PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP

(1)

THE INFLUENCE OF ZEOLIT AND ACTIVE CARBON ON SURVIVAL RATE OF OSPHRONEMUS GOURAMY UNDER ENCLOSED

TRANSPORT SYSTEM By

Franklin Rustam

Seed supply and seed distribution from one place to another becomes problem in Osphronemus gouramy fishery. Problem which is often faced by Indonesian farmer in Osphronemus gouramy seed distribution is in the survival rate. It happens because of the dynamic of water quality during transportation. The purposes of this research were to understand the effect of zeolit and active carbon to maintain water quality in medium of enclosed transport system and giving zeolit dosis and active carbon that optimal to enclosed transport system for carp seed. This research is done in practical in outside and Fishery laboratory, Agriculture Faculty, University of Lampung. experimentation program which is used such as complete disordered experimentation , consist of six treatment are control ( without increasing zeolit and active carbon), treatment A (20 g zeolit), treatment B (15 g zeolit + 5 g active carbon), treatment C (10 g zeolit + 10 g active carbon), treatment D ( 5 g zeolit + 15 g active carbon) and treatment E (20 g active carbon) with three times repetition. Result of this research indicate that using of zeolit and active carbon having a measurement granula capable to keep water quality of pH, DO and produce level of better life than treatment that not used zeolit although active carbon but can not give significance influence to decrease TAN. Treatment with zeolit 20 gram use less cost than the other treatment but getting tter as good as with treatment which use zeolit 15 gram and 5 gram active carbon although treatment which use 20 gram active carbon.

Key words : Osphronemus gouramy, survival rate, water quality, zeolit, Active carbon, Enclosed transport system


(2)

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

PADA PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP Oleh

Franklin Rustam

Ketersediaan benih dan pendistribusian benih dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan beberapa permasalahan dalam budidaya ikan gurami. Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani Indonesia dalam pengiriman benih ikan gurami adalah tingkat kelangsungan hidup (SR) yang rendah akibat perubahan kualitas air selama pengangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk meengkaji pengaruh penambahan zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air media pengangkutan sistem tertutup dan pemberian dosis zeolit dan karbon aktif yang optimal untuk pengangkutan sistem tertutup benih ikan gurami. Penelitian dilakukan di lapangan dan laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 6 (enam) perlakuan yaitu kontrol (tanpa penambahan zeolit dan karbon aktif), perlakuan A (20 g zeolit), perlakuan B (15 g zeolit + 5 g karbon aktif), perlakuan C (10 g zeolit + 10 g karbon aktif), perlakuan D (5 g zeolit + 15 g karbon aktif) dan perlakuan E (20 g karbon aktif) dengan 3 (tiga) kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit dan karbon aktif berukuran granula mampu menjaga kualitas air berupa pH, DO dan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan zeolit maupun karbon aktif tetapi tidak dapat memberikan pengaruh signifikan untuk mengurangi konsentrasi TAN. Perlakuan yang menggunakan zeolit 20 gram menggunakan biaya yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya namun mendapatkan hasil yang sama baiknya dengan perlakuan yang menggunakan zeolit 15 gram dan karbon aktif 5 gram maupun perlakuan yang menggunakan karbon aktif 20 gram.

Kata kunci : ikan gurami, sintasan, kualitas air, zeolit, karbon aktif, pengangkutan sistem tertutup.


(3)

1.1 Latar Belakang

Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Salah satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah Ikan gurami (Oshpronemus gouramy). Ikan gurami merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailand dan Australia (Anonim, 2000). Ikan ini merupakan salah satu komoditi ikan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes. Selain itu, ikan gurami merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi.

Terbatasnya dan sulitnya pendistribusian benih gurami dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan permasalahan yang saat ini dihadapi oleh petani ikan. Permasalahan dalam pengiriman benih ikan gurami adalah sintasan yang rendah akibat perubahan kualitas air selama pengangkutan (Berka, 1986). Pengangkutan ikan hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem tertutup, yaitu ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berisi air dan oksigen murni kemudian ditutup rapat.


(4)

Jhingran dan Pullin (1985) menyatakan bahwa kematian ikan pada sistem pengangkutan umumnya disebabkan oleh tingginya kadar CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi bakteri dan luka fisik akibat penanganan yang kurang baik. Untuk itu perlu solusi untuk mengatasi permasalahan ini, salah satunya adalah dengan menetralisir amoniak (NH3) pada media air.

Akumulasi amoniak yang beracun bagi ikan dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya dengan cara menurunkan laju metabolisme ikan sehingga laju ekskresi amoniak menurun atau dengan cara meningkatkan laju penyerapan amoniak. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menetralisir amoniak adalah dengan cara menambahkan zeolit dan karbon aktif di dalam media pengepakkan (Ghozali, 2007), dimana zeolit adalah suatu bahan yang mampu mengadsorbsi sejumlah amoniak dalam waktu tertentu (Supendi, 2006).

Karbon aktif merupakan suatu bentuk karbon yang mempunyai sifat adsorbtif terhadap suatu larutan, gas, atau uap sehingga bahan tersebut dapat digunakan sebagai penjernih larutan, penghisap gas atau racun dan penghilang warna. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses penyerapan bahan-bahan organik oleh karbon aktif antara lain: pH, temperatur, bahan organik terlarut, ukuran butir karbon, jenis karbon, dan waktu sentuh antara karbon dengan air (Sembiring dan Sinaga, 2003).

Zeolit mempunyai kemampuan menyerap ion NH4+ yaitu penukar ion NH4+ dengan Ca+, Na+ atau ion-ion lainnya (Fishman dan Mumpton, 1977 dalam


(5)

Supendi, 2006) sehingga dapat menetralkan racun hasil metabolisme, selain penyerapan ion NH4+, zeolit juga berperan sebagai penyerap CO2 (Ghozali, 2007).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan zeolit pada sistem pengangkutan tertutup yang kurang optimum baik dari segi lama waktu pengangkutan dan SR-nya. Menurut hasil penelitian Gautama (2005), pemberian zeolit sebanyak 60 g/l pada pengangkutan ikan mas, menghasilkan SR yang rendah yaitu sebesar 24,44%, dengan lama pengangkutan 24 jam. Penelitian Fahirus (2010) menunjukkan, penambahan zeolit sebanyak 5 g dan karbon aktif sebanyak 15 g pada pengangkutan benih ikan patin berukuran 1 inci, menghasilkan SR sebesar 83,3+6,79%. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan zeolit dan karbon aktif yang tepat dalam pengangkutan sistem tertutup, sehingga mampu meningkatkan SR hingga mencapai 100%.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji pengaruh penambahan zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air media pengangkutan sistem tertutup

2. Mengkaji penambahan zeolit dan karbon aktif yang optimal untuk pengangkutan sistem tertutup

3. Mengkaji perlakuan yang menggunakan biaya yang lebih sedikit, namun dengan hasil yang sama baiknya


(6)

1.3 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk mempelajari penggunaan bahan alami yaitu zeolit dan karbon aktif sebagai penjaga kualitas air selama pengangkutan. Mengingat tanpa terjaganya kualitas air selama pengangkutan dapat mengakibatkan kematian dan survival rate (SR) yang rendah.

