5. Menentukan kelayakan buku kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor untuk dijadikan alternatif bahan pengajaran sastra Indonesia di SMA.

6. Menarik simpulan dari analisis yang telah dilakukan. 7. Memberi saran.

D. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan sosiologi sastra sebagai acuannya, dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor.

2. Menentukan cerpen yang akan dianalisis.

3. Melihat kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen “Bapak

Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor. Cara melihat kandungan kritik sosial dalam kumpulan cerpen tersebut dilakukan dengan menganalisis faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah-masalah sosial (faktor ekonomi, biologis, psikologis, dan kebudayan) dan menganalisis cara pengarang menyampaikan kritik sosial.

4. Menyimpulkan kandungan kritik sosial yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor.


(24)

38

5. Menentukan kelayakan buku kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengan menggunakan teori Rahmanto.


(25)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, diambil simpulan sebagai berikut.

1. Kritik sosial yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas pada sepuluh cerpen dari 25 cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor. Sepuluh cerpen tersebut adalah Bapak Presiden yang Terhormat, Pesan Seorang Pembunuh, Musuh, Dzikir Sebutir Peluru, Bulan, Seorang Pejuang Menenteng Kepala, Kepala di Bawah Purnama, Kematian Kurta, Celeng, dan Dilarang Bermimpi Jadi Presiden.

Faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah sosial sebagai ekspresi kritik sosial dalam sepuluh cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat adalah faktor ekonomi, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor kebudayaan. Kritik tentang masalah-masalah sosial yang berasal dari faktor ekonomi yaitu masalah kemiskinan, penggusuran, kejahatan korupsi, dan bunuh diri. Kritik tentang masalah sosial yang berasal dari faktor biologis yaitu masalah perkosaan. Kritik tentang masalah sosial yang berasal dari faktor psikologis yaitu masalah kejahatan pembunuhan dan bunuh diri. Kritik tentang masalah-masalah sosial yang berasal dari faktor kebudayaan yaitu


(26)

96

masalah kejahatan, birokrasi, dan fenomena/ gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Agus Noor mengungkapkan kritik sosial dalam sepuluh cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat secara tersurat dan tersirat. Kritik sosial secara tersurat diungkapkan melalui peristiwa dan ucapan tokoh. Secara tersirat diungkapkan melalui cerita, sikap, tingkah laku para tokoh dan gaya bahasa.

3. Berdasarkan analisis kandungan kritik sosial pada bab IV serta dari aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya, maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini. Sepuluh cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat yang dianalisis layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor diharapkan dibaca oleh guru, pembaca dan peminat sastra sebagai hiburan yang bermanfaat, dapat menambah pengetahuan, serta diharapkan mampu menumbuhkan ketajaman berpikir kritis melihat fenomena kehidupan sosial. 2. Kepada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disarankan agar

kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dapat dijadikan alternatif sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMA, khususnya sepuluh cerpen yang telah dianalisis. Hal tersebut


(27)

97

disebabkan sepuluh cerpen karya Agus Noor sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar yang menyangkut aspek bahasa, psikologis, dan latar belakang budaya maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini. Selain itu, dengan mengapresiasi cerpen karya Agus Noor yang bertema kritik sosial siswa dapat memahami cara menyampaikan atau menunjukkan kepedulian terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. 3. Kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor

diharapkan dapat diteliti dengan bidang kajian yang berbeda sebagai contoh diksi dan pilihan kata. Segi diksi dan pilihan kata menarik untuk diteliti bagi peneliti selanjutnya, hal ini disebabkan oleh adanya dugaan bahwa kumpulan cerpen Agus Noor mempergunakan pilihan kata yang tidak terlalu susah untuk dipahami siswa. Selain itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti aspek kajian kritik sosial namun dengan menggunakan sumber data yang berbeda sebagai contoh novel dan monolog. Sehingga akan diperoleh hasil bervariasi dan dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qarni, Aidh. 2005. La Tahzan Jangan Bersedih. Jakarta: Qisthi Press. Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Anugerah Sastra Pena Kencana. 2009. Tentang Agus Noor.

www.penakencana.com/tentang.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha Nasional.

Caroline, Shreeve. 1992. Mengenal dan Mengatasi Depresi. Jakarta: Arcan. Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra (Sebuah Pengantar Ringkas). Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum SMA. GBPP Bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

______________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Esten, Mursal. 1978. Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Fakhrurrozi, Muhammad. 2010. Ketika Perkosaan Terjadi. www.hatikita.com

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra (Dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra (Sebuah Pengantar). Jakarta: Gramedia. Hisnu, Tantya. 2010. Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat.

www.crayonpedia.org

Jabrohim (ed).1994. Metodologi Penelitian Sastra.Yogjakarta: Hanindita Graha Widia.


