Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi

3.7.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna koefisien korelasi tingkat tinggi atau bahkan 1 diantara beberapa atau semua variabel independen yang menjelaskan model regresi Algifari, 2000:84. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas di dalam regresi adalah sebagai berikut: 1. Melalui t hitung sangat rendah, maka kemungkinan terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. 2. Menentukan koefisien korelasi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Jika antara kedua variabel independen memiliki korelasi yang spesifik atau korelasi yang tinggi yaitu lebih besar dari 0,1 maka di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinearitas. 3. Membuat persamaan regresi antar variabel independen. Jika koefisien regresinya signifikan, maka dalam model pembelajaran tersebut terdapat multikolinearitas Algifari, 2000:84. Deteksi lain adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai Variance Inflaction Factor VIF dan tolerance melalui SPSS. Model regresi yang bebas multikolinearitas memiliki nilai VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1.

3.7.2 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2007: 95. Mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson Uji DW. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Menurut Ghozali 2007:96 Hipotesis yang diuji adalah: Ho : tidak ada autokorelasi r = 0 Ha : ada autokorelasi r ≠ 0 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Durbin Watson Hasil Perhitungan Klasifikasi Kurang dari 1,38 Ada Autokorelasi 1,38 sampai dengan 1,77 Tanpa Kesimpulan 1,77 sampai dengan 2,23 Tidak ada Autokorelasi 2,23 sampai dengan 2,62 Tanpa Kesimpulan Lebih dari 2,62 Ada Autokorelasi Sumber : Algifari, 2000: 89

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 32 86

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)”.

0 2 10

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

4 11 16

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2004-2006.

0 1 15

PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUDI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 10

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 9

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK JAKARTA).

0 0 12

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

0 0 17