1.4 Kerangka Pemikiran

Sumber daya perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting diantaranya adalah ikan gurami karena harga jualnya cukup tinggi dan relatif stabil. Harga jual ikan gurami di pasar tergolong mahal, bahkan menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan harga jual ikan konsumsi air tawar lainnya. Kebutuhan akan benih ikan gurami yang berkualitas membuat petani ikan ingin berusaha mendatangkan benih berkualitas dari daerah lain.

Transportasi ikan gurami pada dasarnya sama dengan pengangkutan ikan air tawar lainnya, yaitu memindahkan ikan hasil panen dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam keadaan hidup. Pengetahuan dan keterampilan di dalam penanganan, pengangkutan, adaptasi, dan aklimatisasi perlu dikuasai untuk menekan kematian seminimal mungkin selama perjalanan sampai di lokasi yang dituju. Semakin lama ikan dapat dipertahankan hidup, semakin jauh jarak yang dapat dijangkau sehingga memperluas jangkauan dan distribusinya

Permasalahan yang sering dihadapi oleh para supplier dalam pengiriman ikan adalah survival rate yang rendah diantaranya disebabkan kualitas air yang memburuk selama pengangkutan. Hal ini terjadi karena pengiriman benih ikan


(7)

gurami antar daerah memerlukan waktu yang cukup lama yaitu hingga 24 jam. Dengan demikian, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk meningkatkan survival rate pada pengangkutan benih ikan sistem tertutup sebagai upaya untuk meningkatkan keuntungan dalam bisnis pembenihan ikan. Teknologi pengangkutan menjadi kunci keberhasilan dalam pengiriman ikan dengan kuantitas dan kualitas yang baik dengan biaya yang seminimal mungkin.

Karbon aktif memiliki kemampuan untuk menyerap bahan-bahan organik. Amoniak yang timbul dalam media pengangkutan dapat dinetralisir oleh zeolit (Anonim, 2006). Sehingga zeolit dan karbon aktif diharapkan dapat berfungsi untuk menetralisir media air selama transportasi.

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :

H0 : µi = µj = 0; i≠j Tidak ada dosis perlakuan zeolit dan karbon aktif yang berbeda dalam pengangkutan benih ikan gurami.

H1 : µi ≠ µj ≠ 0; i≠j Setidaknya ada satu pasang dosis perlakuan zeolit dan karbon aktif yang berbeda dalam pengangkutan benih ikan gurami.


(8)

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Ikan gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi. Badan berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang dan memiliki alat pernapasan tambahan (labirin) yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara. Ikan gurami berkembang biak sepanjang tahun dan tidak tergantung musim (Tim Agro Media Pustaka, 2007).

Gambar 1. Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Klasifikasi ikan gurami menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata

Kelas : Pisces Ordo : Labirinthici Subordo : Anabantoidei Famili : Anabantidae


(9)

Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

2.2 Biologi Ikan Gurami

Ikan gurami memiliki badan yang pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring, bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas, ujung mulut dapat disembulkan. Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa, dan danau serta cocok dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurami dapat pula menyesuaikan diri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya rendah (Sarwono dan Sitanggang, 2007). Ikan ini tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, suhu optimal untuk ikan gurami berkisar antara 28-32

o

C (Huet, 1971 ; Hardjamulia, 1978 dalam Dewi, 2006). Gurami muda memiliki dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahinya menjadi semakin tebal dan tampak menonjol. Selain itu, di tubuh gurami muda terlihat jelas ada 8-10 buah garis, tegak atau vertikal yang akan menghilang setelah ikan menginjak dewasa (Amri dan Khairuman, 2008).

Jenis makanan ikan gurami yang diberikan, biasanya dibedakan berdasarkan stadia umur, untuk larva atau benih biasanya diberikan berbagai jenis fitoplankton dan zooplankton antara lain Rotifera, Chlorella, Infusoria, Artemia dan Daphnia, sedangkan ikan gurami dewasa biasanya diberikan daun tumbuhan yang lunak dan pakan buatan (Jangkaru, 2003).


(10)

2.3 Pengangkutan Ikan

Pengangkutan ikan pada dasarnya adalah usaha menempatkan ikan pada lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya disertai dengan perubahan-perubahan sifat lingkungan yang relatif mendadak akan sangat mengancam kehidupan ikan. Keberhasilan mengurangi pengaruh perubahan lingkungan yang mendadak ini akan memberi kemungkinan untuk mengurangi tingkat kematian, yang berarti tercapainya tujuan pengangkutan (Huet, 1971).

Pada dasarnya, ada dua metode pengangkutan ikan hidup. Pertama, adalah pengangkutan dengan menggunakan air sebagai media (sistem basah) dan kedua, adalah pengangkutan tanpa menggunakan media air (sistem kering). Pengangkutan sistem basah terdiri dari dua cara yaitu terbuka dan tertutup. Pada pengangkutan jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam) biasanya digunakan pengangkutan sistem tertutup. Metode yang paling sederhana pada sistem tertutup ini adalah dengan menggunakan kantong plastik yang diisi air dan oksigen murni, dengan perbandingan antara air dan oksigen adalah 1:2, lalu diikat rapat (Jhingran dan Pullin, 1985).

Pada pengangkutan ikan hidup, beberapa hal yang harus diperhatikan (Anwar, 1989), yaitu:

1) Meningkatkan suplai oksigen dengan cara mengganti udara dengan oksigen murni, meningkatkan tekanan oksigen pada wadah, dan mengurangi konsumsi oksigen rata-rata.

2) Mengontrol metabolisme dengan cara mengurangi laju buangan metabolisme dan menetralisir atau membuang hasil metabolisme.


(11)

Sebelum dilakukan pengangkutan, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama 48 jam. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan agar metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada pengangkutan ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai. Akan tetapi hanya dengan faktor ini saja tidak menjamin ikan akan berada dalam kondisi yang baik. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi terhadap suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi bakteri, luka fisik akibat penanganan yang kasar, dan faktor stress (Jhingran dan Pullin, 1985).

Huet (1971) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pengangkutan ikan hidup dengan mempertimbangkan persediaan oksigen dalam alat pengangkutan, antara lain :

1) Spesies ikan : kebutuhan ikan akan oksigen bervariasi sesuai dengan spesiesnya.