(29)

99

Kutha, Ratna Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Kutha, Ratna Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Klitgaard, Robert. 2002. Penuntun Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Listiani, Okky. 2010. Kritik Sosial. www.sebuahcatatansastra.blogspot.com Noor, Agus. 2000. Bapak Presiden yang Terhormat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gadjah Mada University.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Saini, K.M. 1994. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung: Angkasa. Semi, Atar. 1988. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra (bahasa Indonesia). Surabaya: Indah.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, Haris Efendi. 2009. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa Van Luxemburg, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Renne dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh Melannie Budianta). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia. 2010. Kebudayaan. www.wikipedia.org.com


(1)

38

5. Menentukan kelayakan buku kumpulan cerpen “Bapak Presiden yang Terhormat” karya Agus Noor sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengan menggunakan teori Rahmanto.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, diambil simpulan sebagai berikut.

1. Kritik sosial yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas pada sepuluh cerpen dari 25 cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor. Sepuluh cerpen tersebut adalah Bapak Presiden yang Terhormat, Pesan Seorang Pembunuh, Musuh, Dzikir Sebutir Peluru, Bulan, Seorang Pejuang Menenteng Kepala, Kepala di Bawah Purnama, Kematian Kurta, Celeng, dan Dilarang Bermimpi Jadi Presiden.

Faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah sosial sebagai ekspresi kritik sosial dalam sepuluh cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat adalah faktor ekonomi, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor kebudayaan. Kritik tentang masalah-masalah sosial yang berasal dari faktor ekonomi yaitu masalah kemiskinan, penggusuran, kejahatan korupsi, dan bunuh diri. Kritik tentang masalah sosial yang berasal dari faktor biologis yaitu masalah perkosaan. Kritik tentang masalah sosial yang berasal dari faktor psikologis yaitu masalah kejahatan pembunuhan dan bunuh diri. Kritik tentang masalah-masalah sosial yang berasal dari faktor kebudayaan yaitu


(3)

96

masalah kejahatan, birokrasi, dan fenomena/ gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Agus Noor mengungkapkan kritik sosial dalam sepuluh cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat secara tersurat dan tersirat. Kritik sosial secara tersurat diungkapkan melalui peristiwa dan ucapan tokoh. Secara tersirat diungkapkan melalui cerita, sikap, tingkah laku para tokoh dan gaya bahasa.

3. Berdasarkan analisis kandungan kritik sosial pada bab IV serta dari aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya, maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini. Sepuluh cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat yang dianalisis layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor diharapkan dibaca oleh guru, pembaca dan peminat sastra sebagai hiburan yang bermanfaat, dapat menambah pengetahuan, serta diharapkan mampu menumbuhkan ketajaman berpikir kritis melihat fenomena kehidupan sosial. 2. Kepada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disarankan agar

kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor dapat dijadikan alternatif sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMA, khususnya sepuluh cerpen yang telah dianalisis. Hal tersebut


(4)

97

disebabkan sepuluh cerpen karya Agus Noor sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar yang menyangkut aspek bahasa, psikologis, dan latar belakang budaya maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini. Selain itu, dengan mengapresiasi cerpen karya Agus Noor yang bertema kritik sosial siswa dapat memahami cara menyampaikan atau menunjukkan kepedulian terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. 3. Kumpulan cerpen Bapak Presiden yang Terhormat karya Agus Noor

diharapkan dapat diteliti dengan bidang kajian yang berbeda sebagai contoh diksi dan pilihan kata. Segi diksi dan pilihan kata menarik untuk diteliti bagi peneliti selanjutnya, hal ini disebabkan oleh adanya dugaan bahwa kumpulan cerpen Agus Noor mempergunakan pilihan kata yang tidak terlalu susah untuk dipahami siswa. Selain itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti aspek kajian kritik sosial namun dengan menggunakan sumber data yang berbeda sebagai contoh novel dan monolog. Sehingga akan diperoleh hasil bervariasi dan dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qarni, Aidh. 2005. La Tahzan Jangan Bersedih. Jakarta: Qisthi Press. Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Anugerah Sastra Pena Kencana. 2009. Tentang Agus Noor.

www.penakencana.com/tentang.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha Nasional.

Caroline, Shreeve. 1992. Mengenal dan Mengatasi Depresi. Jakarta: Arcan. Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra (Sebuah Pengantar Ringkas). Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum SMA. GBPP Bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

______________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Esten, Mursal. 1978. Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Fakhrurrozi, Muhammad. 2010. Ketika Perkosaan Terjadi. www.hatikita.com

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra (Dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra (Sebuah Pengantar). Jakarta: Gramedia. Hisnu, Tantya. 2010. Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat.

www.crayonpedia.org

Jabrohim (ed).1994. Metodologi Penelitian Sastra.Yogjakarta: Hanindita Graha Widia.


(6)

99

Kutha, Ratna Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Kutha, Ratna Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Klitgaard, Robert. 2002. Penuntun Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Listiani, Okky. 2010. Kritik Sosial. www.sebuahcatatansastra.blogspot.com Noor, Agus. 2000. Bapak Presiden yang Terhormat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gadjah Mada University.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Saini, K.M. 1994. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung: Angkasa. Semi, Atar. 1988. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra (bahasa Indonesia). Surabaya: Indah.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip- Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, Haris Efendi. 2009. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa Van Luxemburg, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Renne dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh Melannie Budianta). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia. 2010. Kebudayaan. www.wikipedia.org.com