2) Umur dan ukuran ikan : dalam jumlah berat total yang sama, ikan yang lebih kecil memiliki kebutuhan oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang lebih besar.

3) Ketahanan relatif ikan : ikan yang diberi pakan alami lebih tahan dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan buatan, serta ikan yang dalam kondisi siap memijah cenderung memiliki daya tahan dalam pengangkutan yang rendah.

4) Suhu air : pada suhu yang rendah akan mengakibatkan kadar oksigen dalam air lebih tinggi, karena kebutuhan untuk respirasi menurun.


(12)

5) Lama waktu pengangkutan : semakin pendek lama waktu pengangkutan, maka semakin tinggi kepadatannya.

6) Cara angkut dan lama istirahat : semakin cepat dan prasarana pengangkutan yang baik serta waktu istirahat yang pendek, kemungkinan keberhasilan pengangkutan semakin besar.

7) Sifat alami alat pengangkut : pengangkutan dengan wadah kayu menyebabkan peningkatan suhu air lebih lambat dibandingkan dengan wadah logam, tetapi wadah kayu dapat mengisolasi panas dalam wadah.

8) Kondisi klimatologik : hal ini berpengaruh terhadap suhu air di dalam wadah maupun kandungan oksigen terlarutnya.

Liviawaty dan Afrianto (1990) mengatakan bahwa goncangan berdampak positif yaitu membantu difusi oksigen ke dalam air. Selain oksigen yang cukup dalam kantong plastik, yang harus diperhatikan adalah ikan harus sehat, serta kualitas air dan kondisi pengangkutan yang memadai.

2.3.1.Kemasan

Kemasan yang baik dalam pengangkutan sistem tertutup adalah menggunakan plastik jenis poly etylen (PE) dengan ketebalan plastik 0,03 mm, karena ringan, mudah didapat dan murah (Liviawaty dan Arifianto, 1990). Penggunaan kantong plastik pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya diletakkan dalam kotak styrofoam untuk mengurangi kontak yang terjadi antara air di dalam kantong plastik dengan temperatur lingkungan yang relatif lebih panas. Garbhards (1965) menyatakan bahwa penggunaan wadah plastik yang diletakkan pada kotak styrofoam meningkatkan kelangsungan hidup sebesar 99,9%.


(13)

2.3.2.Kepadatan ikan

Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada dalam suatu wadah dan waktu tertentu. Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung kepada volume air, berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen dan suhu (Jhingran dan Pullin, 1985).

Menurut Frose (1985), merumuskan bahwa jumlah ikan yang diangkut per volume air dalam kantong plastik dan lama pengangkutan tidak lebih dari 48 jam untuk ikan air tawar adalah sebagai berikut :

Fq = 38 W0.5 Keterangan:

Fq : berat ikan per volume (g/liter) W : berat rata-rata ikan per ekor (g)

Adapun kepadatan yang umum digunakan dalam pengangkutan sistem tertutup benih ikan gurami adalah berkisar antara 20 – 25 ekor/l dalam waktu 24 jam (Anwar, 1989). Sedangkan ukuran benih yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria benih PIV dengan panjang total berkisar antara 4 – 6 cm dan berat minimal 0,8 gram (SNI 01-6485.2-2000).

2.3.3.Kebutuhan oksigen

Konsumsi oksigen oleh ikan sangat bergantung pada jenis ikan, ukuran ikan, aktivitas ikan, toleransi terhadap stress, suhu, pH, CO2, dan amoniak (Boyd, 1992). Huet (1971) menyatakan bahwa organisme berukuran kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak per satuan waktu dan berat daripada yang berukuran besar.


(14)

Piper et al (1982) dalam Ghozali (2007) menyatakan bahwa oksigen terlarut di dalam media pengangkutan harus lebih besar dari 7 mg/l dan lebih kecil dari tingkat jenuh, sebab kebutuhan oksigen akan meningkat pada saat kadar CO2 tinggi dan stress akibat penanganan sehingga untuk persiapan disediakan dua kali kebutuhan normal. Pescod (1973) menyatakan bahwa kandungan O2 terlarut yang baik untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2 mg/l, apabila media pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang dari 2 mg/l maka akan menyebabkan kematian. Kondisi kekurangan oksigen tersebut tidak boleh terjadi lebih dari 8 jam dalam satu hari (24 jam) karena dapat mengakibatkan kematian. Konsumsi oksigen tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat pengangkutan.

2.3.4.Derajat keasaman (pH)

Nilai pH (power of hydrogen) merupakan ukuran konsentrasi ion H+ di dalam air. Keasaman adalah kapasitas air untuk menetralkan ion-ion hidroksil (OH-). Nilai pH disebut asam apabila kurang dari 7, pH 7 disebut netral dan pH diatas 7 disebut basa (Boyd, 1990). Jaringan insang merupakan target organ pertama akibat stress asam. Insang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen terlarut yang terdapat pada media air. Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan terlihat pada permukaan insang (Boyd, 1990). Begitu juga dengan pH tinggi, karena insang ikan sangat sensitif dan pH tinggi berbahaya bagi mata ikan karena dapat menyebabkan mata ikan menjadi rabun. Apabila kinerja insang terganggu karena terlalu rendah atau terlalu tingginya pH akan menyebabkan kematian selama proses pengangkutan (Alfie, 2009). Kriteria pH yang ideal menurut Pescod (1973) adalah 6,5-8,5.


(15)

2.3.5.Suhu

Suhu merupakan parameter penting dalam monitoring kualitas air karena suhu berfungsi sebagai katalis, penekan, aktivator, pembatas, stimulator, pengontrol, pembunuh dan faktor yang paling mempengaruhi karakter kualitas air (Quinby-Hunt et al, 1986).

Ikan bersifat poikilothermal, yaitu suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya (Boyd, 1990). Effendi (2003) menyatakan bahwa suhu air berpengaruh terhadap aktifitas penting terutama pernafasan, pertumbuhan, reproduksi serta laju metabolisme. Jadi suhu mempunyai pengaruh yang nyata terhadap respirasi, konsumsi pakan, kecernaan, pertumbuhan dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Suhu juga berakibat pada kelarutan oksigen dalam air (contoh: air yang hangat mempunyai jumlah oksigen yang lebih sedikit daripada air dingin).

Dalam pengangkutan jarak jauh dan untuk lama pengangkutan lebih dari 24 jam, oksigen harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan suhu tidak boleh melebihi 28 oC. Adapun suhu yang ideal untuk pengangkutan benih ikan gurami adalah 20 oC (Anonim, 2000).

2.3.6.Amoniak

Hasil buangan metabolisme menyebabkan kematian utama pada ikan dalam proses pengangkutan. Senyawa nitrogen adalah unsur utama pada hasil buangan metabolisme yang bentuk terbanyaknya adalah urea dan diikuti amoniak (Nemoto, 1957 dalam Anwar, 1989).


(16)

Sumber utama amoniak di perairan adalah ekskresi langsung amoniak oleh ikan atau hasil metabolisme ikan (Boyd, 1990). Amoniak yang dilepas oleh ikan menyebabkan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :

NH3 + H2O NH4+ + OH

-Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, menghancurkan insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan oksigen (Boyd, 1991). Di dalam wadah pengangkutan ekskresi amonia penting diketahui karena akumulasinya akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup organisme yang diangkut.

Jumlah amoniak yang diekskresikan juga bergantung pada sejumlah faktor seperti spesies, ukuran, makanan dan temperatur (Boyd, 1990). Spott (1970) menyatakan bahwa laju metabolisme hewan air tawar yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat dibandingkan hewan yang lebih besar pada spesies yang sama. Dalam wadah pengangkutan laju metabolisme ikan lebih cepat sampai tiga kali dari metabolisme rutin sehingga menyebabkan laju ekskresi hasil metabolisme selama proses pengangkutan meningkat (Frose, 1985).

2.3.7.Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan dapat mengancam kelangsungan hidup ikan. Jumlah karbondioksida yang terlampau banyak akan bersifat racun bagi ikan (Jhingran dan Pullin, 1985).

Kadar CO2 terlarut lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan amonia, bahkan banyak ikan yang hidup pada air yang mengandung CO2 lebih besar dari


(17)

60 mg/l (Boyd, 1992). Kadar CO2 sebesar 50 – 100 mg/l dapat membunuh ikan dalam waktu yang relatif lama. Kadar CO2 dalam air juga mempengaruhi pH air. Pada saat kandungan CO2 tinggi, maka pH air rendah. Demikian pula sebaliknya, jika CO2 rendah, maka pH air tinggi (Boyd, 1990).

2.3.8.Garam mineral

Ketika ikan stres oleh penanganan operasi pengepakan dan transportasi, maka produksi ephinephrin meningkatkan sirkulasi darah melewati insang untuk meningkatkan luas area permukaan efektif dari insang dan jumlah oksigen yang dapat diikat dari air. Pada air tawar influx osmotic normal dari air yang melewati insang meningkat. Sebagai akibatnya produksi urine meningkat secara bersamaan (dieresis). Perlakuan untuk menyeimbangkan elektrolit darah dikarenakan kehilangan klorin dan ion lainnya sangat diperlukan. Banyak kasus tingginya mortalitas pada saat pengangkutan karena hal ini (Wedemeyer, 1996).

Secara umum sintasan ikan yang ditransportasikan dengan sistem tertutup dapat meningkat dengan metode yang sederhana, yaitu dengan menambahkan garam NaCl sebanyak 0,5-1,0% pada media pengangkutan. Selain itu, kelangsungan hidup ikan menjadi lebih baik jika media pengangkutan diperkaya dengan garam mineral setelah ikan-ikan tersebut dikeluarkan dari wadah transportasi. Keuntungan fisiologis dengan menambahkan garam mineral sederhana maupun kompleks adalah memproteksi dari kehilangan elektrolit pada darah dan disfungsi regulasi ion yang terjadi ketika diuresis terstimulasi oleh operasi pengepakan dan transportasi (Mazik, 1991).


(18)

2.4 Zeolit

Zeolit pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogi swedia bernama Cronsdet. Nama zeolite berasal dari dua kata yunani, yaitu zein (mendidih) dan lithos (batuan), karena mineral ini memiliki sifat mendidih/mengembang saat dipanaskan (diaktivasi) (Wikipedia, 2006).

Gambar 2. Zeolit berbentuk granul

Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali tanah terutama Na+, K+, Ca+2, dan Mg+2 dalam kerangka tiga dimensinya (Sutarti dan Rachmawati, 1994), selanjutnya ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel. Sifat zeolit meliputi: dehidrasi, absorbsi, penukar ion, katalis, serta sebagai penyaring dan pemisah.

Aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan asam (H2SO4), basa (NaOH) dan pemanasan (Anwar, 1985). Urutan kerja aktivasi zeolit menurut Susilawati (1991) adalah sebagai berikut :


(19)

2) Ditambahkan 100 ml larutan pengaktif NaOH dan diaduk dengan pengaduk dari plastik selama 4 jam

3) Dicuci dengan air suling hingga bau NaOH hilang 4) Zeolit dikeringkan pada temperatur 105 oC

Dalam pengangkutan ikan sistem tertutup kegunaan zeolit yang terutama adalah sebagai penyerap ion NH4+. Sebenarnya yang dimaksud dengan penyerapan ion NH4+ itu adalah pertukaran ion antara NH4+ dengan Ca2+ atau Na+ atau dengan ion-ion lainnya. Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terserap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan dengan molekul-molekul bersifat polar (O-Fish, 2007).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan zeolit sebagai filter kimia. Sumarlin (2006) membuktikan peran zeolit sebagai absorben dengan memberikan perlakuan berupa berbagai konsentrasi urine dan didapatkan bahwa zeolit menyerap ammonium dari urine. Terbukti dari hasil penelitian tersebut bahwa konsentrasi ammonium akhir lebih kecil dari konsentrasi ammonium awal. Perlakuan pemberian 10 gram zeolit dan 10 gram karbon aktif dengan suhu +20oC pada sistem pengepakan tertutup ikan Corydoras aenus dengan kepadatan 40 ekor per liter mampu menekan kadar total amoniak nitrogen dan amoniak tak terionisasi hingga jam ke-120 sampai pada tingkat konsentrasi yang aman bagi ikan yaitu dibawah 0,01 mg/l (Ardyanti, 2007). Pada sistem tertutup dengan penambahan zeolit, jumlah benih ikan yang diangkut dapat ditingkatkan 20-25%


(20)

(Frose, 1985). Dalam pengangkutan tertutup menggunakan zeolit minimal setengah dari total berat tubuh (Bower dan Turner, 1985 dalam Anwar, 1989).

2.5 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktivasi dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi. Karbon aktif mengandung 5-15% air, 2-3% abu dan sisanya terdiri dari karbon (Badjabir dan Hadiwinoto, 2005).

Gambar 3. Karbon aktif berbentuk granul

Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan nabati atau turunannya dan bahan hewani. Diantaranya adalah tempurung kelapa, serbuk gergaji, ampas tebu dan bahan-bahan lain yang mengandung karbon. Karbon aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa mempunyai daya serap lebih tinggi (Indraswati, 2002).

Karbon aktif dapat dibuat melalui dua prosedur yang berbeda, yaitu pengaktifan secara fisika dan secara kimia. Pengaktifan secara fisika dilakukan dengan cara menghilangkan bahan organik yang terdapat pada bahan. Cara ini lebih mudah


(21)

dan paling banyak dilakukan yaitu dengan membakar bahan hingga suhu tertentu. Pengaktifan kimiawi digunakan apabila karbon aktif digunakan untuk mengikat bahan-bahan tertentu (Hadi, 1988).

Spotte (1970) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyerapan bahan-bahan organik oleh karbon aktif, antara lain meliputi pH, temperatur, bahan organik terlarut, ukuran butiran karbon, jenis karbon, dan waktu sentuh antara karbon dengan air. Selanjutnya disebutkan pula bahwa penurunan pH mengakibatkan penurunan daya adsorpsi karbon terhadap substansi bermuatan negatif, di samping itu efisiensi dari karbon aktif akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur air.


(22)

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian transportasi dilakukan dengan simulasi di dalam angkutan umum dan dilakukan pengangkutan selama 12 jam.

3.2 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen, laju ekskresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam penyerapan Total Amonia Nitrogen (TAN). Penelitian utama dilakukan dengan mengevaluasi efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kelangsungan hidup benih ikan gurami, serta penyerapan amonia pada saat pengangkutan.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Penelitian pendahuluan

Alat yang digunakan untuk penelitian pendahuluan adalah 3 buah akuarium berukuran 30x30x30 cm3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer,


(23)

pH-meter, styrofoam dengan ukuran 120x40x42 cm3, pipet Mohr, spektrofotometer, botol plastik, kain kasa, gelas piala dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air yang telah diendapkan selama 24 jam, pereaksi uji amoniak, air dengan kadar TAN 0,1 mg/l, zeolit berbentuk granula dan karbon aktif berbentuk granul. Sedangkan ikan uji yang digunakan yaitu benih ikan gurami yang telah diaklimatisasi berasal dari Kalirejo dengan panjang total 4-6 cm.

3.3.2 Penelitian utama

Alat yang digunakan yaitu kantong plastik polyetylen (PE) ukuran 60x80 cm2 sebanyak 18 lembar, karet gelang, termometer, pH-meter, DO-meter, dan spektrofotometer. Bahan yang digunakan yaitu air bersih, NaCl, oksitetrasiklin, zeolit dan karbon aktif berukuran granula dengan mesh size 2-5 mm, reagen uji amoniak dan ikan uji yaitu benih ikan gurami dengan panjang total 4-6 cm.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperiment laboratories dan penelitian utama dilakukan dalam transportasi 12 jam dengan rute perjalanan Kalirejo-Metro-Bandar Lampung.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Penelitian pendahuluan

3.5.1.1 Penentuan kemampuan puasa ikan

Pemuasaan dalam jangka waktu tertentu hanya bertujuan untuk menurunkan proses metabolisme dan bukan menghentikan proses metabolisme itu sendiri,


(24)

sehingga dengan tidak adanya bahan yang harus dicerna, secara tidak langsung juga akan menurunkan kebutuhan oksigen. Dengan tidak adanya bahan yang harus dicerna juga akan menyebabkan tidak adanya sisa hasil pencernaan berupa feses, urin dan energi panas yang berpotensi meningkatkan kekeruhan, konsentrasi amoniak dan kenaikan suhu pada media pengangkutan (Imanto, 2008). Sebelum dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Penentuan kemampuan puasa ikan dilakukan dengan tujuan mengetahui lama hidup benih ikan gurami tanpa diberi pakan. Hal ini berguna pada saat pengangkutan dilakukan, ikan tidak diberikan pakan dan apabila terjadi kematian bukan karena kelaparan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah akuarium berukuran 30x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari kemudian diisi air dengan tinggi air 20 cm yang diaerasi selama 2 hari lalu dimasukkan ikan uji dengan padat tebar 10 ekor/l dengan pemberian aerasi. Kemudian mengamati tingkah laku ikan uji setiap hari dan mencatat pada hari keberapa ikan mulai mengalami lemas dan mengalami kematian. Selama pengamatan penentuan puasa ikan, dilakukan pengamatan kualitas air yaitu suhu, pH dan DO.

3.5.1.2Penentuan tingkat konsumsi oksigen

Sebelum dilakukan penentuan tingkat konsumsi oksigen, jumlah oksigen terlarut dalam media air diukur dan ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu. Penentuan tingkat konsumsi oksigen bertujuan untuk menghitung konsentrasi oksigen yang dibutuhkan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui jumlah konsentrasi oksigen yang dibutuhkan pada saat pengangkutan. Benih ikan gurami (Osphronemus gouramy) dimasukkan ke dalam 3 buah akuarium berukuran


(25)

30x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dengan padat tebar 10 ekor/l, kemudian akuarium ditutup dengan styrofoam dengan ukuran 30 x 30 cm2 hingga menyentuh permukaan air, sebelumnya styrofoam dilubangi untuk mengukur DO dan dipasang 1 set DO meter. Kemudian diamati 1 jam sekali dengan 3 kali ulangan selama 6 jam. Sebelum pengukuran ikan dipuasakan selama 2 hari. Selama penentuan tingkat konsumsi oksigen ikan uji dipuasakan dan tidak diberikan aerasi sebagai bentuk simulasi pada saat pengangkutan. Untuk menghitung tingkat konsumsi oksigen ikan uji, setiap nilai oksigen terlarut dikurangi dengan nilai oksigen terlarut awal yang dirumuskan dengan :

X = (Xo - Xi) / t X = tingkat konsumsi oksigen

Xo = konsentrasi O2 awal Xi = konsentrasi O2 akhir t = satuan waktu

3.5.1.3Penentuan Laju Ekskresi Amoniak

Sebelum dilakukan penentuan laju ekskresi amoniak, ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu. Penentuan laju ekskresi amoniak ikan bertujuan untuk menghitung jumlah amoniak yang diekskresikan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan 3 buah akuarium berukuran 30x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari, kemudian diisi air sebanyak 3 liter. Ikan uji berupa benih ikan gurami dimasukkan ke dalam wadah masing-masing dengan padat tebar 10 ekor/l. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air sebanyak 30 ml setelah 6 jam untuk mengukur konsentrasi total amoniak


(26)

nitrogen (TAN). Selama penentuan laju ekskresi amoniak ikan uji dipuasakan dan tidak diberikan aerasi sebagai bentuk simulasi pada saat pengangkutan.

3.5.1.4 Penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam menyerap TAN Penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif ini bertujuan untuk mengetahui jumlah TAN yang diadsorpsi tiap satuan waktu tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah zeolit dan karbon aktif yang harus diberikan untuk mengadsorpsi akumulasi TAN.

Prosedur yang dilakukan adalah dengan cara menyiapkan 2 buah potongan botol plastik dengan volume 600 ml yang telah dibersihkan dan dikeringkan, diposisikan terbalik (leher botol menghadap ke bawah), di masing-masing leher botol tersebut diisi dengan zeolit dan karbon aktif masing-masing sebanyak 10 gram. Selanjutnya air dengan volume 1 liter yang mengandung TAN 0,1 mg/l dialirkan melewati zeolit dan karbon aktif yang terdapat pada leher botol. Langkah ini dilakukan setiap 10 menit selama 7 kali. Setiap setelah air melewati zeolit dan karbon aktif, diambil sampel 30 ml kemudian diukur kadar TAN, pH dan suhu.

3.5.2 Penelitian utama

3.5.2.1Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif

Disiapkan 18 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu ujung plastik dipasang keran untuk mengambil sampel air. Selanjutnya kantong plastik diisi dengan perbandingan masing-masing 1 bagian air : 2 bagian oksigen, masukkan zeolit dan karbon aktif dan ikan uji yang telah dipuasakan selama 2 hari ke dalam


(27)

kantong plastik dengan dengan padat tebar 10 ekor/l, diikat dengan karet gelang, kemudian dimasukkan kedalam kotak styrofoam. Masing-masing styrofoam berisi 3 buah kantong plastik. Selanjutnya dimasukkan 4 kg es batu dalam kotak styrofoam agar suhu stabil sekitar 20°C, kemudian ditutup. Masing-masing perlakuan dosis terdiri dari 3 kali ulangan (gambar pada lampiran 1). Zeolit dan karbon aktif yang digunakan dalam penelitian utama ini menggunakan jumlah dosis yang berbeda.

Pengamatan terhadap ikan uji dilakukan setiap 6 jam, dan pengambilan sampel air sebanyak 30 ml per kantung setiap 24 jam. Pengamatan dan pengambilan sampel dihentikan hingga jam ke-72. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka keran yang sudah dipasang di ujung plastik sehingga air yang ada di dalam plastik dapat keluar tanpa mengalami difusi udara dari luar packing. Proses transportasi dilakukan dengan menyimpan di boks Styrofoam yang terguncang sesuai dengan situasi bus umum dalam perjalanan.

3.5.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu :

1) Perlakuan kontrol (tanpa penambahan zeolit dan karbon aktif) 2) Perlakuan A (penambahan 20 g zeolit)

3) Perlakuan B (penambahan 15 g zeolit + 5 g karbon aktif) 4) Perlakuan C (penambahan 10 g zeolit + 10 g karbon aktif) 5) Perlakuan D (penambahan 5 g zeolit + 15 g karbon aktif) 6) Perlakuan E (penambahan 20 g karbon aktif)


(28)

Model rancangan yang digunakan yaitu :

ij i

Yij=π +τ +ε

Keterangan :

Yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data

τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5.4 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tingkat kelangsungan hidup dan nilai kualitas air (TAN, NH3, DO, pH dan suhu).

3.5.4.1Sintasan

Sintasan (survival rate) merupakan nilai perbandingan antara jumlah ikan yang hidup hingga akhir pengepakan dengan jumlah ikan pada awal pengepakan. Untuk menghitung SR dapat digunakan rumus dari Goddard (1996), yaitu :

% 100 No

Nt

SR= ×

Keterangan :

SR = sintasan

Nt = jumlah ikan akhir (ekor) No = jumlah ikan awal (ekor)

3.5.4.2Total amoniak nitrogen (TAN) dan NH3

Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai adsorban dari sampel dan standar kemudian dikalikan konsentrasi larutan yang dipakai.

TAN = Abs.Sampel – Abs.Blanko x [Standar] Abs.Standar – Abs.Blanko


(29)

NH3 = Nilai TAN yang dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak terionisasi berdasarkan pH dan suhu (tabel 1).

Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang berbeda (Boyd, 1990).

Suhu (°C) pH

6.5 7 7.5 8 8.5

18 0,1 0,3 0,9 2,9 8,5

20 0,1 0,3 1,1 3,3 9,8

22 0,1 0,4 1,2 3,8 11,2

24 0,2 0,5 1,4 4,4 12,7

26 0,2 0,5 1,7 5 14,4

3.5.5 Analisis data

Analisis data menggunakan analisis ragam (anova) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program MS.Excel 2007 dan SPSS 17.0. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji BNT. Namun untuk perhitungan TAN menggunakan uji Kruskal Wallis karena data yang didapatkan tidak homogen.


(30)

Gambar 4. Road map penelitian Persiapan

1. Persiapan alat dan bahan

Persiapan alat meliputi akuarium pemeliharaan benih, DO-meter, termometer, pH-meter, styrofoam, pipet Mohr, spektrofotometer, kain kasa, gelas piala, kain kasa, karet gelang dan kantong plastik poly etylen (PE).

Persiapan bahan meliputi benih ikan gurame, pereaksi uji amonia, NaCl, oksitetrasiklin, zeolit, karbon aktif dan reagen uji amonia

2. Adaptasi ikan

Benih ikan berasal dari Kalirejo, sebelum dilepaskan dalam akuarium dilakukan aklimatisasi. Ikan diberi makan sebanyak 3 kali sehari secara ad libitum.

Pelaksanaan 1. Penentuan kemampuan

puasa ikan : Ikan

dipuasakan sampai pada hari keberapa mampu bertahan

2. Penentuan tingkat konsumsi oksigen : Mengukur tingkat konsumsi oksigen ikan 3. Penentuan laju ekskresi

amonia : menghitung jumlah amoniak yang diekskresikan ikan

4. Penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam menyerap TAN:

mengetahui jumlah TAN yang diadsorpsi zeolit dan karbon aktif tiap satuan waktu tertentu

5. Penambahan zeolit dan karbon aktif : mengetahui dosis yang optimum

Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap 6 jam, dan pengambilan sampel air sebanyak 30 ml per kantung setiap 24 jam

Analisis data Data diolah dengan program SPSS versi 17.0 dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT

Penyusunan laporan selama 2 hari dimasukkan ke dalam plastik dan dimasukkan kedalam kotak styrofoam


(31)

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1) Penambahan zeolit dan karbon aktif berukuran granul mampu menjaga kualitas air pH dan DO, tetapi tidak dapat memberikan pengaruh yang signifikan untuk mengurangi konsentrasi TAN.

2) Penambahan zeolit dan karbon aktif menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan zeolit dan karbon aktif, namun tidak mengurangi konsentrasi TAN dalam media air selama pengangkutan.

3) Perlakuan yang menggunakan zeolit 20 gram menggunakan biaya yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya namun mendapatkan hasil yang sama baiknya dengan perlakuan yang menggunakan zeolit 15 gram dan karbon aktif 5 gram maupun perlakuan yang menggunakan karbon aktif 20 gram.


(32)

5.2.Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu:

1) Menggunakan ukuran zeolit dan karbon aktif yang berbeda 2) Menggunakan ukuran dan kepadatan ikan yang berbeda


(33)

Oleh

FRANKLIN RUSTAM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(34)

(Skripsi)

Oleh

FRANKLIN RUSTAM

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(35)

Oleh

FRANKLIN RUSTAM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(36)

Tabel Halaman

1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) ... 26

2. Kemampuan puasa benih ikan gurami ... 28

3. Suhu, pH dan DO yang terukur per 6 jam ... 30

4. Konsentrasi TAN (mg/L) pada media air pengepakan ... 32

5. Analisa biaya pengangkutan ... 34

6. Hubungan suhu dengan sintasan ... 37

7. Hubungan DO dengan sintasan ... 38


(37)

Gambar Halaman

1. Ikan gurami (Osphronemus gouramy) ... 6

2. Zeolit berbentuk granul ... 16

3. Karbon aktif berbentuk granul ... 18

4. Road map penelitian ... 27

5. Tingkat konsumsi oksigen benih ikan gurami ... ... 29

6. Laju penurunan konsentrasi TAN .. ... 30

7. Sintasan benih ikan pada setiap perlakuan .. ... 31

8. Grafik rata-rata konsentrasi TAN pada jam ke-6 ... ... 33


(38)

Lampiran Halaman

1. Prosedur kerja aktivasi zeolit ... 48

2. Prosedur penentuan kemampuan puasa ikan ... 49

3. Prosedur penentuan tingkat konsumsi oksigen ... 50

4. Prosedur penentuan laju ekskresi amoniak ... 51

5. Prosedur penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam menyerap TAN ... 52

6. Prosedur penambahan zeolit dan karbon aktif ... 53

7. Tabel kualitas air pada media pengepakan ... 54

8. Foto penelitian ... 55

9. Analisa data sintasan ... 56

10.Analisa data TAN jam ke-6 dengan uji Kruskal Wallis ... 57

11.Analisa data TAN jam ke-12 dengan uji Kruskal Wallis ... 58


(39)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... … iii

DAFTAR GAMBAR ... … iv

DAFTAR LAMPIRAN ... … v

I. PENDAHULUAN ... … 1

1.1.Latar Belakang ... … 1

1.2.Tujuan ... … 3

1.3.Manfaat ... … 4

1.4.Kerangka Pikir ... .... 4

1.5.Hipotesis ... … 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... … 6

2.1.Klasifikasi dan Morfologi ... … 6

2.2.Biologi Ikan Gurami ... … 7

2.3.Pengangkutan Ikan ... … 7

2.3.1 Kemasan ... … 10

2.3.2 Kepadatan Ikan ... … 11

2.3.3 Kebutuhan Oksigen ... … 11

2.3.4 Derajat Keasaman (pH) ... … 12

2.3.5 Suhu ... … 13

2.3.6 Amoniak ... … 13

2.3.7 Karbondioksida (CO2) ... … 14

2.3.8 Garam Mineral ... … 15

2.4.Zeolit ... … 16


(40)

III. METODE PENELITIAN ... … 20

3.1.Waktu Dan Tempat ... … 20

3.2.Tahap Penelitian ... … 20

3.3.Alat dan Bahan ... … 20

3.3.1.Penelitian Pendahuluan ... … 20

3.3.2.Penelitian Utama ... … 21

3.4.Metode Penelitian ... … 21

3.5.Prosedur Penelitian ... … 21

3.5.1 Penelitian Pendahuluan ... … 21

3.5.1.1Penentuan Kemampuan Puasa Ikan ... … 21

3.5.1.2Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen ... … 22

3.5.1.3Penentuan Laju Ekskresi Amoniak ... … 23

3.5.1.4Penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam menyerap TAN ... … 24

3.5.2 Penelitian Utama ... … 24

3.5.2.1Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif... 24

3.5.3 Rancangan Penelitian ... … 25

3.5.4 Pengumpulan Data ... … 26

3.5.5 Analisis Data ... … 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... … 29

4.1.Hasil .. ... … 29

4.1.1.Penentuan kemampuan puasa ikan ... .… 29

4.1.2.Penentuan tingkat konsumsi oksigen ... .… 29

4.1.3.Penentuan laju ekskresi amoniak ... .… 30

4.1.4.Penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif menyerap TAN ... .… 30

4.1.5.Kualitas air ... .… 31

4.1.6.Sintasan ... .… 32

4.1.7.Total Amonia Nitrogen (TAN) ... .… 33

4.1.8.Analisa Biaya ... .… 35

4.2.Pembahasan ... .… 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .... 43

5.1.Kesimpulan ... … 43

5.2.Saran ... … 44

DAFTAR PUSTAKA ... … 45


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alfi, S. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma

macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129 ekor/liter. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Aprilian, Rian. 2011. Analisis variasi genetik Osphronemus gouramy Lac Yang

terinfeksi Aeromonas hydrophila dengan penanda mikrosatelit. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Anonim. 2006. Filter Kimia. http://o-fish.com/Filter/filter_kimia.php. (13 Juni 2011).

Anonim. 2010. Budidaya Pendederan dan Pembesaran Ikan Gurami. Diakses melalui http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=40214&idrb=43601. (5 April 2011).

Anwar KP, Suharto S, Syarifuddin A. 1985. Prospek Pemakaian Zeolit Sebagai Penyerap NH4+ dalam Air Limbah. Departemen Pertambangan dan Energi

(PPTM).

Badjabir FZ, S Hadiwinoto. 2005. Pengelolaan Tempurung Kelapa Menjadi Karbon Aktif Untuk Bahan Penjernih Air. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya

Boyd, CE. 1990. Water Quality Management in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co., Alabama. Diakses melalui

http://www.worldcat.org/title/pond-aquaculture-water-quality-management/oclc/462282749/viewport

Boyd, CE. 1991. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming. Editor Alex Bocek Pedoman Teknis dari Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Pusat Litbang Perikanan Indonesia

Berka, R. 1986. The transport of live fish: a review. EIFACTechnical Papers 48, FAO, Roma.


(42)

Dewi, E. S. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, 9, dan 12 ppt terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Ukuran 3-6 cm. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Bogor. Jurusan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

Evans, M. 1989. Zeolite-Do They Have a Role in Poultry Production? In: D. J. Frose R. 1985. Improved Fish Transport in Plastic Bag. ICLARM Newsletter 8

(4). Hlm 8-9

Garbhards VS. 1965. Transport of Juvenile Trout in Sealed Containers. The Progressive Culturist 27 (1). Hlm 1-6

Ghozali, F. 2007. Pengaruh Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Maanvis (Pterophyllum Scalre) pada pengangkutan sistem tertutup. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Hadi, Abdul. 1988. Peran Arang Tempurung Kelapa dalam Perbaikan Mutu Air dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Windu (Pneaus monodon Fabricius). Karya Ilmiah. Program Sarjana. IPB

Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book). Ltd. London. Hlm 405

Indraswati N. 2002. Absorpsi Methylin Blue dan Safranin dengan Karbon Aktif. Jurnal. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya

Imanto, P. T. 2008. Beberapa teknik transportasi ikan laut hidup dan fasilitasnya pada perdagangan ikan laut di Belitung. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Gondol

Jangkaru, Z. 2003. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Jhingran, V.G. dan R.S.V. Pullin. 1985. Hatchery Manual of Common Carp,

Chinese, and Indian Major Carps. ICLARM Sudies and Reviews II. Asian Development Bank, hlm 74-80

Liviawaty E, Afrianto E. 1990. Budidaya Mas Koki dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta


(43)

Mazik. 1991. Influence of Water Hardness and Salt on Survival and Physiological Characteristics of Striped Bass During and After Transport. Transaction of The American Fisheries Society 120, hlm 121-126

Mumpton, F.A. 1978. Natural Zeolite: A New Industrial Comodity. Pergamon Press, Oxford. Hlm 118-119

Pescod MB. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standar for Trophical Countries. AIT, Bangkok. Thailand, hlm 59

Quinby-Hunt, McLoughin, Quintanilha AT. 1986. Instrumentation for Environmental Monitoring. Jhon Willy and Sons Inc. New York.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Jilid I dan Jilid II. Binacipta. Bandung.

Sarwono, B. dan M. Sitanggang. 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sembiring, MT., Sinaga SS. 2003. Pengenalan Pembuatan Arang Aktif. [Skripsi]. Fakultas Teknik. Universitas Sumatra Utara. Medan

Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture. 2nd Ed. Jhon Willy and Sons. New York

Supendi, A. 2006. Pemanfaatan Zeolit dan Karbon Aktif pada Sistem pengepakan Tertutup Ikan Corydoras (Corydoras aenus). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Susilawati. 1991. Pengaruh Penambahan Zeolit dalam Pengangkutan Sistem Tertutup Udang Galah Berukuran Rata-rata 2 gram. Skripsi, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

Tim Agromedia Pustaka. 2007. Panduan lengkap budidaya gurami. Jakarta: Agromedia

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Chapman and Hall. New York

Wikipedia Indonesia. 2006. Zeolit. http://id.wikipedia.org/wiki/zeolit. (23 Mei 2011)


(44)

PADA PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP

Nama : Franklin Rustam

Nomor Pokok Mahasiswa : 0514111015 Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Limin Santoso, S.Pi, M.Si Rara Diantari,. S.Pi. M.Sc

NIP. 197703272005011001 NIP. 197908212003122001

2.Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(45)

1. Tim penguji

Ketua : Limin Santoso, S.Pi, M.Si .………...

Sekretaris : Rara Diantari, S. Pi, M. Sc .………...

Penguji Utama : Ir. Suparmono, M.T.A ………....

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(46)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1987, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Thomson Panggabean dan Romauli Gultom.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Santo Yoseph diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Mekarjaya 11 Depok pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 6 Depok pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMU Budi Utomo Depok pada tahun 2005.

Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) FP Unila. Penulis juga pernah aktif di organisasi eksternal kampus yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK).Pada tahun 2009, Penulis melakukan Praktik Umum di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan.


(47)

#

#

$

%

& '

(

)


(48)

"

#

!!!!

" "


(49)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul : “Pengaruh Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif Terhadap Sintasan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) Pada Pengangkutan Sistem Tertutup”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas pertanian Unila.

3. Limin santoso, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik, atas bimbingan, kritik, saran dan nasehat selama kuliah maupun dalam proses penyelesaian skripsi.

4. Rara Diantari, S.Pi, M.Sc., selaku pembimbing kedua, atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

5. Suparmono, S.Pi., M.TA., selaku penguji utama, atas kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi.


(50)

8. Saudari Elizabeth Pakpahan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta membantu dalam menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan, terima kasih untuk keceriaan dan kebersamaannya serta dukungannya selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan Wisma Erlangga: Johannes, Sandy, Yasir, Fathir, Renda, Africo, Eko, Girsang, Lupi, Awen, Rendy, Deny, Indra, Jaka atas kebersamaanya selama ini.

Semoga Tuhan membalas kebaikan dan pengorbanan yang telah Bapak, Ibu, Saudara, dan Saudari berikan kepada Penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bandar Lampung, Agustus 2012


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Limin Santoso, S.Pi, M.Si .………...

Sekretaris : Rara Diantari, S. Pi, M. Sc .………...

Penguji Utama : Ir. Suparmono, M.T.A ………....

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1987, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Thomson Panggabean dan Romauli Gultom.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Santo Yoseph diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Mekarjaya 11 Depok pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 6 Depok pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMU Budi Utomo Depok pada tahun 2005.

Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) FP Unila. Penulis juga pernah aktif di organisasi eksternal kampus yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK).Pada tahun 2009, Penulis melakukan Praktik Umum di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan.


(3)

!

"

#

#

$

%

& '

(

)


(4)

!!!!

"

#

!!!!

" "


(5)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul : “Pengaruh Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif Terhadap Sintasan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) Pada Pengangkutan Sistem Tertutup”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas pertanian Unila.

3. Limin santoso, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik, atas bimbingan, kritik, saran dan nasehat selama kuliah maupun dalam proses penyelesaian skripsi.

4. Rara Diantari, S.Pi, M.Sc., selaku pembimbing kedua, atas bimbingan, kritik serta saran dalam proses penyusunan skripsi.

5. Suparmono, S.Pi., M.TA., selaku penguji utama, atas kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi.


(6)

7. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil serta selalu mendoakan kesuksesanku.

8. Saudari Elizabeth Pakpahan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta membantu dalam menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan, terima kasih untuk keceriaan dan kebersamaannya serta dukungannya selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan Wisma Erlangga: Johannes, Sandy, Yasir, Fathir, Renda, Africo, Eko, Girsang, Lupi, Awen, Rendy, Deny, Indra, Jaka atas kebersamaanya selama ini.

Semoga Tuhan membalas kebaikan dan pengorbanan yang telah Bapak, Ibu, Saudara, dan Saudari berikan kepada Penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bandar Lampung, Agustus 2012